Anda di halaman 1dari 26

Case Report Session

PLASENTA PREVIA

OLEH:

Aristya Rahadiyan Budi 1840312410

Aisy Hibatullah 1840312009

PRESEPTOR:

Prof. Dr. dr. Hj. Yusrawati, Sp. OG (K)

BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

RSUP Dr. M. DJAMIL PADANG

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan pada Allah karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Case Report Session (CRS) yang
berjudul “Plasenta Previa”. CRS ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat
dalam mengikuti kepaniteraan klinik di Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas
Kedokteran Universitas Andalas.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof. Dr. dr. Hj. Yusrawati, Sp. OG

(K) selaku pembimbing yang telah memberikan arahan dan petujuk, dan semua

pihak yang telah membantu dalam penulisan CRS ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa CRS ini masih memiliki banyak


kekurangan. Untuk itu kritik dan saran sangat penulis harapkan. Akhir kata, semoga
CRS ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Padang, September 2019

Penulis

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam dunia obstetrik, plasenta previa mendeskripsikan sebuah plasenta
yang terimplantasi di daerah segmen bawah rahim, baik diatas ataupun berdekatan
dengan ostium servikal interna. Terjadinya perubahan letak plasenta dari yang
seharusnya ini dapat menyebabkan mudah terjadinya perdarahan saat persalinan.1
Plasenta previa merupakan kasus obstetri ketiga terbanya di Indonesia dan
merupakan penyebab kematian ibu yang tersering ke empat dengan jumlah kasus
sekitar 2,77%.2 Plasenta previa merupakan salah satu penyulit persalinan
dikarenakan keberadaan plasenta yang menutup jalur keluarnya janin.1
Plasenta previa terjadi akibat adanya vaskularisasi desidua yang tidak
memadai, hal ini dapat terjadi baik disebabkan oleh adanya proses radang dan atrofi
serta terdapatnya defek pada endometrium.1 Faktor resiko terjadinya hal – hal ini
antara lain riwayat merokok pada ibu hamil, ibu hamil dengan usia lebih dari 35
tahun, multiparitas, aborsi yang berulang, kurangnya nutrisi pada ibu hamil yang
disebabkan oleh status ekonomi dan sosial yang rendah, defek pada endometrium
pasca persalinan yang berulang dan jangka pendek, bekas operasi kuretase, plasenta
manual, perubahan endometrium pada kasus mioma uteri atau polip.3 Dari semua
faktor resiko tersebut, mayoritas kasus plasenta pervia terjadi pada ibu hamil
dengan paritas tinggi, berusia diatas 35 tahun, kehamilan ganda, dan riwayat defek
pada endometrium.1
Insidensi dari plasenta previa telah meningkat pada 30 tahun terakhir. Di
Amerika Serikat, telah dilaporkan insidensi rata – rata 0,3% atau 1 kasus per 300 –
400 kelahiran. Frekuensi dari plasenta previa di Parkland Hospital dari 1988 sampai
tahun 2003 untuk 250.000 kelahiran adalah 2,6 per 1000. Dari tahun 2004 sampai
2015, frekuensinya meningkat menjadi 3,8 per 1000. Frekuensi yang sama telah
dilaporkan dari Austria, Finlandia, dan Israel).1

iii
1.2 Batasan Masalah
Batasan penulisan ini membahas mengenai definisi, etiologi, diagnosis,
komplikasi sera prognosis dari plasenta previa.

1.3 Tujuan Penulisan


Penulisan makalah ini bertujuan untuk menambah pengetahuan mengenai
plasenta previa.

1.4 Metode Penulisan


Penulisan makalah ini mengguanakan metode penulisan tinjauan kepustakaan
yang merujuk pada berbagai literatur

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Plasenta previa didefinisikan sebagai sebuah kondisi plasenta yang
terimplantasi di daerah segmen bawah rahim, baik diatas ataupun berdekatan
dengan ostium servikal interna.1

2.2 Klasifikasi
Menurut Gant & Cunningham, plasenta previa dapat diklasifikasikan
menjadi beberapa jenis yaitu;4
1. Plasenta previa totalis
Ostium uterus internum tertutup seluruhnya oleh plasenta.
2. Plasenta previa parsialis
Ostium uterus internum tertutup sebagian oleh plasenta.
3. Plasenta previa marginalis
Pinggir bawah plasenta sampai pada pinggir ostium uterus internum.
4. Plasenta previa letak rendah
Terjadi jika plasenta tertanam di segmen bawah uterus, sehingga tepi plasenta
tidak benar-benar mencapai ostium internal tetapi terletak berdekatan
dengannya.

Menurut de Snoo, berdasarkan pada pembukaan 4-5 cm:5


1. Plasenta previa totalis, bila pada pembukaan 4-5 cm teraba plasenta menutupi
seluruh ostium.
2. Plasenta previa lateralis, bila pada pembukaan 4-5 cm sebagian pembukaan
ditutupi oleh plasenta, dibagi 2:
- Plasenta previa lateralis posterior: bila sebagian menutupi ostium bagian
belakang
- Plasenta previa lateralis anterior: bila menutupi ostium bagian depan
- Plasenta previa marginalis: bila sebagian kecil atau hanya pinggir ostium
yang ditutupi plasenta.

