Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN

MATERNAL dan NEONATAL

“ Solusio Plasenta dengan Ruptur Sinus Marginalis”

Dosen : Hadriani, SST,. M.Keb.

DISUSUN OLEH :

Putri Mawarni PO7124322016


Pradewi Meriyanti lago PO7124322008
Musdaliva.H PO7124322024

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU

PROGRAMSTUDI S.Tr.Keb

KELAS ALIH JENJANG

2022/2023 
KATA PENGANTAR

            Segala puji bagi Allah SWT. Tuhan semesta alam yang telah melimpahkan rahmat,
karunia, dan hidayahnya kepada penulis. Dengan izin-Nya penulis dapat menyelesaikan
makalah ini. Makalah ini dibuat dan disesuaikan dengan kurikulum D-IV Kebidanan yang
ada di silabus Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal, sehingga
diharapkan dapat meningkatkan minat baca mahasiswa serta dapat memotivasi untuk
mempelajari makalah ini lebih lanjut.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pengajar mata kuliah Asuhan Kebidanan


Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal serta kepada semua pihak yang membantu dalam
pembuatan makalah. Penulis mengharapkan kritik dan saran pembaca. Semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat, serta menambah wawasan pengetahuan bagi para pembaca.

                                                                                               

Palu, 22 Agustus 2022

Penulis

 
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ………………………………………………………………………………..

Daftar Isi ………………………………………………………………………………………

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ………………………………………………………………………………

B. Rumusan Masalah …………………………………………………………………………...

C. Tujuan ……………………………………………………………………………………….

BAB II PEMBAHASAN

A. Perdarahan Antepertum ……………………………………………………………………..

B. Ruptur Sinus Marginalis …………………………………………………………................

C. Diagnosis ……………………………………………………………………………………

D. Manifestasi Klinik …………………………………………………………………………..

E. Penatalaksanaan Ruptur Sinus Marginalis …………………………………………………..

F. Komplikasi …………………………………………………………………………………..

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ………………………………………………………………………………….

B. Saran ………………………………………………………………………………………...

DAFTAR PUSTAKA 

 
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perdarahan pada kehamilan harus selalu dianggap sebagai suatu kelainan yang


berbahaya. Pendarahan pada kehamilan muda disebut keguguran atau abortus, sedangkan
pada kehamilan tua disebut perdaraha antepartum. Perdarahan antepartum biasanya dibatasi
pada perdarahan jalan-lahir setelah kehamilan 28 minggu. Perdarahan setelah kehamilan 28
minggu, biasanya lebih banyak dan lebih berbahaya daripada sebelum kehamilan 28 minggu;
oleh karena itu, memerlukan penanganan yang berbeda.

Perdarahan antepartum yang berbahaya umumnya bersumber pada kelainan plasenta,


sedangkan perdarahan yang tidak bersumber pada kelainan plasenta umumnya kelainan
servik, biasanya tidak seberapa berbahaya. Pada perdarahan antepartum pertama-tama harus
selalu dipikir bahwa hal itu bersumber pada kelainan plasenta. (Wiknjosastro, 1999).

Perdarahan antepartum dapat disebabkan oleh plasenta previa, solusio plasenta,


ruptura sinus marginalis, atau vasa previa. Diagnosa secara tepat sangat membantu
menyelamatkan nyawa ibu dan janin. Ultrasonografi merupakan motede pertama sebagai
pemeriksaan penunjang dalam penegakkan plasenta previa maupun solution placenta serta
rupture sinus marginalis.

