Anda di halaman 1dari 37

SURVEILANS GIZI

DAN PELAYANAN KESEHATAN


MATA KULIAH
SURVEILANS KESEHATAN MASYARAKAT
Kelompok 6
(4A Kesehatan Masyarakat)
NAMA ANGGOTA
1. Shindi Widya Nugraheni (6411420014)
2. Septriyani (6411420031)
3. Wahyuti Risma Dhani (6411420032)
4. Angelia Reza Devanty (6411420035)
5. N. Jamilatul Izyati (6411420036)
6. Dini Nurkholisah (6411420040)
SURVEILANS GIZI
Pengertian Surveilans Gizi

Surveilans gizi adalah proses pengamatan masalah dan program gizi secara
terus menerus baik situasi normal maupun darurat, meliputi : pengumpulan,
pengolahan, analisis dan pengkajian data secara sistematis serta
penyebarluasan informasi untuk pengambilan tindakan sebagai respon segera
dan terencana.
Prinsip Dasar Surveilans Gizi

1) Tersedia data yang akurat dan tepat waktu


2) Ada proses analisis atau kajian data
3) Tersedianya informasi yang sistematis dan terus menerus
4) Ada proses penyebarluasan informasi, umpan balik dan pelaporan
5) Ada tindak lanjut sebagai respon terhadap perkembangan informasi
Ruang Lingkup Surveilans Gizi

Ruang lingkup surveilans gizi meliputi kegiatan pengumpulan data dari


laporan rutin atau survei khusus, pengolahan dan diseminasi hasilnya yang
digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan atau tindakan cepat,
perumusan kebijakan, perencanaan kegiatan dan evaluasi hasil kegiatan.
Tujuan Surveilans Gizi

Tujuan Umum :
Terselenggaranya kegiatan surveilans gizi untuk memberikan gambaran
perubahan pencapaian kinerja pembinaan gizi masyarakat dan indikator
khusus lain yang diperlukan secara cepat, akurat, teratur dan berkelanjutan
dalam rangka pengambilan tindakan segera, perencanaan jangka pendek dan
menengah serta perumusan kebijakan.
Tujuan Surveilans Gizi
Tujuan Khusus :
a. Tersedianya informasi secara cepat, akurat, teratur dan berkelanjutan
mengenai perubahan pencapaian kinerja pembinaan gizi:
1) Persentase balita gizi buruk yang mendapat perawatan;
2) Persentase balita yang ditimbang berat badannya;
3) Persentase bayi usia 0-6 bulan mendapat ASI Eksklusif;
4) Persentase rumah tangga mengonsumsi garam beriodium;
5) Persentase balita 6-59 bulan mendapat kapsul vitamin A;
6) Persentase ibu hamil mendapat 90 tablet Fe;
7) Persentase kabupaten/kota melaksanakan surveilans gizi;
8) Persentase penyediaan bufferstock MP-ASI untuk daerah bencana.
Tujuan Surveilans Gizi
b. Tersedianya informasi indikator gizi lainnya secara berkala jika diperlukan,
seperti:
1) Prevalensi balita gizi kurang berdasarkan antropometri;
2) Prevalensi status gizi anak usia sekolah, remaja dan dewasa;
3) Prevalensi risiko Kurang Energi Kronis (KEK) pada Wanita Usia Subur
( WUS) dan ibu hamil;
4) Prevalensi anemia gizi besi dan Gangguan Akibat Kurang Iodium
(GAKI), Kurang Vitamin A (KVA) dan masalah gizi mikro lainnya;
5) Tingkat konsumsi zat gizi makro (energi dan protein) dan mikro
(defisiensi zat besi, defisiensi iodium);
6) Data pendistribusian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI) dan
Pemberian Makanan Tambahan (PMT);
7) Data terkait lainnya yang diperlukan.
Manfaat Surveilans Gizi

