Anda di halaman 1dari 19

INVERSIO UTERI

Dosen Pengampu :
NUR AZIZAH M. Keb
Di Susun Oleh :
SULISTYOWATI (201502005)
APRIYANI NURMALASARI (201502011)
SITI SHOLIKHAH (201502016)
HANI PRAMITA (201502018)

AKADEMI KESEHATAN RAJEKWESI BOJONEGORO


Prodi DIII Kebidanan
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahNya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “INVERSIO UTERI”
dengan lancar.
Maksud dan tujuan kami menyusun makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Midwifery skill. Hal ini karena untuk mengetahui bagaimana perkembangan pengetahuan
tentang patoologi dalam persalinan.
Saya menyadari dalam penyusunan makalah ini tidak lepas dari kekurangan karena
kurangnya pengetahuan dan terbatasnya referensi yang saya dapatkan, sehingga saya
memerlukan saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Saya mengharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat pengetahuan bagi
pembaca tentang inversion uteri.

Bojonegoro, 29 september 2017

penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Komplikasi kehamilan merupakan penyebab langsung kematian maternal. Komplikasi
kehamilan yang sering terjadi yaitu perdarahan, preeklamsia / eklamsia, dan infeksi (Abdulla et
al, 2010)
Angka kematian ibu di Indonesia sebagian besar disebabkan oleh timbulnya penyulit
persalinan yang tidak dapat segera dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih mampu.
Faktor waktu dan transportasi merupakan hal yang sangat menentukan dalam merujuk kasus
risiko tinggi. Melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur meru pakan tindakan yang paling
tepat dalam mengidentifikasi secara dini sesuai dengan risiko yang disandang oleh ibu hamil
(Saifuddin, 2002).
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan di seluruh dunia lebih dari 585.000
ibu meninggal tiap tahun saat hamil atau bersalin. Di Indonesia menurut Survei Demografi
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2003/2004 Angka Kematian Ibu (AKI) masih cukup tinggi,
yaitu 307 per 100.000 kelahiran hidup Sedangkan data Dinas Kesehatan Provinsi Jateng
menyebutkan pada 2008 AKI mencapai 114,42/100.000 kelahiran hidup. Berdasarkan laporan
Dinas Kesehatan Kota Semarang jumlah kematian ibu maternal di Kota Semarang pada tahun
2009 sebanyak 22 kasus dengan jumlah kelahiran hidup sebanyak 25.739. Penyebab AKI terdiri
dari penyebab langsung dan tidak langsung, penyebab langsung dari AKI disebabkan oleh
komplikasi pada masa hamil, bersalin dan nifas atau kematian yang disebabkan oleh suatu
tindakan atau 1 berbagai hal yang terjadi akibat-akibat tindakan tersebut yang dilakukan selama
hamil, bersalin dan nifas, seperti perdarahan, tekanan darah yang tinggi saat hamil (eklamsia),
infeksi, persalinan macet dan komplikasi keguguran. Beberapa komplikasi persalinan salah
satunya adalah persalinan lama. Sedangkan penyebab tidak langsung kematian ibu adalah karena
kondisi masyarakat, seperti pendidilkan, sosial ekonomi dan budaya.(Dinkes, 2009)

1.2 . Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan inversio uteri?
2. Bagaimana pengertian, penyebab, gejala, penatalaksanaan inversio uteri ?
1.3. Tujuan
1. Memahami tentang inversio uteri
2. Mengetahui pengertian, penyebab, gejala, penatalaksanaan inversio uteri.
DAFTAR ISI

HalamanJudul
Kata pengantar ................................................................................................................... i
Daftar isi .............................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latarbelakang ........................................................................................................ 4
1.2. Rumusan masalah ................................................................................................ 5
1.3. Tujuan .................................................................................................................. 5
1.3.1 tujuan umum
1.3.2 tujuan khusus
BAB II LANDASAN TEORI
2.1. Pengertian inversion uuteri………………………………………………………..
2.2. ……………………………………………………
2.2.1. ………………………………………………………………………...
2.2.2. ………………………………………………………………………..

2.3. ………………………………………………………..
BAB III PEMBAHASAN
3.1 ………………………………………………………………………...
3.2 ………………………………………………………………........
3.3 …………………………………...
3.4 ……………………………………..
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ................................................................................................................. …19
4.2 Saran ........................................................................................................................... …19
DaftarPustaka
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Pengertian Inversio Uteri

Inversio uteri adalah terbalik dan melipatnya uterus demikian rupa sehingga lapisan
endometriumnya dapat tampak sampai di luar perinium atau dunia luar (Manuaba. 2003)
Pada inversio uteri, uterus terputar balik sehingga fundus uteri terdapat dalam vagina
dengan selaput lendirnya sebelah luar. Keadaan ini disebut inversio uteri komplet.Jika hanya
fundus menekuk ke dalam dan tidak ke luar ostium uteri, disebut inversiouteri inkomplet. Jika
uterus yang berputar balaik itu keluar dari vulva, disebut inversio prolaps.Inversio uteri jarang
terjadi, tetapi jika terjadi, dapat menimbulkan syok yang berat (Sastrawinata,2003).
Inversio Uteri adalah suatu keadaan dimana bagian atas uterus (fundus uteri ) memasuki
kavum uteri sehingga fundus uteri sebelah dalam menonjol ke dalam kavum uteri, bahkan ke
dalam vagina atau keluar vagina dengan dinding endometriumnya sebelah luar.(Ilmu
Kandungan,Sarwono Prawiroharjo)

2.1.1. Klasifikasi
Inversio uteri dibagi atas :
1. Inversio uteri ringan Fundus uteri terbalik menonjol dalam kavum uteri, namun belum
keluar dari ruang rongga rahim.
2. Inversio uteri sedang Fundus uteri terbalik dan sudah masuk dalam vagina.
3. Inversio uteri berat Uterus dan vagina semuanya terbalik dan sebagian sudah keluar
vagina. (Ilmu Kebidanan Penyakit kandungan dan KB untuk Pendidikan
Bidan,Prof.dr.Ida Bagus M,SpOG)
Gambar 1

klasifikasi inversio uteri Ada pula beberapa pendapat membagi inversio uteri menjadi :
1. Inversio inkomplit Yaitu jika hanya fundus uteri menekuk ke dalam dan tidak keluar
ostium uteri atau serviks uteri
2. Inversio komplit Seluruh uterus terbalik keluar, menonjol keluar serviks uteri.
3. Inversio local Fundus uteri menonjol sedikit ke dalam cavum uteri
4. Inversio parsial Tonjolan fundus uteri terbatas hanya pada cavum uteri
5. Inversio total Tonjolan telah mencapai vagina atau keluar vagina (Ilmu
Kandungan,Sarwono Prawiroharjo)

2.1.2. Faktor Predisposisi


1. Pada grandemultipara karena terjadi atonia uteri
2. Tali pusat terlalu pendek
3. Tarikan tali pusat terlalu keras , sedangkan kontraksi uterus belum siap untuk
melahirkan plasenta
4. Pelaksanaan perasat Crede, saat kontraksi uterus belum siap untuk mendorong
plasenta lahir.
5. Plasenta terlalu erat melekat pada tempat implantasinya (Manuaba. 2003)
Gambar 2
Anatomy inversio uteri