B. Rumusan Masalah

1.      Apa pengertian dari Perdarahan Anterpartum ?

2.      Apa yang dimaksud dengan Ruptur Sinus Marginalis ?

3.      Apa penyebab terjadinya Ruptur Sinus Marginalis ?

4.      Bagaimana pentalaksanaan Ruptur Sinus Marginalis ?


C. Tujuan

1.      Untuk mengetahui pengertian Perdarahan Anterpartum.

2.      Untuk mengetahui pengertian dari Ruptur Sinus Marginalis.

3.      Untuk mengetahui penyebab terjadinya Ruptur Sinus Marginalis.

4.      Untuk mengetahui penatalaksanaan Ruptur Sinus Marginalis.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pendarahan Antepartum

a. Pengertian Pendarahan Anterpartum


Perdarahan antepartum adalah perdarahan pada triwulan terakhir dari kehamilan.
Batas teoritis antara kehamilan muda dan kehamilan tua adalah kehamilan 28 minggu tanpa
melihat berat janin, mengingat kemungkinan hidup janin diluar uterus. Perdarahan
setelah kehamilan 28 minggu biasanya lebih banyak dan lebih berbahaya daripada
sebelum kehamilan 28 minggu, oleh karena itu memerlukan penanganan yang berbeda.

Pada setiap perdarahan antepartum pertama-tama harus selalu dipikirkan bahwa hal
itu bersumber pada kelainan plasenta, karena perdarahan antepartum yang berbahaya
umumnya bersumber pada kelainan plasenta, sedangkan kelainan serviks tidak seberapa
berbahaya.

Komplikasi yang terjadi pada kehamilan trimester 3 dalam hal ini perdarahan


antepartum, masih merupakan penyebab kematian ibu yang utama. Oleh karena itu, sangat
penting bagi bidan mengenali tanda dan komplikasi yang terjadi pada penderita agar dapat
memberikan asuhan kebidanan secara baik dan benar, sehingga angka kematian ibu yang
disebabkan perdarahan dapat menurun.

B. Ruptur Sinus Marginalis

a. Pengertian Ruptur Sinus Marginalis

Ruptur sinus marginalis adalah lepasnya sedikit bagian dari


pinggiran plasenta yang merupakan bagian dari solusio plasenta. 

Ada 3 macam bentuk solusio berdasarkan jumlah plasenta yang terlepas. Bila plasenta
terlepas seluruhnya disebut solusio plasenta totalis. Bila sebagian disebut solusio plasenta
parsialis. Dan, bila hanya sebagian kecil pinggir plasenta disebut rupture sinus marginalis.

Ruptur sinus marginalis adalah terlepasnya sebagian kecil plasenta dari tempat
implantasinya di dalam uterus sebelum bayi dilahirkan. Berdasarkan tanda
dan gejalanya Ruptur Sinus Marginalis ini merupakan salah  satu  klasifikasi dari solusio
plasenta yaitu solusio plasenta kelas 1- ringan.

Solusio plasenta ringan ini disebut juga rupture sinus marginalis, Ruptur Tanda dan
gejalanya belum pasti diketahui secara pasti, perdarahan pada inversi velamentosa ini terlihat
jika telah terjadi vasa previa yaitu perdarahan segera setelah ketuban pecah dan karena
perdarahan ini berasal dari anak dengan cepat bunyi jantung anak menjadi buruk bisa juga
menyebabkan bayi tersebut meninggal.

Ruptur Sinus Marginalis merupakan bagian dari solutio placenta ringan yang jarang
didiagnosis, mungkin karena penderita selalu terlambat datang ke rumah sakit,atau tanda-
tanda dan gejalanya terlampau ringan sehingga tidak menarik perhatian penderita maupun
dokternya.

