Anda di halaman 1dari 56

Sajiman, S.KM., M.

Gizi
• Menurut WHO, surveilans merupakan proses pengumpulan, pengolahan,
analisis dan interpretasi data secara sistemik dan terus menerus serta
penyebaran informasi kepada unit yang membutuhkan untuk dapat
mengambil tindakan.

• Surveilans adalah suatu kegiatan pengamatan penyakit yang dilakukan secara


terus menerus dan sistematis terhadap kejadian dan distribusi penyakit serta
faktor-faktor yang mempengaruhi nya pada masyarakat sehingga dapat
dilakukan penanggulangan untuk dapat mengambil tindakan efektif.

Surveilans gizi adalah proses pengamatan masalah dan program gizi secara terus menerus baik situasi
normal maupun darurat, meliputi : pengumpulan, pengolahan, analisis dan pengkajian data secara
sistematis serta penyebarluasan informasi untuk pengambilan tindakan sebagai respon segera dan
terencana.
Gizi buruk adalah keadaan kurang gizi tingkat berat pada anak berdasarkan indeks
berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) <-3 SD dan atau ditemukan tanda-tanda
klinis marasmus, kwashiorkor dan marasmus-kwashiorkor.

Marasmus adalah keadaan gizi buruk yang ditandai dengan tampak sangat kurus,
iga gambang, perut cekung, wajah seperti orang tua dan kulit keriput

Kwashiorkor adalah keadaan gizi buruk yang ditandai dengan edema seluruh tubuh
terutama di punggung kaki, wajah membulat dan sembab, perut buncit, otot mengecil,
pandangan mata sayu dan rambut tipis/kemerahan.

Marasmus-Kwashiorkor adalah keadaan gizi buruk dengan tanda-tanda gabungan


dari marasmus dan kwashiorkor
 kegiatan pengumpulan
 pengolahan data, Penyajian dan Analisis data serta
 diseminasi informasi bagi pemangku kepentingan.
• Pengumpulan data dilakukan dengan cara aktif dan pasif.
• Pengumpulan data dapat diperoleh dari berbagai sumber
antara lain individu, Fasilitas Pelayanan Kesehatan, unit
statistik dan demografi, dan sebagainya.
• Metode pengumpulan data dapat dilakukan melalui
wawancara, pengamatan, pengukuran, dan pemeriksaan
terhadap sasaran.

a. Kegiatan rutin : Pengumpulan data kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat


seperti penimbangan bulanan, pemantauan dan pelaporan kasus gizi buruk,
pendistribusian tablet Fe ibu hamil, pendistribusian kapsul vitamin A balita,
dan pemberian ASI Eksklusif.
b. Kegiatan survei khusus yang dilakukan berdasarkan kebutuhan, seperti
konsumsi garam beriodium, pendistribusian MP-ASI dan PMT, pemantauan
status gizi anak dan ibu hamil dan Wanita Usia Subur (WUS) risiko Kurang
Energi Kronis (KEK) atau studi yang berkaitan dengan masalah gizi lainnya
Pengolahan : Data yang terkumpul tidak ada gunanya kalau
tidak diolah terlebih dahulu. Melalui pengolahan data, maka
data tersebut dapat dimanfaatkan sesuai dengan tujuan yang
telah ditetapkan.

Penyajian Data : bentuk tabel distribusi frekuensi, tabel


silang, grafik batang, lingkaran (pie), histogram, ogive,
gambar, peta dan lain sebagainya.

Analisis Data : Analisis yang dilakukan bisa dalam bentuk


Analisis Desktriftip, analisis perbandingan, analisis
hubungan dan analisis kecenderungan
Diseminasi Informasi

• Diseminasi informasi dilakukan untuk menyebarluaskan informasi hasil pengolahan


dan analisis data untuk mendapatkan dukungan dari lintas sektor dan lintas
program di setiap jenjang pemerintahan tentang hasil kegiatan Pembinaan Gizi
Masyarakat.
• Kegiatan diseminasi informasi dapat dilakukan dalam bentuk pemberian umpan
balik dan sosialisasi serta advokasi pada pertemuan lintas program dan lintas
sektor.

Umpan balik merupakan respon tertulis mengenai informasi surveilans gizi yang
dikirimkan kepada pemangku kepentingan pada berbagai kesempatan baik
pertemuan lintas program maupun lintas sektor.

