PLASENTA PREVIA
OLEH:
PRESEPTOR:
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan pada Allah karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Case Report Session (CRS) yang
berjudul “Plasenta Previa”. CRS ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat
dalam mengikuti kepaniteraan klinik di Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas
Kedokteran Universitas Andalas.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof. Dr. dr. Hj. Yusrawati, Sp. OG
(K) selaku pembimbing yang telah memberikan arahan dan petujuk, dan semua
Penulis
ii
BAB I
PENDAHULUAN
iii
1.2 Batasan Masalah
Batasan penulisan ini membahas mengenai definisi, etiologi, diagnosis,
komplikasi sera prognosis dari plasenta previa.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Plasenta previa didefinisikan sebagai sebuah kondisi plasenta yang
terimplantasi di daerah segmen bawah rahim, baik diatas ataupun berdekatan
dengan ostium servikal interna.1
2.2 Klasifikasi
Menurut Gant & Cunningham, plasenta previa dapat diklasifikasikan
menjadi beberapa jenis yaitu;4
1. Plasenta previa totalis
Ostium uterus internum tertutup seluruhnya oleh plasenta.
2. Plasenta previa parsialis
Ostium uterus internum tertutup sebagian oleh plasenta.
3. Plasenta previa marginalis
Pinggir bawah plasenta sampai pada pinggir ostium uterus internum.
4. Plasenta previa letak rendah
Terjadi jika plasenta tertanam di segmen bawah uterus, sehingga tepi plasenta
tidak benar-benar mencapai ostium internal tetapi terletak berdekatan
dengannya.
5
Gambar 2.1 Klasifikasi plasenta previa
2.3.1 Usia
Usia ibu hamil meningkatka frekuensi dari plasenta previa. Pada First- and
Second-Trimester Evaluation of Risk trial (FASTER) yang dilakukan di amerika
dan melibatkan lebih dari 36.000 wanita hamil, frekuensi dari pasenta previa pada
wanita hamil berumur dibawah 35 tahun adalah 0,5%, dibandingkan dengan
frekuensi pada wanita hamil berusia diatas 35 tahun yaitu 1,1%. Peningkatan
frekuensi dari plasenta previa pada wanita yang berusia diatas 35 tahun dapat
disebabkan oleh sklerosis pembuluh darah arteri kecil dan arteriole miometrium
menyebabkan alirah darah ke endometrium yan gtidak rata sehingga plasenta
tumbuh lebih lebar dengan luas permukaan yang lebih besar sebagai bentuk
kompensasi untuk mendapatkan aliran darah yang lebih kuat.1
Namun, di Indonesia, plasenta previa juga sering dijumpai pada wanita
berusia muda dan paritas kecil. Hal ini dapat disebabkan oleh banyaknya wanita di
6
Indonesia yang menikah pada usia muda, dimana endometrium masih dalam proses
pematangan.6
2.3.2 Multiparitas
Multiparitas juga meningkatkan resiko plasenta previa sejalan dengan usia
wanita yang hamil. Babinszki et al melaporkan angka insidensi plasenta previa pada
wanita dengan paritas 5 atau lebih adalah 2,2% lebih banyak dibandingkan dengan
wanita dengan paritas dibawah 5. Pada multiparitas terjadi presdisposisi perbaikan
jaringan abnormal pada endometrium, sehingga implantasi dari plasenta cenderung
berada di segmen bawah rahim bukan di bagian fundus.1
7
dilakukan tindakan kuretase. Pada wanita yang pernah mengalami kuretase, diduga
disrupsi endometrium atau luka endometrium merupakan predisposisi terjadinya
kelainan implantasi plasenta.8
8
perdarahan dapat meningkat seiring menjelangnya persalinan dikarenakan
frekuensi regangan yang meningkat seiring mendekatnya waktu persalinan.
Perdarahan pada plasenta previa biasanya terjadi pada usia kehamilan diatas 34
minggu, namun dapat juga terjadi pada usia kehamilan dibawah 30 minggu
tergantung dari jenis plasenta previa.5
Pada kasus plasenta yang menutupi seluruh ostium (plasenta previa totalis),
perdarahan dapat terjadi lebih awal dalam kehamilan dikarenakan segmen bawah
rahim terbentuk lebih dahulu pada bagian terbawah yaitu ostium uterus interna.
Sebaliknya pada plasenta previa parsialis ataupun plasenta previa letak rendah
perdarahan dapat saja terjadi pada waktu yang mendekati persalinan.3
2.6 Diagnosis
Dalam menegakkan diagnosis plasenta previa terdapat beberapa hal yang
harus dilakukan dan diperhatikan ialah sebagai berikut:6
1. Anamnesis perdarahan
a. Perdarahan yang terjadi tanpa rasa sakit
b. Dapat sedikit demi sedikit atau dalam jumlah banyak
c. Dapat berulang, sebelum persalinan berlangsung
2. Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan umum
Hasil pemeriksaan umum tergantung penggolongan kehilangan darah, yaitu
kelas 1 sampai dengan kelas 4. Pada inspeksi jika perdarahan banyak maka ibu
dapat terlihat pucat/anemis, pada janin yang belum cukup bulan jadi uterus masih
rendah.5
b. Pemeriksaan obstetri
Palpasi abdomen
9
- Bagian terendah janin belum masuk pintu atas panggul, mengambang karena
sekitar ostium uterus tertutup oleh jaringan plasenta
- Terdapat kelainan letak janin intrauterus
- Dinding abdomen tidak tegang atau kaku sehingga mudah melakukan
pemeriksaan janin intrauterus dengan palpasi.
c. Pemeriksaan auskultasi
- Pemeriksaan auskultasi dapat dillakukan dengan funduskopi Laenek, untuk
mendengarkan detak jantung janin.
- Pemeriksaan menggunakan Doppler sehinggan detak jantung janin dapat
didengar oleh ibu.
- Merekam detak jantung janin dengan menggunakan CTG (kardiotikografi)
Hasil pemantauan detak jantung janin, tergantung dari jumlah dan cepatnya
kehilangan darah ibu sehingga dapat memengaruhi sirkulasi retroplasenter
yang selanjutnya akan langsung memengaruhi nutrisi dan pertukaran O2/CO2
intraplasenta.
d. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang sangat penting untuk dapat:
- Memastikan plasenta previa
- Menetapkan kondisi umum dan khusus janin dan ibu dengan pemeriksaan
laboratorium sehingga sikap pasti dapat ditentukan
Pemeriksaan penunjang tersebut adalah:
- Pemeriksaan ultrasonografi
Pemeriksaan ultrasonografi sangat banyak digunakan serta untuk membantu
menegakkan diagnosis dan letak plasenta previa sehingga rencana pertolongan
persalinan dapat ditetapkan. Bahkan diagnosis plasenta previa sudah dapat
ditegakkan pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu sehingga ibu hamil dapat
diberikan nasihat untuk memerhatikan kemungkinkan perdarahan anterpartum. Jika
tersedia ultrasonografi transvaginal juga dapat digunakan untuk memastikan letak
plasenta dan hasilnya lebih akurat dibandingkan ultrasonografi transabdominal
yang dapat diperiksa pada minggu ke 20.9
10
e. Pemeriksaan laboratorium
Pada kasus perdarahan antepartum sangat penting dilakukan pemeriksaan
laboratorium.
- Darah lengkap : untuk mendapatkan gambaran keadaan darah dan
persiapan untuk memberikan transfus.
- Albumin : untuk menentukan jumlah absolut albumin, yang
mencerminkan tekanan osmotik darah, jika terlalu rendah dapat terjadi
ekstravasasi cairan darah dan menimbulkan edema.
- Trombosit, waktu pembekuan dan waktu perdarahan : untuk menetapkan
apakah terjadi gangguan pembekuan darah, sekalipun hanya mungkin
terjadi pada perdarahan antepartum yang banyak, gangguan faktor
pembekuan darah sksn dapat disubtitusi sehingga akan mengurangi
perdarahan akibat gangguan faktor pembekuan darah.
- Urin lengkap: monitor jumlah urin setiap jam karena perdarahan yang
banyak akan menimbulkan oliguria bahkan anuria, deteksi gangguan
ginjal.
- Pemeriksaan laboratorium lainnya : bergantung pada keadaan ibu dan
janin.