Kegiatan surveilans gizi bermanfaat untuk memberikan informasi pencapaian


kinerja dalam rangka pengambilan tindakan segera, perencanaan jangka
pendek dan menengah serta perumusan kebijakan, baik di kabupaten/kota,
provinsi dan pusat. Selain itu kegiatan surveilans gizi juga bermanfaat untuk
mengevaluasi pencapaian kinerja pembinaan gizi masyarakat.
Kebijakan Surveilans Gizi
Kementerian Kesehatan melalui Direktorat Bina Gizi, pada awalnya lebih
memfokuskan Surveilans Gizi untuk penanganan masalah gizi buruk yang masih
banyak dijumpai di masyarakat. Kegiatan yang banyak dilakukan adalah
investigasi kasus balita gizi buruk dan sering disebut “pelacakan gizi buruk”.
Pada perkembangan selanjutnya surveilans gizi mencakup beberapa aspek yang
dipantau yaitu aspek input, proses, output dan outcome program gizi. Strategi
operasional sureilans gizi adalah sebagai berikut:
1) Melaksanakan surveilans gizi rutin.
2) Melaksanakan surveilans gizi khusus.
3) Melaksanakan surveilans gizi darurat/bencana
4) Mengintegrasikan surveilen gizi dengan surveilans penyakit.
Kebijakan Surveilans Gizi
Dalam pelaksanaan surveilans gizi, beberapa hal yang perlu diperhatikan dengan
seksama, sebagai berikut:
1) Pengumpulan data gizi dan faktor terkait secara terus-menerus dan teratur.
2) Analisis data tentang keadaan gizi masyarakat.
3) Menyajikan hasil analisis data dalam forum lintas sektor terkait sesuai
dengan kondisi dan situasi birokrasi wilayah.
4) Diseminasi informasi.
Kegiatan Surveilans Gizi

Kegiatan surveilans gizi meliputi kegiatan pengumpulan dan pengolahan data,


penyajian serta diseminasi informasi bagi pemangku kepentingan. Informasi dari
surveilans gizi dimanfaatkan oleh para pemangku kepentingan untuk melakukan
tindakan segera maupun untuk perencanaan program jangka pendek, menengah
maupun jangka panjang serta untuk perumusan kebijakan.
Kegiatan Surveilans Gizi
Pengumpulan Data

Pengumpulan data secara cepat, akurat, teratur dan berkelanjutan dari berbagai
kegiatan surveilans gizi sebagi sumber informasi, yaitu:

a. Kegiatan rutin yaitu penimbangan bulanan, pemantauan dan pelaporan kasus


gizi buruk, pendistribusian tablet Fe ibu hamil, pendistribusian kapsul vitamin
A balita, dan pemberian ASI Eksklusif.

b. Kegiatan survei khusus yang dilakukan berdasarkan kebutuhan, seperti


konsumsi garam beriodium, pendistribusian MP-ASI dan PMT, pemantauan
status gizi anak dan ibu hamil dan Wanita Usia Subur (WUS) risiko Kurang
Energi Kronis (KEK) atau studi yang berkaitan dengan masalah gizi lainnya.
Tabel Rekapitulasi Data di Tingkat Kabupaten/Kota
Pengolahan Data dan Penyajian Informasi

Pengolahan data dapat dilakukan secara deskriptif maupun analitik, yang


disajikan dalam bentuk narasi, tabel, grafik dan peta, atau bentuk
penyajian informasi lainnya.

Contoh penyajian data dalam bentuk grafik Contoh penyajian data dalam bentuk peta
Diseminasi Informasi

Diseminasi informasi dilakukan untuk menyebarluaskan informasi surveilans gizi


kepada pemangku kepentingan. Kegiatan diseminasi informasi dapat dilakukan
dalam bentuk pemberian umpan balik, sosialisasi atau advokasi.
Umpan balik merupakan respon tertulis mengenai informasi surveilans gizi yang
dikirimkan kepada pemangku kepentingan pada berbagai kesempatan baik
pertemuan lintas program maupun lintas sektor.

