Anda di halaman 1dari 23

Case Report Session

Luka Bakar Listrik

Disusun Oleh :

Aristya Rahadiyan Budi 1840312410

Annisa Fitri 1840312602

Siti Hadijah Binti Husni 1840312614

Kiko Erynio Firdalisa 1940312048

Utari Rahma Almira 1940312005

Preseptor:

Dr. dr. Rika Susanti, Sp. F.

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

RSUP DR. M. DJAMIL PADANG

2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamiin, puji dan syukur penulis ucapkan kepada


Allah SWT dan shalawat beserta salam untuk Nabi Muhammad S.A.W, berkat
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas case report session
dengan judul “Luka Bakar Listrik” yang merupakan salah satu tugas dalam
kepaniteraan klinik Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas
Kedokteran Universitas Andalas RSUP Dr. M. Djamil Padang.
Dalam usaha penyelesaian tugas case report session ini, penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada ibu Dr. dr. Rika Susanti,
Sp.F selaku pembimbing dalam penyusunan tugas ini.
Kami menyadari bahwa di dalam penulisan ini masih banyak kekurangan.
Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis menerima semua saran
dan kritik yang membangun guna penyempurnaan tugas case report session ini.
Akhir kata, semoga case report session ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Padang, Januari 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1

BAB II LAPORAN KASUS

Identitas korban........................................................................................3

Kronologis Kejadian................................................................................3

Hasil Temuan Pemeriksaan Luar.............................................................3

BAB III PEMBAHASAN...................................................................................14

BAB IV KESIMPULAN....................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................19

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Luka bakar listrik adalah kerusakan jaringan yang disebabkan oleh adanya
aliran listrik yang melewati tubuh manusia dan membakar jaringan dan dapat
menyebabkan terganggunya fungsi organ dalam.1 Luka bakar listrik merupakan
bentuk trauma mekanis yang jarang terjadi, dan sering dikaitkan dengan angka
morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Luka bakar listrik terjadi saat seseorang
menjadi bagian dari sebuah perpuataran aliran listrik atau disebabkan oleh
terkenanya pada saat berada dekat dengan sumber listrik. Tubuh manusia adalah
penghantar listrik yang baik. Kontak langsung dengan arus listrik dapat
menghasilkan panas yang dapat membakar dan menghancurkan jaringan tubuh.2
Luka bakar listrik diestimasikan mengakibatkan 500 – 1000 kematian per
tahunnya di Amerika serikat.3 Luka bakar listrik berkontribusi untuk 3 – 5% dari
semua kasus luka bakar pada dewasa dan menyebabkan 2 – 3% kasus luka bakar
pada anak – anak.4 Data dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta pada
tahun 2012 – 2016 melaporkan bahwa 14% dari total seluruh pasien luka bakar
diakibatkan oleh luka bakar listrik.5 Hampir semua luka bakar listrik terjadi akibat
ketidaksengajaan, dan dalam mayoritas kasus, dapat dicegah. Apabila tidak
langsung fatal, kerusakan jaringan yang dikaitkan dengan luka bakar listrik dapat
menyebabkan disfungsi dari berbagai jaringan atau organ.2 Luka yang diakibatkan
oleh arus listrik yang fatal umumnya diakibatkan oleh arus listrik yang fatal
umumnya diakibatkan oleh kecelakaan, dan lebih sering pada arus bolak – balik
(AC) daripada arus searah (DC).1
Kerusakan yang diakibatkan oleh trauma listrik disebabkan oleh dua
mekanisme yang terjadi, pemanasan dan aliran listrik. Pemanasan akan
menyebabkan nekrosis koagulatif dan aliran listrik pada jaringan akan
meneybabkan kerusakan membrane sel. Kerusakan terbesar biasanya terjadi pada
sel – sel saraf, pembuluh darah, dan otot.1 Secara umum, luka akibat listrk dapat
dibagi menjadi dua kategori beradasarkan arus listriknya: luka tegangan rendah
dan luka tegangan tinggi. Luka tegangan rendah memiliki ciri khas luka yang