Setelah melakukan pemeriksaan dapat ditetapkan diagnosis sebagai berikut:9
Tabel 2.1 Tabel Diagnosis
Diagnosis a. Bukan plasenta previa
b. Plasenta previa
Berdasarkan letak a. Plasenta previa totalis
b. Plasenta previa parsial
c. Plasenta previa marginalis
d. Plasenta letak rendah
Berdasarkan usia kehamilan a. Kehamilan aterm
b. Kehamilan prematur
Berdasarkan keadaan janin a. Janin masih hidup
11
b. Janin sudah meninggal
Berdasarkan jumlah perdarahan a. Perdarahan kelas I
b. Perdarahan kelas II
c. Perdarahan kelas III
d. Perdarahan kelas IV
2.7 Tatalaksana
Perempuan dengan plasenta previa dapat dikelompokkan dalam kelompok-
kelompok berikut:
(1) mereka yang memiliki janin matur tetapi persalinan belum mendesak
(2) mereka yang janinnya dalam 3 minggu menjelang matur
(3) mereka yang sedang dalam proses persalinan
(4) mereka yang perdarahannya hebat sehingga janin harus dilahirkan
walaupun masih imatur.
Manajemen pada kehamilan dengan penyulit plasenta previa dan janin yang
prematur, tetapi tanpa perdarahan aktif terdiri dari penundaan persalinan dalam
lingkungan yang memberikan keamanan paling baik bagi ibu dan janinnya. Rawat
inap yang memungkinkan dilakukannya observasi ketat, kegiatan yang tidak
banyak aktivitas fisik (sedentary), menghindari manipulasi intravagina, dan
persiapan terapi yang sesuai jika segera diperlukan, yaitu larutan elektrolit
intravena, darah, seksio sesarea, dan perawatan neonatus intensif sejak persalinan
merupakan hal yang diperlukan. Namun, dengan alasan ke praktisan dan ekonomi,
perawatan ideal di rumah sakit tidak selalu dapat diberikan kepada para pasien. Jika
demikian, ibu dan keluarganya harus benar-benar memahami masalah plasenta
previa dan dapat pergi kerumah sakit secepat mungkin.1
Adapun faktor-faktor yang menentukan sikap atau tindakan persalinan mana yang
akan dipilh adalah:5
- Jenis plasenta previa
- Perdarahan banyak, atau sedikit tapi berulang
- Keadaan umum ibu
- Keadaan janin: hidup, gawat, atau meninggal
12
- Pembukaan jalan lahir
- Paritas
- Fasilitas penolong dan rumah sakit.
2.7.1 Penatalaksanaan Pasif
Tiap perdarahan trimester ketiga yang lebih dari bloody show, harus dikirim
kerumah sakit tanpa dilakukan manipulasi apapun, baik rektal apalagi vaginal.
Apabila pada penilaian baik, perdarahan sekidit, janin masih hidup, belum inpartu,
kehamilan belum cukup 37 minggu, atau berat badan dibawah 2500gr, maka
kehamilan dapat dipertahankan, istrahat dan pemberian obat-obatan spasmolitika
progestin, atau progesterone lalu diobservasi dengan teliti. Sambil di observasi
diperiksa golongan darah, dan disiapkan donor transfusi darah. Bila memungkinkan
kehamilan dapat dipertahankan setua mungkin agar janin terhindar dari
prematuritas. Harus diingat jika dijumpai ibu hamil tersangka plasenta previa, rujuk
segera ke rumah sakit dimana terdapat fasilitas operasi dan transfusi darah.5
13
Indikasi seksio sesarea pada plasenta previa adalah:
- Semua plasenta previa totalis, janin hidup atau meninggal
- Semua plasenta previa lateralis karena perdarahan yang sulit dikontrol dengan
cara-cara yang ada
- Semua plasenta previa dengan perdarahan yang banyak dan tidak berhenti
dengan tindakan yang ada
- Plasenta previa dengan panggul sempit, letak lintang. Perdarahan pada bekas
perlekatan kadang-kadang berlebihan dan tidak dapat diatasi dengan cara-cara
yang ada, jika hal ini dijumpai tindakannya adalah:
Bila belum memiliki anak untuk menyelamatkan alat reproduksi dilakukan
ligasi arteria hipogastrika;
Bila sudah memiliki anak dan cukup yang paling baik adalah histerektomi.
2.8 Komplikasi
Plasenta previa dapat perpengaruh terhadap proses kehamilan dan proses
persalinan seperti berikut:5
1. Pada kehamilan
Bagian terbawah janin tidak terfiksir ke dalam pintu atas panggul karena
dihalangi oleh plasenta maka, sehingga terjadilah kesalahan-kesalahan letak janin:
letak kepala mengapung, letak sungsang, letak lintang. Sering terjadi partus
prematur karena adanya rangsangan koalugulasi darah pada serviks. Selain itu jika
banyak plasenta yang lepas, kadar progesterone turun, juga lepasnya plasenta
sendiri dapat juga karena pemeriksaan dalam dapat merangsang his.
2. Pada partus
a. Letak janin yang tidak normal, menyebabkan partus akan menjadi patologik.
b. Bila pada plasenta previa lateralis, ketuban pecah atau dipecahkan dapat terjadi
prolaps funikuli.
c. Sering dijumpai inersia primer
d. Perdarahan
3. Komplikasi lain
a. Prolaps tali pusat
14
b. Prolaps plasenta
c. Plasenta melekat, sehingga harus dikeluarkan manual dan kalau perlu
dibersihkan dengan kuret
d. Robekan-robekan jalan lahir karena tindakan
e. Infeksi karena perdarahan yang banyak
f. Bayi prematur atau lahir mati.
2.9 Prognosis
Prognosis plasenta previa tergantung dari beberapa faktor sebagai berikut:1
1. Tingkat kelas perdarahan yang terjadi
2. Usia kehamilan apakah prematur atau aterm
3. Keadaan umum ibu dan janin sebelum perdarahan
4. Kemampuan rumah sakit dalam memberikan pelayanan
5. Jumlah kehamilan sebelumnya.
Dengan penatalaksanaan yang tepat, prognosis ibu pada plasenta previa
adalah memuaskan. Dengan ultrasonografi dan terapi konservatif, kematian ibu di
Amerika Serikat turun dari >1% menjadi <0.2%. dan angka kematian perinatal
sebelum terapi konservatif kira-kira 15% sekarang sudah menurun dan
kemungkinan dapat dikurangi hingga <10% dengan penatalaksanaan terbaru.1
15
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1 Identitas Pasien
Nama : Ny. FY
Usia : 35 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Suku : Minang
Alamat : Sido Makmur Teramang Jaya Mukomuko Bengkulu
Tgl. Masuk RS : 27 September 2019
3.2 Anamnesis
Keluhan Utama : Keluar darah dari jalan lahir sejak 1 hari sebelum masuk
rumah sakit.
16
Riwayat kehamilan dan persalinan/nifas/KB/ginekologi
Kehamilan pertama : SC, perempuan, 2700 gram, ditolong dokter
spesialis, usia 8 tahun
Kehamilan kedua : abortus
Kehamilan ketiga : saat ini
Riwayat kontrasepsi : tidak ada
17
- Pernapasan : 20 x/menit
- Suhu : 36,50C
Status Generalis
Kepala
Bentuk kepala : Normosefali, tidak ada deformitas
Rambut : Warna hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut
Wajah : Simetris, deformitas (-)
Mata : Kelopak oedem (-), konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik
(-/-), pupil isokor, refleks cahaya langsung +/+, refleks
cahaya tak langsung +/+
Telinga : Normotia, deformitas (-), nyeri tekan tragus (-), nyeri tekan
mastoid (-), sekret (-)
Hidung : Pernapasan cuping hidung (-), sekret (-), septum deviasi (-
), mukosa hiperemis (-)
Bibir : Simetris (-), sianotik (-), mukosa lembab
Mulut : Tonsil tenang T1-T1, faring tidak hiperemis, uvula
ditengah, oral higiene baik
Leher
Bentuk : Simetris, normal
KGB : Tidak teraba membesar
Trakhea : Lurus di tengah
Kelenjar tiroid : Tidak teraba membesar
Thoraks
Dinding dada : Simetris dalam keadaan statis dan dinamis
Paru – paru
Inspeksi : Gerakan kedua hemithoraks simetris saat inspirasi dan
ekspirasi.
Palpasi : Gerakan dada simetris, tidak ada hemitoraks tertinggal,
vokal fremitus kedua hemithoraks sama, krepitasi (-), nyeri
tekan (-)
18
Perkusi : tidak dilakukan
Auskultasi : Suara napas vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-
Jantung
Inspeksi : Tidak tampak pulsasi ictus cordis, tidak ada tanda radang
Palpasi : Ictus cordis teraba di sela iga V, 2 cm sebelah medial garis
midklavikularis kiri
Perkusi : tidak dilakukan
Auskultasi : Bunyi jantung I-II regular, murmur (-), gallop (-)
Ekstermitas : akral hangat pada ujung- ujung jari tangan dan kaki, oedem
tungkai -/-
19
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
PENATALAKSANAAN
- Observasi KU, VS, His, Djj
- IVFD RL 500 cc 28 tpm
- Rencana SC
20
FOLLOW UP
28-09-2019
S: nyeri luka operasi (+), demam(-), BAK (+), BAB (-)
O: KU / Kes : sedang / CM
TD : 120/80 mmHg N: 84 x/m RR: 20 x/m S : 36,7oC
Abdomen: FUT 2 jari dibawah pusat, kontraksi (+)
Genital : V/U tenang, PPV (-)
A: P2A1H2 post SCTPP ai bekas SC + Plasenta previa marginalis + atipical chest
pain
P:- Observasi keadaan umum, tanda vital, kontraksi dan PPV
- IVFD RL 500 cc 28 tpm
- Ceftiaxone 2x1 gr
- Paracetamol 3 x 500 mg
- SF 2 x 180 mg
- Vit C 3 x 50 mg
21
BAB IV
PEMBAHASAN
Telah dilaporkan suatu kasus seorang wanita usia 35 tahun yang kemudian
didiagnosa dengan G3P1A1H1 gravid aterm, bekas SC 1x, plasenta previa
marginalis, dan atipical chest pain. Selanjutnya yang akan dibahas pada kasus ini
yaitu :
1. Apakah diagnosa dan pemeriksaan pada kasus ini sudah tepat ?
G3P1A1H1 gravid aterm + bekas SC 1x+ plasenta previa marginalis+ atipical
chest pain . Pasien didiagnosa hamil karena memenuhi beberapa kriteria kehamilan,
diantaranya tanda-tanda tidak pasti kehamilan yaitu : amenorrhea, perut membesar,
pigmentasi kulit pada areola mammae, striae gravidarum pada kulit abdomen. Dan
adanya tanda pasti kehamilan yaitu : adanya gerak janin, pemeriksaan leopold I-IV
yang dapat meraba bagian besar dan kecil janin, balottement (+), tedapat denyut
jantung janin dan terdapat janin pada pemeriksaan penunjang (USG). Sedangkan
untuk usia kehamilan, tidak dapat ditentukan dengan pasti, karena pasien lupa
kapan hari pertama haid terakhirnya.
Pada pasien ini, tidak dapat dipastikan berapa umur kehamilan sebenarnya,
dikarenakan pasien lupa tanggal HPHT-nya. Pasien hanya mengingat bahwa
HPHT-nya berkisar pada bulan januari 2019. Seharusnya pada trimester pertama
dilakukan pemeriksaan USG. Pada saat ANC pertama , pasien sudah dianjurkan
oleh petugas ANC untuk segera melakukan pemeriksaan USG, namun karena jarak
yang jauh, pasien tidak menghiraukan anjuran dari petugas kesehatan tersebut.
Setelah ditanya lebih lanjut mengenai pemeriksaan ANC yang dilakukan, pasien
mengaku hanya diberitahu oleh petugas kesehatan mengenai keharusan pasien
untuk pemeriksaan USG kehamilan.
Diagnosa aterm yang dicantumkan disini diperoleh dari pemeriksaan USG
teraakhir kali yang didapatkan bahwa plasenta sudah mencapai grade III, dimana
plasenta grade III merupakan salah satu tanda telah cukupnya umur kehamilan.
22
Pemeriksaan tinggi fundus uteri 32 cm dengan taksiran berat janin 2945 gram
dengan menggunakan Formula Johnson. Janin tunggal hidup dinilai dari
pemeriksaan Leopold yang memberi kesan adanya satu janin dengan letak
membujur dimana teraba bokong di bagian fundus, punggung di sebelah kanan dan
ekstremitas di sebelah kiri, serta kepala berada di bagian bawah ini dipertegas
dengan hasil pemeriksaan Ultrasonografi (USG).
