Oleh :
Aristya Rahadiyan Budi 1840312410
Preseptor :
dr. Juni Mitra, Sp. B (K) BD
2.1 Definisi
Kanker kolorektal adalah keganasan yang berasal dari jaringan usus besar, terdiri dari kolon
(bagian terpanjang dari usus besar) dan atau rektum (bagian kecil dari usus besar sebelum
anus).1
Menurut American Cancer Society, kanker kolorektal (KKR) adalah kanker ketiga
terbanyak dan merupakan kanker penyebab kematian kedua terbanyak pada pria dan wanita di
Amerika Serikat2. Pada tahun 2014 diprediksi ada 96.830 kasus baru kanker kolon dan 40.000
kasus baru kanker rektum.3
2.2 Epidemiologi
Kanker kolorektal merupakan keganasan terbanyak ketiga terbanyak di dunia. Data dari
globocan pada tahun 2012 menunjukan insiden kanker kolorektal di Indonesia adalah 12,8 per
100.000 penduduk di usia dewasa dengan mortalitas 9,5%. Di Indonesia kanker kolorektal
merupakan urutan nomer 3, kenaikan tajam pada penyakit ini dapat dikaitkan dengan
perubahan diet penduduk Indonesia yang dapat dicurigai merupakan dampak dari peningkatan
kesejahteraan mayarakat secara menyeluruh yang mendorong perubahan diet ke arah barat atau
dapat disebut sebagai fenomena westernisasi.4
Lipatan transversal rektum bagian tengah terletak +11cm dari garis anokutan dan
merupakan tanda patokan adanya peritoneum. Bagian rektum di bawah katub media disebut
ampula rekti, di mana bila bagian ampula ini direseksi maka frekuensi defekasi secara tajam
akan meningkat. Hal ini merupakan faktor penting yang harus dipertimbangkan dalam memilih
tindakan pembedahan. Bagian anterior rektum tidak ditutup peritoneum tetapi dibungkus oleh
lapisan tipis fasia pelvis yang disebut fasia propria. Pada setiap sisi rektum di bawah
peritoneum. terdapat pengumpulan fasia yang dikenal sebagai ligamen lateral, yang
menghubungkan rektum dengan fasia pelvis parietal. 6 - 8
Letak ujung bawah tumor pada kanker rekti biasanya dihitung dari berapa cm jarak
tumor tersebut dari garis anokutan. Pada hasil-hasil yang dilaporkan harus disebutkan apakah
pembagian tersebut dibuat dengan endoskopi yang kaku atau fleksibel dan apakah patokannya
dari garis anokutan, linea dentata, atau cincin anorektal. 6 - 8
Perjalanan saluran limfatik utama pada kanker rekti adalah mengikuti pembuluh darah
rektum bagian atas menuju kelenjar getah bening mesenterika inferior. Aliran limfatik rektum
bagian tengah dan bawah juga mengikuti pembuluh darah rektum bagian tengah dan berakhir
di kelenjar getah bening iliaka interna. Kanker rekti bagian bawah yang menjalar ke anus
kadang- kadang dapat bermetastase ke kelenjar inguinal superfisial karena adanya hubungan
dengan saluran limfatik eferen yang menuju ke anus bagian bawah. 6 - 8
a. Keluhan utama dan pemeriksaan klinis, yaitu: Perdarahan per-anal disertai peningkatan
frekuensi defekasi dan/atau diare selama minimal 6 minggu (semua umur), perdarahan per-
anal tanpa gejala anal (di atas 60 tahun), peningkatan frekuensi defekasi atau diare selama
minimal 6 minggu (di atas 60 tahun), massa teraba pada fossa iliaka dekstra (semua umur),
massa intra-luminal di dalam rektum, tanda-tanda obstruksi mekanik usus, dan setiap pasien
dengan anemia defisiensi Fe (Hb <11g% untuk laki-laki atau <10g% untuk perempuan pasca
menopause).