Sosialisasi merupakan penyajian hasil surveilans gizi dalam forum koordinasi atau
forum-forum lainnya

Advokasi merupakan penyajian hasil surveilans gizi dengan harapan memperoleh


dukungan dari pemangku kepentingan
Tindak Lanjut

• Tindak lanjut sebagai respon dilakukan apabila data cakupan indikator


Pembinaan Gizi Masyarakat menunjukkan adanya kekurangan atau
kesenjangan antara hasil yang dicapai dengan yang seharusnya dicapai.
• Tindak lanjut terhadap hasil analisis yang bersifat teknis dilakukan oleh
pengelola program gizi, sedangkan yang bersifat kebijakan oleh pengambil
kebijakan
Pendahuluan

Untuk mencegah Kejadian gizi buruk perlu dideteksi secara dini melalui
intensifikasi pemantauan pertumbuhan dan identifikasi faktor risiko yang erat
dengan kejadian KLB Gizi melalui kegiatan surveilans.

Berdasarkan Kep. Menkes RI Nomor: 1116/Menkes/SK/VIII/2003 tentang


Pedoman Penyelenggaraan Surveilans Epidemiologi Kesehatan dan salah satu
sasarannya adalah penyelenggaraan Sistem Kewaspadaan Gizi (SKG) termasuk
di dalamnya Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa Gizi (SKD-KLB Gizi).

SKG dan SKD KLB Gizi berperan sebagai penyedia informasi dalam rangka
mencegah dan menanggulangi KLB Gizi Buruk.
Sitem kewaspadaan Gizi (SKG)
adalah suatu sistem pengelolaan informasi gizi yang dilakukan
secara terus menerus untuk mendukung perencanaan dan
penetapan langkah-langkah tindakan penanggulangan
masalah gizi baik jangka pendek maupun panjang

Sistem Kewaspadaan Dini KLB Gizi Buruk (SKD-KLB)


merupakan kewaspadaan terhadap ancaman terjadinya gizi
buruk serta faktor-faktor yang mempengaruhinya melalui
surveilans, yang informasinya dimanfaatkan untuk meningkatkan
sikap tanggap kesiapsiagaan, upayaupaya pencegahan dan
tindakan penanggulangan kejadian luar biasa
secara cepat dan tepat.
Tujuan Umum:
Mengantisipasi kejadian luar biasa gizi buruk di suatu wilayah pada kurun
waktu tertentu

Tujuan Khusus:
a. Teridentifikasinya adanya ancaman KLB gizi buruk
b. Terselenggaranya peringatan kewaspadaan dini KLB gizi buruk
c. Terselenggaranya kesiapsiagaan menghadapi kemungkinan terjadinya
KLB gizi buruk
d. Terdeteksi secara dini adanya kondisi rentan KLB gizi buruk
e. Terdeteksi secara dini adanya KLB gizi buruk
f. Terselenggaranya penyelidikan dugaan KLB gizi buruk
g. Tertanggulanginya KLB gizi buruk
PELAKSANAAN SISTIM KEWASPADAAN DINI
KEJADIAN LUAR BIASA GIZI BURUK

Kejadian KLB gizi buruk perlu dideteksi secara dini dan diikuti
dengan tindakan yang cepat dan tepat sehingga kasus-kasus
potensial penyebab gizi buruk dapat dicegah.

Prinsip melaksanakan SKD-KLB gizi buruk adalah mencakup :


• Kajian epidemiologi secara rutin
• Peringatan kewaspadaan dini
• Peningkatan kewaspadaan dan kesiapsiagaan.
adalah analisis terhadap penyebab, gambaran
epidemiologi, sumber-sumber penyebaran, faktor-faktor
yang mempengaruhi serta menetapkan cara-cara
penanggulangan yang efektif dan efisien terhadap suatu
KLB atau dugaan adanya KLB.

Kajian epidemilogi bersumber dari data rutin dan


data khusus.
mengidentifikasi ada tidaknya potensi/ancaman KLB-
Tujuan: Gizi buruk di masyarakat dengan mempelajari distribusi
kasus menurut waktu, tempat dan orang serta faktor-
faktor penyebab gizi buruk di masyarakat.

Variabel orang mencakup antara lain : Variabel waktu adalah :


• Umur • bulan kejadian 2
• Jenis kelamin 1 • tahun kejadian
• status gizi
Sedangkan faktor-faktor penyebab
Variabel tempat adalah : gizi buruk terutama yang berkaitan
• desa, 3 langsung, misalnya :
• kecamatan • konsumsi makanan
4
• batas administratif dan sebagainya. • status perolehan vitamin A
• penyakit infeksi
• status imunisasi
Ruang lingkup
Dalam kegiatan kajian epidemiologi ada 3 kegiatan utama
yaitu :
• Pengumpulan data yang relevan pada suatu populasi dan
dalam wilayah geografi tertentu.
• Pengolahan, analisis dan interpretasi data Penyebarluasan
hasil kajian kepada pengelola program kesehatan dan
pihak lain yang terkait.
Pengumpulan data
• Kajian epidemiologi dilakukan dengan menggunakan data rutin atau data khusus.
• Data yang dibutuhkan adalah data yang sangat erat kaitannya dengan kasus
gizi buruk yaitu data penyakit, pemantauan pertumbuhan serta data di luar
sektor kesehatan

Data Kesehatan dan Gizi meliputi :


• Data penimbangan (S, K, D, N, BGM)
• Surveilans epidemiologi penyakit berpotensi KLB (Campak, Diare, Demam
Berdarah Dengue (DBD), TBC dan ISPA/Pneumonia).
• Pelayanan kesehatan misalnya : imunisasi, pemberian vitamin A

Data di luar sektor kesehatan meliputi :


• Produksi pertanian, harga pangan pokok
• Jumlah keluarga miskin, pengangguran, tingkat pendidikan
• Pola asuh
• Kondisi lingkungan pemukiman
• Bencana alam, dll

Data-data tersebut diolah di tingkat desa sampai Kabupaten/Kota


Penanggung jawab
• Tingkat desa dan puskesmas : kepala puskesmas
• Tingkat Kabupaten K. dinkes
Pelaksana kajian di tingkat desa adalah
• TPG puskesmas, dan dibantu oleh pembina wilayah desa.

Data yang diolah pada meliputi:


1. Data Penimbangan
2. Data Gizi Buruk
3. Data penyakit (diare, Campak, ISPA dll)
Data Penimbangan
• Jumlah balita (S) yang ada di wilayah desa
• Jumlah balita yang memiliki KMS (K)
• Jumlah balita yang datang ditimbang (D) pada bulan penimbangan
• Jumlah balita yang naik berat badannya (N) pada bulan penimbangan
• Jumlah anak balita Bawah Garis Merah (BGM)
• Jumlah balita yang tidak naik berat badanya (T)
• Jumlah balita yang datang bulan ini, tetapi bulan lalu tidak datang (O)
• Jumlah balita baru yang datang (B)
Data Penimbangan

Sumber data :
• Hasil pemantauan pertumbuhan balita setiap bulan di posyandu di desa
• Rekap data SKDN dari desa dan sarana Yankes yang ada diwilayah PKM
• FIII Gizi

Periode waktu
• Setiap bulan dikumpulkan melalui posyandu
• Setiap hari, untuk kasus BGM yang datang ke petugas kesehatan (bidan
desa) dan ke pelayanan kesehatan di desa.
• Setiap hari untuk kasus BGM yang datang ke PKM dan Yankes Lain
• SKDN dan BG M di desa yang dikumpulkan setiap bulan melalui
kegiatan pertumbuhan dan perkembangan
Pengolahan

• Data SKDN dihitung dalam bentuk jumlah misalnya S,K,D,N atau


• dalam bentuk proporsi misalnya N/D, D/S, K/S dan BGM/D untuk masing
masing posyandu.
• perhitungan N/D, D =balita yang naik BB (N) dan yang tetap (T), atau
jumlah balita yang ditimbang pada bulan tersebut (D) dikurangi balita
yang datang bulan ini tetapi bulan lalu tidak datang (O) dan balita yang
baru datang (B) atau D = N+T atau D bulan ini -(O+B).
• Dihitung dalam bentuk proporsi misalnya : N/D, D/S, K/S dan
BGM/D
Penyajian data
Tampilan dapat dalam bentuk tabel dan grafik (garis, balok, batang,
pie, dll). Penyajian menggambarkan situasi wilayah dalam periode waktu
tertentu (bulanan, triwulan, dan tahunan)
Tabel 1.Cakupan N/D menurut desa Jan-Jun 2017 di puskesmas A

Gambar 1. Cakupan D/S, K/S, N/D dan BGM/D


di Puskesmas A periode Januari – Maret 2017
Gambar 2. Kecenderungan BGM/D periode Januari-Juni
2017 di 3 desa di Puskesmas A
Gambar 1. Cakupan D/S, K/S, N/D dan BGM/D
di Puskesmas A periode Januari – Maret 2017
Analisis

Analisis data dilakukan untuk melihat kecenderungan pencapaian


cakupan SKDN dan BGM dari bulan ke bulan, atau melihat
pencapaian cakupan antar desa.

Analisis Lanjut dilakukan dengan melihat pencapaian cakupan


antar desa dan menghubungkannya dengan informasi yang yang
berkaitan, misalnya menurunnya N/D dengan kejadian wabah
diare, gagal panen, dll.
• Meihat kecenderungan pencapaian S, K, D dan
N atau proporsi D/S, N/D, K/S dan BGM/D

• melihat pencapaian tiap posyandu


Data Kasus Gizi Buruk
Sumber data
• Hasil pemantauan pertumbuhan bulanan desa
• Laporan aktif dari masyarakat dengan pengenalan tanda-tanda klinis gizi buruk (telah
diverifikasi petugas)
• Data lain yang terkait (laporan KLB penyakit, laporan rawat jalan/rawat inap kasus gizi buruk,
data rujukan kasus gizi buruk, kasus gizi buruk yang meninggal di puskesmas atau rumah sakit).
• Rujukan posyandu ke puskesmas yang telah diverifikasi petugas
• Laporan gizi buruk (W1)

Pengumpulan data:
• Periode waktu : setiap saat, bulanan
• Pengelola laporan di tingkat desa adalah bidan di desa/petugas
kesehatan lainnya sebagai pembina wilayah.
• Pengelola laporan di tingkat puskesmas adalah TPG dan penanggung
jawab SP3/SP2TP
Pengolahan data :
• Data diolah dalam bentuk jumlah kasus baru dalam 1 bulan.
melihat perubahan jumlah kasus gizi buruk baru
dalam satu periode waktu dan tempat.

Lakukan analisis hubungan terjadinya gizi buruk dengan faktorfaktor risiko


yang berdampak pada keadaan gizi anak (misal : diare,campak, dan lain-lain)
Data Penyakit Campak, Diare dan penyakit lainnya

Dilakukan biasanya di tingkat puskesmas dan kabupaten

• Data diambil dari hasil olahan (informasi) pemantauan wilayahPWS)


setempat penyakit di puskesmas.
• Pengambilan informasi diambil setiap minggu (PKM) dan bulanan (di tingkat
Kab)
PERINGATAN KEWASPADAAN DINI KLB GIZI

• Peringatan adanya ancaman KLB pada suatu daerah dalam waktu tertentu
• Tujuan: Mendorong peningkatan kewaspadaan terhadap terjadinya gizi
buruk di PKM, RS, Program Terkait dan masyarakat

Kegiatan :
1. Penyebarluasan informasi perkembangan penyakit yang berpotensi KLB dan
adanya ancaman KLB secara teratur tiap bulan
2. Memberikan informasi perkembangan penyakit berpotensi KLB dan adanya
ancaman KLB dalam jangka panjang untuk mendorong kesiapsiagaan KLB
secara teratur setiap tahun
Indikasi Peringatan Dini

• Balita dengan status 2 kali berturut-turut tidak mengalami kenaikan


BB atau BB nya turun
• Kasus BGM baru (berat badan turun dari pita warna kuning sehingga
berada di bawah garis merah atau anak yang baru ditimbang),
selanjutnya kasus ini dirujuk ke puskesmas untuk dikonfirmasi dengan
BB/TB dan atau tanda klinis,
• N/D turun dari bulan yang lalu, atau tetap selama 3 bulan berturut-
turut di suatu desa kecuali pada desa yang telah mencapai N/D 80%
• N/D rendah
• D/S datar atau menurun
Indikasi Peringatan Dini

• Kasus Diare
• Angka kesakitan dan atau kematian di kecamatan, desa/kelurahan meningkat
mencolok selama 3 kali waktu observasi berturut-turut (harian atau
mingguan)
• Jumlah penderita dan atau kematian meningkat 2 kali atau lebih dalam
periode waktu tertentu (hari, minggu, bulan) dibaandingkan angka rata-rata
1 tahun terakhir
• Peningkatan jumla kesakitan dan atau kematian dalam periode waktu
(mingguan, bulanan) dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun
lalu
• Kasus Campak
• Peningkaan kasus baru berturut-turut selam 3 minggu
• Daerah yang mengalami KLB Campak dalam 1 bulan terakhir
• Laporan dari masyarakat tentang perubahan konsumsi yang terjadi di
masyarakat Ex : konsumsi nasi aking, konsumsi umbi

Waspada bila ditemukan salah satu kondisi


Peningkatan kewaspadaan dan kesiapsiagaan KLB Gizi Buruk

Peningkatan kewaspadaan
Bentuk kewaspadaan adalah upaya –upaya sesuai dengan indikasi-indikasi
yang ditemukan yang digunakan sebagai peringatan dini KLB gizi buruk.

a. anak 2x BB tidak naik


• Penyuluhan pada orang tua balita
• Di rujuk ke PKM untuk mengetahui penyebab
b. BGM Baru
• Konfirmasi BGM (BB/U) degnan BB/TB dan tanda Klinis
• Jika positif Gi-Bur (<-3SD dan Atau tanda klinis)--- tatalaksana Gi-Bur
c. N/D Turun
• Kunjungan ke desa untuk mencari penyebab
• Penimbangan balita yang tidak datang ke posyandu
• Berikan pelayanan gizi dan yankes lain
d. N/D Rendah
• Kunjungan ke desa untuk mencari penyebab
• Berikan pelayanan gizi dan yankes lain
Peningkatan kewaspadaan
e. D/S turun
• Pembinaan
• Pembahasan bersama Toma, TP-PKK, dan kader tentagn upaya
peningkatan D/S
f. KLB Diare
• SOP KLB Diare
g. KLB Campak
• SOP Campak
d. Perubahan konsumsi
• Mengunjungi masyarakat untuk mengetahu jumlah KK yang mengalami
perubahan konsumsi dan faktor penyebabnya
• Mencari cara penanggulangan yang tepat dengan sektor terkait
kesiapsiagaan KLB Gizi Buruk
Dilakukan dengan meningkatkan kerjasama dan koordinasi untuk memperoleh
dukungan terhadap sumber daya yang diperlukan

• Menyiapkan pedoman penyelidikan KLB gizi buruk dan membentuk tim penyelidikan
KLB atau memanfaatkan tim penanggulangan KLB yang sudah ada
• Kesiapsiagaan tenaga dan tim ------ (TPG, P2M, PKM dan surveilans)
• Bila terjadi KLB diperlukan persiapan tenaga Pusk. Dan RS (Dokter, perawat dan gizi
• Kesiap siagaan logistik dan Anggaran (untuk transport, obat dll)
Anak Gizi Buruk Lacak Kemungkinan ada
Periksa Jumlah yg dilaporkan/ Anak Gizi Buruk lain
Anak kurus ditemukan yang belum ditemukan

direktur gizi masyarakat_doddy_12 Mei 2016 36


PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB GIZI BURUK

Penyelidikan KLB dilaksanakan :


• Pada saat pertama kali dilaporkan adanya KLB atau dugaan KLB
• Pada waktu perkembangan KLB atau penyelidikan KLB lanjutan

Tujuan
Umum: Tertanggulanginya kasus gizi buruk

Khusus :
a. Memastikan diagnosis dari kasus gizi buruk yang dilaporkan dan
mengidentifikasi penyebab dan faktor risiko terjadinya gizi buruk
b. Identifikasi daerah lain yang akan terkena KLB
c. Melakukan penanganan kasus dengan segera
d. Mencegah bertambahnya kasus baru
Ruang lingkup

