Anda di halaman 1dari 15

PAPER OBSTETRI

PLASENTA PREVIA

Disusun Oleh:

Lucita Sari Br Ginting

(102121023)

Pembimbing:

dr. Yuri Andriansyah, Sp.OG

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR DEPARTEMEN


OBSTETRI DAN GINEKOLOGI RUMAH SAKIT UMUM
HAJI MEDAN FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BATAM
TAHUN 2022

1
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas paper ini guna memenuhi persyaratan kepaniteraan klinik di
bagian Departemen Obstetri dan Ginekologi dengan judul “PLASENTA
PREVIA”.

Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan banyak terimakasih kepada dr.


Yuri Andriansyah, Sp.OG selaku dosen pembimbing. Saya menyadari bahwa
dalam penyusunan masih terdapat banyak kekurangan baik dalam cara penulisan
maupun penyajian materi. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca sehingga bermanfaat bagi penyusun paper
selanjutnya. Semoga paper ini bermanfaat bagi pembaca dan terutama bagi
penyusun.

Medan, September 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

JUDUL

KATA PENGANTAR ................................................................. i

DAFTAR ISI ................................................................................ ii

DAFTAR GAMBAR ................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................... 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Definisi............................................................................. 2
2.2 Klasifikasi........................................................................ 2
2.3 Etiologi ............................................................................ 3
2.4 Faktor Risiko .................................................................. 4
2.5 Patofisiologi ..................................................................... 4
2.6 Diagnosis ......................................................................... 5
2.7 Penatalaksanaan ............................................................. 7
2.8 Komplikasi ...................................................................... 9
2.9 Prognosis ......................................................................... 9

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ...................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Letak Plasenta ........................................................ 2

Gambar 2.2 Gambar Plasenta Previa ....................................... 3

Gambar 2.3 USG Plasenta Previa.............................................. 6

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perdarahan antepartum didefinisikan sebagai perdarahan yang terjadi
pada kehamilan diatas 24 minggu dan sebelum terjadinya persalinan.
Keadaan ini merupakan kondisi gawat darurat bagi ibu maupun janin.
Salah satu penyebab dari perdarahan antepartum ialah plasenta previa1.
Plasenta previa adalah plasenta yang ada didepan jalan lahir (prae = di
depan, vias = jalan). Plasenta previa adalah Plasenta yang letaknya
abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagaian
atau seluruh pembukaan jalan lahir untuk bayi (ostium uteri internum)2.
Plasenta previa terbagi menjadi empat, yaitu plasenta previa totalis,
plasenta previa parsialis, plasenta previa marginalis dan plasenta letak
rendah3.
Ada banyak faktor penyebab plasenta previa, yaitu wanita berumur
lebih dari 35 tahun, multiparietas, kehamilan kembar, adanya gangguan
anatomis atau tumor pada rahim dan banyak faktor penyebab lainnya2.
Pada umumnya pasien dengan plasenta previa datang dengan keluhan
perdarahan pada kehamilan lanjut, dengan sifat perdarahan tanpa sebab,
tanpa nyeri dan berulang. Untuk menegakkan diagnosa pada kasus ini kita
dapat melakukan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan
ultrasonografi dan pemeriksaan inspekulo4.
Berbagai komplikasi dapat terjadi pada ibu dan bayi pada plasenta
previa. Namun prognosis ibu dan bayi pada plasenta previa saat ini cukup
baik, hal ini dikarenakan diagnosis yang lebih dini dan tidak invasif
dengan USG. Di samping itu, ketersediaan transfusi darah dan infus cairan
telah ada di hampir semua rumah sakit kabupaten. Serta penurunan jumlah
ibu hamil dengan paritas tinggi dan usia tinggi berkat sosialisasi program
keluarga berencana5.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Plasenta previa adalah plasenta yang ada didepan jalan lahir (prae = di
depan, vias = jalan). Plasenta previa adalah Plasenta yang letaknya
abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagaian
atau seluruh pembukaan jalan lahir untuk bayi (ostium uteri internum)2.
Plasenta berbentuk bundar atau hampir bundar dengan diameter 15 – 20
cm, berat rata-rata 500 gram5.
Sejalan dengan bertambah membesarnya rahim dan meluasnya segmen
bawah rahim ke arah proksimal memungkinkan plasenta yang
berimplantasi pada segmen bawah rahim seolah plasenta tersebut
bermigrasi. Ostium uteri yang secara dinamik mendatar dan meluas dalam
persalinan kala satu bisa mengubah luas pembukaan serviks yang tertutup
oleh plasenta2.