4
berukuran kecil, terlokalisasi, dan dalam. Listrik tegangan rendah juga dapat
menyebabkan henti jantung akibat gangguan irama jantung tanpa merusak struktur
dari miokardium. Sementara itu, luka akibat listrik tegangan tinggi dapat
menyebabkan kerusakan langsung pada miokardium.1 Lebih spesifiknya terdapat
empat tipe dari luka listrik: flash, flame, lightning, dan true. Trauma flash
disebabkan oleh arc flash, sebuah ledakan panas dan cahaya yang disebabkan oleh
lompatan arus secara tiba – tiba. Trauma flame terjadi ketika sebuah arc flash
membakar pakaian korban. Trauma lightning terjadi akibat arus listrik yang sangat
volatil dan terjadi sangat cepat, hal ini berikatan dengan arus listrik yang mengalir
di seluruh tubuh seorang individu. Trauma true meliputi seorang individu yang
menjadi bagian dari perpuataran aliran listrik. Pada kasus tersebut, titik masuk dan
titik keluar biasanya ditemukan.2
Luka bakar listrik merupakan penyebab terbanyak ke-empat dari kematian
traumatis akibat pekerjaan dengan 5 – 6% total kematian pekerja.6 Dikarenakan
sifat bahaya pekerjaan dengan listrik, kasus litigasi terkait dengan cedera saat
pekerjaan dapat terjadi akibat luka listrik. Hal ini ditambah dengan perbedaan
gambaran yang diakibatkan oleh luka listrik menyebabkan perlunya pengetahuan
akan gambaran klinis yang diakibatkan oleh luka listrik sehingga diharapkan
dokter mampu membedakan dalam pemeriksaan dan penegakkan diagonisis.

1.2 Batasan Masalah

Batasan masalah dalam makalah ini antara lain membahas ilustrasi kasus,
definisi, dan klasifikasi luka bakar listrik, langkah, dan prisnip identifikasi mayat,
pemeriksaan pola luka pada mayat, serta sebab kematian.

1.3 Tujuan Penulisan

Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami tentang


ilustrasi kasus, definisi, dan klasifikasi luka listrik, langkah dan prinsip
identifikasi mayat, pemeriksaan pola luka pada mayat, serta sebab kematian.

1.4 Metode Penulisan

Makalah ini disususn berdasarkan studi kepustakaan yang merujuk pada


beberapa literatur.

5
BAB II
LAPORAN KASUS

2.1 Identitas Korban

Nama : Tn. SH
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 37 tahun
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : Padang

2.2 Kronologis Kejadian

Menurut keterangan korban, pada hari Rabu tanggal 12 Februari 2020


pukul 13.30 WIB korban tersentrum aliran listrik bertegangan tinggi saat sedang
bekerja sebagai buruh bangunan di sebuah ruko. Awalnya korban sedang bekerja
di atap ruko dengan memegang sebuah besi tanpa sarung tangan, tiba-tiba besi
tersebut tersangkut dengan kabel listrik dari tiang listrik ke ruko tersebut yang
mengakibatkan korban tersentrum listrik sehingga tidak sadarkan diri. Kejang ada,
dada berdebar-debar tidak ada, jatuh dari atap tidak ada, serta korban
menggunakan alas kaki berbahan karet. Kemudan korban dibawa ke Rumah Sakit
Siti Rahmah. Saat diperjalanan, 15 menit setelah kejadian korban sadar. Di
Rumah Sakit Siti Rahmah korban diberi infus dan perawatan luka, lalu korban
dirujuk ke Rumah Sakit Umum Pusat Dr. M. Djamil Padang untuk tatalaksana
lebih lanjut.

2.3 Hasil Temuan Pemeriksaan Luar

2.3.1 Vital Sign


Korban datang dalam keadaan sadar dengan keadaan umum sakit sedang.
Tekanan darah 129/59 mmHg, frekuensi nadi 70 kali/menit, frekuensi nafas 22
kali/menit, dan suhu 36,8oC
2.3.2 Luka-luka
Pada korban ditemukan:
a. Pada dada kanan sisi samping hingga punggung, 5 cm dari puting susu, 10
cm dari puncak bahu, terdapat luka berupa kulit berwarna kemerahan

6
dengan kulit ari yang mengelupas berwarna coklat kehitaman seluas 15 cm
x 23 cm.

b. Pada lengan atas dan lengan bawah kanan sisi luar, depan dan belakang,
15 cm dari pergelangan tangan kanan, terdapat luka berupa kulit berwarna
kemerahan dengan kulit ari yang mengelupas berwarna coklat kehitaman
seluas 37 cm x 19 cm disertai dengan satu gelembung berisi cairan
berukuran 2,5 cm x 2 cm.

7
8
9
c. Pada telapak tangan kanan, terdapat luka berupa kulit yang bergaung
berukuran 6 cm x 2 mm dengan tepi meninggi dan dikelilingi hallo berupa
kulit yang berwarna putih kekuningan seluas 5 cm x 5 cm.

d. Pada tungkai atas kiri sisi belakang, mulai dari 10 cm di atas lipatan lutut
tungkai kiri hingga tungkai bawah kiri sisi dalam dan belakang, terdapat
luka berupa kulit berwarna kemerahan dengan kulit ari yang mengelupas
berwarna coklat kehitaman seluas 37 cm x 18 cm disertai dengan
gelembung berisi cairan berukuran 2 cm x 1 cm.