Diagnosa perdarahan antepartum (APB) ditegakkan karena pasien mengeluh
perdarahan pada umur kehamilan > 22 minggu. Perdarahan ini biasanya bersumber
dari kelainan plasenta yaitu plasenta previa atau solusio plasenta. Namun dari gejala
klinis yang dialami pasien lebih mendekati gejala plasenta previa dibandingkan
gejala solusio plasenta. Gejala klinis plasenta previa pada kasus ini antara lain,
perdarahan dengan warna darah merah segar yang tidak disertai nyeri perut,
perdarahan tanpa sebab, jumlah perdarahan sesuai dengan kondisi pasien, bagian
terbawah janin belum masuk pintu atas panggul, dan kondisi janin dalam keadaan
baik. Diagnosa ini dipertegas dengan hasil pemeriksaan USG.
23
3. Apa penyebab plasenta previa pada kasus ini ?
Berdasarkan kepustakaan penyebab terjadinya plasenta previa belum
diketahui secara pasti, namun kerusakan dari endometrium pada persalinan
sebelumnya, gangguan implantasi blastokista dan gangguan vaskularisasi desidua
dianggap sebagai mekanisme yang paling mungkin menjadi faktor penyebab
terjadinya plasenta previa pada sebagian besar kasus. Pada kasus ini kemungkinan
blastokista berimplantasi pada segmen bawah rahim belum diketahui penyebabnya
secara pasti.
Kemungkinan blastokista berimplantasi pada SBR, atau dapat pula disebakan
adanya faktor predisposisi dari pasien ini adalah yaitu kebiasaan suami pasien yang
tidak sehat yaitu merokok sehingga pasien menjadi perokok pasif. Kebiasaan
merokok maupun menghisap asap rokok secara tidak langsung juga dapat
menyebabkan plasenta previa. Hipoksemia akibat karbon mono-oksida hasil
pembakaran rokok menyebabkan plasenta menjadi hipertrofi sebagai upaya
kompensasi. Selain itu usia saat hamil yakni 35 tahun dimana ketika seseorang
berusia lebih dari 30 tahun sudah merupakan salah satu resiko terjadinya plasenta
previa. Selain itu, faktor resiko lainnya yang ada pada pasien adalah multiparitas
dan bekas SC. Multiparitas menjadi faktor resiko karena secara teori, plasenta yang
baru berusaha mencari tempat implantasi selain bekas plasenta sebelumnya.
24
BAB V
KESIMPULAN
25
DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hoffman BL, Casey BM, Spong CY.
Obstetrical Hemmorhage, dalam Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL,
Hoffman BL, Casey BM, Spong CY. Williams Obstetrics. McGraw-Hill
Education. New York; 2014.
2. Departemen kesehatan Republik Indonesia. Profil kesehatan Indonesia 2005.
Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (online).
(www.depkes.go.id, diakses pada tanggal 29 September 2019).
3. Prawirohardjo, S. Ilmu kebidanan sarwono prawirohardjo edisi 4. Jakarta: PT
Bina Pustaka. 2019
4. Gant, N. F., & Cunningham, F. G. Dasar – dasar ginekologi dan obstetri.
Jakarta: EGC. 2011
5. Sofian, A. Sinopsis obstetri edisi 3, volume 1. Jakarta: EGC. 2011
6. Manuaba, I. A., Manuaba, I. B., & Manuaba, I. B. Ilmu kebidanan, penyakit
kandungan, dan kb edisi 2. Jakarta: EGC. 2010
7. Tuzovic L.,Djelmis J & Llijic M. Obstetric risk factors associated with placenta
previa development: case control study. Croat Med J 44(6)728-33. 2003
(online). (www.ncbi.nlm.nih.gov>pubmed, diakses pada tanggal 29 September
2019).
8. Suwanti, Wibowo Edi Prasetyo & Herliana Baiq Rizka. Hubungan umur, jarak
persalinan dan riwayat aborsi dengan kejadian plasenta previa di rumah sakit
umum provinsi nusa tenggara barat tahun 2012. Media Bina Media5 volume 8,
no. 1. 2014 (Online). (http://www.lpsdimataram.com, diakses pada tanggal 29
September 2019).
9. Manuaba, C., & Manuaba, F. Pengantar kuliah obstetri. Jakarta: EGC. 2009
26