5
Gambar 2.1 Klasifikasi plasenta previa

2.3 Faktor Resiko

2.3.1 Usia
Usia ibu hamil meningkatka frekuensi dari plasenta previa. Pada First- and
Second-Trimester Evaluation of Risk trial (FASTER) yang dilakukan di amerika
dan melibatkan lebih dari 36.000 wanita hamil, frekuensi dari pasenta previa pada
wanita hamil berumur dibawah 35 tahun adalah 0,5%, dibandingkan dengan
frekuensi pada wanita hamil berusia diatas 35 tahun yaitu 1,1%. Peningkatan
frekuensi dari plasenta previa pada wanita yang berusia diatas 35 tahun dapat
disebabkan oleh sklerosis pembuluh darah arteri kecil dan arteriole miometrium
menyebabkan alirah darah ke endometrium yan gtidak rata sehingga plasenta
tumbuh lebih lebar dengan luas permukaan yang lebih besar sebagai bentuk
kompensasi untuk mendapatkan aliran darah yang lebih kuat.1
Namun, di Indonesia, plasenta previa juga sering dijumpai pada wanita
berusia muda dan paritas kecil. Hal ini dapat disebabkan oleh banyaknya wanita di

6
Indonesia yang menikah pada usia muda, dimana endometrium masih dalam proses
pematangan.6

2.3.2 Multiparitas
Multiparitas juga meningkatkan resiko plasenta previa sejalan dengan usia
wanita yang hamil. Babinszki et al melaporkan angka insidensi plasenta previa pada
wanita dengan paritas 5 atau lebih adalah 2,2% lebih banyak dibandingkan dengan
wanita dengan paritas dibawah 5. Pada multiparitas terjadi presdisposisi perbaikan
jaringan abnormal pada endometrium, sehingga implantasi dari plasenta cenderung
berada di segmen bawah rahim bukan di bagian fundus.1

2.3.3 Riwayat Merokok


Riwayat merokok pada wanita hamil dapat meningkatkan resiko plasenta
previa sebanyak dua kali lipat. Hal ini merupakan dampak dari hipoksemia karbon
monoksida yang menyebabkan kompensasi dari plasenta berupa hipertrofi dan
pelebaran luas permukaan plasenta. Merokok juga dapat berhubungan dengan
vaskulopati desidua.1

2.3.4 Seksio Caesarea


Cacat bekas bedah caesar berperan meningkatkan insiden plasenta previa 2
sampai 3 kali lipat. Hal ini terjadi karena jaringan parut bekas seksio caesaria
menyebabkan vaskularisasi menuju fundus uterus menurun. Menyebabkan plasenta
berdisposisi untuk mencari daerah dengan vaskularisasi yang lebih tinggi untuk
implantasi. Apabila terjadinya implantasi di daerah dekat ostium uterus interna,
maka terjadi plasenta previa.7

2.3.5 Riwayat Abortus


Penelitian yang dilakukan oleh Suwanti pada tahun 2014 mendapatkan hasil
kejadian plasenta previa pada ibu dengan riwayat abortus sebanyak 67,9% dan pada
ibu tanpa riwayat abortus sebanyak 41%. Ibu dengan riwayat aborsi dianggap
mengalami luka atau kecacatan pada endometrium, apalagi pada ibu aborsi yang

7
dilakukan tindakan kuretase. Pada wanita yang pernah mengalami kuretase, diduga
disrupsi endometrium atau luka endometrium merupakan predisposisi terjadinya
kelainan implantasi plasenta.8

2.3.6 Tumor Uterus


Tumor uterus, seperti mioma uterus, polip endometrium, dapat
menyebabkan penyempitan permukaan endometrium sebagai tempat implentasi
plasenta.5

2.4 Patofisiologi Plasenta Previa


Implantasi dari plasenta di segmen bawah rahim akan menutupi kanalis
servikalis dan akan menggangu proses persalinan dengan terjadinya proses
perdarahan.9 Pasca minggu 16 kehamilan akan terjadi regangan dinding uterus, hal
ini disebabkan karena isi dari uterus akan berkembang lebih cepat dibandingkan
uterus sendiri, menyebabkan istmus uterus tertarik dan menjadi bagian dinding
korpus uterus yang disebut segmen bawah rahim. Peregangan juga menyebabkan
pergeseran antara plasenta dan dinding uterus.1 Pada masa usia kehamilan yang
lanjut, umumnya pada trimester ketiga, dasar plasenta akan mengalami pelepasan
pada desidua sebaga dasar plasenta, hal ini akan menyebabkan laserasi pada
plasenta yang tumbuh di segmen bawah rahim. Demikian juga pada waktu serviks
mendatar (effacement) dan membuka (dillatation) akan terjadi juga bagian dasar
plasenta yang terlepas. Terlepasnya plasenta akan menyebabkan perdarahan dari
sirkulasi ibu yang berasal dari ruang intervilus dari plasenta. Perdarahan terjadi
dipengaruhi oleh segmen bawah rahim dan serviks yang tidak mampu berkontraksi
dengan kuat karena minimnya kekuatan otot serviks, menyebabkan pembuluh darah
tidak berkonstriksi sempurna sehingga dapat memperbanyak perdarahan.
Perdarahan akan berhenti dikarenakan proses pembekuan darah. Namun apabila
terjadi robekan yang luas maka proses pembekuan dari darah tersebut akan terjadi
lebih lama dan menghasilkan perdarahan yang lebih banyak.4
Perdarahan dari plasenta previa dapat bersifat berulang, hal ini disebabkan
karena pergeseran antara plasenta dengan dinding uterus yang berulang. Frekuensi

8
perdarahan dapat meningkat seiring menjelangnya persalinan dikarenakan
frekuensi regangan yang meningkat seiring mendekatnya waktu persalinan.
Perdarahan pada plasenta previa biasanya terjadi pada usia kehamilan diatas 34
minggu, namun dapat juga terjadi pada usia kehamilan dibawah 30 minggu
tergantung dari jenis plasenta previa.5
Pada kasus plasenta yang menutupi seluruh ostium (plasenta previa totalis),
perdarahan dapat terjadi lebih awal dalam kehamilan dikarenakan segmen bawah
rahim terbentuk lebih dahulu pada bagian terbawah yaitu ostium uterus interna.
Sebaliknya pada plasenta previa parsialis ataupun plasenta previa letak rendah
perdarahan dapat saja terjadi pada waktu yang mendekati persalinan.3

2.5 Manifestasi Klinis


Perdarahan tanpa nyeri merupakan karakteritis khas dari plasenta previa.
Perdarahan biasanya dimulai tanpa adanya tanda dan tidak terasa nyeri (sentinel
bleeding). Perdarahan ini jarang bersifat fatal, namun dapat bersifat rekuren.1

2.6 Diagnosis
Dalam menegakkan diagnosis plasenta previa terdapat beberapa hal yang
harus dilakukan dan diperhatikan ialah sebagai berikut:6
1. Anamnesis perdarahan
a. Perdarahan yang terjadi tanpa rasa sakit
b. Dapat sedikit demi sedikit atau dalam jumlah banyak
c. Dapat berulang, sebelum persalinan berlangsung
2. Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan umum
Hasil pemeriksaan umum tergantung penggolongan kehilangan darah, yaitu
kelas 1 sampai dengan kelas 4. Pada inspeksi jika perdarahan banyak maka ibu
dapat terlihat pucat/anemis, pada janin yang belum cukup bulan jadi uterus masih
rendah.5
b. Pemeriksaan obstetri
Palpasi abdomen

9
- Bagian terendah janin belum masuk pintu atas panggul, mengambang karena
sekitar ostium uterus tertutup oleh jaringan plasenta
- Terdapat kelainan letak janin intrauterus
- Dinding abdomen tidak tegang atau kaku sehingga mudah melakukan
pemeriksaan janin intrauterus dengan palpasi.
c. Pemeriksaan auskultasi
- Pemeriksaan auskultasi dapat dillakukan dengan funduskopi Laenek, untuk
mendengarkan detak jantung janin.
- Pemeriksaan menggunakan Doppler sehinggan detak jantung janin dapat
didengar oleh ibu.
- Merekam detak jantung janin dengan menggunakan CTG (kardiotikografi)
Hasil pemantauan detak jantung janin, tergantung dari jumlah dan cepatnya
kehilangan darah ibu sehingga dapat memengaruhi sirkulasi retroplasenter
yang selanjutnya akan langsung memengaruhi nutrisi dan pertukaran O2/CO2
intraplasenta.

d. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang sangat penting untuk dapat:
- Memastikan plasenta previa
- Menetapkan kondisi umum dan khusus janin dan ibu dengan pemeriksaan
laboratorium sehingga sikap pasti dapat ditentukan
Pemeriksaan penunjang tersebut adalah:
- Pemeriksaan ultrasonografi
Pemeriksaan ultrasonografi sangat banyak digunakan serta untuk membantu
menegakkan diagnosis dan letak plasenta previa sehingga rencana pertolongan
persalinan dapat ditetapkan. Bahkan diagnosis plasenta previa sudah dapat
ditegakkan pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu sehingga ibu hamil dapat
diberikan nasihat untuk memerhatikan kemungkinkan perdarahan anterpartum. Jika
tersedia ultrasonografi transvaginal juga dapat digunakan untuk memastikan letak
plasenta dan hasilnya lebih akurat dibandingkan ultrasonografi transabdominal
yang dapat diperiksa pada minggu ke 20.9

10
e. Pemeriksaan laboratorium
Pada kasus perdarahan antepartum sangat penting dilakukan pemeriksaan
laboratorium.
- Darah lengkap : untuk mendapatkan gambaran keadaan darah dan
persiapan untuk memberikan transfus.
- Albumin : untuk menentukan jumlah absolut albumin, yang
mencerminkan tekanan osmotik darah, jika terlalu rendah dapat terjadi
ekstravasasi cairan darah dan menimbulkan edema.
- Trombosit, waktu pembekuan dan waktu perdarahan : untuk menetapkan
apakah terjadi gangguan pembekuan darah, sekalipun hanya mungkin
terjadi pada perdarahan antepartum yang banyak, gangguan faktor
pembekuan darah sksn dapat disubtitusi sehingga akan mengurangi
perdarahan akibat gangguan faktor pembekuan darah.
- Urin lengkap: monitor jumlah urin setiap jam karena perdarahan yang
banyak akan menimbulkan oliguria bahkan anuria, deteksi gangguan
ginjal.
- Pemeriksaan laboratorium lainnya : bergantung pada keadaan ibu dan
janin.
Setelah melakukan pemeriksaan dapat ditetapkan diagnosis sebagai berikut:9
Tabel 2.1 Tabel Diagnosis
Diagnosis a. Bukan plasenta previa
b. Plasenta previa
Berdasarkan letak a. Plasenta previa totalis
b. Plasenta previa parsial
c. Plasenta previa marginalis
d. Plasenta letak rendah
Berdasarkan usia kehamilan a. Kehamilan aterm
b. Kehamilan prematur
Berdasarkan keadaan janin a. Janin masih hidup

11
b. Janin sudah meninggal
Berdasarkan jumlah perdarahan a. Perdarahan kelas I
b. Perdarahan kelas II
c. Perdarahan kelas III
d. Perdarahan kelas IV

2.7 Tatalaksana
Perempuan dengan plasenta previa dapat dikelompokkan dalam kelompok-
kelompok berikut:
(1) mereka yang memiliki janin matur tetapi persalinan belum mendesak
(2) mereka yang janinnya dalam 3 minggu menjelang matur
(3) mereka yang sedang dalam proses persalinan
(4) mereka yang perdarahannya hebat sehingga janin harus dilahirkan
walaupun masih imatur.
Manajemen pada kehamilan dengan penyulit plasenta previa dan janin yang
prematur, tetapi tanpa perdarahan aktif terdiri dari penundaan persalinan dalam
lingkungan yang memberikan keamanan paling baik bagi ibu dan janinnya. Rawat
inap yang memungkinkan dilakukannya observasi ketat, kegiatan yang tidak
banyak aktivitas fisik (sedentary), menghindari manipulasi intravagina, dan
persiapan terapi yang sesuai jika segera diperlukan, yaitu larutan elektrolit
intravena, darah, seksio sesarea, dan perawatan neonatus intensif sejak persalinan
merupakan hal yang diperlukan. Namun, dengan alasan ke praktisan dan ekonomi,
perawatan ideal di rumah sakit tidak selalu dapat diberikan kepada para pasien. Jika
demikian, ibu dan keluarganya harus benar-benar memahami masalah plasenta
previa dan dapat pergi kerumah sakit secepat mungkin.1
Adapun faktor-faktor yang menentukan sikap atau tindakan persalinan mana yang
akan dipilh adalah:5
- Jenis plasenta previa
- Perdarahan banyak, atau sedikit tapi berulang
- Keadaan umum ibu
- Keadaan janin: hidup, gawat, atau meninggal

12
- Pembukaan jalan lahir
- Paritas
- Fasilitas penolong dan rumah sakit.
2.7.1 Penatalaksanaan Pasif
Tiap perdarahan trimester ketiga yang lebih dari bloody show, harus dikirim
kerumah sakit tanpa dilakukan manipulasi apapun, baik rektal apalagi vaginal.
Apabila pada penilaian baik, perdarahan sekidit, janin masih hidup, belum inpartu,
kehamilan belum cukup 37 minggu, atau berat badan dibawah 2500gr, maka
kehamilan dapat dipertahankan, istrahat dan pemberian obat-obatan spasmolitika
progestin, atau progesterone lalu diobservasi dengan teliti. Sambil di observasi
diperiksa golongan darah, dan disiapkan donor transfusi darah. Bila memungkinkan
kehamilan dapat dipertahankan setua mungkin agar janin terhindar dari
prematuritas. Harus diingat jika dijumpai ibu hamil tersangka plasenta previa, rujuk
segera ke rumah sakit dimana terdapat fasilitas operasi dan transfusi darah.5

2.7.2 Terminasi kehamilan


Dilakukannya terminasi kehamilan jika terjadi hal-hal berikut:5
1. Usia kehamilan cukup bulan
2. Janin mati atau menderita anomali atau keadaan yang mengurangi
kelangsungan hidupnya, misalnya anensefali.
3. Perdarahan aktif dan banyak, segera dilakukan terapi aktif tanpa memandang
usia kehamilan.
Terminasi kehamilan pada plasenta previa dapat dilakukan secara
pervaginam maupun dengan cara seksio caesarea. Terminasi kehamilan dengan
persalinan pervaginam dilakukan dengan amniotomi atau pemecahan selaput
ketuban adalah cara yang terpilih untuk melancarkan persalinan per vaginam.
Indikasi persalinan pervaginam pada plasenta previa adalah:
- Plasenta previa marginalis atau letak rendah, bila telah ada pembukaan
- Pada primiparitas dengan plasenta previa marginalis dengan pembukaan 4cm
atau lebih
- Plasenta previa marginalis dengan janin yang sudah meninggal.