Pemeriksaan colok dubur dilakukan pada setiap pasien dengan gejala ano-rektal.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menetapkan keutuhan sfingter ani dan menetapkan ukuran
dan derajat fiksasi tumor pada rektum 1/3 tengah dan distal. Ada 2 gambaran khas
pemeriksaan colok dubur, yaitu indurasi dan penonjolan tepi, yang dapat berupa suatu
pertumbuhan awal yang teraba sebagai indurasi seperti cakram yaitu suatu plateau kecil
dengan permukaan yang licindan berbatas tegas, suatu pertumbuhan tonjolan yang rapuh,
biasanya lebih lunak, tetapi umumnya mempunyai beberapa daerah indurasi, suatu bentuk
khas dari ulkus maligna dengan tepi noduler yang menonjol dengan suatu kubah yang dalam
(bentuk ini paling sering) dan suatu bentuk kanker anular yang teraba sebagai pertumbuhan
bentuk cincin.
a. Keadaan tumor
Ekstensi lesi pada dinding rektum serta letak bagian terendah terhadap cincin anorektal,
cervix uteri, bagian atas kelenjar prostat atau ujung os coccygeus. Pada pasien perempuan
sebaiknya juga dilakukan palpasi melalui vagina untuk mengetahui apakah mukosa vagina di
atas tumor tersebut licin dan dapat digerakkan atau apakah ada perlekatan dan ulserasi, juga
untuk menilai batas atas dari lesi anular. Penilaian batas atas ini tidak dapat dilakukan
dengan pemeriksaan colok dubur.
b. Mobilitas tumor
Hal ini sangat penting untuk mengetahui prospek terapi pembedahan. Lesi yang sangat dini
biasanya masih dapat digerakkan pada lapisan otot dinding rektum. Pada lesi yang sudah
lebih lanjut umumnya terfiksir karena penetrasi atau perlekatan ke struktur ekstrarektal
seperti kelenjar prostat, buli-buli, dinding pascaerior vagina atau dinding anterior uterus.
c. Ekstensi dan ukuran tumor dengan menilai batas atas, bawah, dan sirkuler.
Berikut ini adalah hal yang harus diperhatikan dalam anamnesis dan pemeriksaan fisik dari
pasien yang dicurigai menderita KKR:
Setiap pasien yang secara klinik dicurigai menderita KKR, seluruh kolon dan rektum
harus dinilai dan dilakukan investigasi.
Diagnosis KKR yang hanya berdasarkan pemeriksaan klinik tidak dapat dipercaya
38
Tabel 3.5. Stadium kanker kolorektal
Stage T N M Dukes MAC
0 Tis N0 M0 -- --
I T1 N0 M0 A A
T2 N0 M0 A B1
IIA T3 N0 M0 B B2
IIB T4a N0 M0 B B2
IIC T4b N0 M0 B B3
T1–T2 N2b M0 C C1
T4b N1–N2 M0 C C3
2.6 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan kanker kolorektal bersifat multidisiplin yang melibatkan beberapa
spesialisasi/subspesialisasi antara lain gastroenterologi, bedah digestif, onkologi medik, dan
radioterapi. Pilihan dan rekomendasi terapi tergantung pada beberapa faktor, seperti stadium
kanker, histopatologi, kemungkinan efek samping, kondisi pasien dan praferensi pasien. Terapi
bedah merupakan modalitas utama untuk kanker stadium dini dengan tujuan kuratif.
Kemoterapi adalah pilihan pertama pada kanker stadium lanjut dengan tujuan paliatif.
Radioterapi merupakan salah satu modalitas utama terapi kanker rektum. Saat ini, terapi
biologis (targeted therapy) dengan antibodi monoklonal telah berkembang pesat dan dapat
diberikan dalam berbagai situasi klinis, baik sebagai obat tunggal maupun kombinasi dengan
modalitas terapi lainnya. Penatalaksanaan kanker kolorektal dibedakan menjadi
penatalaksanaan kanker kolon (tabel 3.8) dan kanker rektum (tabel 3.9).
40,43,44,45,47
Tabel 3.8. Rangkuman penatalaksanaan kanker kolon
Stadium Terapi
Stadium 0 Eksisi lokal atau polipektomi sederhana
(TisN0M0) Reseksien-blocsegmental untuk lesi yang tidak
memenuhi syarat eksisi lokal
Stadium I Wide surgical resectiondengan anastomosis
(T1-2N0M0) tanpa kemoterapi adjuvan
Stadium II Wide surgical resectiondengan anastomosis
(T3N0M0, T4a-bN0 Terapi adjuvan setelah pembedahan pada pasien
M0 ) dengan risiko tinggi
Stadium III Wide surgical resectiondengan anastomosis
(T apapun N1-2M0) Terapi adjuvan setelah pembedahan
Stadium IV Reseksi tumor primer pada kasus kanker
(T apapun, N kolorektal dengan metastasis yang dapat
apapun M1) direseksi
Kemoterapi sistemik pada kasus kanker
kolorektal dengan metastasis yang tidak dapat
direseksi dan tanpa gejala
Tabel 3.9. Rangkuman penatalaksanaan kanker rektum
Stadium Terapi
Stadium I Eksisi transanal (TEM) atau
Reseksi transabdominal + pembedahan teknik
TME bila risiko tinggi, observasi
BAB 3
ILUSTRASI KASUS
3.2 Anamnesa
Keluhan Utama
Nyeri pada perut kanan bawah 2 hari sebelum masuk rumah sakit
Riwayat Penyakit Sekarang
- Nyeri perut sejak 2 hari yang lalu, nyeri dirasakan dari perut kanan
bawah dan menyebar ke seluruh perut.
- BAB Sulit, makin meningkat sejak 1 minggu yang lalu sebelum masuk
rumah sakit, keluhan pertama kali dirasakan sejak 3 bulan yang lalu.
- Perubahan pola BAB ( + ), pertama kali dirasakan sekitar 5 bulan yang
lalu. Sebelumnya pasien mengaku BAB minimal sehari sekali namun
sekarang menjadi satu kali setiap 3 - 4 hari.
- Riwayat BAB berwarna hitam hilang timbul ( + ) sejak 3 bulan yang
lalu.
- Buang angin ada.
- Mual ( + ), Muntah ( + )
- Demam ( - )
- BAK pekat, nyeri ( - ).
- Pasien merupakan rujukan dari RSUD Solok dengan diagnosa suspect
tumor kolorektal dan dirujuk untuk berobat ke RSUP Dr. M. Djamil
untuk tatalaksana definitif 5 bulan yang lalu, namun pasien tidak dapat
datang untuk kontrol.
Status Internus
- Rambut : Tidak mudah dicabut
- Kulit dan kuku : Turgor kulit baik, tidak sianosis
- Kelenjer Getah Bening : Tidak ditemukan pembesaran
- Kepala : Tidak ditemukan kelainan
- Mata : Konjungtiva anemis +/+, sklera ikterik +/+
- Hidung : Terpasang NGT, tidak ditemukan kelainan
- Telinga : Tidak ditemukan kelainan
- Leher : JVP 5-2 cm H2O
- Ekstremitas : Akral hangat, edema (++)/(++), refilling
kapiler <2s, kekuatan otot (555 | 555)/(555 |
555)
- Genitalia : Terpasang kateter, dalam batas normal
- Paru :
12
Inspeksi : Simetris, kiri = kanan
Palpasi : Fremitus kiri = kanan
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-
- Jantung :
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis teraba 2 jari medial línea mid
clavicula sinistra RIC V
Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : Bunyi jantung 1 dan 2 normal, murmur (-),
Gallop (-)
Regio Abdomen
Inspeksi : Distensi ( + ), DC ( - ), DS ( - )
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Perkusi : Hipersonor
Palpasi : Nyeri tekan ( + ) pada regio epigastrik,
umbilikal, suprapubik, dan iliaka kanan,
nyeri lepas ( - ), muscle rigid ( - ).
13
Albumin : 2,4 mg/dL
3.6 Tatalaksana
Pemeriksaan labor darah lengkap + Albumin
IVFD RL
Pro colonoscopy
BAB 4
DISKUSI
14
merupakan rujukan dari RSUD Solok dengan diagnosis Tumor kolorektal suspek
maligna.
Pada pemeriksaaan fisik, keadaan fisik umum dalam batas normal, status
internus didapatkan pasien konjungtiva anemis dan sklera ikterik pada kedua mata
pasien, pasien terpasang NGT pada hidung dan kateter pada genital, pada
ekstrimitas bawah pasien didapatkan edema. Pemeriksaan lokalis di regio
abdomen didapatkan distensi positif, DC (-), DS (-), pada palpasi ditemukan nyeri
tekan pada regio epigastrum, umbilikalis, suprapubik, dan iliaka kanan.
15