Disusun oleh:
Gina Sonia Fensilia Yolanda 04084821517084
Halaman
HALAMAN JUDUL............................................................................................... i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 4
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI PANGGUL
Pada tiap persalinan harus diperhatikan 3 faktor penting, yaitu jalan lahir,
janin dan kekuatan yang ada pada ibu. Jalan lahir dibagi atas bagian tulang dan
bagian lunak. Bagian tulang terdiri dari tulang-tulang panggul dengan sendi-
sendinya (artikulasio), sedangkan bagian lunak terdiri atas otot-otot, jaringan
jaringan dan ligamen ligamen.
Tulang tulang panggul terdiri atas
1) os koksa yang terdiri atas os ilium, os iskium, dan os pubis
2) os sacrum
3) os koksigeus
4
sumbu itu lurus, sejajar dengan sacrum untuk selanjutnya melengkung ke depan,
sesuai dengan lengkungan sacrum.
Bidang atas saluran ini normal berbentuk hampir bulat, disebut pintu atas
panggul (pelvic inlet). Bidang bawah saluran ini tidak merupakan suatu bidang
seperti pintu atas panggul, akan tetapi terdiri atas dua bidang, disebut pintu bawah
panggul (pelvic outlet). Diantara kedua pintu ini terdapat ruang panggul (pelvic
cavity). Ruang panggul mempunyai ukuran yang paling luas dibawah pintu atas
panggul, akan tetapi menyempit di panggul tengah, untuk kemudian menjadi luas
lagi sedikit. Penyempitan di panggul tengah ini disebabkan oleh adanya spina
iskiadika yang kadang kadang menonjol ke dalam ruang panggul.
5
Jenis ini ditemukan pada 45% wanita. Merupakan jenis panggul tipikal wanita
(female type).
2. Jenis anthropoid
Bentuk pintu atas panggul seperti ellips membujur anteroposterior. Diameter
anteroposterior lebih besar dari diameter transversa. Jenis ini ditemukan pada
35% wanita.
3. Jenis android
Bentuk pintu atas panggul hampir segitiga. Diameter transversal terbesar
terletak di posterior dekat sakrum. Dinding samping panggul membentuk sudut
yang makin sempit ke arah bawah. Jenis ini ditemukan pada 15% wanita.
Merupakan jenis panggul tipikal pria (male type).
4. Jenis platypelloid
Sebenarnya jenis ini adalah jenis ginekoid yang menyempit pada arah muka
belakang. Diameter transversa jauh lebih lebar dari diameter anteroposterior.
Jenis ini ditemukan pada 5% wanita.
Tidak jarang dijumpai kombinasi keempat jenis klasik ini. Di sinilah letak
kegunaan pelvimetri radiologis, untuk mengetahui jenis, bentuk dan ukuran
ukuran pelvis secara tepat.
6
Pintu tengah panggul (Midpelvic)
Midpelvis merupakan bidang sejajar spina ischiadica merupakan bidang
dimensi pelvik terkecil yang menjadi bagian yang penting pada proses
engagement kepala janin. Diameter interspina ± 10 cm atau lebih, dan merupakan
diameter terkecil dari pelvis. Diameter anteroposterior melalui level spina
ischiadica normalnya berukuran sekurang kurangnya 11.5cm. Komponen
posteriornya antara titik tengah diameter interspinarum dengan sakrum disebut
diameter sagitalis posterior yang sekurang kurangnya berukuran 4.5 cm.
Memperkirakan kapasitas midpelvik secara klinis (periksa dalam) dengan
cara pengukuran langsung adalah tidak mungkin. Bila spina ischiadica begitu
menonjol, dinding pelvis terasa cembung dan sacrum terasa datar ( tidak cekung),
maka kesempitan panggul tengah bisa dicurigai.
