Kelompok 5 :
Dosen Pengampu :
Dr. Masrizal Dt. Mangguang, SKM, M.Biomed
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, 2022
A. Pengertian Surveilans Gizi
Surveilans gizi yang dimaksud dalam petunjuk pelaksanaan ini adalah
suatu proses pengumpulan, pengolahan, analisis, dan diseminasi informasi hasil
pengolahan data secara terus menerus dan teratur tentang indikator yang
terkait dengan kinerja pembinaan gizi masyarakat. Kementerian Kesehatan melalui
Direktorat Bina Gizi, pada awalnya lebih memfokuskan Surveilans Gizi untuk
penanganan masalah gizi buruk yang masih banyak dijumpai di masyarakat.
Kegiatan yang banyak dilakukan adalah investigasi kasus balita gizi buruk dan sering
disebut “pelacakan gizi buruk”. Pada perkembangan selanjutnya surveilans gizi
mencakup beberapa aspek yang dipantau yaitu aspek input, proses, output dan
outcome program gizi. Strategi operasional sureilans gizi adalah sebagai berikut:
a) Melaksanakan surveilans gizi rutin.
b) Melaksanakan surveilans gizi khusus.
c) Melaksanakan surveilans gizi darurat/bencana
d) Mengintegrasikan surveilen gizi dengan surveilans penyakit.
Dalam pelaksanaan surveilans gizi, beberapa hal yang perlu diperhatikan
dengan seksama, sebagai berikut:
a) Pengumpulan data gizi dan faktor terkait secara terus-menerus dan teratu r.
b) Analisis data tentang keadaan gizi masyarakat.
c) Menyajikan hasil analisis data dalam forum lintas sektor terkait sesuai
dengan kondisi dan situasi birokrasi wilayah.
d) Diseminasi informasi
2. Indikator Proses
1) Adanya proses pengumpulan data
a. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara aktif dan pasif.
Pengumpulan data yang dilakukan Puskesmas Koto Tinggi dilakukan
dengan cara aktif yaitu dengan mendapatkan data secara langsung, pada
masyarakat atau sumber data lainnya, melalui kegiatan Penyelidikan
Epidemiologi, surveilans aktif puskesmas/rumah sakit, survei khusus, dan
kegiatan lainnya. Data yang diperoleh berdasarkan hasil penimbangan
massal bulan Agustus 2022 .
b.Metode pengumpulan
Metode pengumpulan data yang dilakukan puskesmas yaitu melalui
wawancara, pengukuran, dan pemeriksaan terhadap sasaran. Dalam
melaksanakan kegiatan pengumpulan data, instrumen digunakan sebagai
alat bantu. Instrumen dibuat sesuai dengan tujuan surveilans yang akan
dilakukan dan memuat semua variabel data yang diperlukan. Pengumpulan
data secara cepat, akurat, teratur dan berkelanjutan dari berbagai kegiatan
surveilans gizi di Puskesmas Koto Tinggi salah satunya yaitu melakukan:
a) Kegiatan surveilans rutin bulanan (posyandu) yaitu penimbangan
bulanan, pemantauan dan pelaporan kasus gizi buruk, stunting,
wasting underweight, pendistribusian tablet Fe ibu hamil,
pendistribusian kapsul vitamin A balita, dan pemberian ASI
Eksklusif. Penimbangan yang rutin dilakukan setiap bulan di
Posyandu, hal ini bertujuan untuk mengetahui atau deteksi dini
apakah bayi /balita sakit atau tidak, kelengkapan Imunisasi dan
mendapatkan penyuluhan gizi.
b) Kegiatan surveilans rutin penimbangan massal yang dilakukan 2
kali dalam setahun pada bulan Februari dan Agustus, Untuk data
surveilans gizi di ambil dari data penimbangan massal Puskesmas
Koto Tinggi bulan agustus 2022. Penimbangan massal merupakan
salah satu upaya dalam meningkatkan penimbangan balita. Melalui
penimbangan massal, dapat diketahui status gizi semua balita,
sehingga dapat diketahui balita yang mengalami gizi kurang dan
gizi buruk lebih awal. Berikut ini adalah data yang di peroleh dari
hasil penimbangan massal Agustus 2022 :
Tabel 1. Presentase Masalah Gizi Balita di Wilayah Kerja
Puskesmas Koto Tinggi
Masalah Gizi Persentase
Stunting 13,59%
Wasting 7.3%
Underweight 1.5%
13.59%
86.40%
PEREMPUAN
41%
LAKI-LAKI
59%
77.89%
80.0%
70.0%
60.0%
50.0%
40.0% 22.10%
30.0%
20.0%
10.0%
0.0%
Umur 6 s/d 24 Bulan Umur > 24 s/d 59 bulan
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa balita stunting di wilayah kerja
Puskesmas Koto Tinggi tahun 2022 berdasarkan umur terdapat perpedaan
yang signifikan yaitu balita dengan usia lebih dari 24 bulan lebih banyak
mengalami stunting yaitu sebanyak 74 balita (77.89%) hampir 2 kali lipat di
bandingkan usia di bawah 24 bulan. Berdasarkan dari analisis umur ini kita
dapat mengkaji intervensi apa yang harus kita lakukan dalam penurunan
stunting di Puskesmas Koto Tinggi.
