Anda di halaman 1dari 16

Keperawatan Maternitas II

Perdarahan Antepartum
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas II yang
diampuh oleh Ridha Hafid, S.ST. M,Kes

DISUSUN OLEH
Ibrahim Yasin (841418022)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur selalu dipanjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat rahmat dan hidayah-Nya, makalah ini dapat dibuat. Makalah ini
dibuat dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas
II. Tidak lupa di ucapkan rasa terima kasih kepada teman-teman dan keluarga
yang selalu mendukung dalam menyelesaikan tugas ini.
Kami menyadari bahwa dalam proses pembuatan dan hasil dari makalah
ini terdapat banyak kekurangan dan kesalahan. Sehingga bagi siapapun yang ingin
memberikan kritik dan saran yang membangun. Kami berharap dengan selesainya
makalah ini dengan judul “Perdarahan Antepartum” dapat memberikan manfaat
bagi para pembaca.

Gorontalo, Mei 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
1.3 Tujuan ....................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 3
2.1 Definisi dari perdarahan Antepartum ........................................................ 3
2.2 Etiologi dari perdarahan Antepartum ........................................................ 3
2.3 Patofisiologi perdarahan Antepartum ....................................................... 4
2.4 Komplikasi perdarahan Antepartum ......................................................... 4
2.5 Jenis-jenis dari perdarahan Antepartum ................................................... 5
2.6 Pencegahan primer sekunder, tersier perdarahan Antepartum .................. 7
BAB III PENUTUP ....................................................................................... 12
3.1 Kesimpulan ............................................................................................... 12
3.2 Saran .......................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perdarahan antepartum dapat disebabkan oleh plasenta previa, solusio
plasenta, ruptura sinus marginalis, insertion valamentosa, plasenta
sirkumvalata. Diagnosa secara tepat sangat membantu menyelamatkan nyawa
ibu dan janin. Ultrasonografi merupakan motede pertama sebagai pemeriksaan
penunjang dalam penegakkan plasenta previa.
Plasenta Previa adalah suatu kesulitan kehamilan yang terjadi pada
trimesters kedua dan ketiga kehamilan. Dapat mengakibatkan kematian bagi
ibu dan janin. Ini adalah salah satu penyebab pendarahan vaginal yang paling
banyak pada trimester kedua dan ketiga. Plasenta Previa biasanya
digambarkan sebagai implantation dari plasenta di dekat ostium interna uteri
(didekat cervix uteri).
Perdarahan pada kehamilan harus selalu dianggap sebagai
suatukelainan yang berbahaya. Pendarahan pada kehamilan muda disebut
keguguran atau abortus, sedangkan pada kehamilan tua disebut perdaraha
antepartum. Perdarahan antepartum biasanya dibatasi pada perdarahan jalan-
lahir setelah kehamilan 28 minggu. Perdarahan setelah kehamilan 28 minggu,
biasanya lebih banyak dan lebih berbahaya daripada sebelum kehamilan 28
minggu; oleh karena itu, memerlukan penangan yang berbeda.
Perdarahan antepartum yang berbahaya umumnya bersumber pada
kelainan plasenta, sedangkan perdarahan yang tidak bersumber pada kelainan
plasenta umumnya kelainan serviks, biasanya tidak seberapa berbahaya. Pada
perdarahan antepartum pertama-tama harus selalu dipikir bahwa hal itu
bersumber pada kelainan plasenta.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa defenisi dari perdarahan Antepartum?
2. Jelaskan Etiologi dari perdarahan Antepartum?
3. Bagaimana Patofisiologi dari perdarahan Antepartum?
4. Bagaiman bentuk komplikasi perdarahan Antepartum?
5. Jelaskan jenis-jenis dari perdarahan Antepartum?
6. Jelaskan pencegahan primer, sekunder, tersier dari perdarahan
Antepartum?

1.3 Tujuan
1. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi dari perdarahan Antepartum.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan etiologi dari perdarahan Antepartum.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan Patofisiologi perdarahan Antepartum.
4. Mahasiswa mampu menjelaskan komplikasi dari perdarahan
Antepartum.
5. Mahasiswa mampu menjelaskan jenis-jenis dari perdarahan
Antepartum.
6. Mahasiswa mampu menjelaskan pencegahan primer, sekunder, tersier
dari perdarahan Antepartum.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi dari perdarahan Antepartum


Definisi perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi pada
usia kehamilan di atas 24 minggu sampai kelahiran. Perdarahan pada
kehamilan merupakan penyebab utama kematian maternal dan perinatal,
berkisar 35% (Amokrane, 2016).Ada beberapa penyebab perdarahan selama
kehamilan. Meskipun demikian, banyak keadaan penyebab spesifiknya tidak
diketahui. Pada kehamilan lanjut, perdarahan pervaginam yang cukup banyak
dapat terjadi akibat terlepasnya plasenta dari dinding rahim (solusio plasenta),
dan robeknya implantasi plasenta yang menutupi sebagian atau seluruhnya
dari jalan lahir (plasenta previa) (Amokrane, 2016).
Hipervolemi kehamilan dalam keadaan normal meningkatkan volume
darah sebesar 30-60%, atau sekitar 1000-2000 ml untuk perempuan berukuran
rata-rata. Hal ini berarti bahwa pengeluaran darah dalam rentang tersebut
selama persalinan dapat ditoleransi secara fisiologis dan tanpa menyebabkan
penurunan hematokrit pascapartus yang bermakna (Gant, 2011).
2.2 Etiologi dari perdarahan Antepartum
Perdarahan obstetrik adalah konsekuensi perdarahan berlebihan dari
tempat implantasi plasenta atau trauma saluran genetalia dan struktur
sekitarnya. Perdarahan dari tempat perlekatan plasenta diperkirakan sekitar
600 ml per menit darah mengalir ke ruang antar vili yang membentuk
kompartemen plasenta. Sehingga menyebabkan aliran darah dari dan ke arteri
atau vena menjadi terputus (Gant & Cunningham, 2011).
Penyebab langsung dari pelepasan plasenta karena pecahnya pembuluh
maternal pada desidua basalis yang terletak antarmuka vili plasenta.
Perdarahan dapat juga terjadi pada fetoplasenta sehingga terjadi pengumpulan
3
darah di rahim (Sheiner, 2011). Selain itu juga disebabkan oleh pemuluh darah
di saluran reproduksi yang robek di korpus uterus. Obat-obat oksitosik dan
pemijatan uterus untuk merangsang kontraksi miometrium tidak efektif untuk
mengontrol perdarahan. Gangguan berat pada mekanisme pembekuan darah
sebagai konsekuensi dari kelainan obstetrik dapat memperparah perdarahan
obstetrik. Bardasarkan pengamatan bahwa abrupsio plasenta dan kelainan lain
pada kehamilan berkaitan dengan hipofibrinogenemia (koagulasi intravaskular
diseminata) (Gant & Cunningham, 2011).
2.3 Patofisiologi dari perdarahan Antepartum
Perdarahan anterpatum yang disebabkan oleh plasenta previa umumnya
terjadi pada trimester ketiga kehamilan . Karena pada saat itu segmen bawah
uterus lebih banyak mengalami perubahan berkaitan dengan makin tuanya
kehamilan .
Kemungkinan perdarahan anterpatum akibat plasenta previa dapat sejak
kehamilan berusia 20 minggu. Pada usia kehamilan ini segmen bawah uterus
telah terbentuk dan mulai menipis.
Makin tua usia kehamilan segmen bawah uterus makin melebar dan
serviks membuka. Dengan demikian plasenta yang berimplitasi di segmen
bawah uterus tersebut akan mengalami pergeseran dari tempat implantasi dan
akan menimbulkan perdarahan. Darahnya berwarna merah segar, bersumber
pada sinus uterus yang atau robekan sinis marginali dari plasenta.
2.4 Komplikasi perdarahan Antepartum
1. Prolaps tali pusat
2. Prolaps plasenta
3. Plasenta melekat sehingga harus dikeluarkan manual dan kalau perlu
dibersihkan dengan kuretase
4. Robeka-robekan jalan lahir karena tindakan
5. Perdarahan post partum
6. Infeksi karena perdarahan yang banyak
4
7. Bayi prematur atau lahir mati
8. Anemia
2.5 Jenis-jenis dari perdarahan Antepartum
a) Plasenta Previa
a) Pengertian
Plasenta previa merupakan implantasi plasenta di bagian bawah
sehingga menutupi ostium uteri internum, serta menimbulkan perdarahan
saat pembentukan segmen bawah rahim. (Cunningham, et al, 2006).
b) Etiologi
Menurut Manuaba (2007), penyebab terjadinya plasenta previa
diantaranya adalah mencakup :
(1) Perdarahan (hemorrhaging)
(2) Usia lebih dari 35 tahun
(3) Multiparitas
(4) Pengobatan infertilitas
(5) Multiple gestation
(6) Erythroblastosis
(7) Riwayat operasi/pembedahan uterus sebelumnya
(8) Keguguran berulang
(9) Status sosial ekonomi yang rendah
(10) Jarak antar kehamilan yang pendek
(11) Merokok.
Penyebab plasenta previa secara pasti sulit ditentukan, tetapi ada
beberapafaktor yang meningkatkan risiko terjadinya plasenta previa,
misalnya bekas operasi rahim (bekas sesar atau operasi mioma), sering
mengalami infeksirahim (radang panggul), kehamilan ganda, pernah
plasenta previa, atau kelainan bawaan rahim.
c). Faktor Predisposisi dan Presipitasi
Menurut Mochtar (1998), faktor predisposisi dan presipitasi yang
5
dapat mengakibatkan terjadinya plasenta previa adalah :
1. Melebarnya pertumbuhan plasenta :
(a) Kehamilan kembar (gamelli)
(b)Tumbuh kembang plasenta tipis
2. Kurang suburnya endometrium :
(a) Malnutrisi ibu hamil
(b) Melebarnya plasenta karena gamelli
(c) Bekas seksio sesarea
(d) Sering dijumpai pada grande multipara
3. Terlambat implantasi :
(a) Endometrium fundus kurang subur
(b) Terlambatnya tumbuh kembang hasil konsepsi dalam bentuk
blastula yang siap untuk nidasi
d). Patofisiolog
Seluruh plasenta biasanya terletak pada segmen atau uterus.
Kadang-kadang bagian atau seluruh organ dapat melekat pada segmen
bawah uterus, dimana hal ini dapat diketahui sebagai plasenta previa.
Karena segmen bawah agak merentang selama kehamilan lanjut dan
persalinan, dalam usaha mencapai dilatasi serviks dan kelahiran anak,
pemisahan plasenta dari dinding uterus sampai tingkat tertentu tidak
dapat dihindarkan sehingga terjadi pendarahan (Manuaba, 2007).
e). Tanda dan Gejala
1. Perdarahan tanpa nyeri
2. Perdarahan berulang
3. Warna perdarahan merah segar
4. Adanya anemia dan renjatan yang sesuai dengan keluarnya darah
5. Timbulnya perlahan-lahan
6. Waktu terjadinya saat hamil
7. His biasanya tidak ada
6
8. Rasa tidak tegang (biasa) saat palpasi
9. Denyut jantung janin ada
10. Teraba jaringan plasenta pada periksa dalam vagina
11. Penurunan kepala tidak masuk pintu atas panggul
12. Presentasi mungkin abnormal.
f) Klasifikasi
Menurut Gant (2011), klasifikasi plasenta previa berdasarkan
terabanya jaringan plasenta melalui pembukaan jalan lahir pada waktu atau
derajat abnormalitas tertentu :
1. Plasenta previa totalis: bila ostium internal serviks seluruh pembukaan
jalan lahir tertutup oleh plasenta.
2. Plasenta previa parsialis: ostium internal serviks bila hanya sebagian
pembukaan jalan lahir tertutup oleh plasenta.
3. Plasenta previa marginalis: bila pinggir plasenta berada tepat pada
pinggir pembukaan jalan lahir.
4. Plasenta previa letak rendah: bila plasenta berada 3-4 cm diatas pinggir
pembukaan jalan lahir.
2.6 Pencegahan primer sekunder, tersier dari perdarahan Antepartum
1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer adalah upaya untuk mempertahankan kondisi
orang sehat agar tetap sehat atau mencegah orang yang sehat menjadi sakit1.
Pengawasan antenatal memegang peranan yang sangat penting untuk
mengetahui dan mencegah kasus-kasus dengan perdarahan antepartum.
Beberapa pemeriksaan dan perhatian yang biasa dilakukan pada pengawasan
antenatal yang dapat mengurangi kesulitan yang mungkin terjadi ialah
pemeriksaan kehamilan, pengobatan anemia kehamilan, menganjurkan ibu
untuk bersalin di rumah sakit atau di fasilitas kesehatan lainnya,
memperhatikan kemungkinan adanya kelainan plasenta dan mencegahserta

1
Bidan terkini: Maret 2012
7
mengobati penyakit hipertensi menahun dan preeklamsia.
Program kesehatan ibu di indonesia menganjurkan agar ibu hamil
memeriksakan kehamilannya paling sedikit 4 kali, dengan jadwal 1
kunjungan pada trimester pertama, 1 kunjungan pada trimester ke dua, dan 2
kunjungan pada trimester ke tiga. Tetapi apabila ada keluhan, sebaiknya
petugas kesehatan memberikan penerangan tentang cara menjaga diri agar
tetap sehat dalam masa hamil.perlu juga memberikan penerangan tentang
pengaturan jarak kehamilan, serta cara mengenali tanda-tanda bahaya
kehamilan seperti: nyeri perut, perdarahan pada kehamilan, odema, sakit
kepala terus menerus, dan sebagainya.
Para ibu yang menderita anemia dalam kehamilan akan sangat rentan
terhadap infeksi dan perdarahan. Kematian ibu karna perdarahan juga lebih
sering terjadi pada para ibu yang menderita anemia kehamilan senelumnya.
Anemia dalam kehamilan, yang pada umumnya disebabkan oleh defisiensi
besi, dapat dengan mudah diobati dengan jalan memberikan preparat besi
selama kehamilan. Oleh karna itu, pengobatan anemia dalam kehamilan
tidak boleh diabaikan untuk mencegah kematian ibu apabila nantinya
mengalami perdarahan.
Walaupun rumah sakit yang terdekat letaknya jauh, para ibu hamil
yang dicurigai akan mengalami perdarahan antepartum hendaknya
diusahakan sedapat mungkin mengawasi kehamilannya dan bersalin di
rumah sakit tersebut.
Untuk kehamilan dengan letak janin yang melintang dan sukar
diperbaiki atau bagian terbawah janin belum masuk pintu atas panggul pada
minggu-minggu terakhir kehamilan, dapat juga dicurigai adanya plasenta
previa.
Preeklamsia dan hiprtensi menahun sering kali dihubungkan dengan
terjadinya solusio plasenta. Apabila hal ini benar, diperlikan pencegahan dan
pengobatan secara seksama untuk mengurangi kejadian solusio plasenta.
8
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah upaya untuk mencegah orang yang telah
sakit menjadi semakin parah dan mengusahakan agar sembuh dengan
melakukan tindakan pengobatan yang cepat dan tepat.
Setiap perdarahan pada kehamilan lebih dari 28 minggu yang lebih
banyak dari perdarahanyang biasa, harus dianggap sebagai perdarahan
antepartum. Apapun penyebabnya, penderita harus dibawa ke rumah sakit
yang memiliki fasilitas untuk transfusi darah dan oprasi. Jangan melakukan
pemeriksaan dalam di rumah atau di tempat yang tidak memungkinkan
tindakan operatif segera, karna pemeriksaan itu dapat menambah banyaknya
perdarahan.
Pemasangan tampon dalam vagina tidak berguna sama sekali untuk
menghentikan perdarahan, tetapi akan menambah perdarahan karena
sentuhan pada serviks sewaktu pemasangannya.
Perdarahan yang terjadi pertama kali jarang atau boleh dikatakan
tidak pernah menyebabkan kematian, asalkan sebelumnya tidak dilakukan
pemeriksaan dalam. Biasanya masih terdapat cukup waktu untuk
mengirimkan penderita ke rumah sakit sebelum terjadi perdarahan
berikutnya yang hampir selalu akan lebih banyak dari pada sebelumnya.
Ketika penderita belum jatuh ke dalam syok, infus cairan intravena
harus segera di pasang dan dipertahankan terus sampai tiba di rumah sakit.
Memasang jarum infus kedalam pembuluh darah sebelum syok akan jauh
lebih mudah transfusi darah bila sewaktu-waktu diperlukan.
Segera setelah tiba dirumah sakit, usaha pengadaan darah harus segera
dilakukan, walaupun perdarahannya tidak seberapa banyak. Pengambilan
contoh darah penderita untuk pemeriksaan golongan darahnya dan
pemeriksaan kecocokan dengan darah donornya harus segera dilakukan.
Dalam keadaan darurat pemeriksaan seperti itu mungkin terpaksa di tunda
karena tidak sempat dilakukan jadi terpaksa langsung mentransfusikan darah
9
yang golongannya sama dengan golongan darah penderita, atau
mentransfusikan darah golongan O rhesus positif, dengan penuh kesadaran
akan segala bahayanya.
Pertolongan selanjutnya di rumah sakit tergantung dari paritas,
tuanya kehamilan, banyaknya perdarahan, keadaan ibu, keadaan janin, sudah
atau belum mulainya persalinan dan diagnosis yang ditegakan.
Apabila pemeriksaan baik perdarahan sedikit, janin masih hidup,
belum inpartum, kehamilan belum cukup 37 minggu, atau berat janin masih
dibawah 2500 gram, maka kehamilan dapat dipertahankan dan persalinan
ditunda sampai janin dapat hidup di luar kandungan dengan lebih baik lagi.
