Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

PEMBERIAN OBAT PADA NEONATUS, BAYI DAN BALITA


PRASEKOLAH DAN PERTOLONGAN PERTAMA PADA
KECELAKAAN NEONATUS, BAYI, BALITA
DAN ANAK PRASEKOLAH

disusun oleh :

Sri Utari Anggraini

(1915301172)

Dosen Pengampu
Dr. RINCHE ANNUR., SPA

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN


UNIVERSITAS FORT DE KOCK BUKITTINGGI
TAHUN 2019/2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang mana telah
memberikan kami semua kekuatan serta kelancaran dalam menyelesaikan
makalah mata kuliah Ilmu Kesehatan Anak yang berjudul “Pemberian Obat Pada
Neonatus, Bayi Dan Balita Prasekolah Dan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan
Neonatus, Bayi, Balita Dan Anak Prasekolah” dapat selesai dalam waktu yang
telah kami rencanakan.

Selain untuk menambah wawasan dan pengetahuan penyusun, makalah ini


disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ilmu Kesehatan Anak.
Makalah ini membahas tentang “Pemberian Obat Pada Neonatus, Bayi Dan Balita
Prasekolah Dan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan Neonatus, Bayi, Balita
Dan Anak Prasekolah”

Semoga makalah ini bermanfaat untuk memberikan konstribusi kepada peserta


didik.

Bukittinggi, 30 Desember 2019

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................i

DAFTAR ISI...............................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.................................................................................3

B. Rumusan Masalah............................................................................3

C. Tujuan Pembahasan........................................................................3

BAB II PEMBAHASAN

A. Pemberian Obat Pada Neonatus, Bayi Dan Balita Prasekolah…....4

B. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan Neonatus, Bayi, Balita

Dan Anak Prasekolah..................................................................14

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan..................................................................................29

B. Saran............................................................................................29

Daftar Pustaka..........................................................................................30

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Asuhan Kebidanan adalah perawatan yang diberikan oleh bidan.
Jadi, asuhan kebidanan pada neonatus, bayi, balita dan anak prasekolah 
adalah perawatan yang diberikan oleh bidan pada bayi baru lahir, bayi,
balita dan anak prasekolah. Neonatus, bayi, dan balita dengan masalah
adalah suatu penyimpangan yang dapat menyebabkan gangguan pada
neonatus, bayi dan balita. Apabila tidak diberikan asuhan kebidanan pada
neonatus, bayi, dan balita pada masa perkuliahan, sehingga pada saat
calon bidan diterjunkan di lahan praktek  sudah mampu untuk
memberikan asuhan kebidanan pada neonatus bayi balita dan anak
prasekolah.
Atas dasar pemikiran di atas, maka saya menyusun makalah ini
dengan harapan mahasiswa kebidanan dapat dengan mudah memahami
kebutuhan dasar pada neonatus,bayi, balita dan anak prasekolah dan
memahami tentang tindakan pertolongan pertama pada kecelakaan yang
dialami oleh neonatus,bayi,balita dan anak prasekolah.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pemberian obat pada neonatus, bayi dan balita
prasekolah?
2. Bagaimana pertolongan pertama pada kecelakaan neonatus, bayi,
balita dan anak prasekolah?
C. Tujuan
Untuk pemberian obat pada neonatus, bayi dan balita prasekolah
dan pertolongan pertama pada kecelakaan neonatus, bayi, balita dan anak
prasekolah?

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. PEMBERIAN OBAT PADA NEONATUS, BAYI DAN BALITA


PRASEKOLAH
1. Abacavir
a. Indikasi
Infeksi HIV
b. kontra indikasi
Pasien yang hipersensitif terhadap abacavir
c. Perhatian
 Dapat diberikan tanpa makanan
 Peringatkan pasien dan orang tua tentang risiko serius dari reaksi
hipersensitivitas yang dapat mematikan
 Dosis
Dosis bayi/neonatus: Tidak diperbolehkan untuk bayi <3 bulan
Dosis anak: 8 mg/kgBB (maksimum 300 mg) dua kali sehari Berat
badan Dosis dua kali sehari regimen Dosis pagi Dosis malam Total
Dosis Sehari14–21 kg ½ tablet (150 mg) ½ tablet (150 mg) 300 mg
>21–<30 kg ½ tablet (150 mg) 1 tablet (300 mg) 450 mg ≥30 kg 1
tablet (300 mg) 1 tablet (300 mg) 600 mg Dosis remaja (≥16
tahun)/Dewasa: 300 mg dua kali sehari atau 600 mg sekali sehari.
d. Efek samping
 Reaksi hipersensitivitas yang dapat mematikan; gejala termasuk
demam, lesi, mual, muntah, malaise, fatique, nafsu makan
berkurang, gejala pernapasan seperti sakit tenggorokan, batuk,
sesak napas.
 Beberapa studi kohort observasi menunjukkan meningkatnya risiko
infark miokardium di dewasa dengan penggunaan abacavir yang
baru atau sedang digunakan; tetapi studi ini tidak diperkuat
beberapa studi lain dan tidak ada data di anak.

4
2. Amfoterisin B
a. indikasi
Infeksi jamur mengancam hidup (life-threatening) termasuk
histoplasmosis, Coccidioidomycosis, paracoccidioi-domycosis,
Blastomycosis, Aspergillosis, Cryptococcosis, Mucormycosis,
Sporotrichosis, dan Candidosis; Leishmaniasis. Peringatan Perhatian
Perlu dilakukan supervisi ketat selama terapi dan dilakukan tes sebelum
pemberian dosis awal meskipun jarang terjadi anafilaksis pada
penggunaan IV. Pasien harus diobservasi kurang lebih selama 30 menit
setelah tes. Hindari pemberian infus cepat (risiko aritmia). Selama terapi
dilakukan tes fungsi hati dan ginjal, hitung darah dan pemeriksaan
elektrolit plasma. Kerusakan fungsi ginjal.
Dosis infeksi jamur sistemik : Infus IV : Dosis tes : 1 mg dalam 20-
30 menit jika ditoleransi tanpa munculnya efek samping yang serius,
maka dilanjutkan dengan dosis 250 μg/kgBB/hari, dan dinaikkan bertahap
hingga 1 mg/kgBB/hari, atau pada infeksi berat sampai 1,5 mg/kgBB/hari
atau selang sehari.
a. pada neonatus :
 Dosis IV : 0,25 mg/kgBB/hari
 Tingkatkan dosis 0,25 mg/kgBB/hari sampai maksimal 1
mg/kgBB/hari.
 Peningkatan dosis dapat ditingkatkan 0,5 mg/kgBB/hari pada
infeksi berat saat fungsi ginjal normal dan penggunaan infus 6 jam
dapat diterima.
 Intrathecal, intraventricular atau intracisternal : 25 – 100
mikrogram setiap 48 – 72 jam, ditingkatkan hingga 500
mikrogram.
 Catatan Biasanya diperlukan terapi jangka panjang; bila terputus
selama lebih dari 7 hari, dianjurkan untuk mulai dengan dosis 250
mikrogram/kgBB/hari kemudian dinaikkan bertahap. Medication
error termasuk kematian, merupakan akibat kerancuan antara