10
e. Pada pangkal punggung jari kaki kiri, 3 cm dari ujung jari kelingking kaki
kiri, terdapat luka dengan kulit berwarna putih kemerahan dengan kulit ari
yang mengelupas berwarna coklat kehitaman seluas 2 cm x 1 cm.

f. Pada tungkai atas kanan sisi belakang, 10 cm di atas lipatan lutut tungkai
kanan hingga tungkai bawah kanan sisi luar dan belakang terdapat luka
berwarna kemerahan dengan kulit ari berwarna coklat kehitaman seluas 50
cm x 16 cm.

11
12
2.4 Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan rekam jantung (EKG) dengan hasil irama laju jantung tampak
melambat (sinus bradikardia asimptomatik).

13
14
15
16
BAB III
PEMBAHASAN

Korban laki-laki usia 37 tahun datang ke IGD RSUP Dr. M Djamil Padang pada
hari Rabu tanggal 12 Februari 2020 pukul 18.00 WIB. Korban tersentrum aliran listrik
bertegangan tinggi saat sedang bekerja sebagai buruh bangunan di sebuah ruko sehingga
menyebabkan terjadinya luka bakar listrik. Luka bakar listrik adalah luka yang disebabkan
oleh trauma listrik, yang merupakan jenis trauma yang disebabkan oleh adanya
persentuhan dengan benda yang memiliki arus listrik, sehingga dapat menimbulkan luka
bakar sebagai akibat berubahnya energi listrik menjadi energi panas. Trauma listrik terjadi
saat seseorang menjadi bagian dari sebuah perputaran aliran listrik atau bisa disebabkan
pada saat berada dekat dengan sumber listrik. Secara umum ada 2 jenis tenaga listrik, yaitu
tenaga listrik alam, seperti petir dan tenaga listrik buatan, seperti arus listrik searah (DC)
contohnya baterai dan arus listrik bolak balik (AC) contonya listrik PLN di rumah atau
pabrik. sesuai dengan literatur yang ada bahwa luka bakar akibat listrik pada dewasa
sebagian besar terjadi saat korban sedang bekerja, dengan risiko 9 kali lipat lebih tinggi
pada laki-laki. Kontak tubuh manusia dengan arus listrik dapat menimbulkan trauma luka
bakar.13 Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang
disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan
radiasi, ada 3 cara penentuan derajat luka bakar yaitu surface, wallace rules of nine serta
lund and Border chart .7,8
Pada korban ditemukan luka bakar derajat 2 dengan luas area 14%. Luka bakar
adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan kimia, petir yang
mengenai kulit, mukosa dan jaringan - jaringan yang lebih dalam. Membedakan luka
bakar ringan dengan luka bakar yang lebih serius tergantung dari tingkat kerusakan
jaringan tubuh. Ada 3 derajat dari beratnya luka bakar pada luka akibat listrik. Pada luka
bakar derajat 2 ini disebut juga partial thickness burn (luka bakar parsial), artinya luka
bakar mengenai sebagian dari ketebalan kulit (epidermis dan sebagian dermis). Ditandai
dengan munculnya lepuhan dan kulit langsung menjadi merah dan muncul bercak - bercak.
Rasa nyeri hebat dan terjadi pembengkakan merupakan tanda dan gejala lainnya. Untuk
luas area, Wallace membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang terkenal dengan
nama rule of nine atua rule of wallace yaitu:8,13

