Oleh :
Muhamad Jyuldi Prayoga
1318011110
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2014
BAB I
PENDAHULUAN
Status gizi merupakan salah satu faktor yang menentukan sumber daya
manusia dan kualitas hidup. Untuk itu program perbaikan gizi bertujuan untuk
meningkatkan mutu gizi konsumsi pangan, agar terjadi perbaikan status gizi
masyarakat (Deddy Muchtadi, 2002:95).
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan
penggunaan zat-zat (Almatsier, 2001:3). Sedangkan menurut Suhardjo, dkk
(2003:256) status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat dari pemakaian,
penyerapan, dan penggunaan makanan.
Ada beberapa istilah yang berhubungan dengan status gizi. Istilah-istilah
tersebut adalah :
a. Gizi, adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi
secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan,
metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan unruk
mempertahankan kehdupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ,
serta menghasilkan energi
b. Keadaan gizi, adalah keadaan akibat dari keseimbangan antara konsumsi dan
penyerapan zat gizi dan penggunaan zat-zat gizi tersebut, atau keadaan fisiologik
akibat dari tersdianya zat gizi dalam seluler tubuh
c. Malnutrition (Gizi salah), adalah keadaan patofisiologis akibat dari kekurangan
atau kelebihan secara relatif maupun absolut satu atau lebih zat gizi, ada empat
bentuk malnutrisi diantaranya adalah :
(1) Under nutrition, kekurangan konsumsi pangan secara relatif atau absolut untuk
periode tertentu,
(2) Specific deficiency, kekurangan zat gizi tertentu,
(3) Over nutrition, kelebihan konsumsi pangan untuk periode tertentu,
(4) Imbalance, karena disproporsi zat gizi, misalnya
kolesterol terjadi karena tidak seimbangnya LDL (Low Density Lipoprotein),
HDL (High Density Lipoprotein), dan VLDL (Very Low Density Lipoprotein),
(5) Kurang energi protein (KEP), adalah seseorang yang kurang gizi yang
disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi protein dalam makanan sehari-hari
atau gangguan penyakit tertentu. Anak dikatakan KEP bila berat badan kurang dari
80% berat badan menurut umur (BB/U) baku WHO-NHCS.
Pada dasarnya, setiap individu sebelum memasuki rumah sakit, telah
memiliki risiko mengalami malnutrisi (baik defisiensi maupun overnutrisi) yang
belum terlihat.Untuk mencegah terjadinya komplikasi dan malnutrisi lebih lanjut,
perlu dilakukan skrining gizi. Ada beberapa macam alat yang dapat digunakan
dalam proses skrining, yaitu meliputi MUST, NRS, MNA, SNAQ, MST, dan
SGA. Pada makalah ini, penulis akan membahas mengenai salah satu alat yang
digunakan dalam proses skrining, yaitu MNA (Mini Nutritional Assessment).
BAB II
PEMBAHASAN
1. Sederhana
Proses skrining tidak memerluan alat alat yang mahal ( modern), dan
pertanyaanya tidak membuat repot pasien.
2. Cepat dan efisien
Proses skrining dilakukan dalam waktu yang singkat, agar pasien dapat
mengetahui hasilnya cepat dan apakah pasien mmerlukan langkah
assessment atau tidak.
3. Resiko terhadap pasien rendah
Proses skrining tidak beresiko terhadap kondisi kesehatan pasien, tidak
memperburuk atau memperparah sakitnya.
4. Memiliki nilai sensifitas, spesifitas, dan prediksi negatif dan positif
Sensivitas adalah ukuran keakuratan tes yaitu seberapa besar kemungkinan
tes untuk mendeteksi positif orang-orang yang memiliki resiko malnutrisi
5. Spesifitas adalah seberapa baik tes mengidentifikasi negatif orang-orang
yang tidak memiliki resiko malnutrisi
Nilai prediktif negatif adalah kemungkinan bahwa orang dengan hasil tes
negatif memang tidak memiliki resiko malnutrisi.Semakin tinggi nilai prediksi
negatif (misalnya, 99 persen), semakin berguna untuk memprediksi bahwa orang
tidak memiliki resiko malnutrisi.
Nilai prediktif positif (positive predictive value) adalah kemungkinan bahwa
orang dengan hasil tes positif benar-benar beresiko malnutrisi.Semakin nilai
prediksi tinggi positif (misalnya, 90 persen), semakin berguna tes tersebut untuk
memprediksi bahwa seseorang beresiko terhadap malnutrisi.
Skrining gizi memiliki beberapa kriteria yang harus dipenuhi, yaitu tinggi
badan, berat badan, adanya alergi makanan tertentu, diet, adanya kecenderungan
pasien untuk mual atau muntah, dan kemampuan pasien dalam menelan dan
mengunyah.(Charney 2009, p.2)
Skrining merupakan suatu tindakan medis yang sangat popular dan sudah
diakui secara internasionl karena direkomendasikan oleh berbagai badan
kesehatan misalnya Council of Europe dan UK Nutrition Action Plan.
Ada beberapa macam alat yang dapat digunakan dalam proses skrining,
yaitu meliputi MUST, NRS, MNA, SNAQ, MST, dan SGA. Alat Skrining harus
memiliki derajat validitas yang tinggi, maka harus mencakup semua komponen
yang berhubungan dengan masalah gizi yang akan dihadapi, sehingga dapat
didapatkan solusi dan terapi yang paling tepat. Alat skrining juga harus praktis,
tidak berlebihan, dan harus terkait dengan langkah-langkah khusus sebagai tindak
lanjut dari hasil skrining.Dari alat skriningbisa didapatkan tiga macam hasil, yaitu
pasien tidak berisiko malnutrisi, tetapi harus dilakukan skrining ulang setelah
jangka waktu tertentu, pasien berisiko malnutrisi, sehingga dibutuhkan rencana
terapi gizi untuk mengatasinya, pasien berisiko malnutrisi, namun memiliki
masalah fisiologis yang menyebabkan terapi gizi tidak bisa diberikan.
Tujuan utama dari alat-alat skrining ini adalah untuk melihat apakah gizi
rendah dapat terjadi atau malah menjadi lebih buruk pada pasien untuk saat ini
dan ke depannya.
Ada beberapa prinsip dalam alat skrining, yang jika dirumuskan dalam
bentuk kalimat tanya berupa :
Nama :
Jenis kelamin :
Tanggal :
Umur :
Berat badan (kg) :
Tinggi badan (cm) :
D. Menderita stress psikologis atau penyakit akut dalam tiga bulan terakhir?
0=ya
2 = tidak
Skor Skrining
a. Sub total maksimal 14
b. Jika nilai > 12 : tidak mempunyai risiko, tidak perlu melengkapi form
penilaian
c. Jika < 11 : mungkin mengalami malnutrisi, lanjutkan mengisi form
penilaian
B. Apakah anda menggunakan lebih dari tiga macam obat per hari
0=ya
1 = tidak
F. Apakah anda mengkonsumsi buah atau sayur sebanyak 2 porsi atau lebih
perhari ?
0 = tidak
1 = ya
G. Berapa banyak cairan (air, jus, kopi, teh, susu) yang dikonsumsi per hari ?
0.0 = kurang dari 3 gelas
0.5 = 3 - 5 gelas
1.0 = lebih dari 5 gelas
1. Status gizi merupakan salah satu faktor yang menentukan sumber daya
manusia dan kualitas hidup.
2. Skrining gizi adalah proses yang sederhana dan cepat untuk mengidentifikasi
individu yang mengalami kekurangan gizi atau yang berisiko terhadap
permasalah gizi
3. Ada beberapa macam alat yang dapat digunakan dalam proses skrining, yaitu
meliputi MUST, NRS, MNA, SNAQ, MST, dan SGA
4. Kuesioner MNA terdiri atas 18 pertanyaan yang terbagi dalam empat
komponen: penilaian antropometri, penilaian asupan makanan, penilaian
secara umum mengenai gaya hidup dan penilaian secara subjektif
5. Kesimpulan pemeriksaan Mini Nutritional Assesment (MNA) adalah
menggolongkan pasien atau lansia dalam keadaan status gizi baik, beresiko
malnutrisi ataukah malnutrisi berat.
6. MNA-SF memiliki skor maksimum 14, dengan kriteria penilaian sebagai
berikut:
12 = gizi baik , 11 = malnutrisi
7. Full MNA memiliki skor maksimal 30, dengan kriteria penilaian sebagai
berikut.
24 = gizi baik, 17-23,5 = berisiko untuk malnutrisi, <17 = malnutrisi.
DAFTAR PUSTAKA
Anthony, P.S., 2014. Nutrition screening tools for hospitalized patients. Nutrition
in clinical practice: official publication of the American Society for
Parenteral and Enteral Nutrition
Arisman, MB. 2009. Gizi dalam daur kehidupan: Buku Ajar Ilmu Gizi. Jakarta:
EGC.
Charney, P., 2009. ADA Pocket Guide to Nutrition Assessment, American Dietetic
Association.
Kondrup, J., 2003. ESPEN Guidelines for Nutrition Screening 2002. Clinical Nutrition.