Gambar 2.1 Letak Plasenta

2.2 Klasifikasi
1. Plasenta previa totalis atau komplit adalah plasenta yang menutupi seluruh
ostium uteri internum.
2. Plasenta previa parsialis adalah plasenta yang menutupi sebagian ostium
uteri internum

2
3

3. Plasenta previa marginalis adalah plasenta yang tepinya berada pada


pinggir ostium uteri internum.
4. Plasenta letak rendah adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen
bawah rahim demikian rupa sehingga tepi bawahnya berada pada jarak
lebih kurang 2 cm dari ostium uteri internum. Jarak yang lebih dari 2 cm
dianggap plasenta letak normal3.

Gambar 2.2 Klasifikasi Plasenta Previa

2.3 Etiologi
Penyebab plasenta previa secara pasti sulit ditentukan, tetapi ada
beberapa faktor yang meningkatkan beberapa risiko terjadinya plasenta
previa misalnya bekas operasi rahim (bekas sesar atau bekas operasi
mioma), sering mengalami infeksi rahim (radang panggul), kehamilan
ganda, pernah plasenta previa, atau kelainan bawaan rahim. Plasenta
previa meningkat kejadiannya pada keadaan - keadaan yang
endometriumnya kurang baik, misalnya karena atrofi endometrium atau
kurang baiknya vaskularisasi desidua.
Keadaan ini bisa ditemukan pada:
1. Multipara, terutama jika jarak antara kehamilannya pendek
2. Mioma uteri
3. Koretasi yang berulang
4. Umur lanjut
5. Bekas seksio sesarea
6. Perubahan inflamasi atau atrofi, misalnya pada wanita perokok atau
pemakai kokain. Hipoksemia yang terjadi akibat karbon monoksida
4

akan dikompensasidengan hipertrofi plasenta. Hal ini terutama terjadi


paa perokok berat2.
Dengan melebarnya isthmus uteri menjadi segmen bawah rahim,
maka plasenta yang berimplantasi disitu sedikit banyak akan mengalami
laserasi akibat pelepasan pada desidua pada tapak plasenta. Demikian pula
pada waktu serviks mendatar (effacement) dan membuka (dilatation) ada
bagian tapak plasenta yang terlepas. Pada tempat laserasi akan terjadi
perdarahan yang berasal dari sirkulasi maternal yaitu dari ruang intervillus
dari plasenta. Oleh karena fenomena pembentukan segmen bawah rahim
itu perdarahan pada plasenta previa betapa pun pasti kan terjadi
(unavoidable bleeding).

2.4 Faktor Resiko


Faktor-faktor yang dapat meningkatkan kejadian plasenta previa 2:
1. Wanita berumur lebih dari 35 tahun lebih berisiko.
2. Multiparietas, apalagi bila jaraknya singkat.
3. Kehamilan kembar.
4. Adanya gangguan anatomis atau tumor pada rahim sehingga sehingga
mempersempit permukaan bagi penempelan plasenta.
5. Adanya jaringan parut pada rahim oleh operasi sebelumnya.
6. Adanya endometriosis (adanya jaringan pada tempat yang bukan
seharusnya, misalnya di indung telur) setelah kehamilan sebelumnya.
7. Riwayat plasenta previa sebelumnya.
8. Adanya trauma pada saat kehamilan
9. Kebiasaan hidup tidak sehat seperti merokok dan minum alkohol.

2.5 Patofisiologi
Perdarahan antepartum yang disebabkan oleh plasenta previa terjadi
sejak kehamilan 20 minggu saat segmen bawah uterus telah terbentuk dan
mulai menipis. Umumnya terjadi pada trimester ketiga karena segmen
bawah uterus lebih banyak mengalami perubahan7.
5

Penyebab plasenta melekat pada segmen bawah rahim belum diketahui


secara pasti. Ada teori menyebutkan bahwa vaskularisasi desidua yang
tidak memadai yang mungkin diakibatkan oleh proses radang atau atrofi
dapat menyebabkan plasenta berimplantasi pada segmen bawah rahim dan
menutupi ostium uteri intenum misalnya pada kehamilan ganda,
eritroblastosis dan ibu yang merokok. Pada saat segmen bawah rahim
terbentuk sekitar trimester III atau lebih awal tapak plasenta akan
mengalami pelepasan dan menyebabkan plasenta yang berimplantasi pada
segmen bawah rahim akan mengalami laserasi. Selain itu, laserasi plasenta
juga disebabkan oleh serviks yang mendatar dan membuka. Hal ini
menyebabkan perdarahan pada tempat laserasi. Perdarahan akan
dipermudah dan diperbanyak oleh segmen bawah rahim dan serviks yang
tidak bisa berkontraksi secara adekuat.
Pembentukan segmen bawah rahim akan berlangsung secara progresif,
hal tersebut menyebabkan terjadi laserasi dan perdarahan berulang pada
plasenta previa. Pada plasenta previa totalis perdarahan perdarahan terjadi
lebih awal dalam kehamilan bila dibandingkan dengan plasenta previa
parsialis ataupun plasenta letak rendah karena pembentukan segmen rahim
dimulai dari ostium uteri internum. Segmen bawah rahim mempunyai
dinding yang tipis sehingga mudah diinvasi oleh pertumbuhan vili
trofoblas yang mengakibatkan terjadinya plasenta akreta dan inkreta.
Selain itu segmen bawah rahim dan dan serviks mempunyai elemen otot
yang sedikit dan rapuh sehingga dapat menyebabkan perdarahan
postpartum dan plasenta previa4.

