Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

"PENDARAHAN ANTEPARTUM RUPTUR SINUS MARGINALIS"

Dosen Pengampu :

Mudhawaroh, SST.,M.Kes

Oleh Kelompok 9 :

Diyanatun Nuroniyah

201503008

Progam Studi DIII Kebidanan

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PEMKAB JOMBANG

TAHUN AKADEMIK

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat-Nya sehingga saya dapat menyusun Makalah “Pendarahan
Antepartum Ruptur Sinus Marginalis”. Serta tidak lupa saya haturkan terimakasih
kepada ibu Mudhawaroh, SST.,M.Kes yang telah memberikan ilmu sehingga bisa
saya gunakan referensi untuk menulis makalah ini. Saya menyadari dalam
penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan oleh karena itu kritik dan
saran yang membangun dari semua pihak sangat diperlukan guna tersusunnya
makalah yang lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Terimakasih

Jombang, 19 Juni 2021

Penulis
DAFTAR ISI

JUDUL ........................................................................................................................i

KATA PENGANTAR ...................................................................................................ii

DAFTAR ISI ................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................................1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah ..........................................................................................1
1.3 Tujuan .............................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN ...............................................................................................2

2.1 Pendarahan Antepartum....................................................................................2


2.2 Ruptur Sinus Marginalis.....................................................................................2
2.2.1 Definisi ......................................................................................................2
2.2.2 Predisposisi...............................................................................................3
2.2.3 Diagnosis...................................................................................................4
2.2.4 Prognosis...................................................................................................5
2.2.5 Manifestasi Klinik ......................................................................................5
2.2.6 Penanganan .............................................................................................5
2.2.7 Komplikasi ................................................................................................6

BAB III PENUTUP ......................................................................................................7

3.1 Kesimpulan .....................................................................................................7


3.2 Saran ..............................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................8


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Salah satu masalah penting dalam bidang obstetri dan ginekologi adalah
masalah pendarahan. Walaupun angka kematian maternal telah menurun secara
dramatis dengan adanya pemeriksaan-pemeriksaan dan perawatan kehamilan dan
persalinan di rumah sakit dan adanya fasilitas transfusi darah, namun kematian ibu
akibat pendarahan masih tetap merupakan faktor utama dalam kematian maternal.
Pendarahan dalam bidang obstetri hampir selalu berakibat fatal bagi ibu maupun
janin, terutama jika tindakan pertolongan terlambat dilakukan, atau jika
komponennya tidak dapat segera digunakan.

Pendarahan pada kehamilan harus selalu dianggap sebagai suatu kelainan


yang berbahaya. Pendarahan pada kehamilan muda disebut keguguran atau
abortus, sedangkan pada kehamilan tua disebut pendarahan antepartum.
Pendarahan antepartum biasanya dibatasi pada pendarahan jalan lahir setelah
kehamilan 28 minggu. Pendarahan setelah kehamilan 28 minggu, biasanya lebih
banyak dan lebih berbahaya daripada sebelum kehamilan 28 minggu. Oleh karena
itu, memerlukan penangan yang berbeda.

Pendarahan antepartum yang berbahaya umumnya bersumber pada kelainan


plasenta, sedangkan pendarahan yang tidak bersumber pada kelainan plasenta
umumnya kelainan servik, biasanya tidak begitu berbahaya. Pendarahan antepartum
yang tidak jelas sumbernya (idiopatik) seperti: Pendarahan pada plasenta letak
rendah, rupture sinus marginalis, vasa previa.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud pendarahan antepartum?

2. Apa yang dimaksud dengan Ruptura sinus marginalis, penyebab dan bagaimana
penatalaksanaannya?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud pendarahan antepartum

2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud rupture sinus marginalis, apa penyebab
dan bagaimana penatalaksanaannya

BAB II

PEMBAHASAN

A. PENDARAHAN ANTEPARTUM

Pendarahan antepartum adalah pendarahan yang terjadi setelah kehamilan 28


minggu. Biasanya lebih banyak dan lebih berbahaya daripada pendarahan
kehamilan sebelum 28 minggu.