5
bentuk lipid Amfoterisin B dan bentuk konvensional Amfoterisin B
untuk injeksi. Bentuk konvensional Amfoterisin B untuk injeksi
tidak boleh melebihi 1,5 mg/kgBB/hari.
b. Efek samping
Demam, sakit kepala, anoreksia, berat badan turun, mual dan
muntah, malaise, diare, nyeri otot dan persendian, dispepsia dan
nyeri epigastrik, gangguan fungsi ginjal termasuk hipokalemia,
hipomagnesemia dan toksisitas ginjal, gangguan darah,
kardiotoksik (termasuk aritmia); gangguan neurologik (termasuk
neuropati perifer), fungsi hati abnormal (pengobatan dihentikan),
ruam, reaksi anafilaktoid, nyeri dan tromboflebitis pada tempat
injeksi.
3. Amoksisilin
Amoksisilin merupakan penisilin spektrum luas.
a. indikasi
Infeksi saluran kemih, infeksi saluran napas bagian atas, bronkitis,
pneumonia, otitis media, abses gigi, osteomielitis, penyakit Lyme pada
anak, profilaksis endokarditis, profilaksis paska-splenektomi, infeksi
ginekologik, gonore, eradikasi Helicobacter pylori.
b. kontra indikasi
Hipersensitif terhadap golongan penisilin (lihat catatan diatas).
Peringatan Perhatian Riwayat alergi, gangguan ginjal, ruam eritematosus
umum terjadi pada demam karena infeksi pada kelenjar limfe, leukemia
limfositik kronik, dan infeksi HIV.
c. Dosis Infeksi karena organisme yang sensitif : Oral :
 >10 tahun, 250 mg setiap 8 jam, dosis digandakan pada infeksi berat,
 <10 tahun, 125 mg setiap 8 jam, digandakan pada infeksi berat.
 Neonatus infeksi biasa/ standarIV, IM : 25 mg/kgBB/kali Infeksi berat
(meningitis atau septikemia) IV, IM : 50 mg/kgBB/kali interval
 Untuk usia gestasi < 37 minggu ≤ 28 hari setiap 12 jam> 28 hari setiap
8 jamUntuk usia gestasi ≥ 37 minggu≤ 7 hari setiap 12 jam> 7 hari

6
setiap 8 jamInterval dosis dapat diturunkan dari tiap 8 menjadi 6 jam
pada tersangka meningitis atau septikemia, jika fungsi ginjal normal.
 Bayi 1- 3 bulan : Oral : 20 -30 mg/ kgBB/hari dalam dosis terbagi
setiap 12 jam, Bayi > 3 bulan dan anak : 25 – 50 mg/kgBB/hari dalam
dosis terbagi setiap 8 jam atau 25 -50 mg/ kgBB/ hari dalam dosis
terbagi tiap 12 jam.Otitis media (terapi jangka pendek) : Oral : 3 – 10
tahun, 750 mg 2 kali sehari selama 2 hari. Otitis media akut dengan
strain S. pneumonia yg resisten 80 -90 mg/kgBB/hari dalam dosis
terbagi setiap 12 jam.
d. efek samping Mual dan muntah, diare; ruam (hipersensitivitas atau reaksi
toksik; bisa menjadi serius – hentikan pengobatan); reaksi hipersensitivitas
termasuk urtikaria, angioedema, anafilaksis, reaksi serum sickness, anemia
hemolitik, nefritis interstitial (lihat juga catatan diatas).

4. Amoksisilin + Asam Klavulanat


a. Indikasi
Infeksi yang disebabkan oleh bakteri penghasil beta-laktamase
termasuk infeksi saluran napas, infeksi uro genital dan abdominal,
selulitis.
b. kontra indikasi
Hipersensitivitas terhadap golongan penisilin; mempunyai riwayat
ikterus atau gangguan fungsi hati akibat penisilin atau amoksisilin dengan
asam klavulanat. Peringatan Perhatian Riwayat alergi, kerusakan ginjal,
ruam eritematosus umum terjadi pada glandular fever, leukemia limfositik
kronik, infeksi HIV, kerusakan hati.
c. Dosis (Dosis dihitung untuk Amoksisilin). Infeksi yang disebabkan
organisme penghasil beta-laktamase yang sensitif: Oral :1-6 tahun : 125
mg setiap 8 jam; 6-12 tahun : 250 mg setiap 8 jam; > 12 tahun : 250 mg
setiap 8 jam, Dosis digandakan pada infeksi berat.Infeksi yang disebabkan
organisme penghasil beta-laktamase yang sensitif: Injeksi IV perlahan.
 Neonatus dan bayi lahir prematur : 25 mg/kgBB setiap 12 jam; < 3
bulan : 25 mg/kgBB setiap 8 jam; 3 bulan – 12 tahun : 25 mg/kgBB

7
setiap 6 jam; > 12 tahun : 1 g setiap 8 jam, dinaikkan menjadi 1 g
setiap 6 jam pada infeksi berat.
d. Efek samping
Mual dan muntah, diare, ruam (hipersensitivitas atau reaksi
toksisitas, bila serius hentikan terapi), reaksi hipersensitivitas termasuk
urtikaria, angioedema, anafilaksis, reaksi serum sickness, anemia
hemolitik, nefritis interstitial. Jarang terjadi: kolitis; neutropenia,
trombositopenia, gangguan koagulasi; pusing, sakit kepala, konvulsi
(terutama pada dosis besar atau pada kerusakan fungsi ginjal, hepatitis,
ikterus kolestatik; eritema multiform (termasuk sindroma Stevens-
Johnson), nekrolisis epidermal toksik, dermatitis eksfoliativa, vaskulitis,
flebitis pada tempat injeksi.
5. Asam folat esensial untuk sintesis DNA dan protein tertentu. Defisiensi asam
folat atau vitamin B12 menimbulkan anemia megaloblastik. Asam folat
jangan diberikan pada anemia megaloblastik kecuali bersama vitamin B12,
karena dapat menyebabkan neuropati.
a. Indikasi Pengobatan anemia megaloblastik defisiensi folat. kontra indikasi
Jangan pernah diberikan tanpa vitamin B12 pada anemia megaloblastik
atau anemia defisiensi vitamin B12 lainnya karena risiko percepatan
terjadinya degenerasi sub akut saraf spinal, folate-dependent malignant
disease.
b. Dosis Dosis harian yang direkomendasikan (Recommended Daily
Allowance/RDA) :
oral :
Neonatus prematur : 50 μg (~15 μg /kgBB/hari)
Neonatus – 6 bulan : 25-35 μg
6 bulan – 3 tahun : 50 μg
4 – 6 tahun : 75 μg
c. efek samping Susah tidur, iritabilitas, kebingungan, malaise, pruritus,
ruam, gangguan gastrointestinal, reaksi hipersensitif.
6. Atropin sulfat
a. Indikasi