Sosialisasi merupakan penyajian hasil surveilans gizi dalam forum koordinasi atau
forum-forum lainnya sedangkan advokasi merupakan penyajian hasil surveilans
gizi dengan harapan memperoleh dukungan dari pemangku kepentingan.
Masalah Pelaksanaan Surveilans Gizi
di Indonesia
Berdasarkan hasil kajian yang merujuk kepada hasil monitoring pelaksanaan
Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi, masalah dalam pelaksanaan surveilans
gizi dapat diketgorikan menjadi tiga kelompok masalah yaitu:
1) Masalah yang terkait dengan pemangku kepentingan.
2) Masalah yang terkait dengan kapasitas sumber daya manusia pelaksana, dan
3) Masalah disiplin dan tertib pelaporan.
SURVEILANS
PELAYANAN KESEHATAN
Surveilans di Puskesmas
1. Pengumpulan Data
- Jenis Data
Jenis data dan sumber data yang telah dikumpulkan terkait dengan kegiatan
surveilans di Puskesmas dilakukan melalui data register (nama, alamat,
umur) rawat jalan dan rawat inap di poli umum, Pustu, Polindes, Poskesdes
berupa laporan penyakit (data kesakitan) dan laporan pemakaian obat.
- Waktu Pengumpulan Data
Waktu pengumpulan data surveilans di peroleh keterangan bahwa
Puskesmas melakukan pengumpulan data setiap hari kerja berdasarkan
waktu kunjungan pasien ke Puskesmas, setiap minggu yang disebut laporan
W2, dan laporan LB1 yang dikumpulkan awal bulan berikutnya.
Surveilans di Puskesmas
2. Pengolahan Data : Mengolah data kasus penyakit di Puskesmas dilakukan secara manual
dan komputerisasi yang dilaporkan berdasarkan nama, golongan umur dan alamat dalam
bentuk fisik (teks), tabel, dan dalam bentuk grafik.

3. Analisis dan Interpretasi Data : Menganalisis data dilakukan dengan membandingkan


jumlah kasus yang terjadi apakah mengalami peningkatan atau penurunan, dan tidak ada
teknik khusus dalam menganalisis data, menganalisis data dilakukan diakhir bulan setiap
melakukan evaluasi program, proses analisis data dilakukan secara manual, sama halnya
dalam pengolahan data dan tidak ada teknik khusus dalam menganalisis data

4. Diseminasi Informasi : Mengenai diseminasi informasi ke Dinkes Kota maupun


masyarakat pihak puskesmas melakukan metode pemberian ceramah atau penyampaian
lisan melalui penyuluhan yang dilakukan oleh tim surveilans dengan bantuan gambar-
gambar seperti poster dan pampflet.
Contoh Surveilans Basis Puskesmas
1. Pemantauan Wilayah Setempat KLB Kecamatan
2. Pemantauan Wilayah Setempat KLB Kelurahan
3. Surveilans Terpadu Penyakit
4. Surveilans Terpadu Penyakit Sentinel
5. Surveilans Campak
6. Laporan Bulanan Kematian
7. Jumlah Kematian
SURVEILANS AFP RUMAH SAKIT
Surveilans AFP (Acute Flaccid Paralysis) adalah
pengamatan yang dilakukan terhadap semua kasus
kelumpuhan yang sifatnya layuh (flaccid) seperti
kelumpuhan pada poliomielitis dan terjadi pada anak
berusia <15 tahun, dalam upaya untuk menemukan
adanya transmisi virus polio liar.
Surveilans Aktif Rumah Sakit
(HBS/Hospital Based Surveilans)