Pendarahan antepartum dapat disebabkan oleh plasenta previa, solusio


plasenta, ruptura sinus marginalis, atau vasa previa. Yang paling banyak menurut
data RSCM Jakarta tahun 1971-1975 adalah solusio plasenta dan plasenta previa.
Diagnosa secara tepat sangat membantu menyelamatkan nyawa ibu dan janin.
Ultrasonografi merupakan motede pertama sebagai pemeriksaan penunjang dalam
penegakkan plasenta previa maupun solusio plasenta serta ruptur sinus marginalis.

B. RUPTURA SINUS MARGINALIS

1. Definisi

Ada 3 macam bentuk solusio berdasarkan jumlah plasenta yang terlepas. Bila
plasenta terlepas seluruhnya disebut solusio plasenta totalis. Bila sebagian disebut
solusio plasenta parsialis. Dan, bila hanya sebagian kecil pinggir plasenta disebut
rupture sinus marginalis.

Ruptur sinus marginalis adalah terlepasnya sebagian kecil plasenta dari tempat
implantasinya di dalam uterus sebelum bayi dilahirkan. Berdasarkan tanda dan
gejalanya Ruptur Sinus Marginalis ini merupakan salah satu klasifikasi dari solusio
plasenta yaitu solusio plasenta kelas 1- ringan.
Solusio plasenta ringan ini disebut juga rupture sinus marginalis.

Solusio plasenta ringan atau rupture sinus marginalis adalah terlepasnya


plasenta kurang dari ¼ luasnya, tidak memberikan gejala klinik dan ditemukan
setelah persalinan, keadaan umum ibu dan janin tidak mengalami gangguan,
persalinan berjalan dengan lancar pervaginam.

Pecahnya sinus marginalis merupakan pendarahan yang sebagian besar baru


diketahui setelah persalinan. Pada waktu persalinan, pendarahan terjadi tanpa sakit
dan menjelang pembukaan lengkap perlu dipikirkan kemungkinan pendarahan
karena sinus marginalis yang pecah. Karena pembukaan mendekati lengkap, maka
bahaya untuk ibu maupun janinnya tidak terlalu besar.

2. Predisposisi

Penyebab primer rupture sinus marginalis belum diketahui secara pasti, namun
ada beberapa faktor yang menjadi predisposisi:

a. Faktor trauma

Trauma yang dapat terjadi antara lain: dekompresi uterus pada hidramnion dan
gameli, tarikan pada tali pusat yang pendek akibat pergerakan janin yang banyak/
bebas, versi luar atau tindakan pertolongan persalinan; trauma langsung , seperti
jatuh, kena tendang dan lain-lain.

b. Faktor usia ibu

Terjadinya peningkatan kejadian solusio plasenta ringan sejalan dengan


meningkatnya umur ibu. Hal ini dapat diterangkan karena makin tua umur ibu, makin
tinggi frekuensi hipertensi menahun.

c. Faktor penggunaan kokain

Penggunaan kokain mengakibatkan peninggian tekanan darah dan peningkatan


pelepasan kotekolamin, yang mana bertanggung jawab atas terjadinya vasospasme
pembuluh darah uterus dan dapat berakibat terlepasnya plasenta. Namun, hipotesis
ini belum terbukti secara definitif.

d. Faktor kebiasaan merokok


Ibu yang perokok juga merupakan penyebab peningkatan kasus solusio
plasenta sampai dengan 25% pada ibu merokok dengan lt; 1 (satu) bungkus perhari.
Ini dapat diterangkan pada ibu yang perokok plasenta menjadi tipis, diameter lebih
luas dan beberapa abnormalitas pada mikrosirkulasinya.

e. Riwayat solusio plasenta sebelumnya

Hal yang sangat penting dan menentukan prognosis ibu dengan riwayat solusio
plasenta adalah bahwa resiko berulangnya kejadian ini pada kehamilan berikutnya
jauh lebih tinggi dibandingkan dengan ibu hamil lainnya yang tidak memiliki riwayat
solusio plasenta sebelumnya.