PEMERIKSAAN PANGGUL
Dari ukuran-ukuran pintu atas panggul conjugate vera adalah ukuran yang
terpenting dan satu-satunya ukuran yang dapat diukur secara indirect ialah dengan
tergantung dari lebar dan inklinasi sympisis. Cara mengukur conjugata diagonalis
(CD) :
- Dengan 2 jari ialah jari telunjuk dan jari tengah, melalui konkavita dari
sacrum, jari tengah digerakkan ke atas sampai dapat meraba
promotorium.
- Sisi radial dari jari telunjuk ditempelkan pada pinggir sympisis dan
tempat ini ditandai dengan kuku jari telunjuk tangan kiri.
7
- Promotorium hanya bisa tercapai oleh jari kita dengan pemeriksaan
dalam pada panggul yang sempit. Pada panggul dengan ukuran
normal, promotorium tak tercapai, tapi menandakan bahwa CV cukup
besar.
- Kalau CV lebih besar dari 10 cm, maka pintu atas panggul diangap
cukup luas (biasanya CV = 11 cm).
Sebetulnya ini tidak tepat, kerena walaupun CV cukup besar, masuh ada
kemungkinan bahwa ukuran lain, misalnya ukuran melintang sempit. Sayang
sekali diameter transversa tak dapat diukur secara klinis, tapi kesempitan diameter
transversa tanpa kesempitan CV jarang sekali terdapat.
- Selain dengan pengukuran CD kita juga dapat mengetahui secara klinis
bahwa pintu atas panggul mencukup kalau keala anak dengan ukuran
tervesarnya sudah melewati pintu atas panggul.
8
- Ukuran lingkar panggul
Dari pinggir atas sympisis ke pertengahan antara spina iliaca anterior
superior dan trochanter major sepihak dan kembali melalui tempat-
tempat yang sama di pihak yamg lain (Ind. 80. Er. 9)
2. Pemeriksaan dalam
Pemeriksaan dilakukan pada usia kehamilan 36 minggu. Caranya, Teknisnya
dokter/bidan akan memasukkan dua jarinya (jari telunjuk dan tengah) ke jalan
lahir hingga menyentuh bagian tulang belakang/promontorium. Setelah itu,
dokter/bidan akan menghitung jarak dari tulang kemaluan hingga promontorium
untuk mengetahui ukuran pintu atas panggul dan pintu tengah panggul. Jarak
minimal antara tulang kemaluan dengan promontorium adalah 11 cm. Jarak
minimal antara tulang kemaluan dengan promontorium adalah 11 cm. Jika kurang
maka dikategorikan sebagai panggul sempit. Namun, jika bayi yang akan lahir
tidak terlalu besar, maka ibu berpanggul sempit dapat melahirkan secara normal.
Panggul tengah di ukur dengan cara memeriksa spina ischiadika atau tonjolan
tulang panggul yang teraba menonjol atau tidak, dan sudut tulang kemaluan lebih
dari 90 derajat dan intertuberosum lebih dari 8 cm untuk mengetahui panggul
bawah luas.
Bagian terendah kepala sampai spinaischiadica atau lebih rendah. Caput
succedaneum yang besar dapat memberi kesan yang salah, dimana seolah-olah
bagian terendah sudah sampai setinggi spina ischiandica, padahal kepala masih
tinggi, maka hasil pemeriksaan dalam harus selalu disesuaikan dengan hasil
pemeriksaan luar Pemeriksaan dalam, untuk menentukan ukuran dan bentuk
panggul :
Dengan pemeriksaan dalam dapat kita ukur CD, tapi kita juga dapat kesan
mengenai bentuk panggul. Yang harus diperiksa ialah :
- apakah promotorium teraba atau tidak. Bila teraba berapa CD nya.
9
- apakah tidak ada tumor (exostose) pada permukaan belakang sympisis.
- apakah linea innominata teraba seluruhnya atau sebagian.
- apakah sidewalls (dinding samping) lurus, convergent atau divergent
oleh karena ukuran yang luas pada inlet tidak perlu diikuti oleh bidang
sempit panggul dan pintu bawah panggul.
