DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 4
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah S.W.T atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga
dapat menyelesaikan makalah Epidemiologi Penyakit Tidak Menular tentang penyakit
Diabetes Melitus. Penyusunan makalah ini dilaksanakan atas kerja sama rekan kelompok
serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu perkenankan kami menyampaikan
ucapan terima kasih kepada Dosen mata kuliah Epidemiologi Penyakit Tidak Menular yang
telah memberikan bimbingan dalam penyusunan makalah ini. Kami menyadari bahwa
dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................2
BAB 1
PENDAHULUAN.........................................................................................................4
BAB II
PEMBAHASAN............................................................................................................6
BAB 3
PENUTUPAN..............................................................................................................27
3.1 Kesimpulan...................................................................................................27
3.2 Saran.............................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................28
BAB 1
PENDAHULUAN
DM ini semakin meningkat, terutama pada kelompok umur dewasa keatas pada
seluruh status sosial ekonomi. Saat ini upaya penanggulangan penyakit DM belum
menempati skala prioritas utama dalam pelayanan kesehatan, walaupun diketahui dampak
negatif yang ditimbulkannya cukup besar antara lain komplikasi kronik pada penyakit
jantung kronis, hipertensi, otak, system saraf, hati, mata dan ginjal.
DM atau kencing manis adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh
peningkatan kadar gula dalam darah (hiperglikemi) akibat kekurangan hormon insulin
baik absolut maupun relatif. Absolut berarti tidak ada insulin sama sekali sedangkan
relatif berarti jumlahnya cukup/memang sedikit tinggi atau daya kerjanya kurang.
Hormon Insulin dibuat dalam pancreas. Ada 2 macam type DM :
DM type II atau disebut DM yang tak tergantung pada insulin. DM ini disebabkan
insulin yang ada tidak dapat bekerja dengan baik, kadar
insulin dapat normal, rendah atau bahkan bahkan meningkat tetapi fungsi insulin untuk
metabolisme glukosa tidak ada/kurang. Akibatnya glukosa dalam darah tetap tinggi
sehingga terjadi hiperglikemia, 75% dari penderita DM type II dengan obersitas atau ada
sangat kegemukan dan biasanya diketahui DM setelah usia 30 tahun.
PEMBAHASAN
4. Diabetes Gestasional
Diabetes Mellitus Gestasional (DMG) merupakan suatu gangguan toleransi karbohidrat
yang terjadi atau diketahui pertama kali pada saat kehamilan sedang berlangsung.
Dimungkinkan bahwa 30-50% penderita Diabetes Mellitus Gestasional akan berkembang
menjadi Diabetes Mellitus tipe 2 dalam kurun waktu kurang lebih 10 tahun (Davey, 2005).
Keadaan ini terjadi pada saat 24 minggu usia kehamilan dan sebagian penderita akan
kembali normal setelah proses melahirkan (Kemenkes, 2008). Kehamilan sangat
berhubungan erat dengan Diabetes. Kontrol gula darah yang buruk dapat menimbulkan
komplikasi terhadap ibu dan anak yang dilahirkan. Meskipun peningkatan kontrol Diabetes
sudah dilakukan oleh sang ibu, bayi yang dilahirkan masih berisiko terkena komplikasi.
Bayi yang dilahirkan oleh ibu menderita Diabetes bersiko :
a. Meninggal 5 kali lebih besar dari ibu yang tidak menderita DM
b. Cacat 2 kali lebih besar dari ibu yang tidak menderita DM
c. Dilahirkan dengan bobot >4 kg atau 2 kali lebih besar (Charles & Anne,
2010).
2.4 Patofisiologi Dan Manifestasi Klinis Diabetes Mellitus
Insulin adalah hormon yang dihasilkan dari sel beta di pankreas. Insulin memegang
peranan yang sangat penting yaitu bertugas memasukkan glukosa dari darah ke dalam sel,
untuk selanjutnya dapat digunakan untuk menghasilkan ATP sebagai bahan bakar. Insulin
dapat diibaratkan sebagai anak kunci yang dapat membuka pintu masuknya glukosa ke
dalam sel. Dengan bantuan GLUT 4 yang terletak pada membran sel maka insulin dapat
menjadi pembawa glukosa masuk ke dalam sel. Kemudian di dalam sel tersebut glukosa di
metabolisme menjadi ATP atau tenaga. Jika insulin tidak ada atau jumlahnya sedikit, maka
glukosa tidak akan bisa masuk ke dalam sel dan akan terus berada di aliran darah yang
akan mengakibatkan glukosa di dalam darah meningkat atau hiperglikemia. Pada orang
yang menderita DM, jumlah insulin yang dihasilkan sel beta berkurang atau kualitas
insulinnya kurang baik (resistensi insulin), sehingga tubuh tidak dapat mempertahankan
kadar glukosa dalam batas normal di dalam darah setelah memakan karbohidrat
(Soegondo, 2009).
Jika terjadi hiperglikemia yang berat dan melebihi ambang batas ginjal untuk glukosa,
maka akan timbul glikosuria atau terdapat glukosa pada glomerulus ginjal. Glikosuria ini
akan berdampak diuresis osmotik yang menarik air sehingga meningkatkan pengeluaran
urin (poliuria) dan akhirnya timbul rasa haus (polidipsia). Karena glukosa hilang bersama
urin yang keluar, maka penderita akan mengalami keseimbangan kalori negatif dan berat
badan berkurang. Rasa lapar yang semakin besar (polifagia) mungkin akan timbul sebagai
akibat kehilangan kalori dan akibat glukosa yang tidak berhasil masuk ke dalam sel untuk
diubah menjadi ATP. Penderita mengeluh lelah dan mengantuk (Schteingart, 2006) berat,
penderita tersebut mungkin menderita polidipsia, poliuria, lemah dan somnolen. Biasanya
penderita DM tipe 2 tidak mengalami ketoasidosis karena pada DM tipe 2 penderita ini
tidak mengalam defisiensi insulin secara absolut namun hanya relatif. Artinya, sejumlah
insulin tetap disekresikan dan masih cukup untuk menghambat ketoasidosis (Schteingart,
2006).
2. Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan sangat penting dalam pengelolaan Diabetes Melitus untuk
mendapatkan hasil yang optimal. Pendidikan kesehatan pada pasien DM sebaiknya
dilakukan oleh semua pihak yang terkait dalam pengelolaan Diabetes Melitus,
seperti dokter, perawat, ahli gizi. Pendidikan kesehatan pencegahan primer harus
diberikan kepada kelompok masyarakat resiko tinggi. Pendidikan kesehatan
sekunder diberikan kepada kelompok pasien. Sedangkan pendidikan kesehatan
untuk pencegahan tersier diberikan kepada pasien yang sudah mengidap penyakit
dengan penyulit menahun.
Beberapa obat-obatan diabetes melitus di bawah ini dapat diminum sendiri atau
kadang dikombinasikan dengan obat kencing manis lainnya:
1. Metformin
Merupakan obat kencing manis generik yang paling sering diresepkan dokter
untuk pasien diabetes tipe 2. Obat untuk diabetes melitus ini bekerja
menurunkan produksi glukosa di hati dan meningkatkan sensitivitas tubuh
terhadap insulin. Dengan begitu, tubuh bisa menggunakan insulin lebih efektif.
Obat metformin generik untuk kencing manis tersedia dalam bentuk pil dan
sirup.. Mual, diare, dan penurunan berat badan merupakan beberapa efek
samping yang umum dari obat diabetes generik ini. Apabila obat diabetes
melitus ini tidak cukup efektif untuk mengendalikan kadar gula dalam darah,
dokter bisa meresepkan obat oral atau injeksi lainnya.
2. Sulfonilurea
a. Gliburid
Obat ini berdaya kuat untuk menurunkan gula darah penderita diabetes
melitus, dan juga tidak dianjurkan untuk diresepkan pada lansia yang
memiliki kencing manis.
b. Glipizide
Obat diabetes generik glipzide lebih aman dikonsumsi untuk lansia
ketimbang gliburid.
c. Glimepirid
Glimepirid termasuk dalam obat generik sulfonilurea generasi terbaru.
Obat kencing manis ini digunakan untuk pasien diabetes melitus yang
memiliki riwayat penyakit jantung atau gagal ginjal.
3. Meglitinide
Meglitinide bekerja seperti sulfonilurea, yaitu merangsang pankreas
menghasilkan lebih banyak insulin. Bedanya, obat generik untuk diabetes
melitus ini bekerja lebih cepat. Durasi efeknya pada tubuh lebih pendek dari
pada obat golongan sulfonilurea.
Contoh obat golongan meglitinide adalah Prandin dan Starlix. Obat diabetes
melitus ini dapat menyebabkan gula darah rendah dan penambahan berat
badan.
4. Terapi insulin
Bagi orang dengan diabetes tipe 1, terapi insulin merupakan cara andalan untuk
mengendalikan penyakitnya karena pankreas mereka tidak lagi bisa
memproduksi insulin. Itu sebabnya, terapi insulin lebih umum ditujukan untuk
orang dengan diabetes tipe 1, ketimbang menggunakan obat diabetes melitus.
Meski begitu, orang dengan diabetes tipe 2 kadang juga perlu terapi ini.
Mereka perlu terapi insulin karena meski pankreasnya masih menghasilkan
hormon insulin, tubuh tidak bisa merespon insulin yang dihasilkan secara
optimal.
Insulin tidak bisa diberikan lewat mulut. Sebaliknya, insulin harus langsung
dialirkan ke dalam darah melalui suntikan, pena insulin, maupun pompa
insulin. Seiring perkembangan teknologi, saat ini para ahli juga sedang
mengembangkan penggunaan insulin hirup.
Banyak jenis insulin yang digunakan untuk membantu mengendalikan kadar
gula darah para diabetesi. Jenis insulin dibedakan berdasarkan seberapa cepat
insulin bekerja dan seberapa lama insulin dapat mempertahankan kadar gula
darah dalam tubuh.
Selain daripada pencegahan yang dapat dilakukan oleh diri sendiri maupun bantuan
pengobatan medis, terdapat pokok-pokok kegiatan yang dicantumkan ke dalam Pedoman
Dalam Pengendalian Penyakit Tidak Menular oleh Direktorat Jenderal Pendalian Penyakit
dan Penyehatan Lingkungan serta Direktorat Jenderal Pelayanan Medik, yaitu pengendalian
Diabetes Melitus secara terintegrasi dan komprehensif berdasarkan upaya pencegahan
terdiri atas:
1. Kegiatan tahap primer (populasi sehat)
Kegiatan pokok yang dilakukan berupa menggerakan peran serta masyarakat dalam
PHBS, peningkatan PHBS di tiap tatanan kehidupan, melakukan monitoring atau
deteksi dini dan tindak lanjut faktor resiko berbasis UKBM, serta menyediakan KIE
tentang faktor resiko ke seluruh tatanan kehidupan.
Kegiatan ini bermanfaat untuk mencegah timbulnya faktor resiko serta mewujudkan
sikap mawas diri terhadap faktor resiko penyakit Diabetes Melitus.
2. Kegiatan tahap sekunder
a. Populasi resiko
Kegiatan pokok dilakukan dengan menggerakkan peran serta masyarakat dalam
deteksi dini dan tindak lanjut kasus Diabetes Melitus, peningkatan PHBS di
setiap tatanan kehidupan, tindak lanjut dini kasus berbasis UKBM,
penatalaksanaan kasus faktor resiko secara rasional oleh dokter pada Pelayanan
Dasar, serta monitoring berbasis UKBM dan Yandas.
Kegiatan ini bermanfaat untuk mencegah terjadinya Diabetes Melitus serta
mewujudkan sikap mawas diri terhadap terjadinya penyakit Diabetes Melitus.
b. Kasus Diabetes Melitus
Kegiatan pokok dilakukan dengan menggerakkan peran serta masyarakat dalam
deteksi dini dan tindak lanjut kasus Diabetes Melitus, penatalaksanaan kasus
faktor resiko secara rasional oleh dokter pada Pelayanan Dasar, pelayanan
spesialistik di Rumah Sakit, serta KIE bagi pasien dan keluarga.