8
Premedikasi, untuk mencegah terjadinya refleks vagal, sebagai
parasimpatolitik dari antikolinesterase misalnya neostigmin, keracunan
organofosfat, dispepsia, irritable bowel syndrome, divertikulosis.
b. kontra indikasi Ileus paralitik, stenosis pilorik. Peringatan Perhatian
Sindroma Down, anak-anak, kolitis ulserativa, diare, hipertiroid,
gangguan jantung, hipertensi, refluks gastro -esofageal, demam.
c. Dosis pada neonatus Intubasi endotrakeal (dengan morfin dan
suksametonium)IV : 20 mikrogram/kgBB/kali. Diberikan sebelum
suksametonium (pelumpuh otot). Resusitasi IV : 0,02
mg/kgBB/dosispremedikasi : Bayi dan anak : IM : < 5 kg : 0,02
mg/kgBB/dosis 30 – 60 menit pre operasi kemudian setiap 4 – 6 jam
sesuai kebutuhan. Penggunaan dosis minimum 0,1 mg pada neonatus < 5
kg akan menghasilkan dosis > 0,02 mg/kgBB, belum ada catatan tentang
dosis minimum pada kelompok usia ini.> 5 kg : 0,01-0,02 mg/kgBB/dosis
hingga maksimum 0,4 mg/dosis 30-60 menit preoperasi dosis minimum
0,1 mg.
d. Efek samping
Mulut kering; pandangan kabur, fotofobia, kulit kemerahan dan kering,
ruam, kesulitan miksi. Jarang terjadi : aritmia, takikardia, palpitasi, heat
prostrationdan kejang, terutama pada anak yang demam, konstipasi,
bradikardia transien (diikuti dengan takikardi, palpitasi dan aritmia),
penurunan sekresi bronkus, retensi urin, midriasis dengan kesulitan
akomodasi, mual, muntah, pusing.
7. Benzil penisilin
a. indikasi Pneumonia, infeksi tenggorokan, otitis media, penyakit Lyme,
endokarditis streptokokus, infeksi meningokokus, enterokolitis nekrotika,
fasciitis nekrotika, leptospirosis, antraks, aktinomikosis, abses otak, gas
gangren, selulitis, osteomielitis.
b. kontra indikasi Hipersensitif terhadap penisilin, jangan diberikan
intratekal Peringatan Perhatian Riwayat alergi, gagal ginjal (lampiran 5),
gagal jantung.

9
c. Dosis Infeksi ringan sampai sedang pada organisme yang sensitif Injeksi
IM atau IV lambat atau infus IV
Neonatus : 50 mg/kgBB/hari dalam 2 dosis terbagi; 1 – 4 minggu: 75
mg/kgBB/hari dalam 3 dosis terbagi; 1 bulan – 12 tahun: 100
mg/kgBB/hari dalam 4 dosis terbagi.
Pada infeksi berat digunakan dosis yang lebih tinggi. infeksi
meningokokus Injeksi IV lambat atau infus IV.
Bayi prematur dan neonatus: 100 mg/kgBB/hari dalam 2 dosis
terbagi; < 1 bulan: 150 mg/kgBB/hari dalam 3 dosis terbagi; 1 bulan - 12
tahun : 180 – 300 mg/kgBB/hari dalam 4–6 dosis terbagi Sifilis
kongenital Injeksi IM atau IV lambat < 2 tahun : 30 mg/kgBB/hari dalam
2 dosis terbagi selama 10 hari; > 2 tahun : 120 – 180 mg/kgBB/hari
(maksimum 1,44 g/ hari) dalam dosis terbagi selama 14 hari.
d. Efek samping
Reaksi hipersensitivitas (urtikaria, demam, kemerahan, angiodema,
nyeri sendi, ruam, anafilaksis, reaksi seperti serum sickness, anemia
hemolitik, nefritis interstisial), diare, kolitis, neutropenia,
trombositopenia, gangguan koagulasi, toksisitas SSP (kejang, koma,
ensefalopati berkaitan dengan dosis tinggi atau gagal ginjal berat),
gangguan elektrolit, reaksi Jarisch – Herxheimer (selama pengobatan
sifilis dan infeksi spi rochaeta yang lain, kemungkinan berkaitan dengan
pelepasan endotoksin), inflamasi, flebitis atau tromboflebitis pada lokasi
injeksi.
8. Betametason
Betametason merupakan kortikosteroid.
a. Indikasi
Anti inflamasi, imunosupresan, terapi substitusi kortikosteroid
(replacement). kontra indikasi Hipersensitif terhadap kortikosteroid,
infeksi jamur sistemik. Peringatan Perhatian Hipotiroid, sirosis hepatis,
kolitis ulserativa, penggunaan preparat betametason topikal –
penggunaan tidak direkomendasikan pada anak < 12 tahun.
b. Dosis Oral

10
Gunakan bersama makanan untuk mengurangi efek pada saluran
cerna. Gunakan dosis terendah sebagai dosis awal untuk pasien
insufisiensi adrenokortikal (physiologic replacement) : 0,0175-0,25
mg/kgBB/hari dibagi setiap 6-8 jam, atau 0,5-7,5 mg/m2/hari dibagi
setiap 6-8 jam. Parenteral : Jangan gunakan suspensi injeksi secara IV;
kocok suspensi injeksi sebelum digunakan. IM:Anak : Gunakan dosis
terendah sebagai dosis awal untuk pasien insufisiensi adrenokortikal
(physiologic replacement): 0,0175-0,125 mg basa/kgBB/hari dibagi
setiap 6-12 jam, atau 0,5-7,5 basa/m2/hari dibagi setiap 6-12 jam.
Remaja : 0,6-9 mg/hari dibagi setiap 12 – 24 jam
c. Efek samping kardiovaskuler
edema, hipertensi, ssp : kejang, ver tigo, kebingungan, sakit kepala.
kulit : striae, hipopigmentasi atau hiperpigmentasi, akne, perlambatan
penyembuhan luka, atropi kulit, eritema, ruam, kering.endokrin dan
metabolik : sindroma Cushing, retensi natrium, supresi aksis hipofisis-
adrenal, menghambat pertumbuhan, intoleransi glukosa, hipokalemia.
Gastrointestinal : tukak lambung, mual, muntah lokal : rasa terbakar,
gatal, perih, abses steril. neuromuskuler dan skeletal : kelemahan otot,
osteoporosis, fraktur. mata : katarak, glaukoma.
9. Epoetin Alfa
Epoetin Alfa sebagai Colony Stimulating Factor; Recom binant Human
Erythropoetin
a. indikasi : Terapi anemia pada penderita gagal ginjal fase lanjut; terapi
AZT penderita HIV; penderita kanker paska kemoterapi; anemia
prematuritas.
b. kontra indikasi: Hipersensitif terhadap albumin, hipertensi yang tidak
terkontrol, neutropenia pada bayi. Peringatan Perhatian Hati-hati pada
penderita dengan porfiria. Respon obat secara optimal diperoleh apabila
diikuti dengan suplementasi besi selama terapi. Monitoring hematokrit,
serum iron, level eritropoeitin, dan tekanan darah selama terapi.
c. Dosis neonatus anemia prematuritas : 25-100 unit/kgBB/dosis 3x/minggu
atau 100 unit/kgBB/dosis 5x/minggu atau 200 unit/kgBB/dosis