Apabila terjadi perdarahan pervaginam, warananya akan kehitam- hitaman dan sedikit
sakit. Perut terasa agak sakit, atau terasa agak tegang yang sifatnya terus menerus. Walaupun
demikian, bagian – bagian janin masih mudah diraba. Tekanan darah tinggi, serta tidak ada
gawat janin. Uterus yang agak tegang ini harus selalu diawasi, karena dapat saja menjadi
semakin tegang karena perdarahan yang berlangsung. Salah satu tanda yang menimbulkan
kecurigaan adanya solusio plasenta ringan ini adalah perdarahan pervaginam yang berwarna
kehitam – hitaman. (sarwono,2005)

Ruptura sinus marginalis, bila hanya sebagian kecil pinggir plasenta yang terlepas.
Solusio plasenta ringan atau rupture sinus marginalis adalah terlepasnya plasenta kurang dari
¼ luasnya, tidak memberikan gejala klinik dan ditemukan setelah persalinan, keadaan umum
ibu dan janin tidakmengalami gangguan, persalinan berjalan dengan lancar pervaginam.
(manuaba,1998)

Pecahnya sinus marginalis merupakan perdarahan yang sebagian besar baru diketahui
setelah persalinan. Pada waktu persalinan, perdarahan terjadi tanpa sakit dan menjelang
pembukaan lengkap perlu dipikirkan kemungkinan perdarahan karena sinus marginalis yang
pecah. Karena pembukaan mendekati lengkap, maka bahaya untuk ibu maupun janinnya
tidak terlalu besar.
b. Tanda dan Gejala

Tanda atau gejala dari Solusio plasenta Kelas 1 – ringan (Ruptura sinus marginalis)
adalah :

1.      Tidak ada atau sedikit perdarahan dari vagina yang warnanya kehitam-hitaman,
kalau ada perdarahan jumlahnya antara 100-200 cc.

2.      Rahim yang sedikit nyeri atau terus menerus agak tegang

3.      Tekanan darah dan frekuensi nadi ibu yang normal

4.      Tidak ada koagulopati

5.      Tidak ada gawat janin

6.      Pelepasan plasenta kurang 1/6 bagian permukaan

7.      Kadar fibrinogen plasma lebih 150 mg%.

c. Faktor Risiko

Belum ada yang berhasil menemukan penyebab pasti rupture sinus


marginalis. Penyebab primer dari rupture sinus marginalis hamper sama dengan penyebab
dari terjadinya solusio plasenta. Ada beberapa faktor yang menjadi predisposisi :

a. Faktor Kardio-reno-vaskuler

Glomerulonefritis kronik, hipertensi essensial, sindroma preeklamsia dan eklamsia.


Pada penelitian di Parkland, ditemukan bahwa terdapat hipertensi pada separuh kasus solusio
plasenta berat, dan separuh dari wanita yang hipertensi tersebut mempunyai penyakit
hipertensi kronik, sisanya hipertensi yang disebabkan oleh kehamilan. Dapat terlihat solusio
plasenta cenderung berhubungan dengan adanya hipertensi pada ibu.

b. Faktor Trauma

Trauma yang dapat terjadi antara lain :

 Dekompresi uterus pada hidroamnion dan gemeli.


 Tarikan pada tali pusat yang pendek akibat pergerakan janin yang banyak/bebas, versi
luar atau tindakan pertolongan persalinan.
 Trauma langsung, seperti jatuh, kena tendang, dan lain-lain.

c. Faktor Paritas Ibu

Lebih banyak dijumpai pada multipara dari pada primipara. Holmer mencatat bahwa
dari 83 kasus solusio plasenta yang diteliti dijumpai 45 kasus terjadi pada wanita multipara
dan 18 pada primipara. Pengalaman di RSUPNCM menunjukkan peningkatan kejadian
solusio plasenta pada ibu-ibu dengan paritas tinggi. Hal ini dapat diterangkan karena makin
tinggi paritas ibu makin kurang baik keadaan endometrium.

d. Faktor usia ibu

Dalam penelitian Prawirohardjo di RSUPNCM dilaporkan bahwa terjadinya


peningkatan kejadian solusio plasenta sejalan dengan meningkatnya umur ibu. Hal ini dapat
diterangkan karena makin tua umur ibu, makin tinggi frekuensi hipertensi menahun.

e. Leiomioma uteri (uterine leiomyoma)

Leiomioma uteri (uterine leiomyoma) yang hamil dapat menyebabkan solusio


plasenta apabila plasenta berimplantasi di atas bagian yang mengandung leiomioma.

f. Faktor pengunaan kokain

Penggunaan kokain mengakibatkan peninggian tekanan darah dan peningkatan


pelepasan katekolamin, yang mana bertanggung jawab atas terjadinya vasospasme pembuluh
darah uterus dan dapat berakibat terlepasnya plasenta. Namun, hipotesis ini belum terbukti
secara definitif. Angka kejadian solusio plasenta pada ibu-ibu penggunan kokain dilaporkan
berkisar antara 13-35%.

g. Faktor kebiasaan merokok

Ibu yang perokok juga merupakan penyebab peningkatan kasus solusio plasenta
sampai dengan 25% pada ibu yang merokok ≤ 1 (satu) bungkus per hari.
Ini dapat diterangkan pada ibu yang perokok plasenta menjadi tipis, diameter lebih luas dan
beberapa abnormalitas pada mikrosirkulasinya. Deering dalam penelitiannya melaporkan
bahwa resiko terjadinya solusio plasenta meningkat 40% untuk setiap tahun ibu merokok
sampai terjadinya kehamilan.
h. Riwayat solusio plasenta sebelumnya

Hal yang sangat penting dan menentukan prognosis ibu dengan riwayat solusio
plasenta adalah bahwa resiko berulangnya kejadian ini pada kehamilan berikutnya
jauh lebih tinggi dibandingkan dengan ibu hamil lainnya yang tidak memiliki riwayat solusio
plasenta sebelumnya.

i. Pengaruh lain

Pengaruh lain, seperti anemia, malnutrisi/defisiensi gizi, tekanan uterus pada vena
cava inferior dikarenakan pembesaran ukuran uterus oleh adanya kehamilan, dan lain-lain.

Meskipun penyebabnya sampai kini belum diketahui dengan pasti, tetapi lebih kepada
peletakan plasenta dan usia kehamilan yang semakin tua terjadi pada pertengahan segmen
bawah rahim, dia akan sobek pembuluh darah pinggirnya juga akan ikut pecah sehingga
terjadi ruptur, plasenta yang letaknya normal sekalipun akan meluaskan permukaannya.
Sehingga mendekati atau menutup sama

C. Diagnosis

Dari hasil anamnesa terdapat perdarahan pervaginam, warnanya kehitam – hitaman


dan sedikit sakit. Perut terasa agak sakit, atau terasa agak tegang yang sifatnya terus
menerus.  Walaupun demikian, bagian – bagian janin masih mudah diraba pada pemeriksaan
dalam  terdapat pembukaan dan ketuban tegang dan menonjol.

Pada waktu persalinan, perdarahan terjadi tanpa sakit dan menjelang pembukaan
lengkap perlu dipikirkan kemungkinan perdarahan karna sinus marginalis yang pecah.
Karena pembukaan mendekati lengkap, maka bahaya untuk ibu maupun janinnya tidak terlalu
besar. Pemeriksaan penunjang,dengan ultrasonografi, dijumpai perdarahan antara
plasenta dan dinding rahim.

Prosedur pemeriksaan untuk dapat menegakkan diagnosis ruptura sinus marginalis


antara lain :

 Anamnesis :

Solusio plasenta ringan atau disebut juga dengan ruptura sinus marginalis, dimana terdapat
pelepasan sebagian kecil plasenta yang tidak berdarah banyak. Apabila terjadi perdarahan
pervaginam, warnanya akan kehitam-hitaman dan sedikit sakit.
Perut terasa agak sakit, atau terasa agak tegang yang sifatnya terus menerus. pergerakan
anak masih terasa dan bisa diraba; kepala terasa pusing, lemas, muntah, pucat, mata
berkunang – kunang. Ibu terlihat anemis yang tidak sesuai denga jumlah darah yang keluar
pervaginam; kadang ibu dapat menceritakan trauma dan faktor kausal yang lain.