f. Pengaruh lain

Seperti anemia, malnutrisi/defisiensi gizi, tekanan uterus pada vena cava inferior
dikarenakan pembesaran ukuran uterus oleh adanya kehamilan dan lain-lain.

g. Meskipun penyebabnya sampai kini belum diketahui dengan pasti, tetapi lebih
kepada peletakan plasenta dan usia kehamilan yang semakin tua terjadi pada
pertengahan segmen bawah rahim, dia akan sobek pembuluh darah pinggirnya juga
akan ikut pecah sehingga terjadi ruptur, plasenta yang letaknya normal sekalipun
akan meluaskan permukaannya. Sehingga mendekati atau menutup sama sekali
pembukaan jalan lahir. (Sarwono Prawirohardjo, 2005).

3. Diagnosis

Dari hasil anamnesa terdapat pendarahan pervaginam, warnanya kehitam-


hitaman dan sedikit sakit. Perut terasa agak sakit, atau terasa agak tegang yang
sifatnya terus menerus. Walaupun demikian, bagian-bagian janin masih mudah
diraba pada pemeriksaan dalam terdapat pembukaan dan ketuban tegang dan
menonjol.

Pada waktu persalinan, pendarahan terjadi tanpa sakit dan menjelang


pembukaan lengkap perlu dipikirkan kemungkinan pendarahan karna sinus
marginalis yang pecah. Karena pembukaan mendekati lengkap, maka bahaya untuk
ibu maupun janinnya tidak terlalu besar. Pemeriksaan penunjang,dengan
ultrasonografi, dijumpai pendarahan antara plasenta dan dinding rahim.
Prosedur pemeriksaan untuk dapat menegakkan diagnosis ruptura sinus marginalis
antara lain :

a) Anamnesis : perasaan sakit yang tiba-tiba di perut, kadang-kadang pasien dapat


menunjukkan tempat yang dirasa paling sakit, pendarahan pervaginam yang sifatnya
dapat hebat dan sekonyong-konyong (non-recurrent) terdiri dari bekuan-bekuan
darah yang berwarna kehitaman, pergerakan anak masih terasa dan bisa diraba,
kepala terasa pusing, lemas, muntah, pucat, mata berkunang-kunang. Ibu terlihat
anemis yang tidak sesuai dengan jumlah darah yang keluar pervaginam, kadang ibu
dapat menceritakan trauma dan faktor kausal yang lain.

b) Inspeksi : terlihat pasien gelisah, sering mengerang karena kesakitan, pucat,


sianosis dan berkeringat dingin, terlihat darah yang berwarna kehitam-hitaman
keluar pervaginam (tidak selalu).

c) Palpasi: teraba tinggi fundus uteri (TFU ) tidak sesuai dengan tuanya kehamilan;
uterus tegang dan keras seperti papan yang disebut uterus in bois (wooden uterus)
baik waktu his maupun diluar his, nyeri tekan ditewmpat plasenta terlepas, bagian-
bagian janin masih mudah diraba, walau perut (uterus) tegang.

d) Auskultasi dapat dilakukan walau uterus tegang, bila denyut jantung terdengar
biasanya diatas 140, kemudian turun dibawah 100 dan akhirnya hilang bila plasenta
yang terlepas lebih dari satu per tiga bagian.

e) Pemeriksaan dalam dapat diraba : servik uteri telah terbuka atau masih tertutup,
kalau sudah terbuka maka plasenta dapat teraba menonjol dan tegang, baik
sewaktu his maupun diluar his, apabila plasenta sudah pecah dan sudah terlepas
seluruhnya plasenta ini akan turun kebawah dan teraba pada pemeriksaan, disebut
prolapsus plasenta, ini sering meragukan dengan plasenta previa.

f) Pemeriksaan umum di dapatkan tekanan darah semula mungkin tinggi karena


pasien sebelumnya menderita penyakit vaskuler, tetapi lambat laun turun dan pasien
jatuh dalam keadaan syok. Nadi cepat, kecil dan filiformis.