- apakah kedua spina ischiadica menonjol atau tidak. Sering terdapat
bahwa spina yang menonjol disertai dengan dinding samping yang
convergent.
- apakah os sacrum mempunyai inklinasi ke depan dan belakang.
Perhatikan pula lomkavitas dari sacrum. Dalam keadaan pathologic
sacrum mempunyai bentuk hamper lurus.
- apakah sudut arcus pubis cukup luas atau tidak.
10
letak bayi pun sebetulnya bisa terdeteksi dengan cara ini. Dibanding pengukuran
secara klinis, pengukuran dengan alat rontgen menghasilkan data yang lebih
terperinci mengenai diameter pintu panggul.
Pengukuran Rontgenologis
Ukuran-ukuran panggul dapat juga diukur dengan sinar X. keuntungan dari
pengukuran panggul dengan sunar roentgen ialah :
- Dapat mengambil ukuran-ukuran yang tak dapat ditentukan secara
klinis seperti diameter transversa dari pinti atas panggul, ukuran antara
spinae ischiadicae, diameter antero posterior dari bidang tengah
panggul.
- Selain dari pada memberikan ukuran-ukuran panggul juga
memperlhatkan pada kita bentuk pangul.
- Dapat menentukan apakah ukuran terbesar kepala sudah melampaui
pintu atas panggul.
b. Persiapan
- Alat dan Bahan
- Ibu
- Ranjang Periksa
- Kapas dan Larutan antiseptik
11
- Pemeriksa
- Sarung tangan
- Sabun dan air
- Afron
c. Memasang sarung tangan karena biasanya kalau tidak menggunakan
sarung tangan maka akan mudah terserang berbagai macam infeksi
penyakit seperti HIV.
d. Pemeriksaan
e. Pastikan kandung kemih wanita kosong sebelum memulai pemeriksaan,
karena pemeriksaan bimanual sangat tidak nyaman bagi wanita jika
kandung kemihnya penuh. setelah mengosongkan kandung kemih,
persilahkan ibu untuk berbaring di atas ranjang periksa.
f. Persiapkan ibu pada posisi litotomi di atas meja. Pastikan bokong sedikit
dibelakang tepi meja, karena apabila wanita tidak di posisikan dengan
tepat di tepi meja dapat menggangu ketika spikulum akan dipegang anda
akan kesulitan mengatur posisi spikulum.
g. Dengan ibu jari dan telunjuk tangan kiri, sisihkan labium mayor ke lateral
untuk membuka vulva.
h. Masukkan telunjuk dan jari tengah tangan kanan ke dalam lumen vagina
melalui introitus yang terbuka.
i. Pindahkan tangan kanan ke fundus uteri.
j. Arahkan bagian ventral/palmar jari-jari tangan dalam ke simpisis
os pubis, tentukan besar sudut yang dibentik antara os pubis kiri dan
kanan.
k. Dengan ujung bagian ventral jari-jari dalam, telusuri linea inominata kiri
sejauh mungkin, kemudian lakukan pula pada bagian kanan dengan cara
yang sama.
l. Letakkan jari dalam pada sekitar pertengahan linea inominata kiri
kemudian geser ke bawah (sejajar sumbu badan ibu) menelusuri dinding
samping panggul untuk menilai arah dan sudutnya (rata, menyudut ke
dalam atau luar).
12
m. Menjelang akhir dinding samping panggul (sekitar 5 cm dari pintu atas
panggul) akan teraba tonjolan tulang, kea rah dalam jalan lahir dan
berbentuk segitiga, yang disebut dengan spina iskiadika. Nilai derajat
penonjolan spina ke jalan lahir.
n. Lakukan hal yang sama pada dinding samping panggul bagian kanan
(gunakan bagian atau sisi medial jari tengah) kemudian nilai distansia
interspinarum.
o. Raba tuberkositas iskiadia dengan meneruskan rabaan dinding samping
panggul hingga bagian paling ujung. Lakukan untuk dinding kiri dan
kanan, kemudian nilai distansia intertuberosum (jarak antara kedua
tuberositas).
p. Geser tangan dalam kea rah belakang sehingga teraba bagian tulang yang
rata dan mempunyai lekukan ke belakang, bagian ini disebut dengan
sacrum. Nilai konkafitas tulang tersebut dengan menelusurinya ke arah
atas dan bawah (tepat di bagian tengah).
q. Teruskan perabaan bagian tengah sacrum hingga mencapai ruas dan
bagian ujung tulang coocygis. Nilai inklinasi tulang tersebut, ke depan
(mengarah ke jalan lahir) atau ke belakang.
r. Pindahkan jari tangan dalam ke linea inominata kanan kemudian telusuri
sejauh mungkin ke belakang hingga posisi jari mengarah ke tengah
(sumbu badan ibu). Bila di tengah tonjolan tulang ke bagian dalam jalan
lahir (promontorium os sacrum), maka beri tanda pada pangkal jari tangan
kanan dengan tangan kiri untuk memutuskan batas atau jarak dari titik
tersebut sampai ujung jari kanan.
s. Keluarkan telunjuk dari tengah tangan kanan sementara jari telunjuk
tangan kiri yang menentukan batas tadi, tetap pada posisinya.
t. Ambil alat ukur/penggaris dengan tangan kiri, dekatkan dengan jari tengah
tangan kanan dan batas yang telah dibuat tadi untuk menentukan konjugata
diagonalis yang kemudian dikonversikan menjadi konjugata vera.
u. Beritahukan pada ibu bahwa pemeriksaan telah selesai.
13
Langkah-langkah Pemeriksaan panggul bagian dalam
a. Persetujuan Pemeriksaan
- Jelaskan tentang prosedur pemeriksaan
- Jelaskan tentang tujuan pemeriksaan
- Jelaskan bahwa proses pemeriksaan mungkin akan menimbulkan
perasaan kuatir atau kurang menyenangkan tetapi tidak akan
menimbulkan gangguan pada kandungan.
- Pastikan bahwa ibu telah mengerti prosedur dan tujuan pemeriksaan.
- Mintakan persetujuan lisan untuk melakukan pemeriksaan.
b. Persiapan
c. kemudian ukur panggul ibu, ukuran- ukuran yang perlu diukur: Distantia
spinarum, Distantia cristarum, Conjugata externa, Ukuran lingkar panggul
d. Setelah didapat ukuran-ukuran panggul ibu, maka beritahukan pada ibu
hasil pemeriksaan dan pemeriksaan telah selesai.
14
Daftar Pustaka
nd
Mochtar R. Sinopsis obstetric. 2 ed, Jakarta :EGC 1992; 81-86, 359-364
nd
Wiknjosastro H. Ilmu Bedah Kebidanan. 2 ed, Jakarta Yayasan Bina Pustaka
Sarwono prawiroharjo 1991; 1-14
Cunningham FG, Mac Donald PC, Gant NF. The Normal Pelvis. In: William
th
Obstetrics, 19 ed. Appleton and Lange, 1993; 283-294
Oxorn H. Panggul Obstetrik.In: Hakimi M. Human labor And Birth ed. Bahasa
Indonesia: Yayasan Esentia Medica,1990 21-37
Thurnau GR, Hales KA, Morgan MA. Evaluation Of The Feral Pelvic
Relationship. Clin Obstet Gynecol 1992; 35: 570-579
Mathies HJ. X-Ray Pelvimetry. In: Sciarra JJ Gynecology and Obstetrics, revised
ed. Philadelphia: Harper and Row, 1883; 1-4
Prawirohardjo S. (ed) : Ilmu Kebidanan Edisi II, Yayasan Bina Pustaka Jakarta
1981: 94-104,587-599
15