14
a) Kepala dan leher : 9%
b) Lengan masing-masing 9% : 18%
c) Badan depan 18%, badan belakang 18% : 36% 9
d) Tungkai maisng-masing 18% : 36%
e) Genetalia/perineum : 1%
Pada korban ditemukan pada telapak tangan kanan, terdapat kulit yang bergaung
dengan tepi meninggi seluas 5 cm x 5 cm dimana merupakan tanda-tanda listrik
atau current mark (electric mark = stroomerk van jellinek = joule burn). Current
mark adalah tanda untuk luka akibat listrik dan merupakan tempat masuknya aliran listrik.
Gambaran current mark yaitu bentuk oval, berwarna kuning atau coklat keputihan atau
coklat kehitaman atau abu-abu kekuningan dan dikelilingi daerah kemerahan dan edema
sehingga menonjol dari jaringan sekitarnya. Luka listrik biasanya dapat diamati di titik
masuk (entry point) maupun titik keluar (exit point). Pelepasan mioglobin yang banyak
dari otot yang rusak dapat menyebabkan kerusakan Myoglobinuria. Vascular ginjal dari
energi listrik bisa menjadi jelas setiap saat isi ulang kapiler harus dikaji dan
didokumentasikan dalam semua ekstremitas, dan pemeriksaan neurovaskular harus sering
diulang. Karena arteri adalah sistem high-flow, panas dapat hilang cukup baik dan
menyebabkan sedikit kerusakan awal jelas tapi hasilnya dalam kerusakan berikutnya.
Pembuluh darah, di sisi lain, adalah sistem aliran rendah, yang memungkinkan energi
panas untuk menyebabkan pemanasan lebih cepat dari darah, dengan akibat trombosis.
Akibatnya, ekstremitas mungkin muncul pembengkakan pada awalnya. Dengan luka
parah, seluruh ekstremitas mungkin muncul pengerasan ketika semua elemen jaringan,
termasuk arteri, mengalami koagulasi nekrosis. Kerusakan pada dinding pembuluh pada
saat cedera juga dapat mengakibatkan tertunda trombosis dan perdarahan, terutama dalam
arteri kecil pada otot . 8.9.10

15
Kerusakan pada jaringan akibat luka bakar listrik tidak hanya meliputi kerusakan
struktur anatomi tetapi juga mengganggu fisiologis vital tubuh menyebabkan perubahan
homeostasis pasien yang terkadang irreversible. Pada korban dilakukan pemeriksaan
penunjang EKG. Hal ini penting untuk memantau denyut jantung korban. Jika
diperkirakan jantung telah menerima kejutan listrik, pemantauan EKG dilakukan selama
12-24 jam. Penanganan luka bakar dapat secara konservatif seperti resusitasi penggantian
darah, perawatan luka bakar, pemberian antimikroba serta analgetik, perbaikan nutrisi
sampai tindakan pembedahan seperti early exicision dan grrafting escharotomy. Prognosis
pada luka bakar tergantung dari derajat luka bakar, luas permukaan badan yang terkena
luka bakar, adanya komplikasi seperti infeksi dan kecepatan pengobatan medikamentosa.11

Hal pertama yang harus dilakukan jika menemukan pasien luka bakar di tempat
kejadian adalah menghentikan proses kebakaran. Maksudnya adalah membebaskan pasien
dari pajanan atau sumber dengan memperhatikan keselamatan diri sendiri. Bahan yang
meleleh atau menempel pada kulit tidak bisa dilepaskan. Air suhu kamar dapat disiriamkan
ke atas luka dalam waktu 15 menit sejak kejadian, namun air dingin tidak dapat diberikan
untuk mencegah terjadinya hipotermia dan vasokonstriksi.12

Berikutnya burn shock akan berkembang menjadi hypovolemi dan penghancuran


jaringan selular. Karakteristik dari tipe shock ini adalah penurunan cardiac output dan
volume plasma dan terjadi peningkatan cairan ekstraseluler, edema dan oligouria.12

Dapat dilakukan resusitasi jalan nafas, bertujuan untuk mengupayakan suplai


oksigen yang adekuat. Pada luka bakar dengan kecurigaan cedera inhalasi, tindakan
intubasi dikerjakan sebelum edema mukosa menimbulkan manifestasi obstruksi. Sebelum
dilakukan intubasi, oksigen 100% diberikan dengan menggunakan face mask. Intubasi
bertujuan untuk mempertahankan patensi jalan napas, fasilitas pemeliharaan jalan napas
(penghisapan sekret) dan broncoalveolar lavage. Krikotiroidotomi masih menjadi
perdebatan karena dianggap terlalu agresif dan morbiditasnya lebih besar dibandingkan
intubasi. Krikotiroidotomi dilakukan pada kasus yang diperkirakan akan lama
menggunakan ETT yaitu lebih dari 2 minggu pada luka bakar luas yang disertai cedera
inhalasi. Kemudian dilakukan pemberian oksigen 2-4 liter/menit melalui pipa
endotracheal. Terapi inhalasi mengupayakan suasana udara yang lebih baik disaluran
napas dengan cara uap air menurunkan suhu yang meningkat pada proses inflamasi dan
mencairkan sekret yang kental sehingga lebih mudah dikeluarkan. Pada cedera inhalasi
16
perlu dilakukan pemantauan gejala dan distres pernapasan. Gejala dan tanda berupa sesak,
gelisah,takipneu, pernapasan dangkal, bekerjanya otot-otot bantu pernapasan dan stridor.
Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan adalah analisa gas darah serial dan foto
thorax. Tidak lupa memantau cairan. Tujuan resusitasi cairan pada syok luka bakar adalah:
Preservasi reperfusi yang adekuat dan seimbang diseluruh pembuluh vaskuler, regional
sehingga tidak terjadi iskemia jaringan, Minimalisasi dan eliminasi pemberian cairan bebas
yang tidak diperlukan, Optimalisasi status volume dan komposisi intravaskuler untuk
menjamin survival seluruh sel, Minimalisasi respon inflamasi dan hipermetabolik dan
mengupayakan stabilisasi pasien secepat mungkin kembali ke kondisi fisiologis.7,11,12

