Anda di halaman 1dari 10

KELOMPOK 1 ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS

KELAS 2B KEBIDANAN

AISYAH NADIYAH (NIM : P07224218 1823)


DESI FITRIANA (NIM : P07224218 1832)
LYDIA TRI UTAMI (NIM : P07224218 1839)
MEGAWATI YULINDAH SY (NIM : P07224218 1841)
MISNAWATI (NIM : P07224218 1843)
NIDA ATIKAH SALSABILA (NIM : P07224218 1844)
NURDIATI PUTRIAZARI (NIM : P07224218 1846)

NENY SAN AGUSTINA, SST., M. KES


SEJARAH KEBIDANAN KOMUNITAS DI
INDONESIA

Berawal pada tahun 1807, Angka Kematian Ibu


dan Angka Kematian Bayi tinggi saat
pemerintahan Hindia Belanda di Indonesia.
Maka Gubernur Jendral Hendrik William
Deandels melatih para dukun dalam
pertolongan persalinan. Tetapi pada saat itu
pelayanan kesehatan hanya diberikan kepada
orang-orang Belanda yang berada di Indonesia.
 Lalu pada tahun 1849 dibukanya pendidikan
jawa di Batavia (di rumah sakit militer Belanda
sekarang RSPAD Gatot Subroto)

 tahun 1851 dibuka pendidikan bidan bagi


wanita pribumi di Batavia oleh dokter Belanda
(dr. W. Rosch). Fokus peran bidan hanya
sebatas pelayanan di rumah sakit (bersifat
klinis).
 Pada tahun 1952, sekolah bidan 4 tahun
menitik beratkan pendidikan formal pada
kualitas pertolongan persalinan di rumah sakit.
Selain itu bidan bertugas secara mandiri di biro
konsultasi (CB) yang saat ini menjadi poliklinik
antenatal rumah sakit. Dalam peran tersebut,
bidan sudah memasukkan konsep pelayanan
kebidanan komunitas.
 Pada tahun 1953 di Yogyakarta diadakan
kursus tambahan bagi bidan, Yang berfokus
pada kesehatan masyarakat. Dengan demikian
pemerintah mengakui bahwa peran bidan tidak
hanya terbatas pada pelayanan masyarakat,
yang berbasis di Balai Kesehatan Ibu dan Anak
(BKIA) di tingkat kecamatan.
 BKIA meliputi : pelayanan antenatal
(pemberian pendidikan kesehatan, nasehat
perkawinan, perencanaan keluarga), intranatal,
postnatal (kunjungan rumah, termasuk
pemeriksaan dan imunisasi bayi, balita dan
remaja), penyuluha gizi, pemberdayaan
masyarakat, serta pemberian makanan
tambahan.
 pada tahun 1967, pelayanan BKIA menjadi
bagian dari pelayanan Puskesmas. Secara
tidak langsung, hal ini menyebabkan
penyusutan peran bidan di masyarakat. Bidan
di puskesmas tetap memberikan pelayanan
KIA dan KB di luar gedung maupun didalam
gedung, namun hanya sebagai staf pelaksana
pelayanan KIA, KB, Posyandu, UKS dan bukan
sebagai perencana dan pengambil keputusan
pelayanan di masyarakat.Tanpa disadari, bidan
kehilangan keterampilan menggerakan
masyarakat, karena hanya sebagai pelaksana.
 Pada tahun 1990-1996 konsep bidan di desa
dilaksanakan untuk mengatasi tingginya angka
kematian ibu. Pemerintah (BKKBN)
menjalankan program pendidikan bidan
 tahun 1996 dengan tujuan meningkatkan
partisipasi masyarakat untuk menurunkan AKI.
Pada tahun yang sama (1996), Ikatan Bidan
Indonesia (IBI) melakukan advokasi pada
pemerintah yang melahirkan program
pendidikan Diploma III Kebidanan (setingkat
akademi). Program baru ini memasukkan lebih
banyak materi yang dapat membekali bidan
untuk bisa menjadi agen pembaharu di
masyarakat, tidak hanya di fasilitas klinis.

Anda mungkin juga menyukai