2.1.3. Patofisiologi
Uterus dikatakan mengalami inversi jika bagian dalam menjadi di luar saat
melahirkan plasenta. Reposisi sebaiknya segera dilakukan. Dengan berjalannya waktu,
lingkaran konstriksi sekitar uterus yang terinversi akan mengecil dan uterus akan terisi
darah. Dengan adanya persalinan yang sulit, menyebabkan kelemahan pada ligamentum-
ligamentum, fasia endopelvik, otot-otot dan fasia dasar panggul karena peningkatan
tekanan intra abdominaldan faktor usia. Karena serviks terletak diluar vagina akan
menggeser celana dalam dan menjadi ulkus dekubiltus (borok). Dapat menjadi
SISTOKEL karena kendornya fasia dinding depan vagina (mis : trauma obstetrik)
sehingga kandung kemih terdorong ke belakang dan dinding depan vagian terdorong
kebelakang. Dapat terjadi URETROKEL, karena uretra ikut dalam penurunan tersebut.
Dapat terjadi REKTOKEL, karena kelemahan fasia di dinding belakang vagina, oleh
karena trauma obstetri atau lainnya, sehingga rektum turun ke depan dan menyebabkan
dinding vagina atas belakang menonjol ke depan. Dapat terjadi ENTEROKEL, karena
suatu hemia dari kavum dauglasi yang isinya usus halus atau sigmoid dan dinding vagina
atas belakang menonjol ke depan. Sistokel, uretrokel, rektokel, enterokel dan kolpokel
disebut prolaps vagina. Prolaps uteri sering diikuti prolaps vagina, tetapi prolaps vagina
dapat berdiri sendiri. Inversio uteri adalah keadaan dimana fundus uteri terbalik sebagian
atau seluruhnya masuk ini adalah merupakan komplikasi kala III persalinan yang sangat
ekstrem. Inversio Uteri terjadi dalam beberapa tingkatan, mulai dari bentuk ekstrem
berupa terbaliknya terus sehingga bagian dalam fundus uteri keluar melalui servik dan
berada diluar seluruhnya ke dalam kavum uteri. Oleh karena servik mendapatkan pasokan
darah yang sangat banyak maka inversio uteri yang total dapat menyebabkan renjatan
vasovagal dan memicu terjadinya perdarahan pasca persalinan yang masif akibat atonia
uteri yang menyertainya. Inversio Uteri dapat terjadi pada kasus pertolongan persalinan
kala III aktif. khususnya bila dilakukan tarikan talipusat terkendali pada saat masih
belum ada kontraksi uterus dan keadaan ini termasuk klasifikasi tindakan iatrogenic.

2.1.4. Gejala
1. Pada pemeriksaan luar pada palpasi abdomen, fundus uteri sama sekali tidak teraba
atau teraba tekukan pada fundus. Kadang-kadang tampak seperti sebuah tumor yang
merah di luar vulva, hal ini ialah fundus uteri yang terbalik.
2. Perdarahan yang berasal dari bekas implantasi plasenta.
3. Tarikan peritoneum perietalis, menyebabkan rasa nyeri sehingga dapat dikatakan
sebagai syok neurogenik dan menyebabkan dinding abdomen tegang sehingga sulit
melakukan palpasi dengan baik untuk menegakkan diagnosis inversio uteri.
(Manuaba. 2003)
4. Pada pemeriksaan dalam
a) bila masih inkomplit, maka pada daerah simfisis uterus teraba fundus uteri cekung
ke dalam
b) bila sudah komplit, di atas simfisis teraba kosong dan dalam vagina teraba tumor
lunak; atau kavum uteri sudah tidak ada (terbalik)

3. Penanganan
1. Atasi syok dengan pemberian infus Ringer Laktat dan bila perlu transfusi darah.
2. Reposisi manual dalam anestesi umum, baiknya plasenta jangan dilepaskan dulu
sebelum uterus di reposisi karena dapat menimbulkan perdarahan banyak. Setelah
reposisi berhasil, diberi drip oksitosin dan dapat juga dilakukan kompresi bimanual.
3. Jika reposisi manual tidak berhasil, dilakukan reposisi operatif. (Sastrawinata,2003)
Gambar 3

Langkah Penanganan Inversio Uteri dengan reposisi Menurut Wiknjosastro, H. 2006,


adapun penatalaksanaan untuk inversio uteri ialah :
1. Pencegahan : hati-hati dalam memimpin persalinan, jangan terlalu mendorong rahim
atau melakukan perasat Crede berulang-ulang dan hati-hatilah dalam menarik tali
pusat serta melakukan pengeluaran plasenta dengan tajam.
2. Bila telah terjadi inversio :
a) Bila terjadi syok atau perdarahan, gejala ini diatasi dulu dengan infus
intravena cairan elektrolit dan tranfusi darah.
b) Untuk memperkecil kemungkinan terjadinya renjatan vasovagal dan
perdarahan maka harus segera dilakukan tindakan reposisi secepat mungkin.
c) Segera lakukan tindakan resusitasi.
d) Bila plasenta masih melekat, jangan dilepas oleh karena tindakan ini akan
memicu perdarahan hebat .
e) Lakukan tindakan resusitasi dengan cara : Tangan seluruhnya dimasukkan ke
vagina sedang jari tengah dimasukkan ke dalam cavum uteri melalui serviks
uteri yang mungkin sudah mulai menciut, telapak tangan menekan korpus
perlahan-lahan tapi terus menerus kearah atas agak kedepan sampai korpus
uteri melewati serviks dan inversion.
f) Salah satu tehnik reposisi lain yaitu dengan menempatkan jari tangan pada
fornix posterior, dorong uterus kembali kedalam vagina, dorong fundus
kearah umbilikus dan memungkinkan ligamentum uterus menarik uterus
kembali ke posisi semula . Rangkaian tindakan ini dapat dilihat pada gambar
1 diatas.
g) Sebagai tehnik alternatif : dengan menggunakan 3 – 4 jari yang diletakkan
pada bagian tengah fundus dilakukan dorongan kearah umbilikus sampai
uterus kembali keposisi normal.
h) Setelah reposisi berhasil, tangan dalam harus tetap didalam dan menekan
fundus uteri. Berikan oksitosin atau Suntikkan intravena 0,2 mg ergomitrin
kemudian dan jika dianggap masih perlu, dilakukan tamponade uterovaginal
dan setelah terjadi kontraksi, tangan dalam boleh dikeluarkan perlahan agar
inversio uteri tidak berulang.
i) Bila reposisi per vaginam gagal, maka dilakukan reposisi melalui laparotomi.

Gambar 4
Reposisi dengan laparotomi

j. Setelah reposisi berhasil, tangan dalam harus tetap didalam dan menekan
fundus uteri. Berikan oksitosin dan setelah terjadi kontraksi, tangan dalam boleh
dikeluarkan perlahan agar inversio uteri tidak berulang.

3. Perawatan pasca tindakan


1. Jika inversi sudah diperbaiki, berikan infus oksitoksin 20 unit dalam 500 ml
IV (Nacl 0,9 % atau Ringer Lactat) 10 tetes/menit :
- Jika dicurigai terjadi perdarahan, berikan infus sampai dengan 60 tetes
permenit.
- Jika kontraksi uterus kurang baik, berikan ergometrin 0,2 mg atau
prostaglandin
2. Berikan Antibiotika proflaksis dosis tunggal :
- Ampisilin 2 gr IV dan metronidazol 500mg IV
- Sefazolin 1 gr IV dan metranidazol 500 mg IV
3. Lakukan perawatan pasca bedah jika dilakukan koreksi kombinasi
abdominal vaginal
4. Jika ada tanda infeksi berikan antibiotika kombinasi :
- Ampisilin 2 gr IV tiap 6 jam
- Gestamin 5 mg/kg berat badan IV setiap 24 jam
- Metranidazol 500mg IV setiap 8 jam
5. Berikan analgesik jika perlu

2.1.5 Komplikasi
1. Keratinisasi mukosa vagina dan portio uteri
2. Dekubitus
3. Hipertropi serviks uteri
4. Gangguan miksi dan stress inkontenensia
5. Infeksi saluran kencing
6. Infertilitas
7. Gangguan partus
8. Hemoroid
9. inkarserasi usus

2.1.6. Prognosis
Prognosis inversi uteri di pengaruhi oleh kecepatan penanganan, makin lambat
keadaan ini di ketahui dan di obati makin buruk prognosanya dan jika dikelola dengan
benar maka akan membawa prognosa yang baik pula.
BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN KALA IV