g) Pemeriksaan laboratorium hasil pemeriksaan urin (+), pada pemeriksaan sedimen


dapat ditemukan silinder dan leukosit; darah: hemoglobin (HB) menurun, periksa
golongan darah, lakukan cross-match test. Karena pada solusio plasenta sering
terjadi kelainan darah hipofibriniogenemia, maka diperiksakan ulang COT (Clot
Observation Test) triap 1 jam, tes kualitatif fibrinogen (fiberindex), dan test kuantitativ
fibrinogen (kadar normalnya 150mg%.

h) Pemeriksaaan plasenta: Plasenta dapat diperiksa setelah dilahirkan. Biasanya


tampak tipis dan cembung dibagian plasenta yang terlepas (kreater) dan terdapat
koagulum atau darah beku yang biasanya menempel di belakang plasenta, yang
disebut hematoma retroplasenter.

i) Pemeriksaan ultrasonografi (USG) ditemukan antara lain, terlihat daerah


terlepasnya plasenta, janin dan kandung kemih ibu, darah, tepian plasenta.

4. Prognosis

Prognosis pada ibu sangat tergantung pada luasnya plasenta yang terlepas dari
dinding uterus. Prognosis janin pada rupture sinus marginalis kematian janin
tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas dari dinding uterus dan tuanya
kehamilan (Sarwono, 2005)

5. Manifestasi Klinik

Ruptura sinus marginalis sama sekali tidak mempengaruhi keadaan ibu maupun
janinnya. Apabila terjadi pendarahan pervaginam, warnanya akan kehitam- hitaman
dan jumlahnya sedikit sekali. Perut mungkin akan terasa agak sakit atau terus-
menerus agak tegang. Uterus yang agak tegang ini harus diawasi terus menerus
apakah akan menjadi lebih tegang karena pendarahan terus menerus. Bagian-
bagian janin masih mudah teraba. Salah satu tanda yang menimbulkan kecurigaan
adanaya solusio plasenta ringan ini adalah pendarahan pervaginam dan berwarna
kehitam-hitaman, yang berbeda dengan pendarahan pada plasenta previa yang
berwarna merah segar. Apabila dicurigai keadaan demikian, dilakukan pemeriksaan
USG.

6. Penanganan Ruptura Sinus Marginalis

Bila usia kehamilan kurang dari 36 minggu dan bila ada perbaikan (pendarahan
berhenti, perut tidak sakit, uterus tidak tegang, janin hidup) dengan tirah baring dan
observasi ketat, kemudian tunggu persalinan spontan.
Bila ada perburukan (pendarahan berlangsung terus gejala solusio plasenta
makin jelas, pada pemantauan dengan USG daerah solusio plasenta bertambah
luas), maka kehamilan harus segera diakhiri. Bila janin hidup, lakukan seksio
sesaria, bila janin mati lakukan amniotomi disusul infus oksitosin untuk mempercepat
persalinan (Sarwono, 2005)

Perut tegang sedikit, berarti pendarahannya tidak terlalu banyak, keadaan janin
masih baik dan dapat dilakukan penanganan secara konservatif dengan observasi
ketat, pendarahan berlangsung terus menerus ketegangan makin meningkat,
dengan janin yang masih baik harus segera dilakukan seksio sesaria, pendarahan
yang berhenti dan keadaan baik pada kehamilan prematur dilakukan rawat inap.

7. Komplikasi

Komplikasi pada ibu dan janin tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas,
usia kehamilan dan lamanya solusio plasenta ringan (ruptur sinus marginal) ini
berlangsung. Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu :

a. Syock pendarahan

Pendarahan antepartum dan intra partum pada ruptura sinusmarginalis hampir


tidak dapat dicegah, kecuali dengan menyelesaikan persalinan segera. Bila
persalinan telah diselesaikan, penderita belum bebas dari pendarahan post partum
karena kontraksi uterus yang tidak kuat untuk menghentikan pendarahan pada kala
III persalinan dan adanya kelainan pada pembekuan darah.

Titik akhir dari hipotensi yang persisten adalah asfiksia,karena itu pengobatan
segera ialah pemulihan defisit volume intra vaskuler secepat mungkin. Tekanan
darah tidak merupakan petunjuk banyaknya pendarahan, karena vasospasme akibat
pendarahan akan meninggikan tekanan darah. Pemberian terapi cairan bertujuan
mengembalikan stabilitas hemodinamik dan mengkoreksi keadaan koagulapathi.
Untuk tujuan ini pemberian darah segar adalah pilihan yang terbaik, karena
pemberian darah segar selain dapat memberikan sel darah merah juga dilengkapi
oleh platelet dan faktor pembekuan.

b. Gagal Ginjal
Gagal ginjal pada dasarnya disebabkan keadaan hipovelamia karena
pendarahan yang terjadi. Biasanya terjadi nekrosis tubuli ginjal yang mendadak,
yang umumnya masih dapat ditolong dengan penanganan yang baik. Perfusi ginjal
akan terganggu karena syok dan pembekuan intravaskular. Oliguri dan proteinuri
akan terjadi akibat nekrosis tubuli atau nekrosis korteks ginjal mendadak.
Pencegahan gagal ginjal meliputi penggantian darah yang hilang secukupnya,
pemberantasan infeksi, atasi hipovolemia, secepat mungkin menyelesaikan
persalinan dan mengatasi kelainan pembekuan darah.

c. Kelainan pembekuan darah

Kelainan pembekuan darah biasanya disebabkan oleh hipofibrinogenemia. Dari


penelitian yang dilakukan oleh wirjohadiwardojo di RSUPNCM dilaporkan kelainan
pembekuan darah terjadi pada 46% dari 134 kasus solusio plasenta yang ditelitinya
yang didalamnya termasuk kasus solusio plasenta ringan (ruptur sinus marginalis).
Kadar fibrinogen plasma normal pada wanita hamil cukup bulan ialah 400mg%,
berkisar antara 300-700mg%. Apabila kadar fibrinogen plasma kurang dari 100mg%
maka akan terjadi gangguan pembekuan darah.

Komplikasi yang dapat terjadi pada janin: fetal distress, Gangguan


pertumbuhan/perkembangan, Hipoksia, dan anemia.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Ruptur sinus marginalis atau terlepasnya sebagian kecil plasenta yang tidak
berdarah banyak, sama sekali tidak mempengaruhi keadaan ibu ataupun janinnya.
Apabila terjadi pendarahan pervaginam, warnanya akan kehitam-hitaman dan sedikit
sekali. Perut mungkin terasa agak sakit, atau terus menerus agak tegang. Walaupun
demikian bagian-bagian janin masih muda teraba. Uterus yang agak tegang ini
harus diawasi terus menerus apakah akan menjadi lebih tegang lagi karena
pendarahan yang berlangsung terus.
Salah satu tanda yang menimbulkan kecurigaan akan kemungkinan solusio
plasenta ringan ialah pendarahan pervaginam yang berwarna kehitam-hitaman,
yang berbeda dengan pendarahan plasenta previa yang berwarna merah segar.
Apabila dicurigai keadaan demikian, sebaiknya dilakukan pemeriksaan
ultrasonografi.

B. SARAN

Melakukan deteksi dini kemungkinan terjadinya pendarahan antepartum dan


membantu penatalaksanaan secara dini sehingga dapat mengurangi angka
mortalitas. Penatalaksanaan pendarahan antepartum yang baik dapat mengurangi
angka mortalitas dan morbiditas ibu dan janin. Penggunaan Ultrasonography pada
plasenta previa sangat akurat dan menunjang diagnosa secara cepat .

DAFTAR PUSTAKA

http://digilib2.unisayogya.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/3038/BUKU%20AJAR
%20Patologi(1).pdf?sequence=1

http://ameliawahyuni.blogspot.com/2008/01solusio-plasenta.html

Anda mungkin juga menyukai