 Pemeriksaan fisik :

Keadaan umum dapat baik, uterus tegang terus menerus, nyeri tekan pada uterus, denyut
jantung janin normal, bagian-bagian janin masih mudah diraba. Uterus yang agak tegang ini
harus selalu diawasi, karena dapat saja menjadi semakin tegang karena perdarahan yang
berlangsung. Salah satu tanda yang menimbulkan kecurigaan adanya solusio plasenta ringan
ini adalah perdarahan pervaginam yang berwarna kehitam-hitaman, tekanan darah dan
frekuensi nadi ibu yang normal, tidak ada koagulopati, dan tidak ada gawat janin.

 Pemeriksaan Penunjang :

a)      Pemeriksaan laboratorium darah : Hemoglobin, hematokrit, trombosit, dan elektrolit


plasma.

b)      Cardiotokografi untuk menilai kesejahteraan janin.

c)      USG untuk menilai letak plasenta, usia gestasi dan keadaan janin.

d)     Pada pemeriksaan USG yang dapat ditemukan antara lain :

-          Terlihat daerah terlepasnya plasenta

-          Janin dan kandung kemih ibu

-          Darah

-          Tepian plasenta

-          Penatalaksanaan

D. Manifestasi Klinik

Ruptur sinus marginalis sama sekali tidak mempengaruhi keadaan ibu maupun
janinnya.apabila terjadi perdarahan pervaginam, warnanya akan kehitam- hitaman dan
jumlahnya sedikit sekali. Perut mungkin akan terasa agak sakit atau terus- menerus agak
tegang. Uterus yang agak tegang ini harus diawasi terus menerus apakah akan menjadi lebih
tegang karena perdarahan terus menerus.
Bagian-bagian janin masih mudah teraba. Salah satu tanda yang menimbulkan
kecurigaan adanaya solusio plasenta ringan ini adalah perdarah pervaginam dan berwarna
kehitam-hitaman, yang berbeda dengan perdarahan pada plasenta previa yang berwarna
merah segar. Apabila dicurigai keadaan demikian, dilakukan pemeriksaan USG.

E. Penatalaksanaan Ruptur Sinus Marginalis

Penatalaksanaan Ruptur Sinus Marginalis di Rumah Sakit dapat dilakukan dengan


cara Terapi Ekspektatif ( konservatif ). Terapi Ekspektatif ini dilakukan bila usia kehamilan
kurang dari 36 minggu dan bila ada perbaikan (perdarahan berhenti, perut tidak sakit, uterus
tidak tegang, janin hidup) dengan tirah baring dan observasi ketat, kemudian tunggu
persalinan spontan.

Tujuan supaya janin tidak terlahir premature, penderita dirawat tanpa melakukan
pemeriksaan dalam melalui kanalis servisis. Syarat-syarat terapi ekspektif :

-         Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian berhenti.

-         Belum ada tanda-tanda in partu.

-         Keadaan umum ibu cukup baik.

-         Janin masih hidup.

-         Rawat inap, tirah baring dan berikan antibiotik profilaksis.

-         Lakukan pemeriksaan USG untuk mengetahui implantasi plasenta.\

·         Berikan tokolitik bila ada kontraksi :

-         MgS04 9 IV dosis awal tunggal dilanjutkan 4 gram setiap 6 jam.

-         Nifedipin 3 x 20 mg perhari.

-         Betamethason 24 mg IV dosis tunggal untuk pematangan paru janin.

·         Uji pematangan paru janin dengan tes kocok dari hasil amniosentesis.

·         Bila setelah usia kehamilan diatas 34 minggu, plasenta masih berada disekitar ostium
uteri interim.