DENGAN INVERSIO UTERI

Tanggal : 15- 07- 2017 Pukul : 21.00 WIB


Tempat : BPS kartini
Pengkaji : -

I. DATA SUBJEKTIF
1. Biodata/Identitas
Nama Ibu : Ny. A Nama Suami : Tn. Z

Umur : 36 tahun Umur : 40 tahun

Suku /bangsa : Jawa Suku /bangsa : jawa

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMP Pendidikan : STM

Pekerjaan : Pekerjaan : Swasta

Alamat : DS. Sumber kec kradenan BLORA

2. Keluhan utama
1. Ibu mengatakan Namanya Ny. A,umur 36 tahun,
2. Ibu baru melahirkan bayi ke 5 setengah jam yang lalu, tidak pernah keguguran
sebelumnya, Anak yang baru dilahirkan berjenis kelamin laki-laki dan langsung
menangis .
3. Ibu mengatakan lemas setelah melahirkan
4. Ibu mengatakan merasa nyeri hebat di area vagina
5. Ibu mengatakan merasa cemas karena banyak keluar darah bewarna merah tua dari
rahimnya
3. Riwayat Menstruasi
 Siklus haid : Teratur, 28-30 hari
 Lama : 5-7 hari
 Karakteristik : Merah, encer, tidak berbau
 HPHT : 8-10-2016
 TP : 15-07-2017

4. RiwayatObstetri

No Tanggal U.K Jenis Penolong BB JK Menyusui Masalah


Lahir Persalinan
1 2002 Aterm Spontan Bidan 3000 P Ya Tdk Ada
2 2005 Aterm Spontan Bidan 3400 L Ya Tdk Ada
3 2010 Aterm Spontan Bidan 3100 L Ya Tdk Ada
4 2013 Aterm Spontan Bidan 3100 L Ya Tdk Ada
5 Nifas ini

5. Riwayat persalinan sekarang


Ibu melahirkan pada tanggal 15 juli 2017 jam 20.30 WIB secara spontan, ditolong oleh
bidan di BPM Kartini BLORA, BBL 2700 gr, PBL 48 cm, bayi lansung menangis, gerak
aktif, dan tidak ada penyulit pada ibu maupun pada bayinya

6. Riwayat kontrasepsi
Ibu pernah menggunakan kontrasepsi suntik 3 bulan

7. Riwayat kehamilan sekarang


Ibu biasa memeriksakan kehamilannya di RB Kartini, ibu periksa sebanyak 7 kali dan
hasilnya normal. Ibu pernah periksa kehamilan di dokter SpOG sekali dan hasilnya normal.
Ibu tidak pernah merasakan keluhan yang mengganggu pada kehamilan ini. Ibu mendapat
obat penambah darah, kalsium, dan vitamin, minyak ikan. Ibu periksa kehamilan yang
terakhir tanggal 14 juli 2017 dan hasilnya normal.
8. Riwayat kesehatan yang ibu
Sebelum hamil ini ibu tidak pernah menderita tekanan darah tinggi, ibu tidak punya
riwayat asma, penyakit jantung, diabetes militus, ataupun penyakit jantung, ibu juga tidak
pernah mengalami jatuh atau trauma.

9. Riwayat kesehatan keluarga


Dalam keluarga tidak ada yang menderita tekanan darah tinggi, penyakit jantung, asma,
kencing manis dan penyakit kronis yang lainnya. dalam keluarga juga tidak ada riwayat hamil
kembar.

10. Data fungsional kesehatan


a. Pola Nutrisi:
Setelah melahirkan ibu hanya minum air putih saja secukupnya.

b. Pola eliminasi
Saat di RB Kartini ibu belum BAK

c. Aktivitas dan istirahat:


Saat di RB Kartini ibu belum istirahat
d. Pola kebiasaan
Ibu tidak pernah mengkonsumsi jamu jamu tradisional, danibu tidak merokok dan tidak
minum minuman beralkohol.