, STUNTING,
[BUBBLE SIZE] , STUNTING,
[BUBBLE SIZE]
, STUNTING,
[BUBBLE SIZE]
20.00%
15.00% 15.40% 14.36% 13.59%
10.00%
5.00%
0.00%
2019 2020 2021 2022
TAHUN
PRESENTASE STUNTING
(TB/U) BERDASARKAN DETERMINAN DI
PUSKESMAS KOTO TINGGI
TAHUN 2022
100 100
94.28
90 89.58
80
75
72.91
70
60 57.14
Percentase
50 54
40 37.14
30
25
20 16.6
15.6
13.1 12.5
10 11.2
0 0
STUNTING KEK JAMBAN MEROKOK TIDAK ADA
TIDAK SEHAT JKN
4. Diseminasi Informasi
Diseminasi informasi dilakukan untuk menyebarluaskan informasi surveilans
gizi kepada pemangku kepentingan. Kegiatan diseminasi informasi dapat dilakukan
dalam bentuk pemberian umpan balik, sosialisasi atau advokasi. Umpan balik
merupakan respon tertulis mengenai informasi surveilans gizi yang dikirimkan kepada
pemangku kepentingan pada berbagai kesempatan baik pertemuan lintas program
maupun lintas sektor. Sosialisasi dilakukan dengan menyajikan hasil surveilans gizi
dalam forum koordinasi atau forum-forum lainnya, sedangkan advokasi merupakan
penyajian hasil surveilans gizi dengan harapan memperoleh dukungan dari pemangku
kepentingan. Diseminasi dan publikasi hasil pengukuran stunting dapat dilakukan di
berbagai tingkat sebagai berikut:
a. Tingkat Desa
Stunting dapat menjadi bagian dari instrumen Suvey Mawas Diri (SMD) yang
pendataannya dapat dilakukan oleh wakil masyarakat. Melalui SMD masyarakat
dapat mengenal masalah stunting dan memetakan potensi yang dimiliki
masyarakat untuk mengatasi masalah tersebut. Hal ini penting untuk didentifikasi
oleh masyarakat sendiri, selanjutnya masyarakat dapat digerakkan untuk
berperan serta aktif memperkuat upaya-upaya perbaikannya sesuai batas
kewenangannya.
b. Tingkat Kecamatan
Diseminasi angka stunting dalam Lokakarya Mini Bulanan dapat dilakukan pada
tingkat Puskesmas Kecamatan untuk menyusun secara lebih terinci kegiatan-
kegiatan terkait stunting yang akan dilaksanakan selama bulan berjalan,
menggalang kerja sama dan koordinasi antar-petugas Puskesmas (lintas
program), dan meningkatkan motivasi petugas-petugas Puskesmas dalam
pelaksanaan integrasi kegiatan pencegahan dan penurunan stunting.
c. Tingkat Kabupaten/Kota
Pada tingkat Kabupaten/kota analisis data stunting dapat didiseminasikan melalui
Buku Profil Kesehatan Kabupaten/kota yang dapat didistribusikan kepada :
a) Bupati/Walikota/Gubernur dan DPRD Kabupaten/kota.
b) Instansi tingkat Kabupaten/kota termasuk Bappeda dan sektor terkait.
c) Puskesmas dan UPT kesehatan lainnya, Rumah Sakit Pemerintah dan
Swasta.
d) Dinas Kesehatan Provinsi. • Kementerian Kesehatan c.q. Pusat Data dan
Informasi.
e) Pemangku Kepentingan lainnya (contoh: akademisi, Lembaga Swadaya
Masyarakat, swasta).
Direktorat Gizi Masyarakat, Kemenkes RI. 2017. Pedoman Pemantauan Status Gizi Tahun
2017