Kegiatan ini bermanfaat untuk mencegah terjadinya komplikasi serta
mewujudkan sikap mawas diri terhadap terjadinya komplikasi Diabetes Melitus.
3. Kegiatan tahap tersier (kasus komplikasi Diabetes Melitus)
Kegiatan ini berupa pelayanan spesialistik dan subspesialistik pasien dengan
komplikasi di Rumah Sakit, antara lain: Perawatan kaki pasien, perawatan di rumah
(home-care), KIE melalui kunjungan rumah (home-visit), dan mencegah kecacatan
akibat Diabetes Melitus.
Kegiatan ini bertujuan untuk mencegah adanya kematian akibat penyakit Diabetes
Melitus.
Berdasarkan tata cara Promosi Kesehatan sesuai dengan Konsensus Pengelolaan Diabetes
Melitus tahun 2006
Promosi perilaku sehat merupakan faktor penting pada kegiatan pelayanan
kesehatan. Untuk mendapatkan hasil pengelolaan diabetes yang optimal dibutuhkan
perubahan perilaku. Perlu dilakukan edukasi bagi pasien dan keluarga untuk
pengetahuandan peningkatan motivasi. Hal tersebut dapat terlaksana dengan baik melalui
dukungan tim penyuluh yang terdiri dari dokter, ahli diet, perawat, dan tenaga kesehatan
lain.
Tujuan perubahan perilaku adalah agar penyandang diabetes dapat menjalani pola
hidup sehat. Perilaku yang diharapkan adalah:
1. Mengikuti polamakan sehat
2. Meningkatkan kegiatan jasmani
3. Menggunakan obat diabetes dan obat-obat pada keadaan khusus secara aman,
teratur
4. Melakukan Pemantauan Glukosa Darah Mandiri (PGDM) dan memanfaatkan data
yang ada
5. Melakukan perawatan kaki secara berkala
6. Memiliki kemampuan untuk mengenal dan menghadapi keadaan sakit akut dengan
tepat
7. Mempunyai keterampilan mengatasi masalah yang sederhana, dan mau bergabung
dengan kelompok penyandang diabetes serta mengajak keluarga untuk mengerti
pengelolaan penyandang diabetes.
8. Mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Diabetes merupakan penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas tidak
menghasilkan cukup insulin, atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan
insulin yang dihasilkan. Hiperglikemia, atau gula darah yang meningkat, merupakan efek
umum dari diabetes yang tidak terkontrol dan dari waktu ke waktu menyebabkan kerusakan
serius pada banyak sistem tubuh, khususnya saraf dan pembuluh darah.
Upaya pencegahan dilakukan pada tiap kelompok sehat atau yang belum terkena
penyakit Diabetes Melitus dan ditangani dengan cara kondisi sehat pula, sedangkan upaya
penanggulangan dilakukan terhadap sekelompok orang yang memiliki faktor resiko
maupun sebagai pasien sehingga dapat memperoleh kesehatan atau normal kembali.
Prinsip penanganan Diabates Melitus secara umum ada lima sesuai dengan Konsensus
Pengelolaan Diabetes Melitus di Indonesia tahun 2006 adalah untuk meningkatkan kualitas
hidup pasien.
3.2 Saran
Penulis tentunya menyadari jika makalah diatas masih terdapat banyak kesalahan
dan jauh dari kesempurnaan. Penulis juga mengharapkan kritik dan saran dalam penulisan
makalah dikemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA
Hasnah. 2009. Pencegahan Penyakit Diabetes Melitus Tipe II. Jurnal Media Gizi
Pangan. Vol. VII. Edisi 1. Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Program Studi
Keperawatan UIN Makassar: Makassar
http://www.p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/penyakit-diabetes-
melitus/page/6/apa-saja-faktor-risiko-penyakit-diabetes-melitus-dm-yang- tidak-
bisa-diubah diakses 10 Februari 2020 pukul 06.30 WIB