11. Riwayat Sosial Budaya


 Ibu menikah 1 kalli, lama menikah 16 tahun
 Ibu terlihat pasrah dengan keadaanya saat ini. Ibu didampingi oleh suami dan
keluarganya saat di RB Kartini

II. DATA OBJEKTIF


A). Pemeriksaan Umum
KU : lemah
Kesadaran : somnolen
Tanda Vital :
TD : 80/50 mmHg N : 105 x/ menit
R : 33 x/ menit S : 38 º C

B). Pemeriksaan Fisik


Muka : wajah pucat, tidak oedem,
Mata : conjungtiva anemis, sklera anikterik
Mulut : kering, tidak ada stomatitis, dan caries gigi
Abdomen : teraba tekukan pada fundus, uterus tidak berkontaksi, kandung
kemih kosong
Genitalia : inspeksi : Perdarahan ± 550 cc bewarna merah segar,
Periksa dalam : teraba tonjolan seperti tumor di cavum uteri
Ekstrimitas atas : tidak ada gangguan pergerakan
Ekstrimitas bawah : tidak oedem, tidak ada varices.

III.ASSASSEMENT
Ny. A,umur 36 tahun, P5A0 keadaan umum ibu lemah kala IV dengan inversio uteri.

IV. PENALAKSANAAN
Tanggal 15 -07 - 2017 pukul 21.00 WIB
1. Menjelaskan kepada keluarga tentang keadaan ibu bahwa saat ini ibu mengalami
inversion uteri.keluarga mengerti
2. Memasang infus RL dan memberikan aliran cepat untuk menghindari ibu tidak syok,
Infus telah terpasang.
3. Pukul 21.02 WIB Melakukan tindakan reposisi, dan meminta pendamping untuk
memberikan dukungan kepada ibu.
4. Pukul 21.05 WIB reposisi per vaginam gagal, maka dilakukan reposisi melalui
laparotomi dengan merujuk ke RSUD atas indikasi inversio uteri,
4. Pukul 21.05 WIB memberi tahu keluarga bahwa Ny.A akan segera dirujuk, karena ibu
mengalami inversio uteri atau Rahim terbalik dan keluar sebagian dari kemaluan,
keluarga setuju.
BAB IV

PENUTUP

4.1.Kesimpulan
Inversio uteri adalah terbalik dan melipatnya uterus demikian rupa sehingga
lapisan endometriumnya dapat tampak sampai di luar perinium atau dunia luar. Inversio
uteri dibagi atas : Inversio uteri ringan, Inversio uteri sedang, Inversio uteri berat serta
terbagi juga atas Inversio inkomplit, Inversio komplit, Inversio local, Inversio parsial,
Inversio total. Penanganan inversio uteri ialah yang pertama, atasi syok dengan
pemberian infus Ringer Laktat dan bila perlu transfusi darah, kemudian melakukan
reposisi manual dalam anestesi umum, baiknya plasenta jangan dilepaskan dulu sebelum
uterus di reposisi karena dapat menimbulkan perdarahan banyak. Setelah reposisi
berhasil, diberi drip oksitosin dan dapat juga dilakukan kompresi bimanual. Pemasangan
tampon rahim dilakukan supaya tidak terjadi lagi inversio. Jika reposisi manual tidak
berhasil, dilakukan reposisi operatif

4.2.Saran
Disini, kami yang menyusun makalah ini hanya mengambil bahan yang
diperlukan dari beberapa buku sumber saja. Sehingga sangat kurang apabila
dibandingkan dengan apa yang seharusnya pembaca terima. Kami menyarankan supaya
pembaca tidak hanya berpatokan pada makalah kami ini saja untuk dijadikan bahan
belajar. Alangkah baiknya bila para pembaca mencari bahan-bahan yang berkaitan
dengan makalah kami ini pada buku sumber yang lain atau pada media lainnya. Sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan para pembaca tentang asuhan kegawat
daruratan inversio uteri.
DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo, Sarwono.2014.Ilmu Kebidanan Edisi 4.Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo.
Sastrawinata, Sulaiman.dkk. 2005. Obstetri Patologi Edisi 2. Jakarta : Buku kedokteran EGC.
Taber,Benzion. 1994. Kedaruratan obstetri dan ginekologi. Jakarta : Buku kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai