Anda di halaman 1dari 3

Surveilans gizi adalah proses pengamatan masalah dan program gizi

secara terus menerus baik situasi normal maupun darurat, meliputi


pengumpulan, pengolahan, analisis dan pengkajian data secara sistematis
serta penyebarluasan informasi untuk pengambilan tindakan sebagai respon
segera dan terencana. Surveilans gizi sangat berguna untuk mendapatkan
informasi keadaan gizi masyarakat secara cepat, akurat, teratur dan
berkelanjutan, yang dapat digunakan untuk menetapkan kebijakan gizi.
Adanya surveilans gizi akan dapat meningkatkan efektivitas kegiatan
pembinaan gizi dan perbaikan masalah gizi masyarakat yang tepat waktu,
tepat sasaran, dan tepat jenis tindakannya. Surveilans gizi pada awalnya
dikembangkan untuk mampu memprediksi situasi pangan dan gizi secara
teratur dan terus-menerus sehingga setiap perubahan situasi dapat dideteksi
lebih awal (dini) untuk segera dilakukan tindakan pencegahan. Sistem
tersebut dikenal dengan Sistem Isyarat Tepat Waktu untuk Intervensi atau
dalam bahasa Inggris disebut Timely Warning Information and Intervention
System (TWIIS), yang kemudian lebih dikenal dengan nama Sistem Isyarat Dini
untuk Intervensi (SIDI) (1).
Kekurangan energi protein (KEP) dan defisiensi mikronutrien masih
menjadi masalah kesehatan terutama pada anak dan balita. Program
pemberantasan gizi buruk di Indonesia memperoleh perhatian khusus, hal
tersebut terlihat dari program pembangunan kesehatan di Indonesia yang
memfokuskan pada empat program yaitu menurunkan angka kematian ibu
dan bayi, menurunkan prevalensi balita pendek, pengendalian penyakit
menular dan penyakit tidak menular. Bentuk pembangunan dalam bidang
kesehatan saat ini berfokus dengan menurunnya angka prevalensi balita
pendek atau stunting. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan Pasal 141 menyebutkan bahwa upaya perbaikan gizi masyarakat
ditujukan untuk peningkatan mutu gizi perseorangan dan masyarakat melalui
perbaikan pola konsumsi makanan yang sesuai dengan gizi seimbang,
perbaikan perilaku sadar gizi, aktivitas fisik, dan kesehatan; peningkatan akses
dan mutu pelayanan gizi yang sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi;
dan peningkatan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) (1, 2).
Salah satu pemantauan status gizi balita yang strategis yaitu dengan
adanya posyandu balita dan kader sebagai pendamping dan pendukung
orangtua dalam memotivasi pentingnya memantau BB (berat badan) dan
PB/TB (Panjang/Tinggi Badan) balitanya. Proses pencatatan dan pelaporan
hasil penimbangan merupakan salah satu upaya dalam pengawasan atau
monitoring dan pengendalian yang dapat dilakukan oleh kader posyandu dan
juga dapat diketahui oleh puskesmas. Dengan adanya kerja sama yang baik
diantara masyarakat, kader posyandu, dan pihak puskesmas dapat
mendukung perolehan data yang akurat, lengkap, dan benar. Karena dengan
adanya data tersebut dapat digunakan sebagai suatu pendukung keputusan
dan perencanaan untuk kegiatan pembinaan gizi diwilayah tertentu (2).
Strategi yang dilakukan dalam operasional surveilans gizi dijalankan
dengan rangkaian surveilans gizi rutin, surveilans gizi khusus, surveilans gizi
darurat/bencana dan mengintegrasikan surveilans gizi dengan surveilans
penyakit. Beberapa hal yang penting diperhatikab dalam kegiatan surveilans
meliputi pengumpulan data gizi dan faktor terkait secara terus-menerus dan
teratur; analisis data tentang keadaan gizi masyarakat, menyajikan hasil
analisis data dalam forum lintas sector terkait sesuai dengan kondisi dan
situasi birokrasi wilayah; dan diseminasi informasi. Pentingnya surveilans gizi
membantu dalam pemecahan masalah akan lebih cepat diketahui, agar upaya
penanggulangan masalah gizi dapat dilakukan lebih dini, sehingga dampak
yang lebih buruk dapat dicegah (1).

1. Hartono AS, dkk. Bahan Ajar Gizi. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI;
2017.
2. Susanti IW, Widodo PA, Nugraheni AS. Pengembangan sistem
informasi pencatatan dan pelaporan status gizi balita stunting di
Kelurahan Gajahmungkur. Jurnal Manajemen Kesehatan Indoneisa
2019; 7(1): 67-74.

Anda mungkin juga menyukai