Lokasi Pengamatan Pelaksana Frekuensi

Pengumpulan data Surveilans Surveilans Aktif RS • Setiap minggu bagi


Aktif RS dilakukan di semua dilaksanakan oleh: Petugas petugas kabupaten/kota
bagian rumah sakit yang kabupaten /kota dan Contact • Setiap hari bagi contact
merawat anak berusia < 15 person RS.. Apabila terdapat person/petugas surveilans
tahun, seperti: Instalasi Rawat keterbatasan jumlah tenaga RS
Inap dan Instalasi Rawat Jalan dan lokasi rumah sakit jauh
Anak; Instalasi Rawat Inap dan darikabupaten/kota, maka
Instalasi Rawat Jalan Syaraf; pelaksanaannya dapat
Instalasi Rehabilitasi Medik; dilaksanakan oleh petugas
Instalasi Rawat Darurat; dan puskesmas terdekat maupun
Instalasi lainnya yang merawat petugas RS.
anak usia <15 tahun.
Pelaksanaan Surveilans-Aktif Rumah Sakit
1. Pengumpulan data kasus AFP di rumah sakit dilakukan secara aktif (Surveilans aktif)
oleh petugas surveilans kabupaten/kota, bukan menunggu laporan dari rumah sakit.
2. Seminggu sekali mengunjungi RS yang merawat anak <15 tahun, bersama contact
person RS mengecek buku register dan membubuhkan paraf serta tanggal pelaksanaan
pada buku register setiap kali selesai pengecekan. Termasuk melakukan pengecekan
gejala lumpuh pada data EWORS (early warning outbreak recognition system) bagi
RS yang sudah melaksanakan sistem tersebut.
3. Mencatat data kasus pada formulir FP-PD, apabila tidak ada kasus dan PD3I maka
ditulis “nihil” atau “0” (nol) (Format 6). Apabila ditemukan kasus campak maka
dicatat dalam form C1.
4. Berdiskusi dengan DSA/DSS atau dokter penanggung jawab ruangan dan contact
person tentang hasil Surveilans Aktif RS pada saat itu.
5. Membuat absensi pelaksanaan Surveilans Aktif RS dalam bentuk “kelengkapan dan
ketepatan laporan mingguan RS” (Format 28b).
6. Setiap bulan mengkompilasi data kasus AFP, Campak dan TN yang
ditemukan di RS ke dalam format laporan surveilans intergrasi (Format
34b).
7. Pelaksanaan Surveilans-Aktif Rumah Sakit oleh petugas
Surveilans/Contact Person RS
8. Surveilans aktif RS (Pengamatan/pengumpulan data) dilaksanakan setiap
hari oleh petugas surveilans RS atau kontak person yang telah ditunjuk
dengan cara berkoordinasi dengan penanggung jawab ruangan yang
merawat anak <15 tahun.
9. Konsultasikan kepada DSA/DSS atau dokter penanggung jawab lokasi
pengamatan tentang kasus AFP yang ditemukan.
10. Segera melaporkan dalam waktu < 24 jam ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/ Kota apabila menemukan kasus AFP, melalui telepon/SMS
atau kurir.
SURVEILANS INFEKSI TERKAIT
PELAYANAN KESEHATAN

Surveilans infeksi terkait pelayanan kesehatan (Health Care  Associated


Infections/HAIs) adalah suatu proses yang dinamis, sistematis, terus menerus
dalam pengumpulan, identifikasi, analisis dan interpretasi data kesehatanyang
penting di fasilitas pelayanan kesehatan pada suatu populasi spesifik dan
didiseminasikan secara berkala kepada pihak-pihak yang memerlukan untuk
digunakan dalam perencanaan, penerapan, serta evaluasi suatu tindakan yang
berhubungan dengan kesehatan.
Tujuan Surveilans HAIs di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan
• Tersedianya informasi tentang situasi dan kecenderungan
kejadian HAIs di fasilitas pelayanan kesehatan dan faktor risiko
yang mempengaruhinya.
• Terselenggaranya kewaspadaan dini terhadap kemungkinan
terjadinya fenomena abnormal (penyimpangan) pada hasil
pengamatan dan dampak HAIs di fasilitas pelayanan kesehatan.
• Terselenggaranya investigasi dan pengendalian kejadian
penyimpangan pada hasil pengamatan dan dampak HAIs di
fasilitas pelayanan kesehatan.
Metode Surveilans
• Surveilans Komprehensif (Hospital Wide/Tradisional Surveillance)
Surveilans yang dilakukan di semua area perawatan untuk mengidentifikasi pasien
yang mengalami infeksi selama di rumah sakit. Data dikumpulkan dari catatan
medis, catatan keperawatan, laboratorium dan perawat ruangan.Metode surveilans
ini merupakan metode pertama yang dilakukan oleh Center for Diseases Control
(CDC) pada tahun 1970 namun memerlukan banyak waktu, tenaga dan biaya.
• Surveilans Target (Targetted Surveillance)
Metode ini berfokus pada ruangan atau pasien dengan risiko infeksi spesifik seperti
ruang perawatan intensif, ruang perawatan bayi baru lahir, ruang perawatan pasien
transplan, ruang perawatan pasien hemodialisa atau pasien dengan risiko: ISK,
Surgical Site Infection (SSI)/IDO, Blood Stream Infection (BSI)/IAD,
Pneumonia (HAP, VAP).
Metode Surveilans
• Surveilans Periodik (Periodic Surveillance)
Metode Hospital Wide Traditional Surveillance yang dilakukan secara
periodik, misalnya satu bulan dalam satu semester. Cara lain dilakukan
surveilans pada satu atau beberapa unit dalam periode tertentu kemudian
pindah lagi ke unit lain.
• Surveilans Prevalensi (Prevalence Surveillance)
Menghitung jumlah aktif infeksi selama periode tertentu.Aktif infeksi
dihitung semua jumlah infeksi baik yang lama maupun yang baru ketika
dilakukan survei. Jumlah aktif infeksi dibagi jumlah pasien yang ada pada
waktu dilakukan survei. Prevalence Surveillance dapat digunakan pada
populasi khusus seperti infeksi mikroorganisme khusus: Methicillin-
Resistant Staphylococcus Aureus (MRSA), Vancomycin Resistant
Enterococci (VRE).
LANGKAH-
LANGKAH
SURVEILANS
1. Perencanaan
-Tahap 1 : Mengkaji populasi pasien
Tentukan populasi pasien yang akan dilakukan survei apakah semua pasien/sekelompok
pasien/pasien yang berisiko tinggi saja.
- Tahap 2 : Menseleksi hasil/proses surveilans
Lakukan seleksi hasil surveilans dengan pertimbangan kejadian paling sering/dampak
biaya/diagnosis yang paling sering.
- Tahap 3 : Penggunaan definisi infeksi
Gunakan definisi infeksi yang mudah dipahami dan mudah diaplikasikan, misalnya Center for
Disease Control (CDC) atau Kementerian Kesehatan.

2. Pengumpulan Data
- Mengumpulkan data surveilans oleh orang yang kompeten, profesional, berpegalaman,
dilakukan oleh IPCN.
- Memilih metode surveilans dan sumber data yang tepat.
- Data yang dikumpulkan dan dilakukan pencatatan meliputi data demografi, faktor risiko,
antimikroba yang digunakan dan hasil kultur resistensi, nama, tanggal lahir, jenis kelamin, nomor
catatan medik, tanggal masuk RS.
- Metode observasi langsung merupakan gold standard.
3. Analisis
Menganalisis incidence rate infeksi: data harus dianalisa dengan cepat dan tepat untuk
mendapatkan informasi apakah ada masalah infeksi rumah sakit yang memerlukan
penanggulangan atau investigasi lebih lanjut.

4. Interpretasi
Interpretasi yang dibuat harus menunjukkan informasi tentang penyimpangan yang terjadi.
Bandingkan angka infeksi rumah sakit apakah ada penyimpangan, dimana terjadi kenaikan
atau penurunan yang cukup tajam. Bandingkan rate infeksi dengan NNIS/CDC/WHO.
Perhatikan dan bandingkan kecenderungan menurut jenis infeksi, ruang perawatan dan
mikroorganisme patogen penyebab bila ada. Jelaskan sebab-sebab peningkatan atau
penurunan angka infeksi rumah sakit dengan melampirkan data pendukung yang relevan
dengan masalah yang dimaksud.
5. Pelaporan
- Laporan dibuat secara periodik, tergantung institusi bisa setiap triwulan, semester, tahunan atau
sewaktu-waktu jika diperlukan.
- Laporan dilengkapi dengan rekomendasi tindak lanjut bagi pihak terkait dengan peningkatan
infeksi.
- Laporan didesiminasikan kepada pihak-pihak terkait agar dapat memanfaatkan informasi
tersebut untuk menetapkan strategi pengendalian infeksi rumah sakit.

6. Evaluasi
- Langkah-langkah proses surveilans
- Ketepatan waktu dari data
- Kualitas data
- Ketepatan analisa
- Hasil penilaian: apakah sistem surveilans sudah sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
DAFTAR PUSTAKA
• Indonesian Public Health. 2015. Surveilans AFP Rumah Sakit.
http://www.indonesian-publichealth.com/surveilans-afp-rumah-sakit/#:~:text=Sur
veilans%20Aktif%20RS%20bertujuan%20untuk,akan%20berobat%20ke%20rum
ah%20sakit
. (28 Mei 2022).
• Snars Web. 2022. BAB 4 – Surveilans Infeksi terkait Pelayanan Kesehatan.
https://snars.web.id/ppirs/4-surveilan-infeksi/#:~:text=Surveilans%20kesehatan%
20adalah%20kegiatan%20pengamatan,dan%20memberikan%20informasi%20gu
na%20mengarahkan
. (28 Mei 2022).
THANKS

Anda mungkin juga menyukai