11
3x/minggu setiap hari lain selama 10 dosis Anak-anak : • anemia pada
kanker : 150 unit/kgBB/dosis 3x/minggu; monitoring hematokrit setiap
mingggu. Jika respon tidak adekuat setelah pemberian selama 8 minggu,
dosis ditingkatkan (maksimum dosis 300 unit/kgBB/dosis); Jika
hematokrit > 40%, terapi dihentikan sampai hematokrit 36%. Dosis
terapi diturunkan 25%, jika dosis awal menghasilkan respon cepat
penurunan hematokrit ( > 4% dalam 2 minggu periode). • penderita
dialisis epoeitin alfa diberikan bolus intravena 3x/minggu. Pada penderita
gagal ginjal kronis tanpa dialisis diberikan secara IV atau SC.
10. Gentamisin
Gentamisin bersifat bakterisid yang aktif terutama terhadap gram negatif
termasuk Pseudomonas aerogenosa, Proteus serratia.
a. indikasi : Pneumonia, kolesistisis, peritonitis, septikemia, pyelo nefritis,
infeksi kulit, inflamasi pada tulang panggul, en dokarditis, meningitis,
listeriosis, tularaemia, brucellosis, pes, pencegahan infeksi setelah
pembedahan.
b. kontra indikasi : Myasthenia gravis
c. Peringatan : Perhatian Gangguan fungsi ginjal, bayi (sesuaikan dosis,
monitor ginjal, fungsi pendengaran dan kesetimbangan, dan kadar
gentamisin dalam darah). Hindari penggunaan jangka panjang,
kelemahan otot, obesitas (monitor kadar gentamisin). Monitor kadar
puncak plasma (1 jam) < 10 mg/L, kadar nadir (trough) / sebelum dosis
berikut < 2 mg/L.
d. Dosis Infeksi yang disebabkan oleh organisme yang sensitif
IM, IV lepas lambat ( lebih lambat 3 menit ) dan IV : < 2 minggu : 3
mg/kgBB setiap 12 jam, 2 minggu – 12 tahun : 2 mg/kgBB setiap 8 jam
Dosis sebaiknya dihitung berdasarkan perkiraan berat badan ideal,
kecuali untuk neonatus (dosis neonatal sebaiknya dihitung berdasarkan
berat badan sesungguhnya kecuali bila pasien menderita hidrosefalus
atau hidrops fetalis) :
neonatus : IV, IM : 5 mg/kgBB/dosis interval Berat badan < 1200 gram
dan usia postnatal:≤ 7 hari tiap 48 jam8 – 30 hari tiap 36 jam> 30 hari

12
tiap 24 jamBerat badan ≥ 1200 gram dan usia postnatal:≤ 7 hari tiap 36
jam> 7 hari tiap 24 jam.Penyesuaian dosis pada kerusakan fungsi ginjal :
IM, IV 2,5 mg/kgBB**) (Clcr <60 mL/menit/1,73 m2) atau Cl 40-60
ml/menit : Berikan setiap 12 jamClcr 20-40 mL/menit : Berikan setiap 24
jam Clcr <20 ml/menit : Berikan dosis awal, selanjutnya monitor kadar
obat
e. efek samping
 Gangguan pendengaran dan keseimbangan, ototoksisitas dan
nefrotoksisitas berhubungan dengan besar dosis.
 Pada gagal ginjal interval dosis diperpanjang, bila gagal ginjal berat,
dosis diturunkan.
 Monitor kadar plasma mencegah dosis berlebih dan subterapi,
mencegah toksisitas menjamin efektivitas.
 nefrotoksisitas Jarang: hipomagnesemia pada terapi jangka panjang,
kolitis, mual, muntah dan ruam.

B. PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN NEONATUS,


BAYI, BALITA DAN ANAK PRASEKOLAH
1. Tindakan saat anak keracunan

13
Anak-anak umumnya selalu memasukkan apapun yang dipegang
ke dalam mulutnya. Sedikit saja orang tua lengah, bisa saja anak tersebut
mengalami keracunan terhadap benda yang dipegangnya tadi. 
Pada anak-anak, gejala akan lebih cepat muncul karena kondisi tubuh lebih
rentan. Berkisar dua jam setelah mengonsumsi makanan yang
terkontaminasi akan cepat terlihat.
Gejalanya antara lain:
1)         Kram perut
2)         Demam
3)         Muntah-muntah
4)         Sering BAB, kadang bercampur darah, nanah atau lender
5)         Rasa lemas dan mengigil
6)         Hilang nafsu makan
Gejala keracunan makanan bisa terlihat berkisar empat sampai 24
jam setelah si kecil terkontaminasi makanan beracun. Gejala ini bisa
berlangsung tiga sampai empat hari.
Tindakan Pertolongan Pertama Keracunan Pada Anak
1. Periksa suhu tubuhnya, jika muntah-muntah dan sering BAB
2. Periksatinjanya, apakah ada lendir atau darah
3. Baringkan Si kecil, jangan beri makanan yang harus dikunyah
4. Segera beri pertolongan saat gejala dehidrasi berkembang seperti
pusing, kebingungan, muntah-muntah, BAB. Diare dan muntah adalah
salah satu ancaman serius saat keracunan makanan.
5. Sebagai gantinya berikan oralot sedikit demi sedikit
6. Jika tidak tersedia oralit, berikan air yang dicampur garam dan gula
7. Minum cairan setiap jam dan jika anda tidak bisa menanganinya,
segera ke Dokter
8. Sebaiknya tidak menggunakan obat untuk menghentikan diare, karena
ini adalah cara tubuh untuk menghilangkan toksin atau bakteri yang
menyebabkan keracunan
9. Hindari makanan berlemak dan susu untuk menghindari gejala yang
semakin buruk

14
10. Tetap minum cairan untuk mencegah dehidrasi dan mengganti
elektrolit seperti air kelapa
11. Hindari minum minuman kafein
12. Jika menolak minum cairan apapun, coba berikan melon sambil
dihisap-hisap
2. Pertolongan pertama pada kecelakaan luka bakar
Luka bakar merupakan suatu kelainan akibat trauma yang sampai
sekarang belum tertangani dengan baik. Unit luka bakar di rumah sakit
tidak hanya menangani pasien yang terkena api tetapi juga air panas,
bahkan apapun yang menyebabkan kulit rusak. berat ringannya luka
bakar tergantung pada luas jaringan tubuh yang terkena dan kedalaman
luka tersebut. luka bakar dapat dibagi tiga :
a. Derajat Pertama:
Kerusakan hanya terjadi di permukaan kulit dan tidak
memerlukan perawatan khusus. Misalnya: kulit terbakar akibat
berenang.
b. Derajat dua:
Bisa bersifat dangkal dan dalam. Pada kerusakan kulit yang
dangkal, biasanya ditandai dengan gelembung air. Asal bebas dari
infeksi sebelum 3 minggu akan sembuh dengan sendirinya. Sementara
jika kerusakan kulit terjadi lebih dalam, diperlukan tindakan, sulit
sembuh sendiri. Kalaupun sembuh sendiri akan memakan waktu
berbulan-bulan dan meninggalkan cacat seperti jaringan parut
(keloid).

c. Derajat tiga:
Kerusakannya lebih dalam dan lebih berat, hampir seluruh lapisan
kulit terkena trauma. Bila kulit yang terbakar tidak diangkat akan
menimbulkan cacat.
- Tindakan pertama pada luka bakar dan tersiram air panas pada anak.