13
Indikasi seksio sesarea pada plasenta previa adalah:
- Semua plasenta previa totalis, janin hidup atau meninggal
- Semua plasenta previa lateralis karena perdarahan yang sulit dikontrol dengan
cara-cara yang ada
- Semua plasenta previa dengan perdarahan yang banyak dan tidak berhenti
dengan tindakan yang ada
- Plasenta previa dengan panggul sempit, letak lintang. Perdarahan pada bekas
perlekatan kadang-kadang berlebihan dan tidak dapat diatasi dengan cara-cara
yang ada, jika hal ini dijumpai tindakannya adalah:
 Bila belum memiliki anak untuk menyelamatkan alat reproduksi dilakukan
ligasi arteria hipogastrika;
 Bila sudah memiliki anak dan cukup yang paling baik adalah histerektomi.

2.8 Komplikasi
Plasenta previa dapat perpengaruh terhadap proses kehamilan dan proses
persalinan seperti berikut:5
1. Pada kehamilan
Bagian terbawah janin tidak terfiksir ke dalam pintu atas panggul karena
dihalangi oleh plasenta maka, sehingga terjadilah kesalahan-kesalahan letak janin:
letak kepala mengapung, letak sungsang, letak lintang. Sering terjadi partus
prematur karena adanya rangsangan koalugulasi darah pada serviks. Selain itu jika
banyak plasenta yang lepas, kadar progesterone turun, juga lepasnya plasenta
sendiri dapat juga karena pemeriksaan dalam dapat merangsang his.
2. Pada partus
a. Letak janin yang tidak normal, menyebabkan partus akan menjadi patologik.
b. Bila pada plasenta previa lateralis, ketuban pecah atau dipecahkan dapat terjadi
prolaps funikuli.
c. Sering dijumpai inersia primer
d. Perdarahan
3. Komplikasi lain
a. Prolaps tali pusat

14
b. Prolaps plasenta
c. Plasenta melekat, sehingga harus dikeluarkan manual dan kalau perlu
dibersihkan dengan kuret
d. Robekan-robekan jalan lahir karena tindakan
e. Infeksi karena perdarahan yang banyak
f. Bayi prematur atau lahir mati.

2.9 Prognosis
Prognosis plasenta previa tergantung dari beberapa faktor sebagai berikut:1
1. Tingkat kelas perdarahan yang terjadi
2. Usia kehamilan apakah prematur atau aterm
3. Keadaan umum ibu dan janin sebelum perdarahan
4. Kemampuan rumah sakit dalam memberikan pelayanan
5. Jumlah kehamilan sebelumnya.
Dengan penatalaksanaan yang tepat, prognosis ibu pada plasenta previa
adalah memuaskan. Dengan ultrasonografi dan terapi konservatif, kematian ibu di
Amerika Serikat turun dari >1% menjadi <0.2%. dan angka kematian perinatal
sebelum terapi konservatif kira-kira 15% sekarang sudah menurun dan
kemungkinan dapat dikurangi hingga <10% dengan penatalaksanaan terbaru.1

15
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1 Identitas Pasien
Nama : Ny. FY
Usia : 35 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Suku : Minang
Alamat : Sido Makmur Teramang Jaya Mukomuko Bengkulu
Tgl. Masuk RS : 27 September 2019

3.2 Anamnesis

Keluhan Utama : Keluar darah dari jalan lahir sejak 1 hari sebelum masuk
rumah sakit.

Riwayat Penyakit Sekarang :


- Pasien datang ke IGD PONEK RSUP Dr. M. Djamil Padang dengan
keluhan keluar dari jalan lahir sejak 1 hari sebelum masuk rumah
sakit. Darah yang keluar berwarna merah segar, tidak bergumpal dan
tidak berlendir. Darah merembes terus sampai menghabiskan ± 2
pembalut . Sebelumnya pasien pernah mengalami hal yang serupa
namun perdarahan yang terjadi hanya sedikit dan pasien masih
merasakan gerakan janin.
- Nyeri pinggang menjalar ke ari-ari (+) sejak 1 jam sebelum masuk
rumah sakit dan hilang timbul
- Riwayat trauma yang mendahuli sebelum terjadinya perdarahan
disangkal.
- Nyeri dada sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit, nyeri dirasakan
hilang timbul.

16
Riwayat kehamilan dan persalinan/nifas/KB/ginekologi
Kehamilan pertama : SC, perempuan, 2700 gram, ditolong dokter
spesialis, usia 8 tahun
Kehamilan kedua : abortus
Kehamilan ketiga : saat ini
Riwayat kontrasepsi : tidak ada

Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat penyakit jantung, darah tinggi, kencing manis disangkal. Riwayat
asma, dan alergi makanan maupun obat-obatan disangkal.

Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat penyakit jantung, darah tinggi, kencing manis di keluarga disangkal.
Riwayat alergi makanan dan obat-obatan di keluarga disangkal, riwayat asma di
keluarga disangkal.

Riwayat pekerjaan, sosial ekonomi, kejiwaan & Kebiasaan


- Pasien tidak merokok. Kebiasaan minum alkohol dan penggunaan obat-obatan
tertentu disangkal.
- Suami pasien merokok, terkadang di dalam rumah dan didekat pasien
- Pasien menikah 1 kali tahun 2008
- Riwayat tumbuh kembang baik
- Riwayat imunisasi TT (-)

3.3 PEMERIKSAAN FISIK


A. PEMERIKSAAN UMUM
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital :
- Tekanan darah: 130/80 mmHg
- Frekuensi nadi: 82x/menit

17
- Pernapasan : 20 x/menit
- Suhu : 36,50C
Status Generalis
Kepala
Bentuk kepala : Normosefali, tidak ada deformitas
Rambut : Warna hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut
Wajah : Simetris, deformitas (-)
Mata : Kelopak oedem (-), konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik
(-/-), pupil isokor, refleks cahaya langsung +/+, refleks
cahaya tak langsung +/+
Telinga : Normotia, deformitas (-), nyeri tekan tragus (-), nyeri tekan
mastoid (-), sekret (-)
Hidung : Pernapasan cuping hidung (-), sekret (-), septum deviasi (-
), mukosa hiperemis (-)
Bibir : Simetris (-), sianotik (-), mukosa lembab
Mulut : Tonsil tenang T1-T1, faring tidak hiperemis, uvula
ditengah, oral higiene baik
Leher
Bentuk : Simetris, normal
KGB : Tidak teraba membesar
Trakhea : Lurus di tengah
Kelenjar tiroid : Tidak teraba membesar

Thoraks
Dinding dada : Simetris dalam keadaan statis dan dinamis
 Paru – paru
Inspeksi : Gerakan kedua hemithoraks simetris saat inspirasi dan
ekspirasi.
Palpasi : Gerakan dada simetris, tidak ada hemitoraks tertinggal,
vokal fremitus kedua hemithoraks sama, krepitasi (-), nyeri
tekan (-)

18
Perkusi : tidak dilakukan
Auskultasi : Suara napas vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-
 Jantung
Inspeksi : Tidak tampak pulsasi ictus cordis, tidak ada tanda radang
Palpasi : Ictus cordis teraba di sela iga V, 2 cm sebelah medial garis
midklavikularis kiri
Perkusi : tidak dilakukan
Auskultasi : Bunyi jantung I-II regular, murmur (-), gallop (-)
Ekstermitas : akral hangat pada ujung- ujung jari tangan dan kaki, oedem
tungkai -/-

B. PEMERIKSAAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


Pemeriksaan luar
Abdomen :
Inspeksi :
Tampak buncit sesuai usia kehamilan aterm, tidak tampak tanda radang dan
tampak sikatrik, linea nigra (+), striae alba (-)
Palpasi :
LI : TFU 32 cm, TBJ 2945 gram, teraba 1(satu) bagian besar janin, tidak keras
tidak melenting, yang merupakan bokong janin
LII : Kanan : teraba bagian- bagian kecil janin; kiri : teraba 1(satu) bagian
keras seperti papan yang merupkan punggung janin
LIII : Teraba 1(satu) bagian besar, bulat, keras, melenting, yang merupakan
kepala janin
LIV : Konvergen

Denyut jantung janin ( 130 - 140 bpm)


Genital :
Inspeksi : V/U tenang, PPV

19
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan lab (27 September 2019)


Hb : 11.0 gr/dl
Leukosit : 8330/mm3
Trombosit : 238.000 /UL
Hematokrit : 34 %
GDS : 79 mg/dl
PT/APTT : 9,9 / 27,4 detik
Kesan: Anemia ringan

Pemeriksaan USG (27September 2019)

Kesan :Plasenta di korpus anterior meluas kebawah. Gravid 38 – 39 minggu.


DIAGNOSIS
G3P1A1H1 gravid aterm + bekas SC 1x+ plasenta previa marginalis+ atipical chest
pain

PENATALAKSANAAN
- Observasi KU, VS, His, Djj
- IVFD RL 500 cc 28 tpm
- Rencana SC

20
FOLLOW UP
28-09-2019
S: nyeri luka operasi (+), demam(-), BAK (+), BAB (-)
O: KU / Kes : sedang / CM
TD : 120/80 mmHg N: 84 x/m RR: 20 x/m S : 36,7oC
Abdomen: FUT 2 jari dibawah pusat, kontraksi (+)
Genital : V/U tenang, PPV (-)
A: P2A1H2 post SCTPP ai bekas SC + Plasenta previa marginalis + atipical chest
pain
P:- Observasi keadaan umum, tanda vital, kontraksi dan PPV
- IVFD RL 500 cc 28 tpm
- Ceftiaxone 2x1 gr
- Paracetamol 3 x 500 mg
- SF 2 x 180 mg
- Vit C 3 x 50 mg

21
BAB IV

PEMBAHASAN

Telah dilaporkan suatu kasus seorang wanita usia 35 tahun yang kemudian
didiagnosa dengan G3P1A1H1 gravid aterm, bekas SC 1x, plasenta previa
marginalis, dan atipical chest pain. Selanjutnya yang akan dibahas pada kasus ini
yaitu :
1. Apakah diagnosa dan pemeriksaan pada kasus ini sudah tepat ?
G3P1A1H1 gravid aterm + bekas SC 1x+ plasenta previa marginalis+ atipical
chest pain . Pasien didiagnosa hamil karena memenuhi beberapa kriteria kehamilan,
diantaranya tanda-tanda tidak pasti kehamilan yaitu : amenorrhea, perut membesar,
pigmentasi kulit pada areola mammae, striae gravidarum pada kulit abdomen. Dan
adanya tanda pasti kehamilan yaitu : adanya gerak janin, pemeriksaan leopold I-IV
yang dapat meraba bagian besar dan kecil janin, balottement (+), tedapat denyut
jantung janin dan terdapat janin pada pemeriksaan penunjang (USG). Sedangkan
untuk usia kehamilan, tidak dapat ditentukan dengan pasti, karena pasien lupa
kapan hari pertama haid terakhirnya.
Pada pasien ini, tidak dapat dipastikan berapa umur kehamilan sebenarnya,
dikarenakan pasien lupa tanggal HPHT-nya. Pasien hanya mengingat bahwa
HPHT-nya berkisar pada bulan januari 2019. Seharusnya pada trimester pertama
dilakukan pemeriksaan USG. Pada saat ANC pertama , pasien sudah dianjurkan
oleh petugas ANC untuk segera melakukan pemeriksaan USG, namun karena jarak
yang jauh, pasien tidak menghiraukan anjuran dari petugas kesehatan tersebut.
Setelah ditanya lebih lanjut mengenai pemeriksaan ANC yang dilakukan, pasien
mengaku hanya diberitahu oleh petugas kesehatan mengenai keharusan pasien
untuk pemeriksaan USG kehamilan.
Diagnosa aterm yang dicantumkan disini diperoleh dari pemeriksaan USG
teraakhir kali yang didapatkan bahwa plasenta sudah mencapai grade III, dimana
plasenta grade III merupakan salah satu tanda telah cukupnya umur kehamilan.

22
Pemeriksaan tinggi fundus uteri 32 cm dengan taksiran berat janin 2945 gram
dengan menggunakan Formula Johnson. Janin tunggal hidup dinilai dari
pemeriksaan Leopold yang memberi kesan adanya satu janin dengan letak
membujur dimana teraba bokong di bagian fundus, punggung di sebelah kanan dan
ekstremitas di sebelah kiri, serta kepala berada di bagian bawah ini dipertegas
dengan hasil pemeriksaan Ultrasonografi (USG).
Diagnosa perdarahan antepartum (APB) ditegakkan karena pasien mengeluh
perdarahan pada umur kehamilan > 22 minggu. Perdarahan ini biasanya bersumber
dari kelainan plasenta yaitu plasenta previa atau solusio plasenta. Namun dari gejala
klinis yang dialami pasien lebih mendekati gejala plasenta previa dibandingkan
gejala solusio plasenta. Gejala klinis plasenta previa pada kasus ini antara lain,
perdarahan dengan warna darah merah segar yang tidak disertai nyeri perut,
perdarahan tanpa sebab, jumlah perdarahan sesuai dengan kondisi pasien, bagian
terbawah janin belum masuk pintu atas panggul, dan kondisi janin dalam keadaan
baik. Diagnosa ini dipertegas dengan hasil pemeriksaan USG.

2. Apakah penatalaksanaan kasus ini sudah tepat ?


Pada pasien ini dilakukan penanganan aktif dengan terminasi persalinan
secara Seksio Sesarea. Karena usia kehamilan yang sudah aterm dan taksiran berat
janin sudah > 2500 gram. Jadi penatalaksanaan pada kasus ini sudah tepat.
Setelah dilakukan operasi Seksio Sesarea, keadaan umum dan tanda vital
pasien terus di pantau. Setelah 2 hari perawatan Post SC, keadaan umum pasien dan
tanda vital pasien baik, tidak didapatkan adanya perdarahan, infeksi dan komplikasi
lainnya. Keadaan bayi juga baik dan telah di rawat gabung dengan ibuya. Sebelum
pulang pasien di edukasi untuk selalu memberikan ASI eksklusif pada bayinya,
makan makanan yang bergizi, dan istirahat yang cukup.
Pada pasien ini yang menjadi masalah adalah ketidaktahuan pasien mengenai
tanda bahaya yang timbul pada diri pasien yaitu pada saat keluar darah, walaupun
awalnya darah sudah berhenti, seharusnya pasien segera memeriksakan diri ke
petugas kesehatan terdekat, tetapi pasien tidak memeriksakan diri dengan alasan
perdarahan yang sudah tidak ada lagi.