Catatan :    Bila perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37 minggu masih lama,
pasien dapat dipulangkan untuk rawat jalan.
Apabila usia kehamilan sudah cukup matang dan pasien menginginkan dan mampu
untuk melakukan persalinan pervaginam dan tidak ada tanda-tanda bahaya maka segera
lakukan persalinan spontan ( pervaginam ). Apabila direncanakan persalinan spontan maka :

·         Pantau perdarahan pervaginam

·         Observasi nyeri / HIS dan ketegangan rahim

·         Observasi tanda-tanda vital

·         Pantau tanda-tanda koagulopati

·         Pantau tanda-tanda kegawatdaruratan janin.

·         Jangan lupa untuk mengatasi kecemasan pasien dengan cara melibatkan dan
memberikan dukungan psikologis.

Bila ada perburukan (perdarahan berlangsung terus, gejala solusio plasenta makin
jelas, pada pemantauan dengan USG daerah solusio plasenta bertambah luas), maka
kehamilan harus segera diakhiri. Bila janin hidup, lakukan seksio sesaria, bila janin mati
lakukan amniotomi disusul infus oksitosin untuk mempercepat persalinan.

Seksio sesaria biasanya dilakukan pada keadaan:

·         Anak hidup, pembukaan kecil.

·         Terjadi toksemia berat, perdarahan agak banyak, tetapi pembukaan masih kecil.

·         Panggul sempit atau letak lintang.

Perut tegang sedikit, berarti perdarahannya tidak terlalu banyak, keadaan janin masih
baik dan dapat dilakukan penanganan secara konservatif dengan observasi ketat, perdarahan
berlangsung terus menerus ketegangan makin meningkat, dengan janin yang masih baik harus
segera dilakukan seksio sesaria, perdarahan yang berhenti dan keadaan baik pada kehamilan
prematur dilakukan rawat inap (manuaba,1998)

F. Komplikasi

Komplikasi pada ibu dan janin tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas, usia
kehamilan dan lamanya solusio plasenta ringan (ruptur sinus marginal) ini berlangsung.
Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu :

 Syock perdarahan

Perdarahan antepartum dan intra partum pada ruptura sinusmarginalis hampir tidak dapat
dicegah,kecuali dengan menyelesaikan persalinan segera. Bila persalinan ntelah diselesaikan,
penderita belum bebas dari perdarahan post partum karena kontraksi uterus yang tidak kuat
untuk menghentikan perdarahan pada kala III persalinan dan adanya kelainan pada
pembekuan darah.

Titik akhir dari hipotensi yang persisten adalah asfiksia,karena itu pengobatan segera ialah
pemulihan defisit volume intra vaskuler secepat mungkin. Tekanan darah tidak merupakan
petunjuk banyaknya perdarahan, karena vasospasme akibat perdarahan akan meninggikan
tekanan darah.

Pemberian terapi cairan bertujuan mengembalikan stabilitas hemodinamik dan


mengkoreksi keadaan koagulapathi. Untuk tujuan ini pemberian darah segar adalah pilihan
yang terbaik, karena pemberian darah segar selain dapat memberikan sel darah merah juga
dilengkapi oleh platelet dan faktor pembekuan.

 Gagal Ginjal

Gagal ginjal pada dasarnya disebabkan keadaan hipovelamia karena perdarahan yang
terjadi. Biasanya terjadi nekrosis tubuli ginjal yang mendadak, yang umumnya masih dapat
ditolong dengan penanganan yang baik. Perfusi ginjal akan terganggu karena syok dan
pembekuan intravaskular. Oliguri dan proteinuri akan terjadi akinbat nekrosis tubuli atau
nekrosis korteks ginjal mendadak.

Pencegahan gagal ginjal meliputi penggantian darah yang hilang secukupnya,


pemberantasan infeksi, atasi hipovolemia, secepat mungkin menyelesaikan persalinan dan
mengatasi kelainan pembekuan darah.