2.6 Diagnosis
1. Anamnesis
 Keluhan Utama : perdarahan pada kehamilan setelah 28 minggu
atau pada kehamilan lanjut (trimester III).
 Sifat perdarahan tanpa sebab, tanpa nyeri, dan berulang4.
2. Pemeriksaan Luar
6

 Inspeksi
Dapat dilihat perdarahan yang keluar pervaginam (banyak atau
sedikit, darah beku dan sebagainya). Jika telah berdarah banyak
maka ibu kelihatan anemis.
 Palpasi
Janin sering belum cukup bulan, jadi fundus uteri masih rendah,
dan sering dijumpai kesalahan letak janin. Bagian terbawah janin
sering belum turun, apabila letak kepala biasanya kepala masih
goyang atau terapung (floating) atau menolak di atas pintu atas
panggul.
3. Ultrasonografi
Menegakkan diagnosa plasenta previa dapat pula dilakukan
dengan pemeriksaan ultrasonografi. Penentuan letak plasenta dengan
cara ini ternyata sangat tepat, tidak menimbulkan bahaya radiasi bagi
ibu dan janinya, dan tidak ada rasa nyeri1.
USG abdomen selama trimester kedua menunjukkan penempatan
plasenta previa. Transvaginal ultrasonografi dengan keakurattan dapat
mencapai 100% identifikasi plasenta previa. Transabdomen
1
ultrasonografi dengan keakuratan berkisar 93% .
Dengan USG dapat ditentukan implantasi plasenta atau jarak tepi
plasenta terhadap ostium. Bila jarak tepi kurang dari 5 cm disebut
plasenta letak rendah. Bila tidak dijumpai plasenta previa, dilakukan
pemeriksaan inspekulo untuk melihat sumber perdarahan lain1.

Gambar 2.3 USG Plasenta Previa


7

4. Pemeriksaan inspekulo
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui apakah perdarahan
berasal dari ostium uteri eksternum atau dari kelainan serviks dan
vagina. Apabila perdarahan berasal dari ostium uteri eksternum,
adanya plasenta previa harus harus dicurigai1.

2.7 Penatalaksanaan
Semua pasien dengan perdarahan per vagina pada kehamilan trimester
ketiga, dirawat di rumah sakit tanpa periksa dalam. Bila pasien dalam
keadaan syok karena pendarahan yang banyak, harus segera diperbaiki
keadaan umumnya dengan pemberian infus atau tranfusi darah2.
Selanjutnya penanganan plasenta previa bergantung kepada :
 Keadaan umum pasien, kadar hb.
 Jumlah perdarahan yang terjadi.
 Umur kehamilan/taksiran BB janin.
 Jenis plasenta previa.
 Paritas dan kemajuan persalinan.
1. Penanganan Ekspektif
Kriteria :
 Umur kehamilan kurang dari 37 minggu.
 Perdarahan sedikit
 Belum ada tanda-tanda persalinan
 Keadaan umum baik, kadar Hb 8 gr% atau lebih.
Rencana Penanganan :
1 Istirahat baring mutlak.
2 Infus D 5% dan elektrolit
3 Spasmolitik, tokolitik, plasentotrofik, roboransia.
4 Periksa Hb, HCT, COT, golongan darah.
5 Pemeriksaan USG.
6 Awasi perdarahan terus-menerus, tekanan darah, nadi dan denyut
jantung janin.
8

7 Apabila ada tanda-tanda plasenta previa tergantung keadaan pasien


ditunggu sampai kehamilan 37 minggu selanjutnya penanganan
secara aktif.
2. Penanganan aktif
Kriteria :
 umur kehamilan >/ = 37 minggu, BB janin >/ = 2500 gram.
 Perdarahan banyak 500 cc atau lebih.
 Ada tanda-tanda persalinan.
 Keadaan umum pasien tidak baik ibu anemis Hb < 8 gr%.

Untuk menentukan tindakan selanjutnya SC atau partus pervaginum,


dilakukan pemeriksaan dalam kamar operasi, infusi transfusi darah
terpasang. Indikasi Seksio Sesarea :

a. Plasenta previa totalis.


b. Plasenta previa pada primigravida.
c. Plasenta previa janin letak lintang atau letak sungsang
d. Fetal distres
e. Plasenta previa lateralis jika :
 Pembukaan masih kecil dan perdarahan banyak.
 Sebagian besar OUI ditutupi plasenta.
 Plasenta terletak di sebelah belakang (posterior).
f. Profause bleeding, perdarahan sangat banyak dan mengalir dengan
cepat.
3. Partus per vaginam.
Dilakukan pada plasenta previa marginalis atau lateralis pada
multipara dan anak sudah meninggal atau prematur.
a. Jika pembukaan serviks sudah agak besar (4-5 cm), ketuban
dipecah (amniotomi) jika his lemah, diberikan oksitosin drips.
b. Bila perdarahan masih terus berlangsung, dilakukan SC.
c. Tindakan versi Braxton-Hicks dengan pemberat untuk
menghentikan perdarahan (kompresi atau tamponade bokong dan
9

kepala janin terhadap plasenta) hanya dilakukan pada keadaan


darurat, anak masih kecil atau sudah mati, dan tidak ada fasilitas
untuk melakukan operasi.

2.8 Komplikasi
1. Prolaps tali pusat
2. Prolaps plasenta
3. Plasenta melekat sehingga harus dikeluarkan manual dan kalau perlu
dibersihkan dengan kuretase
4. Robekan-robekan jalan lahir karena tindakan
5. Perdarahan post-partum
6. Infeksi karena perdarahan yang banyak
7. Bayi prematur atau lahir mati
8. Anemia

2.9 Prognosis
Prognosis ibu dan anak pada plasenta previa saat ini lebih baik
dibandingkan masa lalu. Hal ini berkaitan dengan diagnosis yang lebih
dini dan tidak invasif dengan USG di samping ketersediaan transfusi darah
dan infus cairan telah ada di hampir semua rumah sakit kabupaten.
Penurunan jumlah ibu hamil dengan paritas tinggi dan usia tinggi berkat
sosialisasi program keluarga berencana menambah penurunan insiden
plasenta previa. Dengan demikian banyak komplikasi maternal yang dapat
dihindarkan5.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada
segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagaian atau seluruh
pembukaan jalan lahir untuk bayi (ostium uteri internum). Plasenta previa
terbagi menjadi empat, yaitu: plasenta previa totalis atau komplit, plasenta
previa parsialis, plasenta previa marginalis, dan plasenta letak rendah.
Pada anamnesa sering dijumpai pasien datang dengan keluhan
perdarahan pada kehamilan lanjut, dengan sifat perdarahan tanpa sebab,
tanpa nyeri, dan berulang. Untuk pemeriksaan penunjang pada pasien ini
dapat dilakukan pemeriksaan ultrasonografi dan pemeriksaan inspekulo.
Berbagai komplikasi dapat terjadi pada ibu dan bayi pada plasenta
previa. Namun prognosis ibu dan bayi pada plasenta previa saat ini cukup
baik, hal ini dikarenakan diagnosis yang lebih dini dan tidak invasif
dengan USG. Di samping itu, ketersediaan transfusi darah dan infus cairan
telah ada di hampir semua rumah sakit kabupaten. Serta penurunan jumlah
ibu hamil dengan paritas tinggi dan usia tinggi berkat sosialisasi program
keluarga berencana.

10
11

DAFTAR PUSTAKA

1. Abdat A. 2010. Hubungan Antara Paritas Ibu Dengan Kejadian Plasenta


Previa Di Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta. Skripsi Untuk Memenuhi
Gelar Sarjana Kedokteran. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.
2. Sukarni I, Sudarti. 2014. Patologi Kehamilan, Persalinan, Nifas dan
Neonatus Resiko Tinggi. Yogyakarta: Nuha Medika.
3. Saifuddin A (Eds 4). 2008. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo.
Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
4. Lumbanraja S. 2017. Kegawatdaruratan Obstetri. USU Press 2017.
Available from:
https://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/69170/fulltext.pdf?
sequence=1&isAllowed=y
5. Agustina T. 2017. Hubungan Antara Paritas Dan Usia Ibu Dengan
Kejadian Plasenta Previa Di Rumah Sakit Umum HKBP Balige Tahun
2013-2015. Skripsi Untuk Memenuhi Gelar Sarjana Kedokteran. Fakultas
Kedokteran Universitas HKBP Nommensen.
6. Choden P, Lertbunnaphong T, Boriboonhirunsam D. 2011. Prevalence of
pregnancy with Placenta Previa in Siriraj Hospital. Sirjaj Med J 63(6).
hal:191-195.
7. Joseph K, Nugroho S. 2010. Catatan Kuliah Ginekologi dan Obstetri
(OBGYN). Yogyakarta: Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai