Anda di halaman 1dari 12

PERENCANAAN DAN PROGRAM GIZI

BAGI PENCEGAHAN KASUS GIZI


BURUK DI INDONESIA

VEBRYANA V. W RADE
YAKOBUS KALE
GIZI BURUK

 Menurut depkes ri (2008) gizi buruk adalah suatu keadaan kurang gizi tingkat
berat pada anak berdasarkan indeks berat badan menurut tinggi badan
(bb/tb)<3 standar deviasi who-nchs dan atau ditemukan tanda- tanda klinis
marasmus , kwashiokor dan marasmus kwashiokor.
FAKTOR PENYEBAB GIZI BURUK

PENYEBAB MASALAH GIZI BURUK DIBAGI DALAM TIGA TAHAP, YAITU :


 PENYEBAB LANGSUNG
 PENYEBAB TIDAK LANGSUNG
 PENYEBAB MENDASAR / AKAR MASALAH GIZI BURUK
1. PENYEBAB LANGSUNG

 TERDAPAT DUA PENYEBAB LANGSUNG GIZI BURUK, YAITU : ASUPAN GIZI YANG
KURANG DAN PENYAKIT INFEKSI
2. PENYEBAB TIDAK LANGSUNG

 TERDAPAT 3 FAKTOR PENYEBAB TIDAK LANGSUNG, YAITU TIDAK CUKUP


PANGAN, POLA ASUH YANG TIDAK MEMADAI, DAN SANITASI, AIR BERSIH /
PELAYANAN KESEHATAN DASAR YANG TIDAK MEMADAI.
3. PENYEBAB MENDASAR/ AKAR MASALAH

 PENYEBAB MENDASAR ATAU AKAR MASALAH GIZI BURUK ADALAH TERJADINYA


KRISIS EKONOMI, POLITIK, SOSIAL, TERMASUK BENCANA ALAM YANG
MEMPENGARUHI KETERSEDIAAN PANGAN, POLA ASUH DALAM KELUARGA, DAN
PELAYANAN KESEHATAN SERTA SANITASI YANG MEMADAI , YANG PADA
AKHIRNYA MEMPENGARUHI STATUS GIZI BALITA
SEBAGAI LANGKAH AWAL PERENCANAAN PROGRAM PENANGGULANGAN GIZI BURUK
DIPERLUKAN SISTEM KEWASPADAAN DINI DALAM KAITAN INI DIPERLUKAN
SEBUAH SISTEM SURVEILANS GIZI BURUK.

 Menurut who, surveilans gizi merupakan kegiatan pengamatan keadaan gizi,


dalam rangka untuk membuat keputusan yang berdampak pada perbaikan gizi
penduduk dengan menyediakan informasi yang terus menerus tentang
keadaan gizi penduduk, berdasarkan pengumpulan data langsung sesuai
sumber yang ada, termasuk data hasil survei dan data yang sudah ada.
 Surveilans gizi sangat berguna untuk mendapatkan informasi keadaan gizi
masyarakat secara cepat, akurat, teratur dan berkelanjutan, yang dapat
digunakan untuk menetapkan kebijakan gizi. Informasi yang digunakan
mencakup indikator pencapaian gizi masyarakat serta informasi lain yang
belum tersedia dari laporan rutin. Adanya surveilans gizi akan dapat
meningkatkan efektivitas kegiatan pembinaan gizi dan perbaikan masalah gizi
masyarakat yang tepat waktu, tepat sasaran, dan tepat jenis tindakannya.
Sementara menurut Keputusan Menteri Kesehatan
nomor: 1116/Menkes/SK/VI II/2003 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Surveilans Epidemiologi Kesehatan dan
Penyakit salah satu kegiatannya adalah pelaksanaan SKD
KLB. SKD KLB merupakan kewaspadaan terhadap
penyakit berpotensi KLB serta faktor-faktor yang
mempengaruhinya dengan menerapkan teknologi
surveilans epidemiologi dan dimanfaatkan untuk
meningkatkan sikap tanggap kesiapsiagaan, upaya
pencegahan dan tindakan penanggulangan KLB yang
cepat dan tepat (Depkes RI, 2004).
Program surveilans gizi merupakan program yang
penting, karena pemantauan terhadap masalah gizi
secara terus-menerus dan berkala, masalah akan lebih
cepat diketahui, agar upaya penanggulangan masalah gizi
dapat dilakukan lebih dini, sehingga dampak yang lebih
buruk dapat dicegah.
Beberapa prinsip melaksanakan SKD-KLB gizi buruk
tersebut antara lain: Kajian epidemiologi secara rutin;
Peringatan kewaspadaan dini; Peningkatan kewaspadaan
dan kesiapsiagaan.
Sedangkan berbagai upaya yang dapat dilakukan dalam
upaya pencegahan masalah gizi buruk menurut Depkes
RI (2005) dirumuskan dalam beberapa kegiatan berikut :
a. Meningkatkan cakupan deteksi dini gizi buruk
melalui penimbangan bulanan balita di posyandu.
b. Meningkatkan cakupan dan kualitas tata laksana
kasus gizi buruk di puskesmas / RS dan rumah tangga.
c. Menyediakan Pemberian Makanan Tambahan
pemulihan (PMT-P) kepada balita kurang gizi dari
keluarga miskin.
d. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu
dalam memberikan asuhan gizi kepada anak (ASI/MP-
ASI).
e. Memberikan suplemen gizi (kapsul vitamin A)
kepada semua balita,remaja, ibu hamil dan ibu nifas

Anda mungkin juga menyukai