 Kelainan pembekuan darah

Kelainan pembekuan darah biasanya disebabkan oleh hipofibrinogenemia. Dari penelitian


yang dilakukan oleh wirjohadiwardojo di RSUPNCM dilaporkan kelainan pembekuan darah
terjadi pada 46% dari 134 kasus solusio plasenta yang ditelitinya yang didalamnya termasuk
kasus solusio plasenta ringan (ruptur sinus marginalis).
Kadar fibrinogen plasma normal pada wanita hamil cukup bulan ialah 400mg%, berkisar
antara 300-700mg%. Apabila kadar fibrinogen plasma kurang dari 100mg% maka akan
terjadi gangguan pembekuan darah.

 Mekanisme gangguan pembekuan darah terjadi melalui dua fase :

a) Fase I

Pada pembuluh darah terminal (arteriole kapiler, venule) terjadi pembekuan darah,
disebut disseminated intravasculer clotting. Akibatnya ialah peredaran darah kapiler
(mikrosirkulasi) terganggu. Jadi pada fase I, turunnya kadar fibrinogen disebabkan karena
pemakaian zat tersebut maka fase I disebut juga coagulopathi consumptive.

Diduga bahwa hematome subkhorionic mengeluarkan trombo plastin yang


menyebabkan pembekuan intravaskuler tersebut. Akibat gangguan mikrosirkulasi dapat
mengakibatkan syock, kerusakan jaringan pada alat-alat yang penting karena hipoksia dan
kerusakan ginjal yang dapat menyebabkan oliguria/ anuria.

b) Fase II :

Fase ini sebetulnya fase regulasi reparatif, yaitu usaha tubuh untuk membuka kembali
peredaran darah kapiloer yang tersumbat. Usaha ini dilaksanakan dengan fibrinolisis .
fibrinolisis yang berlebihan malah berakibat lebih menurunkan lagi kadar fibrinogen sehingga
terjadi perdarahan patologis.

Kecurigaan akan adanya kelainan pembekuan darah harus dibuktikan dengan


pemeriksaan laboratorium, namun di klinik pengamatan pembekuan darah merupakan cara
pemeriksaan yang terbaik karena pemeriksaan laboratorium lainnya memerlukan waktu
terlalu lama, sehingga hasilnya tidak mencerminkan keadaan penderita saat itu.

Komplikasi yang dapat terjadi pada janin :

a. Fetal distress,

b. Gangguan pertumbuhan / perkembangan,

c. Hipoksia  
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah :  Ruptur sinus marginalis atau


terlepasnya sebagian kecil plasenta yang tidak berdarah banyak, sama sekali tidak
mempengaruhi keadaan ibu ataupun janinnya. Apabila terjadi perdarahan pervaginam,
warnanya akan kehitam-hitaman dan sedikit sekali. Perut mungkin terasa agak sakit, atau
terus menerus agak tegang. Walaupun demikian bagian-bagian janin masih muda teraba.

Uterus yang agak tegang ini harus diawasi terus menerus apakah akan menjadi lebih
tegang lagi karena perdarahan yang berlangsung terus. Salah satu tanda yang menimbulkan
kecurigaan akan kemungkinan solusio plasenta ringan ialah perdarahan pervaginam yang
berwarna kehitam-hitaman, yang berbeda dengan perdarahan plasenta previa yang berwarna
merah segar. Apabila dicurigai keadaan demikian, sebaiknya dilakukan pemeriksaan
ultrasonografi.

B. Saran

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka dari
itu Kami sebagai penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari seluruh pihak demi
sempurnanya makalah ini dan sebagai perbaikan dalam pembuatan makalah-makalah
berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Sumarah, dkk . 2009.  Perawatan Ibu Bersalin. Yogyakarta : Fitramaya

Sulistyawati, Ari , dkk. 2013. Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin. Jakarta : Salemba
Medika

Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono

Rukiyah,Yulianti. Asuhan Kebidanan 4 Patologi Kebidanan. Jakarta : CV.  Trans Info Media

Anda mungkin juga menyukai