Tindakan medis pada pasien dilakukan dengan istirahat dan pemberian obat-
obatan seperti spasmolitika, progestin atau progesteron.
Sebaiknya jika perdarahan yang telah berlangsung atau yang akan
berlangsung dapat membahayakan ibu dan/atau janinnya, kehamilannya juga
telah mencapai 37 minggu, taksiran berat janin telah mencapai 2500 gram,
atau persalinan telah mulai, maka tindakan medis secara aktif yaitu dengan
tindakan persalinan segera harus ditempuh. Tindakan persalinan dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu persalinan pervaginam dan persalinan
perabdominal dengan seksio cesarea.
Pada plasenta previa persalinan pervaginam dapat di lakukan pada
plasenta letak rendah, plasenta marginalis, atau plasenta previa lateralis
anterior (janin dalam presentasi kepala). Sedangkan persalinan perabdominal
dengan secsio cesarea dilakukan pada plasenta previa totalis, plasenta previa
lateralis posterior, dan plasenta previa letak rendah dengan jain letak
sungsang.
Pada solusio plasenta, dapat dilakukan persalinan perabdominal jika
pembukaan belum lengkap. Jika pembukaan telah lengkap dapat dilakukan
persalinan pervaginam dengan amniotomi, namun bila dalam 6 jam belum
lahir dilakukan seksio cesarea.
10
Persalinan pervaginam bertujuan agar bagian terbawah janin menekan
plasenta dan bagian plasenta yang beradarah selama persalinan berlangsung,
sehingga perdarahan berhenti. Seksio cesarea bertujuan untuk secepatnya
mengangkat sumber perdarahan, dengan demikian memberikan kesempatan
kepada uterus untuk berkontraksi menghentikan perdarahan dan untuk
menghindari perlukaan serviks dari segmen bawah uterus yang rapuh.
3. Pencegahan tersier
Pencegahan tersier meliputi rehabilisasi (pemulihan kesehatan) yang
ditukan terhadap penderita yang baru pulih dari perdarahan antepartum
meliputi rehabilitasi mental dan sosial, yaitu dengan memberikan dukungan
moral bagi penderita agar tidak berkecilhati, mempunyai semangat untuk
terus bertahan hidup dan tidak putus asa sehingga dapat menjadi anggota
masyarakat yang berdaya guna.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perdarahan antepartum (APH) didefinisikan sebagai perdarahan dari jalan lahir setelah 24
minggu (beberapa penulis mendefinisikan ini sebagai minggu ke-20, yang lain sampai minggu 28)
kehamilan.
Perdarahan antepartum yang berbahaya umumnya bersumber pada kelainan plasenta,
sedangkan perdarahan yang tidak bersumber pada kelainan plasenta umumnya kelainan serviks,
biasanya tidak seberapa berbahaya. Pada perdarahan antepartum pertama-tama harus selalu dipikir
bahwa hal itu bersumber pada kelainan plasenta.Frekuensi perdarahan antepartum kira-kira 3%
dari seluruh persalinan.
Perdarahan antepartum dapat disebabkan oleh plasenta previa, solusio plasenta, ruptura
sinus marginalis, dan insersio velamentosa ( vasa previa ). Diagnosa secara tepat sangat membantu
menyelamatkan nyawa ibu dan janin. Ultrasonografi merupakan motede pertama sebagai
pemeriksaan penunjang dalam penegakkan plasenta previa.
B. Saran
1. Makalah ini diharapkan dapat dijadikan tambahan informasi sehingga dapat mengoptimalkan
pelayanan ANC untuk mengurangi kejadian berat badan lahir rendah (BBLR).
2. Bagi peneliti selanjutnya, dapat melakukan pengembangan ilmu tentang bayi dengan berat
badan lahir rendah (BBLR) dengan memotong mata rantai yang menyebabkan bayi lahir
dengan berat badan lahir rendah (BBLR). Selain itu, peneliti selanjutnya sebaiknya
mempertimbangkan variabel antara (karakteristik bayi) yang menjadi salah satu penyebab
terdekat terhadap kejadian BBLR.

12
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Bari Saifuddin, ed., 2010 Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
http://novitasarisobri.blogspot.com/2012/02/makalah-perdarahan-antepartum.html
di akses pada tanggal 26 Februari 2014.
Prawirohardjo, Sarwono. 2012. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
Rochjati, P. 2011. Skrining Antenatal Pada Ibu Hamil, Pengendalian Faktor
Resiko, Deteksi Dini Ibu Hamil Resiko Tinggi. Surabaya: Airlangga
University Press.
Saifuddin, AB. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Pustaka Sarwono
Prawihardjo.
Sastroasmoro, S., Ismael, S. 2014. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis.
Edisi ke-5. Jakarta: CV. Sagung Seto.

13

Anda mungkin juga menyukai