15
Tindakan pertama yang harus dilakukan ketika kulit terkena panas
(api, air panas) adalah dinginkan luka tersebut, dengan menyiramnya
dengan air dingin. Langkah berikutnya, keringkan, beri antiseptik, tutup
dengan kasa steril, bawa ke rumah sakit. “Jika ada vaselin, olesi dengan
vaselin.
1. luka bakar ringan
Jika dimungkinkan, lepaskan semua perhiasan, karena kulit
yang terbakar, dapat membengkak, dan juga lepaskan pakaian dari
daerah yang terkena karena dapat melekat ke kulit dan mengakibatkan
kerusakan yang lebih berat.
Jika luka bakar itu terasa sangat sakit, mungkin itu hanya
mengenai permukaan kulit saja. Anda harus segera mengurangi rasa
sakit itu dengan mendinginkannya dengan air selama 10 menit, atau
lebih jika rasa sakit itu masih ada.Tutupi luka bakar itu dengan kain
steril.Setelah pertolongan pertama diberikan, bawalah korban segera ke
dokter atau ke ruang gawat darurat di rumah sakit terdekat.
2. luka bakar berat
Seseorang yang terbakar pada sebagian besar tubuhnya –
tangan, paha, atau dada – dapat mengalami syok dan harus segera
dibawa ke rumah sakit.Baringkan si korban, lebih baik di atas karpet
atau alas kain untuk mencegah bagian kulit yang terbakar menyentuh
lantai.
Jika memungkinkan, lepaskan cincin, jam tangan atau baju yang ketat
sebelum kulit yang terbakar itu membengkak.Hubungi ambulans atau
bawa si korban ke ruang gawat darurat di rumah sakit terdekat. Tutupi
kulit yang terbakar tersebut dangan kain yang bersih dan tidak berbulu.
Pasang kain tersebut dengan baik.
a. Menangani korban luka bakar
Idealnya untuk luka bakar ada unit khusus yang menangani, karena
membutuhkan penanganan yang kompleks. Melibatkan berbagai bidang
spesialisasi dalam bentuk tim; ahli gizi, rehabilitasi medik, patologi klinik,
dan membutuhkan kamar operasi intensive care unit. Pertama penderita

16
diinfus sebagai pengganti cairan tubuh yang banyak terbuang, setelah
masa kritis lewat, setiap hari luka dibersihkan secara teratur.
Faktor gizi juga sangat berperan, karena penderita luka bakar telah
banyak kehilangan protein. Sekitar 3-4 hari sesudah perawatan, kulit yang
mati harus diangkat. Dan yang paling penting harus dijaga untuk selalu
steril karena kulit dalam keadaan ‘terbuka’ sangat rentan terhadap infeksi.
Penderita luka bakar yang terlambat mendapat cairan pengganti atau
mengalami infeksi setelah perawatan, tak jarang dapat meninggal.

3. Pertolongan pertama jika atersiram air panas


Perhatikan kondisi luka yang dialami si kecil. Karena, tidak semua
anak dengan luka bakar tersiram air panas perlu dibawa ke dokter
Luka tersiram air panas termasuk luka bakar. untuk memudahkan perawatan,
perlu juga diketahui beratnya luka bakar tersebut
a. Bila bagian tubuh yang tersiram air panas tidak tertutup pakaian, langsung
siram secara perlahan-lahan dengan air putih dingin sekitar 10 menit.
b. Bila yang tersiram adalah bagian tubuh yang tertutup pakaian, siram
langsung bagian tersebut. Setelah itu, baru buka pakaian si kecil dengan
hati-hati. Bila ini sulit dilakukan, gunting saja pakaian atau celana yang
dipakainya, lalu siram   lagi bagian yang terluka itu dengan air dingin.
c. Kompreslah dengan kain bersih yang diberi air dingin sampai rasa
sakitnya berkurang. Anda boleh memberinya parasetamol atau
asetaminofen untuk mengurangi rasa sakit si kecil.
d. Tutup/balut bagian tubuh yang terluka dengan kain kassa steril untuk
menghindari kemungkinan terjadinya infeksi. Sebelumnya, oleskan salep
khusus untuk luka bakar atau salep antibiotik. Jangan balut luka terlalu
kencang, dan balutan harus melebihi bagian yang luka.
Pada luka bakar derajat pertama, sebenarnya Anda tidak perlu membawa si
kecil ke dokter. Apalagi, bila Anda merasa mampu atau yakin untuk
melakukan pertolongan pertama padanya. Namun, pada luka bakar dengan
derajat lebih tinggi, mengenai muka dan mata atau bagian tubuh yang luas
(lebih dari 20%), ia harus cepat-cepat dibawa ke dokter atau Unit Gawat

17
Darurat. Juga, periksakan segera si kecil ke dokter bila rasa sakitnya tidak
hilang setelah 2 hari.
Selain merusak kulit dan jaringan setempat, luka bakar juga bisa
mengakibatkan hilangnya cairan dan elektrolit. Akibatnya, darah jadi lebih
kental. Nah, keadaan ini bisa menimbulkan syok. Itu sebabnya,
pengobatan terhadap luka bakar meliputi obat setempat untuk kulit, obat
antiinfeksi, obat penghilang nyeri, dan cairan (pada kasus yang berat perlu
dipasang infus).
4. Pertolongan pertama pada kecelakaan lalu lintas
Adalah upaya pertolongan dan perawatan sementara terhadap
korban kecelakaan di tempat kejadian secara cepat dan tepat dengan
menggunakan sarana yang ada di tempat kejadian dengan tujuan
menyelamatkan nyawa korban.
Sikap berhati- hati setiap melakukan perjalan perlu dilakukan demi
menghindari kecelakaan lalu lintas, mengingat kini pengguna kendaraan
semakin banyak namun tidak dibarengi dengan kepatuhan dalam berlalu
lintas sehingga rentan sekali terjadi kecelakaan di jalan raya. Selain
berhati- hati anda juga harus menguasai setidaknya teknik pertolongan
pertama pada keelakaan lalu lintas agar jika sewaktu- waktu anda ada di
dalam situasi dan kondisi darurat, anda dapat membantu memberi
pertolongan pertama. Berikut ini langkah- langkah yang dapat dilakukan
untuk usaha pertolongan pertama pada kecelakaan lalu lintas:
- Jangan panik, usahakan mengontrol pikiran dan emosi denga tenang
lalu mulailah untuk meletakkan korban kecelakaan lalu lintas di tempat
yang aman dan bebas dari keramaian agar pertolongan yang diberikan
dapat tepat dan membantu meredakan kondisi korban.
- Cek pernapasan, kesadaran, dan seberapa parah luka yang diderita
korban. Hal- hal tersebut harus diutamakan demi menghindari risiko
terjadinya masalah berikutnya yang tidak diinginkan. Pastikan
pertolongan yang diberikan tepat dan benar agar mengatasi syok dan
guncangan yang terjadi pada si korban.
- Apabila korban tidak bernafas lakukan tindakan resusitasi:

18
a. (Airway) Membebaskan jalan napas
Bila penderita tidak bernafas bebaskan jalan nafas. Ada
tidaknya nafas terbukti dengan tidak adanya hembusan nafas dari
hidung dan mulut.
b. Extensi (dongakan) kepala ke arah belakang sehingga lidah
terdorong ke depan. Hindari posisi leher penderita yang tertekuk.
Dengan menghindari posisi leher yang tertekuk biasanya napas bisa
kembali normal. Letak rahang (posisi kepala) dipertahankan selama
penderita belum sadar.
Perhatikan: bila dicurgai kemungkinan cedera tulang jangan
lakukan (hiper)extensi kepala.
c. (Breathing) Ventilasi Paru (napas buatan) 
Setelah melakukan tindakan A, lakukan kembali penilaian
pernafasan. Seperti pada A penilaian pernafasan dilakukan dengan
meraba keluarnya udara dari mulut dan atau hidung, dan dengan
memperhatikan gerakan pernafasan dada atau perut yang teratur.
Jika tidak ada pernafasan setelah jalan nafas bebas (A) tindakan B
segera dimulai. Dengan posisi penderita yang sama seperti A
lakukan nafas buatan.
d. Circulation : Peredaran darah
Setelah dilakukan tindakan A dan B atau mengeluarkan
benda asing yang masuk kembali periksa pernapasan penderita atau
menetukan terhentinya jantung atau tidak.
e. Jangan terburu-buru dalam proses pertolongan pertama pada
kecelakaan ini karena dikhawatirkan akan membuat kondisinya
justru semakin parah, obati luka- luka yang terlihat dengan
menghentikan pendarahannya, langsung hubungi pusat pengobatan
seperti puskesmas atau rumah sakit terdekat agar segera ditangani
oleh ahlinya.
f. Apabila terjadi perdarahan di hidung atau mimisan segera lakukan
tindakan:

19
- Dudukkan penderita. Bisa juga dalam posisi berdiri (jangan
dibaringkan).
- Tundukkan kepala penderita sedikit ke depan taruh kompres dingin
di leher bagian belakang.
- Usahakan untuk sering mengganti kompres sehingga bagian
belakang leher tetap dingin.
- Kompres panas justru akan memperbanyak perdarahan.
- Biasanya perdarahan akan berhenti setelah 4-5 menit.

Bila terjadi perdarahan banyak.


a. Yang pertama harus anda lakukan adalah menenangkan penderita agar
tidak terlalu banyak bergerak
b. Jangan buang waktu dengan mencari-cari tissue atau kain pembalut.
c. Setelah penderita tenang barulah Anda lakukan sbb.:
- Baringkan penderita.
Usahakan bagian tubuh yang terluka dalam posisi yang lebih tinggi
dari tubuhnya. Dengan demikian aliran darah ke tubuh yang terluka
akan mengalir lebih lambat.
- Bila pada luka terdapat potongan kaca atau benda lain.
- Tekan bagian bawah dan atas luka.
- Jangan tekan langsung pada lukanya.
- Bila perdarahan berhenti jangan bersihkan darah-darah yang
mengering pada permukaan luka. Darah yang mengering merupakan
reaksi alami tubuh untuk mencegah perdarahan lebih lanjut.
d. Bebat luka/Tekan luka dengan sepotong kain bersih. Setelah itu segera
panggil dokter atau bawa ke rumah sakit.
Apabila ada bagian tubuh yang terkilir sebelum ada kendaraan yang datang
lakukan tindakan:
a. Istirahat
Sendi anggota tubuh yang terkilir bila tidak diistirahatkan akan menjadi lebih
parah lagi. Ligament antara sendi tubuh bila terkilir mengalami penegangan.
Sehingga bila tidak diistirahatkan dapat putus, disebut torn ligament

20
b. Kompres dingin
Kompres dingin dapat mengurangi pembengkakan, radang dan rasa sakit.
c. Bebat
Bebat atau penekaan pada tempat yang sakit bila dikombinasikan dengan
kompres dingin dapat membantu menghindari pembengkakan
d. Naikkan bagian tubuh yang terkilir
Setelah dikompres, bagian tubuh yang keseleo sebisa mungkin dinaikkan
setinggi posisi jantung. Segera panggil dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut.
e. Jangan asal mengangkat korban, ketika akan mengangkatnya ke mobil
ambulans, lakukan secara perlahan agar luka dan cidera dalamnya tidak
semakin parah.

5. Pertolongan Pertama Pada Anak Yang Tenggelam


Tenggelam bisa terjadi dimana saja, baik di sungai, laut ataupun di kolam
renang. Bila pernapasan kemasukan air, maka bisa menyebabkan kesulitan
bernapas (berhenti bernapas).
Tenggelam adalah penyebab utama kematian terkait cedera di kalangan
anak-anak usia 1 sampai 4 - dan penyebab utama kedua kematian pada anak-anak
14 dan di bawah. Anak-anak muda khususnya beresiko karena mereka penasaran,
cepat, dan tertarik pada air tetapi belum dapat memahami betapa berbahayanya.
Kabar baiknya adalah bahwa beberapa tindakan pencegahan dapat mencegah
sebagian besar tenggelam. Jika anak Anda adalah korban tenggelam dekat-, ini
rencana penyelamatan cepat-tindakan dapat mencegah tragedi.
a. Pertolongan :
 Jika anak sulit bernafas atau tidak bernafas, letakkan mendatar. Pencet
lubang hidungnya dan bernafaslah dengan meniup ke dalam mulutnya.
Tiuplah dengan hati-hati dan tetap kuat agar dada anak berdetak. Hitung
hingga tiga dan tiup lagi hingga anak bernafas.  
 Jika anak bernafas tetapi tidak sadar, gulingkan badan¬nya agar lidah anak
tidak menutup jalan nafas. 

21
 Jika orang yang tidak bisa berenang melihat anak tenggelam, orang
tersebut harus segera melemparkan tali, alat pelampung, atau dahan pohon
dan berteriak keras agar orang datang menyelamatkan anak. 
 Jika anak sulit bernafas atau tidak bernafas, letakkan mendatar. Pencet
lubang hidungnya dan bernafaslah dengan meniup ke dalam mulutnya.
Tiuplah dengan hati-hati dan tetap kuat agar dada anak berdetak. Hitung
hingga tiga dan tiup lagi hingga anak bernafas.
 Jika anak bernafas tetapi tidak sadar, gulingkan badan¬nya agar lidah anak
tidak menutup jalan nafas. 
 Jika orang yang tidak bisa berenang melihat anak tenggelam, orang
tersebut harus segera melemparkan tali, alat pelampung, atau dahan pohon
dan berteriak keras agar orang datang menyelamatkan anak.
b. Proses Pernapasan Buatan :
 Baringkan anak dengan kepala ditarik perlahan ke belakang, agar jalan
napas terbuka.
 Longgarkan seluruh pakaian yang mangikat.
 Buka mulut anak dengan menekan rahangnya perlahan dengan satu
tangan, jaga tangan jangan sampai menekan leher. Kemudian pencet
hidungnya.
 Tempelkan mulut anda ke mulut anak sama seluruh mulut menutup bibir
anak.
 Hembuskan napas kuat-kuat ke dalam mulutnya, sampai terlihat gerakan
naik turun pada dada. Kalau ini terjadi, Anda telah melakukannya dengan
benar.
c. Cara terhindar dari ancaman tenggelam :
 Setiap anak yang sedang berenang harus selalu diawasi.
 Hindari minum minuman keras sebelum berenang atau dekat kolam
renang.
 Pintu masuk atau akses ke kolam renang harus selalu dalam pengawasan.
 Peralatan penyelamat seperti pelampung atau ban penyelamat harus selalu
dekat dengan kolam renang atau area berenang.

22
 Bila punya kolam renang di rumah, letakkan telepon dekat dengan kolam
renang. Agar anda bisa mengangkat telepon tanpa meninggalkan
pengawasan anak anda saat berenang.
 Hindari meletakkan meja dan kursi dekat kolam renang agar anak anda
tidak dapat memanjatnya.
 Tenggelam pun bisa terjadi pada orang dewasa, jadi pengawasan tetap
dibutuhkan.
 Ikutkan salah seorang anggota keluarga anda di dalam pelatihan RJP agar
bila dibutuhkan suatu saat ia dapat menolong.

6. Pertolongan Kemasukan Benda Asing


Dalam hal ini, sewajibnya kita selalu memegang prinsip umum ketika
menangani kecelakaan yang terjadi. Hal pertama adalah hindari rasa panik,
agar kita tetap bisa berpikir rasional akan tindakan apa yang sebaiknya kita
lakukan. Kedua, bacalah basmalah terlebih dahulu sebelum melakukan
tindakan. Kemudian ucapkanlah hamdalah apabila berhasil atau selesai
melakukan penanganan.
a. Benda masuk ke mata
Benda asing yang masuk mata biasanya kecil dan ringan. Istilah
umumnya adalah “kelilipan”. Kelilipan yang ringan dapat dibersihkan
dengan jalan mencuci (mengguyur) mata dengan air bersih. Lebih baik
lagi bila menggunakan air masak. Kelilipan yang tidak terguyur
dibersihkan dengan kapas yang dibasahi dengan air bersih terlebih dahulu.
Kelilipan yang tajam harus diambil dengan hati-hati sebab apabila tergeser
dapat melukai mata.
Kelilipan larutan kapur tembak ( contoh lainnya kapur tohor )
harus ditangani seperti ketika mata terkena basa keras, yaitu seluruh muka
dan mata dibasuh dengan larutan cuka encer dengan perbandingan satu
bagian cuka dicampur dengan satu bagian air. Atau bisa juga dengan air
biasa. Guyuran dilakukan secara terus menerus selama tiga puluh sampai
empat puluh lima menit dan harus mengenai bagian yang terlindung oleh

23
kelopak mata. Selama diguyur penderita harus menggerak-gerakkan bola
matanya.
b. Benda masuk ke hidung
Anak-anak kadang memasukkan biji-bijian atau manik-manik ke
dalam lubang hidungnya. Untuk mengambilnya sebaiknya diserahkan
kepada dokter. Jikalau ingin mencoba mengambilnya sendiri, pergunakan
sebatang kawat berujung tumpul yang dibengkokkan seperti kail.
Masukkan kail tersebut dengan sangat hati-hati menyusup di samping
benda yang masuk tadi. Setelah melampauinya tariklah benda asing tadi
perlahan-lahan.
Apabila benda tersebut belum begitu masuk ke dalam, bisa dicoba
dengan cara memerintah anak mengeluarkannya seperti ketika
mengeluarkan lendir dari hidung dengan memencet bagian hidung yang
tidak kemasukan benda tersebut.
c. Benda masuk telinga
Sekali waktu mungkin bayi anda menangis tanpa sebab. Jika anda
menjumpai hal demikian, periksalah telinga bayi dengan bantuan lampu
senter. Kemungkinan ada serangga yang masuk dan menggigit. Kadang
ada juga anak yang langsung menunjuk telinganya memberi isyarat bahwa
ada sesuatu yang masuk ke telinganya.
Serangga yang masuk ke telinga dapat dibunuh dengan meneteskan
baby oil ataupun minyak zaitun ke dalam liang telinga yang kemasukan
serangga. Apabila belum berhasil bisa dicoba meneteskan alkohol 70%.
Jika tidak ada bahan-bahan yang tadi, bisa dicoba dengan meneteskan obat
tetes telinga beberapa kali.
Alkohol yang diteteskan ke telinga lebih cepat membunuh
serangga. Terutama serangga-serangga yang agak besar. Namun dalam
penggunaannya kita harus tetap hati-hati. Usahakan agar alkohol tidak
masuk ke kerongkongan dengan cara memiringkan kepala ke arah telinga
yang tidak terkena beberapa saat setelah ditetesi.
Jika benda asing yang masuk ke telinga berupa biji-bijian basah yang
mudah mengambang, jangan sekali kali anda mencoba mengeluarkannya

24
dengan memasukkan cairan (misalnya air, minyak, obat tetes telinga
ataupun alkohol) ke dalam telinga. Sebaiknya diambil dengan korek
kuping secara hati-hati. Bila belum berhasil bawalah ke dokter.
Namun pada umumnya, benda kecil yang masuk ke telinga dapat kita
keluarkan dengan jalan memiringkan kepala ke arah telinga yang
termasuki benda tersebut. Kemudian tepukkan tangan beberapa kali di
kepala sebelah atau dekat telinga yang satu lagi.
d. Benda masuk ke tenggorokan
Makanan bahkan gigi yang lepas bisa menyangkut di tenggorokan.
Dengan menggunakan jari, rabalah tenggorokkan penderita. Usahakan
untuk mengeluarkan benda tersebut. Pada anak kecil, lindungilah jari-jari
anda dari gigitannya. Bila benda masuk ke dalam saluran nafas, dudukkan
penderita di kursi. Tundukkan kepala penderita, lalu tepuk tengkuknya
dengan keras. Jika kasus ini terjadi pada anak kecil, angkat kakinya dan
dijungkirkan.
Kemudian tepuk punggungnya keras-keras. Benda yang
menyangkut tadi biasanya dapat terlempar keluar dengan cara ini. Jika
belum berhasil, cobalah menelungkupkan penderita. Lalu rogohlah
tenggorokkannya dengan jari kemudian cungkil benda asing yang
menyangkut tadi supaya keluar. Caranya ialah dengan memasukkan jari
anda menyusuri gigi dan terus ke dinding belakang tenggorokan. Setelah
benda yang menyumbat dapat diraba, cungkillah ke arah mulut.
Cara lain ialah dengan mencoba mendesak benda tersebut dengan
tekanan udara yang didorongkan dari ronga perut sebagai berikut:
1. Untuk anak-anak usia dua tahun ke atas
a. Peluklah korban dari belakang dan lingkarkan tangan anda ke perut
tepat di bawah tulang iga terakhir.
b. Bengkokkan punggung korban ke depan dengan posisi kepala agak
menggantung.
c. Kepalkan salah satu tangan anda tepat di bawah tulang dada
korban, kemudian letakkan telapak tangan anda yang satunya lagi
di atas kepalan tadi.

25
d. Tekan dan dorong perut korban kuat-kuat dan menyentak dengan
sudut empat puluh lima derajat ke atas ke arah letak jantung.
e. Jangan menekan tulang iganya.
f. Jangan menekan dengan lengan anda tetapi pergunakan kepala
tangan dengan hentakkan yang cepat dan kuat.
2. Untuk anak kecil atau bayi
a. Telentangkan korban dan letakkan pangkal telapak tangan anda
ditentang sekat rongga badannya ( lihat petunjuk di atas)
b. Tekan secara kuat dan tujukan ke arah jantung dengan sudut empat
puluh lima derajat ke atas rongga dada.
c. Jika anda sendiri yang menjadi korban sementara tidak ada orang
yang membantu anda, lakukanlah penekanan dengan kepalan
tangan anda sendiri seperti petunjuk di atas. Bila pada kondisi-
kondisi di atas wajah penderita mulai membiru, usahakan
memberikan pernafasan buatan dari mulut penolong ke mulut
penderita, dan siapkan penderita untuk segera dibawa ke tempat
pelayanan kesehatan terdekat.
d. Benda yang tertelan
Benda yang tertelan biasanya yang berbentuk bulat.
Kemungkinan bahaya yang ditimbulkan relatif kecil, karena benda
tersebut akan keluar lagi bersama kotoran. Apabila timbul gejala
semisal perut mulas atau sakit serta gejala lainnya di luar kebiasaan
normal, segeralah berkonsultasi dengan tenaga medis terdekat.
Jika benda yang tertelan termasuk benda tajam, jangan
mencoba mengeluarkannya dengan obat pencahar (laxative /obat
urus-urus). Sebab akan sangat membahayakan usus. Sebaiknya
penderita diberi makanan padat seperti kentang, singkong, pisang
atau roti.

e. Benda masuk ke kulit


Untuk mengeluarkan jarum, duri, peluru atau serpihan kayu
dan benda lain yang masuk ke dalam kulit sebaiknya diserahkan ke

26
tenaga medis. Namun tidak menutup kemungkinan kita bisa
mencabut sendiri apabila benda masih tampak di permukaan kulit.
Untuk mengeluarkannya kita membutuhkan alat rumah tangga
seperti gunting, pisau tajam, peniti atau jarum. Dengan catatan
benda-benda tersebut harus disterilkan terlebih dahulu dengan cara
membakarnya langsung atau dengan merebusnya sampai mendidih
selama kurang lebih lima sampai sepuluh menit.
Jika benda masuk ke dalam telapak kaki, segera atasi
dengan cara mengistirahatkan kaki tersebut. Gerakan kaki dapat
mengubah letak benda makin masuk ke dalam.
Adapun jika benda yang masuk ke dalam kulit adalah kail,
maka jangan sekali-kali anda menariknya kembali. Akan tetapi
doronglah mata kail tersebut hingga muncul keluar. Kemudian
potonglah mata kail tersebut sehingga dapat ditarik ke luar dengan
mudah.
Sebagai penutup, perlu kami tandaskan pula, dalam
menangani kecelakaan-kecelakaan di atas terkadang upaya kita
belum membuahkan hasil sebagaimana yang diharapkan. Jika
demikian, tetaplah bersikap tenang dan jangan panik. Sebagai
mu’min yang mengimani bahwasanya kesembuhan mutlak hanya
dari Allah, maka selayaknya kita senantiasa mempertebal sikap
tawakal kepada Rabb Pemelihara manusia. Manusia hanya mampu
berusaha menjalani sebab-sebab yang mengantarkannya pada
kesembuhan. Dengan cara-cara yang dibenarkan syariat.
7. Pertolongan Pertama Pada Korban Gigitan Ular Berbisa 
Jika anda berpergian ke dalam hutan dan tergigit ular, hal pertama yang
harus dilakukan adalah :
Jangan panik, lalu coba jauhi ular itu dan jangan melakukan aktivitas/gerakan
yang dapat mempercepat detak jantung. Berusaha untuk tetap sadar dan
mengingat warna serta bentuk ular yang menggigit anda, apabila
memungkinkan bunuh ular itu untuk dibawa ke medis.

27
Setelah itu kenali ciri-ciri luka akibat gigitan ular berbisa yaitu :Luka gigitan
terdapat 2 titik yang nyata.Efek gigitan ular beracun bervariasi tergantung
jenis racunnya namun efek umum yang timbul antara lain :
a. Pembengkakan pada luka diikuti perubahan warna.
b. Rasa sakit di seluruh persendian tubuh.
c. Mulut terasa kering dan mata berkunang-kunang.
d. Demam, menggigil.
e. Selanjutnya anda akan muntah dan pinggang terasa pegal akibat ginjal
berusaha membersihkan darah.

Tindakan Pertolongan Pertama


1. Posisikan bagian tubuh yang luka lebih rendah dari posisi jantung.
2. Ikat diatas luka sampai berkerut setiap 10 menit dan kendorkan 1 menit.
3. Buat luka baru sedalam 1 cm dengan menggunakan pisau, cutter atau silet.
Ingat, buat sayatan luka baru vertikal terhadap luka gigitan.
4. Keluarkan darah sebanyak mungkin dari sayatan baru itu dan jangan
mengeluarkan darah dengan menyedot dari mulut karena racun dapat
mengkontaminasi mulut bahkan resiko tertelan.
5. Lakukan proses pengeluran darah berulang-ulang hingga warna darah yang
keluar berubah dari merah kehitaman menjadi merah segar.
6. Segera pergi ke dokter terdekat, jangan lupa menceritakan apabila anda
alergi terhadap obat tertentu.
Tidak semua gigitan ular berbisa memiliki ciri-ciri diatas dan pada
kasus gigitan ular seperti ular weling , ular laut dan ular pudak seruni
penanganannya berbeda karena mereka memiliki spesifikasi racun
berbeda.

BAB III

28
PENUTUP

A. Kesimpulan
Asuhan Kebidanan adalah perawatan yang diberikan oleh bidan.
Jadi, asuhan kebidanan pada neonatus, bayi, balita dan anak prasekolah 
adalah perawatan yang diberikan oleh bidan pada bayi baru lahir, bayi,
balita dan anak prasekolah. Neonatus, bayi, dan balita dengan masalah
adalah suatu penyimpangan yang dapat menyebabkan gangguan pada
neonatus, bayi dan balita. Apabila tidak diberikan asuhan kebidanan pada
neonatus, bayi, dan balita pada masa perkuliahan, sehingga pada saat calon
bidan diterjunkan di lahan praktek  sudah mampu untuk memberikan
asuhan kebidanan pada neonatus bayi balita dan anak prasekolah.
sedangkan kecelakaan yang sering daalami oleh neonatus,bayi, balita dan
anak prasekolah bisa berupa keracunan, luka bakar atau kesiram air panas,
kecelakaan lalu lintas, tenggelam, kemasukan benda asing dan gigitan ular
berbisa sehingga kita sebagai bidan dapatmengetahui pertolongan pertama
pada kasus-kasung tersebut.
B. Saran
Setelah membaca dan memahami materi yang ada dalam makalah
ini, isi makalah yang kami sajikan masih belum cukup lengkap.Jadi
pembaca silakan menambahkan isi materi kepada kelompok kami. Dan
juga disarankan untuk membandingkan materi yang ada dalam makalah
dengan buku sumber yang ada.Karena sebagai penulis kami hanyalah
manusia yang tidak luput dari kesalahan, baik itu kesalahan dalam
penyampaian materi ataupun pengetikan.

29
DAFTAR PUSTAKA

https://aminjaya.desa.id/page/detail/asuhan_kebidanan_neonatus_bayi_d
an_balita (diakses pukul 13:00 wib tanggal 20 desember 2019)

Muslihatun, Wati Nur. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Gramaya
: Yogyakarta.

http://etikuswandari.blogspot.com/2014/10/babi-pendahuluan-a.html
(diakses pukul 13:00 wib tanggal 20 desember 2019)

30

Anda mungkin juga menyukai