17
BAB IV
KESIMPULAN

Luka bakar listrik adalah kerusakan jaringan yang disebabkan oleh adanya aliran
listrik yang melewati tubuh manusia dan membakar jaringan dan dapat menyebabkan
terganggunya fungsi organ dalam, akibat berubahnya energi listrik menjadi energi panas.
Pada korban ditemukan adanya luka bakar, dengan luas area 14% yang termasuk kedalam
derajat 2 atau disebut juga partial thickness burn (luka bakar parsial), yang itandai dengan
munculnya lepuhan dan kulit langsung menjadi merah dan muncul bercak - bercak.
Pada korban dilakukan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan EKG yang
bertujuan untuk memantau denyut jantung korban yang dilakukan selama 12-24 jam.
Penanganan awal terhadap luka bakar adalah berupa menjauhkan sumber pajanan, lalu
pada bagian luka bakar dapat disiramkan air mengalir dengan sushu kamar selama 15
menit. Setelah mendapatkan penanganan awal, tatalaksana konservatif berupa
resusitasi jalan nafas, perawatan luka bakar, pemberian antimikroba serta analgetik,
perbaikan nutrisi sampai tindakan pembedahan seperti early exicision dan grrafting
escharotomy dapat dilakukan. Prognosis pada kasus luka bakar tergantung dari derajat luka
bakar, luas permukaan badan yang terkena luka bakar, adanya komplikasi seperti infeksi
dan kecepatan pengobatan medikamentosa. Pada korban telah dilakukan penanganan
berupa perawatan luka bakar, dan korban di rawat di bagian bedah untuk penanganan yang
lebih lanjut.

18
DAFTAR PUSTAKA
1. Williams NS, Bulstrode CJK, O’Connel PR. Bailey & love short practice of
surgery ed 25. 2008. London : Hodder Education, p : 412.
2. Zemaitis MR, Foris LA, Lopez RA, et al. Electrical Injuries. Diperbaharui 2019
November 16. Dalam: StatPearls [Internet]. Treasure Island, Florida: StatPearls
Publishing; 2020 Jan-. Diakses dari:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK448087/.
3. Spies C, Trohamn RG. Narrative review: electrocution and life-thretening electrical
injuries. Ann intern med. 2010. 145(7): 531 – 7.
4. Koumbourtis AC. Electrical injuries. Crit Care med 2008. Nov. 30 (11
Suppl):S424-30.
5. Kementerian Kesehatan. Pedoman nasional pelayanan kedokteran tata laksana luka
bakar. Nomor HK.01.07/MENKES/555/2019. Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. 2019
6. Casini V. Worker deaths by electrocution: a summary of NIOSH surveillance and
investigative findings. Departement of Health and Human Services. 2008.

7. Aranik. Staf ilmu Bedah Plastik FK. Unair - RSU Dr. Soetomo. luka dalam
anatomi Fisiologi Kulit dan Penyembuhan Luka last up date Sunday, May 2010,
available at: http%//Surabaya_Plastic_Surgery.htm, diakses tanggal 15 februari
2020 .

8. Electrical injuries from Southern Medical journal (on line) available at


http%//medscape/CME/discussion/40106813_.htm, diakses tanggal 15 februari
2020 .

9. Grunwald TB, Garner WL. Acute Burns Plast Reconstr Surg. 2010(121):311.

10. James H. Holmes., David M. heimbach. 2016. Social Support Correlates with
Survival in Patients with Massive Burn Injury p.189-216

11. James H. Holmes., David M. heimbach. 2005. Burns, in : SCHWARTZ'S


PRINCIPLES OF SURGERY 2-volume Set 11th Edition. McGraw-Hill. New
York. p.201-222

19
12. Wim de Jong. 2017. Bab 3 : Luka, Luka Bakar : Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 4.
EGC. Jakarta. p 66-88

13. Raihanah, dkk.TATA LAKSANA NUTRISI PADA PASIEN LUKA BAKAR


LISTRIK JMJ, Volume 5, Nomor 1, Mei 2017, Hal: 1 –13

20

Anda mungkin juga menyukai