23
3. Apa penyebab plasenta previa pada kasus ini ?
Berdasarkan kepustakaan penyebab terjadinya plasenta previa belum
diketahui secara pasti, namun kerusakan dari endometrium pada persalinan
sebelumnya, gangguan implantasi blastokista dan gangguan vaskularisasi desidua
dianggap sebagai mekanisme yang paling mungkin menjadi faktor penyebab
terjadinya plasenta previa pada sebagian besar kasus. Pada kasus ini kemungkinan
blastokista berimplantasi pada segmen bawah rahim belum diketahui penyebabnya
secara pasti.
Kemungkinan blastokista berimplantasi pada SBR, atau dapat pula disebakan
adanya faktor predisposisi dari pasien ini adalah yaitu kebiasaan suami pasien yang
tidak sehat yaitu merokok sehingga pasien menjadi perokok pasif. Kebiasaan
merokok maupun menghisap asap rokok secara tidak langsung juga dapat
menyebabkan plasenta previa. Hipoksemia akibat karbon mono-oksida hasil
pembakaran rokok menyebabkan plasenta menjadi hipertrofi sebagai upaya
kompensasi. Selain itu usia saat hamil yakni 35 tahun dimana ketika seseorang
berusia lebih dari 30 tahun sudah merupakan salah satu resiko terjadinya plasenta
previa. Selain itu, faktor resiko lainnya yang ada pada pasien adalah multiparitas
dan bekas SC. Multiparitas menjadi faktor resiko karena secara teori, plasenta yang
baru berusaha mencari tempat implantasi selain bekas plasenta sebelumnya.

24
BAB V
KESIMPULAN

Kesimpulan kasus ini terdiri dari:


1. Diagnosis pada pasien ini sudah tepat sesuai dengan anamnesis, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang yaitu G3P1A1H1 gravid aterm + bekas SC
1x+ plasenta previa marginalis+ atipical chest pain
2. Perlu dilakukan peningkatan kualitas pada saat ANC agar setiap ibu hamil
mengetahui umur kehamilan dan taksiran persalinannya sehingga dapat
direncanakan metode persalinan yang aman bagi pasien dan bayinya.
3. Penatalaksanaan yang dilakukan pada pasien ini sudah tepat yaitu terapi aktif
plasenta previa.
4. Faktor predisposisi dari pasien ini adalah kebiasaan suami pasien yang tidak
sehat yaitu merokok, usia, bekas SCserta multiparitas.

25
DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hoffman BL, Casey BM, Spong CY.
Obstetrical Hemmorhage, dalam Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL,
Hoffman BL, Casey BM, Spong CY. Williams Obstetrics. McGraw-Hill
Education. New York; 2014.
2. Departemen kesehatan Republik Indonesia. Profil kesehatan Indonesia 2005.
Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (online).
(www.depkes.go.id, diakses pada tanggal 29 September 2019).
3. Prawirohardjo, S. Ilmu kebidanan sarwono prawirohardjo edisi 4. Jakarta: PT
Bina Pustaka. 2019
4. Gant, N. F., & Cunningham, F. G. Dasar – dasar ginekologi dan obstetri.
Jakarta: EGC. 2011
5. Sofian, A. Sinopsis obstetri edisi 3, volume 1. Jakarta: EGC. 2011
6. Manuaba, I. A., Manuaba, I. B., & Manuaba, I. B. Ilmu kebidanan, penyakit
kandungan, dan kb edisi 2. Jakarta: EGC. 2010
7. Tuzovic L.,Djelmis J & Llijic M. Obstetric risk factors associated with placenta
previa development: case control study. Croat Med J 44(6)728-33. 2003
(online). (www.ncbi.nlm.nih.gov>pubmed, diakses pada tanggal 29 September
2019).
8. Suwanti, Wibowo Edi Prasetyo & Herliana Baiq Rizka. Hubungan umur, jarak
persalinan dan riwayat aborsi dengan kejadian plasenta previa di rumah sakit
umum provinsi nusa tenggara barat tahun 2012. Media Bina Media5 volume 8,
no. 1. 2014 (Online). (http://www.lpsdimataram.com, diakses pada tanggal 29
September 2019).
9. Manuaba, C., & Manuaba, F. Pengantar kuliah obstetri. Jakarta: EGC. 2009

26

Anda mungkin juga menyukai