Kegiatan penyelidikan dan penanggulangan KLB gizi buruk meliputi


penyelidikan KLB, tata laksana kasus, pencegahan dan surveilans ketat
PROSEDUR PELACAKAN
Persiapan
1. Mempelajari laporan balita gizi buruk
2. Menyiapkan Alat (alat Antropometri)
3. Menyiapkan Instrumen Pelacakan (Form Pelacakan Gizi buruk)
4. Berkoordinasi dengan Petugas Surveilans, dan dokter puskesmas untuk
melaksanakan pelacakan
Langkah – langkah pelacakan gizi buruk

1. Karifikasi laporan gizi buruk


klarifikasi berdasarkan : Who (identitas orangnya termasuk umur, jenis
kelamin dan status kepersetan Jamkesmas), Where dan When

2. Konfirmasi status gizi buruk


• Pengukuran Antropometeri
• Pemeriksaan fisik gejala klins
a. Gizi buruk dengan komplikasi jika ditemukan gejala :
Anak dengan tanda satu atau lebih tanda berikut :
 Sangat kurus
 Edema, minimal pada kedua punggung kaki
 BB/PB atau BB/TB <-3 SD
 LILA < 11.5 cm (untuk anak usia 6-59 bulan)
Dan salah satu atau lebih dari tanda-tanda komplikasi
medis sebagai berikut :
• Anoreksi b. Gizi buruk tanpa komplikasi jika ditemukan gejala
• Pneumonia Anak dengan tanda satu atau lebih tanda berikut :
• Anemia berat • Sangat kurus
• Dehidrasi berat • Edema, minimal pada kedua punggung kaki
• Demang sangat tinggi • BB/PB atau BB/TB <-3 SD
• Penurunan kesadaran • LILA < 11.5 cm (untuk anak usia 6-59 bulan)
Dan
• nafsu makan baik
• keadaan umum baik
c. Gizi kurang jika :
• BB/PB atau BB/TB <-2 SD s.d -3 SD
• LILA  11.5 cm < 12,5 cm
• Tidak ada edema
Dan
• nafsu makan baik
• keadaan umum baik
3. Perlakuan KLB
a. Pelaporan KLB----1 x 24 jam ke dinkes kab/kota dengan mengisi form W1
b. Penyelidikan kasus
• TPG mengisi formulir penyelidikan kasus gizi buruk
• TPG, bidan poskesdes dan kader posyandu melakukan analisa data
SKDN dan BMG dalam 4 bulan terakhir
• Bila BMG dalam 4 bulan terakhir meningkat, maka kemungkinan ada
kasus gizi buruk baru yang belum ditemukan--- lakukan penjaringan gizi
buruk baru dengan mengukur LILA seluruh balita di wilayah tersebut
• Bila data SKDN tidak tersedia, karena ada kasus gizi buruk, maka tetap
lakukan penjaringan gizi buruk baru dengan mengukur LILA
• Balita yang terjaring gizi buruk dan gizi kurang segara diberikan
penangan sesuai dengan tatalaksana gizi buruk
• Buat peta gizi buruk dan gizi kurang untuk keperluan pemantauan kasus
• Balita gizi buruk yang ditemukan dilaporkan dengan menggunakan
form W1 ke Dinkes dalam 1x24 jam
Sumber bacaan
1. Depkes RI. 2009. Pedoman penaganan dan pelacakan balita gizi
buruk. Dirjen Bina Kesmasy . Direktorat Bina Gizi Masyarakat
2. Kemenkes RI, 2010, Pedoman pelasanaan Surveilans Gizi di
kabupaten.kota. Dirjen Bina Kesmasy . Direktorat Bina Gizi
Masyarakat
3. Permenkes RI, Nomor 45 tahun 2014 tentang penyelenggaraan
surveielans kesehatan
4. Kemenkes RI, 2014. pedoman surveilans gizi. Dirjen Bina Gizi dan
KIA. Direktorat Bina Gizi. Jakarta
5. Kemenkes RI, 2015. Petunjuk pelaksanaan Surveilans Gizi. Dirjen Bina
Gizi dan KIA. Direktorat Bina Gizi. Jakarta
6. Depkes RI. 2008. Sistem kewaspadaan Dini (SKD) KLB- Gizi Buruk.
Dirjen Binkesmasy. Direktorat Bina Gizi Masyarakat. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai