Anda di halaman 1dari 38

DISPROPORSI KEPALA PANGGUL

(Referat)

Disusun oleh :

Muhamad Jyuldi Prayoga

1618012144

Pembimbing :

dr. Marzuqi Sayuti, Sp.OG

KEPANITERAAN KLINIK
SMF OBSTETRI DAN GYNEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ABDOEL MOELOEK
2017
2

KATA PENGANTAR

Pertama saya ucapkan terima kasih kepada Tuhan Yang MahaEsa, karena atas

rahmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan referat yang berjudul “Disproporsi

Kepala Panggul”. Adapun tujuan referat ini adalah sebagai salah satu syarat dalam

mengikuti dan menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Ginekologi Rumah

Sakit Umum Daerah Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung.

Saya mengucapkan terima kasih kepada dr. Marzuqi Sayuti, Sp.OG yang telah

meluangkan waktunya untuk membimbing sayadalam menyelesaikan referat ini.

Saya menyadari banyak sekali kekurangan dalam referat ini, oleh karena itu saran dan

kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga referat ini dapat bermanfaat

bagi siapa pun yang membacanya.

Bandar Lampung, Juni 2017

Penulis
3

BAB I
PENDAHULUAN

Angka sectio caesarea kini cukup tinggi dan terus meningkat. Di negara maju, angka

sectio caesarea berkisar 1,5-7%. Selama dua dekade terakhir, angka sectio caesarea

di Amerika meningkat tajam yakni 4,5% pada tahun 1965 menjadi 29,1 % pada tahun

2004. Di Indonesia angka persalinan dengan sectio caesarea (SC) di 12 Rumah Sakit

pendidikan antara 2,1 % – 11,8 %. Angka ini masih di atas angka yang diusul World

Health Asssociation (WHO) pada tahun 1985 yaitu 10 % dari seluruh persalinan SC

nasional.

Persalinan dengan sectio caesarea dilakukan jika persalinan pervaginam mengandung

risiko yang lebih besar bagi ibu maupun janin. Sectio caesarea primer paling sering

dilakukan pada nulipara dibandingkan multipara, dan jenis persalinan pada persalinan

pertama kali memiliki pengaruh besar pada kehamilan berikutnya. Wanita yang

persalinan pertamanya dengan SC lebih cenderung akan mengalami komplikasi pada

kehamilan berikutnya seperti plasenta previa, kematian janin spontan pada trimester

3, ruptur uteri, dan atau persalinan secara sectio caesaria ulang. Indikasi SC yang

paling umum pada nulipara adalah Disproporsi Kepala Panggul (DKP).


4

Suatu persalinan merupakan proses penyesuaian diri dari fetus terhadap luasnya

bagian-bagian keras jalan lahir, yang terutama ditentukan oleh bentuk dan ukuran-

ukuran panggul. Karena itu,panggul merupakan salah satu faktor apakah persalinan

dapat berjalan baik atau tidak. Disproporsi kepala panggul adalah kondisi yang

menggambarkan ketidaksesuaian antara kepala janin dan panggul ibu sehingga janin

tidak dapat keluar melalui vagina.Disproporsi kepala panggul adalah salah satu

penyebab terjadinya distosia atau persalinan macet. Penanganan yang tepat

diperlukan pada persalinan dengan disproporsi kepala panggul karena apabila

dibiarkan berlangsung dapat menimbulkan komplikasi bagi ibu dan janin.


5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi Panggul


Suatu persalinan merupakan proses penyesuaian diri dari fetus terhadap

luasnya bagian-bagian keras jalan lahir, yang terutama ditentukan oleh bentuk

dan ukuran-ukuran panggul. Karena itu,panggul merupakan salah satu faktor

apakah persalinan dapat berjalan baik atau tidak. Os coxae terbentuk dari fusi

tiga tulang, os ilium, os ischium dan os pubis. Os coxae kanan kiri

dihubungkan oleh simfisis ossis pubis dan dihubungkan dengan os sakrum

oleh artikulus sakroilikus.1

Secara fungsional panggul terdiri atas 2 bagian yang disebut pelvis mayor dan

pelvis minor. Pelvis mayor adalah bagian pelvis yang terletak di atas linea

terminalis, disebut pula false pelvis. Bagian yang terletak di bawah linea

terminalis disebut pelvis minor atau true pelvis. Pelvis minor adalah bagian

yang memiliki peranan penting dalam obstetri. 2

Pelvis minor adalah bagian pelvis diantara apertura pelvis superior atau pintu

atas panggul (inlet) dan apertura pelvis inferior atau pintu bawah panggul

(outlet), dibatasi oleh permukaan pelvis tulang-tulang panggul, sacrum, dan


6

coccyx yang meliputi cavitas pelvis sejati dan bagian dalam perineum, fossa

ischioanalis. Bentuk pelvis minor ini menyerupai suatu saluran yang

mempunyai sumbu melengkung ke depan (sumbu Carus). Sumbu ini secara

klasik adalah garis yang menghubungkan persekutuan antara diameter

transversa dan konjugata vera pada pintu atas panggul dengan titik-titik

sejenis di Hodge II, III, dan IV. Sampai dekat Hodge III sumbu itu lurus,

sejajar dengan sacrum, untuk seterusnya melengkung ke depan sesuai dengan

lengkungan sakrum. 2,3

Gambar 1. Sumbu Panggul 4

Di dalam proses persalinan , kepada dan badan fetus turun dan masuk ke

dalam rongga panggul. Untuk mengetahui bentuk panggul dan untuk

menentukan tempat terendah bagian depan fetus, ditentukan 4 buah bidang

khayal sebagai berikut: pintu atas panggul, Bidang luas panggul, bidang

tengah panggul, dan pintu bawah panggul.1


7

2.1.1. Pintu Atas Panggul

Pintu atas panggul merupakan suatu bidang yang dibatasi di sebelah

posterior oleh promontorium, di lateral oleh linea terminalis dan di

anterior oleh pinggir atas simfisis. Pada panggul ginekoid pintu atas

panggul hampir bundar, kecuali di daerah promontorium agak masuk

sedikit.4

Ukuran-ukuran pintu atas panggul penting diketahui diantaranya :

1. Diameter anteroposterior yang diukur dari promontorium sampai

ke tengah permukaan posterior simfisis. Diameter

anteroposterior disebut pula conjugata obstetrika.

2. Conjugata diagonalis yaitu jarak bagian bawah simfisis sampai

ke promontorium, yang dapat diukur dengan memasukkan jari

tengah dan telunjuk ke dalam vagina dan mencoba meraba

promontorium. Pada panggul normal promontorium tidak teraba

dengan jari yang panjangnya 12 cm.

3. Conjugata vera yaitu jarak pinggir atas simfisis dengan

promontorium diperoleh dengan mengurangi conjugata

diagonalis dengan 1,5 cm.

4. Diameter transversa adalah jarak terjauh garis lintang pintu atas

panggul, biasanya sekitar 12,5 - 13 cm.


8

5. Garis yang dibuat antara persilangan conjugata vera dengan

diameter transversa ke artikulasio sakroiliaka disebut diameter

oblikua, yang panjangnya sekitar 13 cm. 4

Gambar 2. Pintu atas panggul dengan conjugata vera, diameter transversa dan
diameter oblikua. 4

2.1.2. Ruang Panggul

Ruang panggul merupakan saluran di antara pintu atas panggul dan pintu

bawah panggul. Dinding anterior sekitar 4 cm terdiri atas os pubis dengan

simfisisnya. Dinding posterior dibentuk oleh os sakrum dan os koksigis,

sepanjang + 1,2 cm. Karena itu ruang panggul berbentuk saluran dengan

sumbu melengkung ke depan.4


9

Gambar 3. Ruang panggul

Sumbu ini adalah garis yang menghubungkan titik temu conjugata vera

dengan diameter transversa di pintu atas panggul dengan titik-titik sejenis

di Hodge II, III, dan IV. Arah sumbu ini sesuai pula dengan arah tarikan

cunam atau vakum pada persalinan dengan tindakan.2

2.1.3. Pintu Bawah Panggul

Batas atas pintu bawah panggul adalah setinggi spina iskhiadika. Jarak

antara kedua spina ini disebut diameter bispinosum adalah sekitar 9.5 - 10

cm. 4

Gambar 4. Pintu bawah panggul


10

Batas bawah pintu bawah panggul berbentuk segi empat panjang, di

sebelah anterior dibatasi oleh arkus pubis, di lateral oleh tuber iskhii, dan

di posterior oleh os coccygeus dan ligamen sakrotuberosum. Pada

panggul normal besai sudut (arkus pubis) adalah ± 90o. Jika kurang dari

90o, lahirnya kepala janin lebih sulit karena ia memerlukan lebih banyak

tempat ke posterior. Diameter anteroposterior pintu bawah panggul

diukur dari apeks arkus pubis keujung os coccygeus.2,4

Gambar 5. Arcus pubis normal dan arcus pubis sempit4

2.1.4. Jenis Panggul


Dalam obstetri dikenal 4 jenis panggul (pembagian Caldwell dan Moloy,

1933), yang mempunyai ciri-ciri pintu atas panggul sebagai berikut :


11

1. Jenis ginekoid: ditemukan pada 45% wanita. Panjang diameter

anteroposterior hampir sama dengan diameter transversa. Panggul

paling baik untuk perempuan.

2. Jenis android: bentuk pintu atas panggul hampir segitiga. Umumnya

pria mempunyai panggul jenis ini. Walaupun diameter anteroposterior

hampir sama panjangnya dengan diameter transversa, tetapi diameter

transversa dekat dengan sakrum. Bagian dorsal dari pintu atas panggul

gepeng, bagian ventral menyempit ke muka. Ditemukan pada 15%

wanita.

Gambar 6. Jenis panggul

3. Jenis antropoid: ditemukan pada 35% wanita. Bentuk pintu atas

panggul agak lonjong seperti telur. Diameter anteroposterior lebih

besar daripada diameter transversa.


12

4. Jenis platipelloid: ditemukan pada 5% wanita. Sebenarnya jenis ini

adalah jenis ginekoid yang menyempit pada arah muka belakang.

Ukuran melintang jauh lebih besar daripada ukuran muka belakang. 1

2.2. Ukuran-Ukuran Kepala Janin

Janin dapat mempengaruhi jalannya persalinan oleh karena besar dan

posisinya. Dari seluruh bagian badan janin, kepala merupakan bagian

terpenting dalam proses persalinan. Kepala janin terdiri atas tulang-tulang

tengkorak (kranium) dan tulang-tulang dasar tengkorak (basis kranii) serta

muka. Basis kranii dan muka relatif kecil dibandingkan dengan kranium.

Kranium terdiri atas 2 os parietalis, 2 os frontalis, dan 1 os oksipitalis. Kepala

janin berbentuk ovoid yang lebih sempit di bagian depan dan lebar di

belakang. Jika kepala janin dapat melewati panggul ibu, bagian badan lainnya

pada umumnya akan dapat lewat pula tanpa kesulitan. 4

Berikut ukuran-ukuran kepala janin yang berperan pada waktu persalinan

tergantung pada derajat fleksi kepala :

1. Pada presentasi belakang kepala maka kepala janin melewati vulva

dengan diameter suboksipitobregmatikus (± 9.5 cm).

2. Pada presentasi puncak kepala, diameter yang berperan adalah

diameter oksipitofrontalis (± 11.5 cm).

3. Diameter oksipitomentalis (± 13.0 cm) relevan dengan presentasi

dahi.
13

4. Pada presentasi muka, janin lahir dengan diameter

submentobregmatikus (± 9.5 cm).

5. Diameter biparietalis (±9,5 cm) merupakan ukuran lintang terbesar

anrara os parietalis kiri dan kanan.

6. Ukuran lintang terkecil adalah antara kedua os temporalis yang

disebut diameter bitemporalis (± 8 cm).4

Gambar 7. Diameter kepala 4

1. Diameter suboksipitobregmatikus; 2. Diameter suboksipitofontalis; 3.


Diameter oksipitofrontalis; 4. Diameter oksipitomentalis; 5. Diameter
submentobregmatikus

Selain ukuran di atas perlu pula diketahui ukuran lingkar pada bidang-bidang

tertentu yang disebut sirkumferensia, diantaranya sirkumferensia

suboksipitobregmatikus (± 32 cm), sirkumferensia submentobregmatikus (±


14

32 cm), sirkumferensia oksipitofrontalis (± 34 cm) dan sirkumferensia

mentooksipitalis (± 35 cm). 4

2.3. Disproporsi Kepala Panggul

2.3.1. Definisi

Disproporsi kepala panggul (DKP) adalah suatu kondisi dimana terjadi

obstruksi dalam persalinan yang disebabkan ketidaksesuaian antara

dimensi kepala janin dengan panggul maternal sehingga menghalangi

proses persalinan pervaginam.Disproporsi kepala panggul disebabkan

oleh panggul sempit, janin yang besar atau pun kombinasi keduanya.

Dalam obstetri yang terpenting bukan panggul sempit secara anatomis,

lebih penting lagi ialah panggul sempit secara fungsional artinya

perbandingan antara kepala dan panggul. 5,6

2.3.2. Etiologi

Disproporsi kepala panggul dapat terjadi akibat panggul sempit dengan

kepala janin normal, atau panggul normal dengan janin besar, atau

kombinasi antara janin besar dan panggul sempit. Kesempitan panggul

dibagi menjadi kesempitan pintu atas panggul, kesempitan bidang

tengah panggul, kesempitan pintu bawah panggul maupun kombinasi

kesempitan pintu atas panggul, bidang tengah dan pintu bawah panggul.

Suatu panggul normal dengan kapasitas 100% dapat melahirkan bayi

dengan berat terbesar 4000 gram secara spontan dan normal.5,6


15

Janin besar adalah bila berat badan melebihi dari 4000 gram. Berat

badan janin aterm normal adalah 2500-3500 gram. Pada panggul normal

janin dengan berat badan 4000-4500 gram umumnya tidak

menimbulkan kesukaran persalinan. Distosia akan diperoleh bila janin

lebih besar dari 4500 gram atau pada kepala yang sudah keras

(postmaturitas) dan pada bahu yang lebar. Besarnya kepala rata-rata

tergantung dari besarnya (berat) janin. Oleh karena itu, pada janin besar

beresiko terjadi disproporsi kepala panggul.5,6

Wanita dengan tinggi badan pendek cenderung memiliki panggul yang

sempit, namun biasanya juga memiliki janin yang kecil. Thoms (1937)

melakukan penelitian terhadap 362 nullipara dan didapatkan hasil rerata

berat badan lahir bayi pada wanita dengan panggul yang kecil lebih

rendah 280 gram jika dibandingkan wanita dengan panggul normal atau

besar. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Toh-adam et al (2011)

didapatkan cutt of point tinggi badan wanita yang memiliki panggul

sempit danberesiko terjadi disproporsi kepala panggul yaitu 145 cm.5,7

2.3.3. Penyempitan Pintu Atas Panggul

Pintu atas panggul dianggap sempit apabila conjugata vera kurang dari

10 cm, atau kalau diameter transversa kurang dari 12 cm. Rata-rata

diameter biparietal janin adalah 9,5-9,8 cm. oleh karena itu, akan terjadi

kesulitan bahkan tidak mungkin pada beberapa janin dapat melewati


16

pintu atas panggul dengan ukuran diameter anteroposterior <10 cm.

Apabila kedua diameter mengalami penyempitan, kemungkinan

terjadinya distosia lebih besar. 5,8

Sebab-sebab yang dapat menimbulkan kelainan panggul dapat secara

umum yaitu abnormalitas panggul dan kesempitan panggul. 9

1. Abnormalitas panggul

a. Karena gangguan pertumbuhan

1) Panggul luas (justo major pelvis) : bentuk panggul biasa akan

tetapi ukurannya luas.

2) Panggul sempit seluruh (justo minor pelvis) :bentuk panggul

biasa akan tetapi ukurannya kecil.

3) Panggul picak : ukuran muka belakang sempit, ukuran

melintang biasa.

4) Panggul sempit picak : dalam semua ukuran kecil terutama

ukuran melintang.

5) Panggul sempit melintang (panggul Robert) : ukuran bujur

lebih panjang dari ukuran melintang.

6) Panggul sempit miring (panggul Naegele) : pintu atas panggul

yang sebelah lebih sempit dan pertumbuhan sakrum terganggu.

7) Panggul corong: pintu atas biasa, pintu bawah sempit.

8) Panggul belah : Simfisis terbuka


17

9) Panggul asimilasi :

 Asimilasi tinggi : tulang sakrum 6 ruas

 Asimilasi rendah : tulang sakrum 4 ruas

b. Karena penyakit tulang/sendi pelvis

1) Panggul Rakhitis

Bentuk panggul picak dengan :

 Sakrum agak picak kadang-kadang menonjol kedepan

berbentuk pancing/pengait pada sakrum bagian bawah.

 Ruas sakrum sebelah atas menonjol ke depan dan pada

daerah tersebut teraba tepinya disebut promontorium palsu.

2) Panggul Osteomalasia

 Arkus pubis sempit

 Linea inominata tak melengkung keluar akan tetapi

kedalam, os pubis menonjol ke depan seperti paruh

 Sakrum ke depan dan ruas ke 3 menonjol

3) Radang artikulasio sakroiliaka : Panggul sempit miring

4) Neoplasma

5) Fraktura

6) Atrofi, karies, nekrosis


18

c. Karena penyakit kolumna vertebralis

1) Kifosis

Kifosis disebelah atas akan mengakibatkan lordose bagian

bawah sebagai kompensasi dan akibatnya sakrum bagian atas

ke belakang dan yang sebelah bawah ke depan dan menjadi

panggul corong.

2) Skoliosis

Lengkungan ke lateral tulang punggung ini akan

mengakibatkan panggul miring.

3) Spondilolistesis

Vertebra lumbalis ke 5 lebih menonjol ke depan dari pada

promontorium

d. Karena kelainan ekstremitas inferior

Kalau kelainan hanya terdapat pada satu ekstremitas saja maka

akan terjadi panggul miring (koksitis, luksasio, fraktura, atrofia,

dll). 9

2.3.4. Penyempitan Bidang Tengah Panggul

Bidang tengah panggul terbentang antara pinggir bawah symphisis dan

spina ossis ischii dan memotong sacrun kira-kira pada pertemuan ruas

sacral ke 4 dan ke 5. Penyempitan pada bidang tengah panggul lebih

sering terjadi jikadibandingkan pada pintu atas panggul. 5,8


19

Ukuran yang terpenting dari bidang ini adalah :

1. Diameter transversa (diameter antar spina) 10,5 cm

2. Diameter anteroposterior dari pinggir bawah symphisis ke

pertemuan ruas sacral ke 4 dan ke 5 (11,5 cm)

3. Diameter sagitalis posterior dari pertengahan garis antar spina ke

pertemuan sacral 4 dan 5 (5 cm).

Dikatakan bahwa bidang tengah panggul itu sempit kalau :

a. Jumlah diameter transversa dan diameter sagitalis posterior

13,5 cm atau kurang (normal 10,5 cm + 5 cm = 15,5 cm)

b. Diameter antar spina < 9 cm.

Ukuran-ukuran bidang tengah panggul tidak dapat diperoleh secara

klinis, harus diukur secara radiologis, tetapi kita dapat menduga

kesempitan bidang panggul apabila :

- Spina ischiadica menonjol.

- Dinding samping panggul convergent.

- Kalau diameter antar tuber ischii 8,5 cm atau kurang. 8

2.3.5. Penyempitan Pintu Bawah Panggul

Pintu bawah panggul terdiri atas 2 segitiga dengan jarak antar tuber

ischii sebagai alas gabungan.9


20

Ukuran-ukuran yang penting adalah :

1. Diameter transversa yaitu diameter antar tuberum (11 cm).

2. Diameter anteroposterior dari pinggir bawah symphisis ke

ujung os sacrum (11,5 cm).

3. Diameter sagitalis posterior dari pertengahan diameter antar

ruberum ke ujung os sacrum (6,5 cm). 8

Pintu bawah panggul dikatakan sempit kalau jarak antar tuber ischii 8

atau kurang. Apabila jarak ini berkurang dengan sendirinya arcus pubis

meruncing, maka besarnya arcus pubis dipergunakan untuk menentukan

kesempitan pintu bawah panggul. Apabila segitiga depan dibatasi oleh

arcus pubis, maka segitiga belakanbg tidak mempunyai batas sebelah

samping. Karena itu jelaslah bahwa kalau jarak antar tuberum sempit,

kepala akan dipaksa keluar sebelah belakang dan mungkin tidaknya

persalinan tergantung pada besarnya segi tiga belakang. Lahirnya kepala

pada segi tiga yang belakang biasanya menimbulkan robekan perineum

yang besar. 8

Maka menurut Thoms, distosia dapat terjadi kalau jumlah ukuran antar

tuberum dan diameter sagitalis posterior <15 cm (normal 11 cm + 7,5

cm = 18,5 cm). Kalau pintu bawah panggul biasanya bidang tengah

panggul juga sempit. Kesempitan pintu bawah panggul dapat

menyebabkan gangguan putaran paksi. Kesempitan pintu bawah


21

panggul jarang memaksa kita melakukan SC, biasanya dapat

diselesaikan dengan forceps dan dengan episiotomi yang cukup luas.8,9

2.3.6. Diagnosis

Diagnosis disproporsi kepala panggul dapat diprediksi sejak antepartum

atau dipertimbangkan sebagai resiko tinggi. Wanita dengan tinggi badan

pendek, kecurigaan pelvis sempit, atau taksiran berat janin yang besar,

dan riwayat distosia pada persalinan sebelumnya dapat menjadi

penunjuk kemungkinan terjadinya distosia.10

Seorang harus ingat akan kemungkinan panggul sempit kalau :

1. Pada primipara kepala anak belum turun setelah minggu ke 36.

2. Pada primipara ada perut menggantung

3. Pada multipara persalinan yang terdahulu sulit.

4. Kelainan letak pada kehamilan tua

5. Kelainan bentuk badan (cebol, scoliose, pincang, dan lain-lain).

6. Osborn positif. 8

Penegakkan diagnosis disproporsi kepala panggul biasanya ditentukan

dengan menilai ukuran panggul. Pengukuran panggul dapat dilakukan

melalui 2 cara, yaitu pelvimetri klinik dan pelvimetri roentgenologik.

Selain dengan pelvimetri juga diagnosis dengan menentukan adanya

disproporsi kepala panggul (panggul sempit secara fungsional). 1,9


22

a. Pelvimetri Klinik

- Pintu atas panggul.

Ukuran pintu atas panggul yang terpenting, yang dapat diukur

secara tidak langsung ialah conjugata vera dengan jalan mengukur

conjugata diagonalis dikurangi 1,5-2 cm. Mengukur conjugata

diagonalis: Jari telunjuk dan jari tengah dimasukkan kedalam

vagina melalui konkafitas sakrum, kemudian digerakkan keatas

sampai jari tengah meraba promonorium. Sisi radial jari telunjuk

ditempelkan pada pinggir bawah simfisis pubis dan pada tempat ini

ditandai dengan kuku jari telunjuk lainnya. Jarak antara ujung jari

tengah sampai kuku jari telunjuk lainnya. Jarak antara ujung jari

tengah sampai ke titik tempel jari telunjuk pada simfisis pubis

adalah conjugatadiagonalis. 1

Pada panggul yang normal promontorium tidak dapat diraba dengan

pemerikasaan dalam karena conjugata diagonalis cukup panjang,

sedangkan pada panggu sempit promontorium dapat diraba. Pintu

atas panggul dianggap cukup luas jika conjugata diagonalis lebih

dari 11,5 cm. Meskipun conjugata diagonalis cukup panjang,tetapi

masih ada kemungkinan tentang kesempitan panggul pada ukuran

lainnya, misalnya diameter transversa, yang hanya dapat diukur

secara rontgenologik. Kesempitan diameter transversa jarang sekali

di temukan tanpa adanya kesempitan diameter anteroposterior. 1


23

Kecuali pemeriksaan di atas, pintu atas panggul dianggap norma

pada:

1) Multigravida dengan riwayat obstetrik yang baik,

2) Pada primigravida dengan kehamilan lanjut, kepala fetus

dengan ukuran terbesar sudahmelewati pintu atas panggul, yang

dapat ditentukan dengan pemeriksaan luar cara Leopold IV dan

pemeriksaan dalam dengan menentukan turunnya bagian

terendah kepala.

Pada presentasi belakang kepala cara menentukan apakah ukuran

terbesar kepala sudah meliwati pintu atas panggul atau belum sbb:

 Pemeriksaan luar.

Jika ukuran terbesar kepala sudah meliwati pintu atas

panggul, maka hanya bagian kecil kepala yang dapat

diraba dari luar diatas simfisis pubis sehingga kedua

tangan, yang diletakkan pada pinggir bawah kepala

simfisis pubis, adalah divergen. Sebaliknya jika ukuran

terbesar kepala belm meliwati pintu atas panggul, maka

bagian besar kepala dapat diraba dari luar atas simfisis

pubis sehingga kedua tangan, yang diletakkan pada pinggir

bawah kepala diatas simfisis pubis, adalah konvergen.


24

 Pemeriksaan dalam

Jarak bidang pintu atas panggul sampai spina isyiadika

(kira-kira 5 cm) lebih panjang dbanding dengan jarak

bidang biparietal kepala sampai belakang kepala (kira-kira

3-4 cm), maka jika bagian terendah kepala sampai

mencapai spina isyiadika atau lebih rendah, berarti bahwa

ukuran terbesar kepala sudah meliwati pintu atas panggul. 1

- Bidang tengah panggul

Ukuran-ukuran bidang tengah panggul hanya dapat ditentukan

dengan pemeriksaan rontgenologik, sedang pada pemeriksaan

klinik jika spina ischiadika sangat menonjol atau dindingsamping

panggul konvergen atau konkafitas sakrum sangat dangkal, maka

dipikirkan bahwa bidang tengah panggul adalah sempit.

- Pintu bawah panggul

Secara kasar diameter transversa, diameter sagittalis posterior dan

diameter sagittalis anterior dapat diukur dengan pelvimeter,

misalnya dengan pelvimeter Thoms. Diameter transversa lebih

panjang dari 8cm dianggap normal. Pengukuran diameter transversa

dengan pelvimeter kurang tepat karena tuber ossis ichii tertutup

lapisan otot dan lemak. Karena itu, dianjurkan untuk

memperhatikan bentuk arkus pubis: arkus pubis hendaknya

merupakan sudut tumpul. 1


25

b. Pelvimetri roentgenologik

Keuntungan pelvimetri rontgenologik terhadap pelvimetri klinik ialah:

1. Dapat menentukan ukuran panggul yang lebih cepat,

2. Dapat menentukan ukuran-ukuran panggul, yang tidak dapat

ditentukan secara klinik, misalnya diameter transversa pintu

atas panggul

3. Menentukan bentuk panggul,

4. Menentukan ukuran terbesar kepala, apakah sudah meliwati

pintu atas atau belum.

Kerugian pelvimetri roentgenologik adalah sebagai berikut :

1. Bahaya terhadap fetus ialah mutasi gene dan bertambahnya

keganasan setelah jambang bayi lahir, misalnya leukimia.

Angka kesakitan dan angka kematian fetus meningkat.

2. Berbahaya terhadap ovum sebelum maupun setelah ovulasi. 1

c. Penilaian panggul sempit secara fungsional

1. Perasat osborn ( Zangenmeister)

Cara pemeriksaan: Empat jari tangan kiri diletakkan di atas

kepala janin sambil mendorong kepala ke pintu atas panggul.

Empat jari tangan kanan diletakkan diatas simfisis.


26

Maka bila :

 Jari tangan kiri 1 cm di bawah jari tangan kanan :

Osborn (-) tidak ada disproporsi kepala panggul.

 Jari tangan kiri sejajar dengan jari tangan kanan :

Osborn (+) disproporsi kepala panggul ringan.

 Jari tangan kiri di atas jari tangan kanan : Osborn (+),

 ada disproporsi kepala panggul. 9

Gambar 8. Perasat Osborn9

2. Perasat Muller-Munro Kerr

Cara pemeriksaan: tangan kiri memegang kepala janin dan

menekan ke pintu atas panggul, tangann kanan dengan dua

jari melakukan periksa dalam untuk menentukan berapa jauh

kepala dapat masuk, sedangkan ibu jari memeriksa dari luar

hubungan antara kepala dan simfisis. 9


27

Gambar 9. Perasat Muller-Munro Kerr

2.3.7. Tatalakasana

1. Penyempitan pintu atas panggul

Menurut pengalaman tidak ada anak yang cukup bulan yang dapat lahir

dengan selamat pervaginam kalau conjugata vera (CV) kurang dari 8,5 cm.

Sebaliknya kalau CV 8,5 cm atau lebih persalinan per vaginam dapat

diharapkan berlangsung dengan selamat. Karena itu maka kalau CV <8,5 cm

dilakukan SC primer (panggul demikian disebut panggul sempit absolut. 8

Sebaliknya pada CV antara 8,5 cm -10 cm hasil persalinan tergantung pada

banyak faktor, diantarnya :

a. Riwayat persalinan yang lampau.

b. Besarnya, peresentasi dan posisi anak.

c. Pecahnya ketuban sebelum waktunya memnurukkan prognosis

d. His.
28

e. Lamanya pembukaan.

f. Infeksi intrapartum

g. Bentuk panggul dan derajat kesempitannya.

Karena banyak faktor mempengaruhi hasil persalinan pada panggul dengan

CV antara 8,5 cm-10 cm (sering disebut panggul sempit relatif). Maka pada

panggul demikian dilakukan partus percobaan.8

Partus percobaan adalah suatu penilaian kemajuan persalina, untuk

memperoleh bukto tentang ada atau tidaknya disproporsi sefalopevik. .

Partus percobaan hanya dilakukan pada letak belakang kepala, jadi tidak

dilakukan pada letak sungsang, letak dahi, letak muka, atau kelainan letak

lainnya. Partus percobaan dimulai pada permulaan persalinan dan terakhir

setelah kita mendapat keyakinan bahwa persalinan tidak dapat berlangsung

pervaginam atau setelah anak lahir pervaginam. 8,9

Adapun syarat dilakukannya partus percobaan diantaranya adalah :

1. Anak hidup.

2. Presentasi belakang kepala.

3. Dimulai setelah fase aktif (pembukaan 3 cm).

4. His normal dan adekuat (kalau kurang baik diperbaiki dulu).

5. Tidak ada kelainan serviks.

6. Pengawasan baik terhadap : ibu, janin, dan kemajuan persalinan.


29

7. Kesanggupan untuk seksio sesar, bila partus percobaan gagal

partus percobaan.9

Adapun penilaian pada partus percobaan adalah sebagai berikut:

 Yang dinilai : Pembukaan serviks, turunnya kepala, putar paksi dalam .

 Waktu : Tiap 2 jam.

 Partus percobaan dilanjutkan.

 Ketuban pecah / utuh : 2 jam ada kemajuan.

 Ketuban utuh : 2 jam tidak ada kemajuan, lakukan amniotomi.

Evaluasi partus percobaan :

1. Partus percobaan gagal

Apabila 2 jam dengan ketuban sudah pecah tidak didapatkan kemajuan.

2. Partus percobaan berhasil

Apabila lingkaran besar kepala telah melewati bidang yang dicurigai.

3. Partus percobaan dihentikan

Apabila syarat-syarat untuk partus percobaan tidak dipenuhi lagi dan tidak

dapat dikoreksi lagi, artinya :

 Partus percobaan berhasil : Tidak ada disproporsi kepala panggul

 Partus percobaan gagal : Adanya disproporsi kepala panggul

 Partus percobaan dihentikan : Belum dapat dibuktikan ada atau

tidaknya disproporsi kepala panggul. 9


30

Partus percobaan dihentikan apabila pembukaan apabila :

- Pembukaan tidak atau kurang sekali kemajuannya.

- Keadaan ibu atau anak menjadi kurang baik.

- Kalau ada lingkaran retraksi yang patologis.

- Setelah pembukaan lengkap dan pecahnya ketuban, kepala dalam 2

jam tidak mau masuk ke dalam rongga panggul walau pun his

cukup baik.

- Forceps yang gagal. 8

Penyelesaian persalinan :

 Partus percobaan berhasil : Dilanjutkan seperti persalinan biasa

 Partus percobaan gagal : Persalinan diakhiri dengan seksio sesar

 Partus percobaan dihentikan : Kalau tidak dapat dikoreksi lakukan

seksio sesar. 9

Dalam istilah inggris terdapat 2 macam persalinan percobaan :

 Trial of labor : serupa dengan persalinan percobaan diterangkan di

atas.

 Test of labor : sebetulnya merupakan fase terakhir dari trial of labor,

karena test of labor mulai pada pembukaan lengkap kepala turun

sampai H III maka test of labor dikatakan berhasil.


31

Sekarang test of labor jarang digunakan lagi karena seringkali

pembukaan tidak menjadi pembukaan lengkap pada persalinan dengan

panggul sempirt dan kematian anak terlalu tinggi dengan percoobaan

tersebut. 8

2. Penyempitan bidang tengah panggul

Kalau persalinan terhenti karena kesempitan bidang tengah panggul maka

baiknya dipergunakan ekstraktor vakum karena dengan ekstraksi forceps

kurang memuaskan berhubung forceps memperkecil ruangan jalan lahir.

Kesempitan bidang tengah panggul dapat menimbulkan gangguan putaran

paksi. Kalau diameter antar spina 9 cm atau kurang kadang-kadang

diperlukan SC. 8

3. Penyempitan pintu bawah panggul

Kalau pintu bawah panggul biasanya bidang tengah panggul juga sempit.

Kesempitan pintu bawah panggul dapat menyebabkan gangguan putaran

paksi. Kesempitan pintu bawah panggul jarang memaksa kita melakukan SC,

biasanya dapat diselesaikan dengan forceps dan dengan episiotomi yang

cukup luas. 8

2.3.8. Komplikasi

Panggul sempit mempunyai pengaruh yang besar pada kehamilan maupun

persalinan. Pengaruh pada kehamilan diantaranya dapat menimbulkan

retrofexio uteri gravidi, karena kepala tidak dapat turun, maka terutama pada
32

primigravida fundus lebih tinggi daripada biasa dan menimbulkan sesak napas

atau gangguan peredaran darah. Kadang-kadang fundus menonjol ke depan

hingga perut menggantung. Perut yang menggantung pada primigravida

merupakan tanda panggul sempit. Pangggul sempit juga menyebabkan kepala

tidak turun pada bulan terakhir sehingga dapat menimbulkan letak muka, letak

sungsang dan letak lintang. 8

Pengaruh panggul sempit pada persalinan yang paling utama adalah

persalinan lebih lama dari biasa, karena gangguan pembukaan, dan banyak

waktu yang digunakan untuk moulage kepala anak. Kelainan pembukaan

disebabkan karena ketuban pecah sebelum waktunya, karena bagian depan

kurang menutup pintu atas panggul, selanjutnya setelah ketuban pecah kepala

tidak dapat menekan serviks karena tertahan pada pintu atas panggul, pada

panggul smepit sering terjadi kelainan presentasi atau posisi, misalnya :

 Pada panggul picak sering terjadi letak defleksi supaya diameter

bitemporalis yang lebih kecil dari diameter biparietalis dapat melalui

conjugata vera yang sempit itu. Ansyclitismus sering juga terjadi,

yang dapat diterangkan dengan “Knopfloch mechanism”.

 Pada panggul sempit seluruh kepala anak mengadakan hiperfleksi

supaya ukuran-ukuran kepala yang melalui jalan lahir sekecil-

kecilnya.

 Pada panggul sempit melintang sutura sagitalis dalam jurusan muka

belakang (positio occipitalis directa) pada pintu atas panggul.


33

Disproporsi kepala panggul dapat memicu terjadinya ruptura uteri apabila

his menjadi terlalu kuat dalam usaha menghatasi rintangan yang

ditimbulkan oleh panggul yang sempit. Sebaliknya jika otot uterus

menjadi lelah karena rintangan oleh panggul sempit dapat terjadi infeksi

intrapartum. Infeksi ini tidak saja membahayakan ibu tapi juga dapat

menyebabkan kematian janin dalam uterus. Kadang-kadang karena infeksi

dapat terjadi tympania uteri atau physometra. 8,9

Tekanan yang lama pada jaringan karena kemacetan persalinan dapat

menimbulkan iskemia yang menyebabkan nekrosis jaringan. Nekrose ini

menimbulkan fistula vesicovaginalis atau fistula rectovaginalis. Fistula

vesicovaginalis lebih sering terjadi karena kandung kencing tertekan

antara kepala anak dan simfisis, sedangkan rectum jarang tertekan karena

adanya rongga sacrum. Ruptur simfisis dapat terjadi pada DKP. Apabila

terjadi symphisiolisis maka pasien mengeluh tentang nyeri di daerah

simfisis dan tidak dapat mengangkat tungkainya. Parese kaki dapat terjadi

karena tekanan dari kepala pada nervus di dalam rongga panggul, yang

sering terjadi adalah peresis N.peroneus. 8

Panggul sempit juga dapat memberikan pengaruh pada janin. Partus yang

lama misalnya lebih lama dari 20 jam atau kala II yang lebih dari 3 jam

sangat menambah angka kematian perinatal apalagi kalau ketuban pecah

sebelum waktunya. Penyebab paling umum yang menyebabkan kematian

pada janin adalah prolapsus foeniculi. Disproporsi kepala panggul dapat


34

memicu terjadinya moulase yang kuat sehingga terjadi perdarahan otak

terutama kalau diameter biparietal berkurang lebih daro ½ cm. selain

dariitu mungkin pada tengkorak terdapat tanda-tanda tekanan utama pada

bagian yang melalui promontorium (os parietal) dapat terjadi fraktur

impressi. 8
35

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Disproporsi kepala panggul (DKP) adalah suatu kondisi dimana terjadi

obstruksi dalam persalinan yang disebabkan ketidaksesuaian antara dimensi

kepala janin dengan panggul maternal sehingga menghalangi proses

persalinan pervaginam.Disproporsi kepala panggul disebabkan oleh panggul

sempit, janin yang besar atau pun kombinasi keduanya. Penyempitan panggul

menjadi penyebab utama terjadinya DKP yang diklasifikasikan atas

penyempitan pintu atas panggul, penyempitan bidang tengah panggul dan

penyempitan pintu bawah panggul. Diagnosis dan tatalaksana DKP harus

dilakukan dengan cepat dan tepat mengingat komplikasi yang bermakna bagi

ibu dan janin. Diagnosis DKP ditegakkan melalui pemeriksaan pelvimetri

klinik maupun pemeriksaan roentegnologik. Penatalaksanaan DKP dapat

dilakukan dengan partus percobaan atau pun sectio caesarea sesuai dengan

derajat penyempitan dan kemajuan persalinan.


36
37

DAFTAR PUSTAKA

1. Supono. 1985. Ilmu Kebidanan. Palembang : FK Universitas Sriwijaya

2. Prawirohardjo, S. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo.

3. Moore, KL, Arthur FD. 2014 .Anatomi Berorientasi Klinis. Edisi 5. Jilid I.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
38

4. Winkjosastro, H. 2007. Ilmu Bedah Kebidanan. Edisi 3. Jakarta: Yayasan Bina


Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

5. Cunningham, FG, et al. William Obstetrics. Edisi 24. Uniter States :


McGrawHill Education.

6. Mochtar, Rustam, 1998. Sinopsis Obstetri Obstetri Fisiologi Obstetri Patologi.


Edisi 2. Jilid I. Jakarta : EGC.

7. Toh-adam, R, et al. 2012. Short stature as an independent risk factor for


cephalopelvic disproportion in a country of relatively small-sized mothers.
Arch Gynecol Obstet. 285:1513–1516.

8. Sastrawinata, S.R. 1984. Obstetri Patologi. Bandung : Bagian Obstetri dan


Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran.

9. Syamsudin, KA. 2004.Bunga Rampai Obstetri. Palembang: Departemen


Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Fakultas Kedokteran Unsri

10. Buchman, EJ. 2008. Head descent, moulding, and other clinical findings in the
prediction of chepalopelvic disproportion. United States: WiredSpace.

Anda mungkin juga menyukai