1
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT. Tuhan maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat Nyalah maka saya dapat menyelesaikan sebuah makalah Keperawatan Kritis
yang berjudul “Konsep Teori dan Konsep Asuhan Keperawatan Luka Bakar” dengan tepat
waktu.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan, rasa terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu penyelesaian makalalah ini. Penulis juga menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang sifatnya membangun
sangat saya harapkan demi sempurnanya makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca dan bagi dunia
pendidikan.
Penulis
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................................2
Daftar Isi......................................................................................................................3
Bab I Pendahuluan......................................................................................................4
A. Latar Belakang.............................................................................................4
B. Rumusan Masalah........................................................................................4
C. Tujuan........................................................................................................4
Bab II Pembahasan.....................................................................................................6
A. Konsep Teori Luka Bakar.............................................................................6
B. Konsep Asuhan Keperawatan Luka Bakar..................................................48
Daftar Pustaka...........................................................................................................68
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang
disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan
radiasi. Luka bakar merupakan suatu jenis trauma dengan morbiditas dan mortalitas
tinggi, yang memerlukan penatalaksanaan khusus sejak awal pada fase syok sampai fase
lanjut (Young et al, 2019).
Luka bakar merupakan luka yang unik di antara bentuk-bentuk luka lainnya
karena luka tersebut meliputi sejumlah besar jaringan mati yang tetap berada pada
tempatnya untuk jangka waktu yang lama. Dengan cepat luka bakar akan di diami oleh
bakteri patogen, mengalami eksudasi dengan perembesan sejumlah besar air, protein serta
elektrolit, dan kerap kali memerlukan pencangkokan kulit dari bagian tubuh untuk
menghasilkan penutupan luka yang permanen (Rittenhouse et al, 2019).
Luka bakar disebabkan pemindahan energi dari sumber panas ke tubuh.
Kedalaman cedera bergantung pada suhu agen penyebab luka bakar dan durasi kontak
dengan agen tersebut. Luka bakar merusak kulit, yang memicu peningkatan kehilangan
cairan, infeksi, hipotermi, pembentukan jaringan parut, penurunan imunitas dan
perubahan fungsi,penampilan dan citra tubuh (Smeltzer & Bare, 2015, hal. 89). Menurut
WIjaya & PutrI (2013), salah satu penyebab luka bakar adalah arus listrik. Luka bakar
listrik terjadi karena panas yang digerakan dari energi listrik, baik Alternatif Current
(AC) maupun Direct Current (DC) yang dihantarkan melalui tubuh. Berat ringannya luka
dipengaruhi oleh lamanya kontak, tingginya voltage dan cara gelombang elektrik itu
sampai mengenai tubuh
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian masalah pada latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang dapat
diambil yaitu :
1.Bagaimana konsep teori luka bakar?
2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan luka bakar?
4
C. Tujuan
5
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian
kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan
Kusuma.2013).
pada jaringan kulit yang tidak menutup kemungkinan sampai ke organ dalam
yang disebabkan kontak langsung dengan sumber panas yaitu, api, air atau
uap panas, bahan kimia, radiasi, dan arus listrik (Majid, 2013).
Luka bakar electric merupakan suatu bentuk trauma pada kulit atau
jaringan lainnya yang disebabkan oleh kontak terhadap panas atau pajanan
akut lain baik secara langsung maupun tidak langsung. Luka bakar terjadi saat
sel yang ada pada kulit atau jaringan lainnya mengalami kerusakan,Luka
bakar electrik (listrik) disebabkan oleh panas yang digerakkan dari energi
oleh lamanya kontak, tingginya voltage dan cara gelombang elektrik itu
terutama kulit yang memberikan gejala tergantung luas, dan dalamnya lokasi
luka.
2. Anatomi Fisiologi
7
ataupun masuknya bakteri, kulit juga mempunyai fungsi utama reseptor
mealui kulit, selain itu kulit yang terpapar sinar ultraviolet dapat
subkutan.
8
c) Stratum granulosum, stratum ini terdiri dari sel-sel pipi seperti
lapisan yang paling tebal dan terdiri dari 5-8 lapisan. Sel-sel
mempunyai)
induk.
9
3) Jaringan subkutan atau hypodermis
antara lapisan kulit dan struktur internal seperti otot dan tulang.
ruang antara folikel dan batang rambut yang akan melumasi rambut
10
pada folikel rambut. Kelenjar ini aktif pada masa pubertas, pada
c. Fisiologi Kulit
1) Fungsi proteksi
yaitu:
pertumbuhan mikroba.
11
d) Pigmen melanin melindungi dari efek sinar ultraviolet yang
sel Langerhans.
2) Fungsi absorsi
Kulit tidak bisa menyerap air, tapi bisa menyerap material laur
pada fungsi respirasi. Selain itu beberaa material toksik dapat di serap
seperti aseton, CCI4, dan merkuri. Beberapa obat juga dirancang untuk
12
Kemampuan absorsi kulit dipengaruhi leh tebal tipisnya kulit,
dapat berlangsung melalui celah antar sel atau melalui muara saluran
kelenjar, tetapi lebih banyak yang melalui sel-sel epidermis dari pada
3) Fungsi eksresi
memproteksi keratin.
b) Kelenjar keringat
13
mengeluarkan air dan panas, keringat juga merukapan sarana untuk
hasil pemecahan protein yaitu amoniak dan urea. Terdapat dua jenis
merokrin.
4) Fungsi presepsi
Paccini di epidermis.
keluar dari tubuh. Sebaliknya, pada saat suhu tubuh rendah, tubuh
14
dan mempersempit pembuluh darah (vasokonstriksi) sehingga
3. Etiologi
(Majid, 2013) :
a. Paparan api
15
baru mengenai tubuh. Serat alami memiliki kecenderungan untuk
kontak.
masak.
c. Uap panas
16
Uap panas terutama ditemukan di daerah industri atau akibat
akibat kapasitas panas yang tinggi dari uap serta dispersi oleh uap
d. Gas panas
e. Aliran listrik
f. Zat kimia
g. Radiasi
17
4. Patofisiologi
koagulasi, denaturasi protein atau ionisasi isi sel. Kulit dan mukosa
bakar elektrik atau kontak yang lama dengan burning agent. Nekrosis dan
bakar dan lamanya kontak dengan gen tersebut. Pajanan selama 15 menit
dengan air panas dengan suhu sebesar 56.10 C mengakibatkan cidera full
luka bakar yang berat selama awal periode syok luka bakar mencakup
18
akan menurun sebelum perubahan yang signifikan pada volume darah
berkurangnya volume vaskuler, maka curah jantung akan terus turun dan
syok luka bakar akan menghilang dan cairan mengalir kembali ke dalam
akan bertambah berat pada luka bakar yang melingkar. Tekanan terhadap
dramatis pada saat terjadi syok luka bakar. Kehilangan cairan dapat
mencapai 3-5 liter per 24 jam sebelum luka bakar ditutup. Selama syok
luka bakar, respon luka bakar respon kadar natrium serum terhadap
19
hipnatremia terjadi segera setelah terjadinya luka bakar, hiperkalemia
asupan cairan. Selain itu juga terjadi anemia akibat kerusakan sel darah
Kasus luka bakar dapat dijumpai hipoksia. Pada luka bakar berat,
pada lokasi cidera akan menghasilkan hemoglobin bebas dalam urin. Bila
radiasi elektromagnetik.
20
menjalar ke jaringan. Ekstremitas biasanya terkena kerusakan jaringan
karena listrik adalah luka bakar pada kulit pada tempat masuk dan
keluarnya arus listrik karena putaran suhu tinggi oleh aliran listrik
(2,5000C) pada permukaan kulit, luka bakar yang terjadi karena baju
korban terbakar. Mungkin disertai patah tulang dan dislokasi karena otot-
Prayogi, 2013).
21
5. Manifestasi Klinis
22
yang jernih. Jika disentuh warnanya berubah menjadi putih dan
terasa nyeri.
epidermis dan dermis telah rusak dan telah pula merusak jaringan di
disentuh, tidak timbul rasa nyeri karena ujung saraf pada kulit telah
23
Pada luka bakar yang luas, kehilangan sejumlah besar cairan
sangat sedikit
24
(1) Kerusakan mengenai bagian superfisial dari dermis.
(2) Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat,
kelenjar sebasea masih utuh.
(3) Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 10-14 hari.
b) Derajat IIB dalam (deep)
(1) Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis.
(2) Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat,
kelenjar sebasea sebagian besar masih utuh.
(3) Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung epitel yang
tersisa. Biasanya penyembuhanterjadi lebih dari sebulan.
3) Luka bakar derajat III
25
Gambar 2.5 Klasifikasi luka bakar sesuai kedalamannya
b) Luka bakar dengan luas < 10 % pada anak dan usia lanjut
atau dewasa > 40 tahun, dengan luka bakar derajat III kurang
dari 10 %
26
c) Luka bakar dengan derajat III < 10 % pada anak maupun
perineum.
perineum
27
Manifestasi klinik luka bakar menurut Majid, 2013 yaitu :
28
Derajat Tiga Epidermis, Tidak terasa Kering, luka Pembentukan
(Full- keseluruha nyeri, syok, bakar berwarna eskar,
Thickness) n dermis hematuria putih seperti diperlukan
: terbakar dan kadang- (adanya darah bahan pencangkokan
nyala api, kadang dalam urin) dan kulit atau , pembentukan
terkena jaringan kemungkinan gosong, kulit parut dan
cairan subkutan pula hemolisis retak dengan hilangnya
mendidih (destruksi sel bagian lemak kontur serta
dalam darah merah), yang tampak, fungsi kulit,
waktu yang kemungkinan terdapat edema hilangnya jari
lama, terdapat luka tangan atau
tersengat masuk dan ekstrenitas dapat
arus listrik keluar (pada terjadi
luka bakar
listrik)
1) Fase akut.
Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Dalam fase awal
29
fase akut. Pada fase akut sering terjadi gangguan keseimbangan
sistemik.
telanjang atau tidak berbaju epitel luas dan atau pada struktur
c) Keadaan hipermetabolisme.
3) Fase lanjut
Problem yang muncul pada fase ini adalah penyulit berupa parut
kontraktur
30
Untuk menghitung secara cepat dipakai Rules of Nine atau Rules of
Walles dari Walles. Perhitungan cara ini hanya dapat diterapkan pada
Lund and Browder, yaitu ditekankan pada umur 15 tahun, 5 tahun dan
1 tahun.
Gambar 2.6 Penilaian luas luka bakar dengan rule of nine / rule of
Wallace
6) Punggung :9%
31
7) Bokong :9%
8) Genetalia :1%
Total : 100%
6. Pemeriksaan Penunjang
32
4) Elektrolit Serum : Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan
ketidakadekuatan cairan.
stress.
jaringan.
distritmia.
33
12) Fotografi luka bakar : Memberikan catatan untuk penyembuhan
luka bakar
7. Komplikasi
1) Sindrom kompartemen
34
Perdarahan lambung yang terjadi sekunder akibat stress fisiologik
5) Syok Sirkulasi
Penatalaksanaan Medik
hospital):
35
a) Padamkan pakaian yang terbakar .
arus (nonconductive).
36
merupakan sarana pembebasan jalan nafas dari sekret yang
dan pilihan.
37
(2) Humidifikasi
38
dan dikeluarkan. Prosedur ini dikerjakan menggunakan
jalan nafas.
39
c) Kaji sirkulasi
40
dalam tempo 6-8 jam. Tekanan terhadap pembuluh darah kecil
pada kasus luka bakar listrik. Pada luka bakar berat, konsumsi
Prayogi, 2013).
nadi meningkat.
41
yang cukup besar, dianjurkan untuk pemasangan CVP untuk
peningkatan CVP.
42
(1) Pertahankan panas tubuh
43
management nyeri, propilaksis tetanus, pengumpulan data,
2000).
44
Respon fisologis yang mengindikasikan nyeri antara
luka. Untuk tipe luka bakar partial thickness dan pada tempat
saraf pada yang terletak pada bagian tepi dari luka akan sangat
45
perpisahan dengan keluarga dan rumah. Pendekatan yang
46
Darliana terapi musik dapat digunakan untuk mengurangi
di pelayanan kesehatan.
47
B. Konsep Asuhan Keperawatan
bertujuan untuk mengumpulkan data baik data subyektif maupun data obyektif.
ataupun orang lain, sedangkan data obyektif diperoleh berdasarkan hasil observasi
a. Pengkajian
1) Primary Survey
a) Airway
48
inhalasi, maka segera pasang Endotracheal Tube (ET). Tanda- tanda
adanya trauma inhalasi adalah : terkurung dalam api, luka bakar pada
b) Breathing
dinding thorax simetris atau tidak, ada atau tidaknya kelainan pada
Kaji juga apakah ada suara nafas tambahan seperti snoring, gargling,
rhonki atau wheezing. Selain itu kaji juga kedalaman nafas pasien.
c) Circulation
capilar refil memanjang. Kaji juga kondisi akral dan nadi pasien.
edema, pada luka bakar yang luas dapat terjadi syok hipovolumik
49
d) Disability
e) Exposure
akibat inflamasi.
2) Secondary Survey
b) Pemeriksaan fisik
50
ditemukan keluhan stridor, takipnea, dispnea, dan pernafasan
(Sjaifuddin, 2006).
51
genetik kepada pasien seperti penyakit DM, hipertensi, asma, TBC
dll.
e) Review of System
(1) Aktivitas/istrahat
tonus.
(2) Sirkulasi
kecacatan.
(4) Eliminasi
52
(5) Makanan dan cairan
(6) Neurosensori
(syok)
(8) Pernapasan
53
thoraks mungkin terbatas pada adanya luka bakar lingkar dada.
(9) Keamanan
a. Diagnosa Keperawatan
54
dapat dipecahkan atau diubah melalui tindakan keperawatan menurut Gordon
3) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera (mis, biologis, zat kimia,
fisik psikologi)
cairan aktif
55
b. Intervensi Keperawatan
56
2. Ketidakefektifan Setelah dilakukan asuhan
Latihan Batuk Efektif
bersihan jalan keperawatan di harapkan
(I.01006)
nafas ketidak efektifan bersihan
Observasi
berhubungan jalan nafas teratasi dengan
1. Identifikasi
dengan adanya kriteria hasil: kemampuan batuk
obstruksi jalan Bersihan jalan napas diberi 2. Monitor adanya retensi
nafas kode L.01002 dalam SLKI. sputum
1. Batuk efektif 3. Monitor tanda dan
meningkat gejala infeksi saluran
2. Produksi sputum napas
menurun 4. Monitor input dan
3. Mengi menurun output cairan (misal:
4. Wheezing menurun jumlah dan
5. Mekonium (pada karakteristik)
neonatus) menurun Terapeutik
1. Atur posisi semi-
fowler dan fowler
2. Pasang perlak dan
bengkok di pangkuan
pasien
3. Buang sekret pada
tempat sputum
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan
prosedur batuk efektif
57
2. Anjurkan Tarik napas
dalam melalui hidung
selama 4 detik, ditahan
selama 2 detik,
kemudian keluarkan
dari mulut dengan
bibir mencucu
(dibulatkan) selama 8
detik
3. Anjurkan mengulangi
Tarik napas dalam
hingga 3 kali
4. Anjutkan batuk dengan
kuat langsung setelah
Tarik napas dalam
yang ke-3
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian mukolitik at
au ekspektoran, jika
perlu.
Manajemen Jalan Napas
(I.01011)
Observasi
1. Monitor pola napas
(frekuensi, kedalaman,
usaha napas)
58
2. Monitor bunyi napas
tambahan (misalnya:
gurgling, mengi,
wheezing, ronchi
kering)
3. Monitor sputum
(jumlah, warna, aroma)
Terapeutik
1. Pertahankan kepatenan
jalan napas
dengan head-tilt dan
chin-lift (jaw thrust
jika curiga trauma
fraktur servikal)
2. Posisikan semi-fowler
atau fowler
3. Berikan minum hangat
4. Lakukan fisioterapi
dada, jika perlu
5. Lakukan penghisapan
lendir kurang dari 15
detik
6. Lakukan
hiperoksigenasi
sebelum penghisapan
endotrakeal
7. Keluarkan sumbatan
benda padat dengan
forsep McGill
8. Berikan oksigen, jika
perlu
59
Edukasi
1. Anjurkan asupan
cairan 2000 ml/hari,
jika tidak ada
kontraindikasi
2. Ajarkan Teknik batuk
efektif
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian bronkodilat
or, ekspektoran, mukol
itik, jika perlu.
5. Identifikasi pengetahuan
dan keyakinan tentang
60
nyeri
6. Identifikasi pengaruh
budaya terhadap
respon nyeri
7. Identifikasi pengaruh
nyeri pada kualitas
hidup
8. Monitor keberhasilan
terapi komplementer
yang sudah diberikan
Terapeutik
1. Berikan Teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri (mis:
TENS, hypnosis,
akupresur, terapi
music, biofeedback,
terapi pijat,
aromaterapi, Teknik
imajinasi terbimbing,
kompres
hangat/dingin, terapi
bermain)
2. Kontrol lingkungan
yang memperberat rasa
61
nyeri (mis: suhu
ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
Edukasi
1. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan
analgesik secara tepat
5. Ajarkan Teknik
farmakologis untuk
mengurangi nyeri
62
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
Pemberian Analgesik
(I.08243)
Observasi
1. Identifikasi karakteristik
nyeri (mis: pencetus,
pereda, kualitas, lokasi,
intensitas, frekuensi,
durasi)
2. Identifikasi Riwayat
alergi obat
3. Identifikasi kesesuaian
jenis analgesik (mis:
narkotika, non-
narkotik, atau NSAID)
dengan tingkat
keparahan nyeri
4. Monitor tanda-tanda
vital sebelum dan
sesudah pemberian
analgesik
5. Monitor efektifitas
analgesik
Terapeutik
1. Diskusikan jenis
63
analgesik yang disukai
untuk mencapai
analgesia optimal, jika
perlu
2. Pertimbangkan
penggunaan infus
kontinu, atau bolus
opioid untuk
mempertahankan kadar
dalam serum
3. Tetapkan target
efektifitas analgesik
untuk mengoptimalkan
respons pasien
4. Dokumentasikan
respons terhadap efek
analgesik dan efek
yang tidak diinginkan
Edukasi
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian dosis dan
jenis analgesik,
sesuai indikasi
64
4. Kerusakan Setelah dilakukan Perawatan Integritas Kulit
(I.11353)
integritas kulit tindakan keperawatan
Observasi
berhubungan diharapkan menunjukkan 1. Identifikasi penyebab
gangguan integritas
dengan agen regenerasi jaringan kulit (mis: perubahan
cedera dengan kriteria hasil: sirkulasi, perubahan
status nutrisi, penurunan
Integritas kelembaban, suhu
kulit/jaringanmeningkat lingkungan ekstrim,
penurunan mobilitas)
diberi kode L.14125 dalam Terapeutik
SLKI. 1. Ubah posisi setiap 2
jam jika tirah baring
1. Elastisitas meningkat 2. Lakukan pemijatan
2. Hidrasi meningkat pada area penonjolan
tulang, jika perlu
3. Perfusi jaringan 3. Bersihkan perineal
meningkat menurun dengan air hangat,
terutama selama periode
4. Kerusakan jaringan diare
menurun 4. Gunakan produk
berbahan petroleum
5. Kerusakan lapisan atau minyak pada kulit
kulit menurun kering
5. Gunakan produk
6. Nyeri menurun berbahan ringan/alami
7. Perdarahan menurun dan hipoalergik pada
kulit sensitive
8. Kemerahan menurun 6. Hindari produk
9. Hematoma menurun berbahan dasar alkohol
pada kulit kering
10. Pigmentasi abnormal Edukasi
1. Anjurkan menggunakan
menurun
pelembab (mis: lotion,
11. Jaringan parut serum)
2. Anjurkan minum air
menurun
yang cukup
12. Nekrosis menurun 3. Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
4. Anjurkan meningkatkan
asupan buah dan sayur
5. Anjurkan menghindari
terpapar suhu ekstrim
6. Anjurkan menggunakan
tabir surya SPF minimal
30 saat berada diluar
65
rumah
7. Anjurkan mandi dan
menggunakan sabun
secukupnya
Perawatan Luka (I.14564)
Observasi
Monitor karakteristik
luka (mis: drainase,
warna, ukuran , bau)
Monitor tanda-tanda
infeksi
Terapeutik
Lepaskan balutan dan
plester secara perlahan
Cukur rambut di sekitar
daerah luka, jika perlu
Bersihkan dengan
cairan NaCl atau
pembersih nontoksik,
sesuai kebutuhan
Bersihkan jaringan
nekrotik
Berikan salep yang
sesuai ke kulit/lesi, jika
perlu
Pasang balutan sesuai
jenis luka
Pertahankan Teknik
steril saat melakukan
perawatan luka
Ganti balutan sesuai
jumlah eksudat dan
drainase
Jadwalkan perubahan
posisi setiap 2 jam atau
sesuai kondisi pasien
Berikan diet dengan
kalori 30 – 35
kkal/kgBB/hari dan
protein 1,25 – 1,5
g/kgBB/hari
Berikan suplemen
vitamin dan mineral
(mis: vitamin A,
vitamin C, Zinc, asam
amino), sesuai indikasi
Berikan terapi TENS
66
(stimulasi saraf
transcutaneous), jika
perlu
Edukasi
Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
Anjurkan
mengkonsumsi
makanan tinggi kalori
dan protein
Ajarkan prosedur
perawatan luka secara
mandiri
Kolaborasi
Kolaborasi prosedur
debridement (mis:
enzimatik, biologis,
mekanis, autolitik), jika
perlu
Kolaborasi pemberian
antibiotik, jika perlu
Manajemen Syok
Hipovolemik (I.03116)
Observasi
1. Monitor status
kardiopulmonal
68
(frekuensi dan kekuatan
nadi, frekuensi napas,
TD, MAP)
2. Monitor status oksigenasi
(oksimetri nadi, AGD)
3. Monitor status cairan
(masukan dan haluaran,
turgor kulit, CRT)
4. Periksa tingkat kesadaran
dan respon pupil
5. Periksa seluruh
permukaan tubuh
terhadap adanya DOTS
(deformity/deformitas,
open wound/luka
terbuka,
tenderness/nyeri tekan,
swelling/bengkak)
Terapeutik
1. Pertahankan jalan napas
paten
2. Berikan oksigen untuk
mempertahankan
saturasi oksigen > 94%
3. Persiapkan intubasi dan
ventilasi mekanis, jika
perlu
4. Lakukan penekanan
langsung (direct
pressure) pada
perdarahan eksternal
5. Berikan posisi syok
(modified
trendelenberg)
6. Pasang jalur IV
berukuran besar (mis:
nomor 14 atau 16)
7. Pasang kateter urin untuk
menilai produksi urin
8. Pasang selang
nasogastrik untuk
dekompresi lambung
9. Ambil sampel darah
untuk pemeriksaan
darah lengkap dan
elektrolit
Kolaborasi
69
1. Kolaborasi pemberian
infus cairan kristaloid 1
– 2 L pada dewasa
2. Kolaborasi pemberian
infus cairan kristaloid
20 mL/kgBB pada anak
3. Kolaborasi pemberian
transfusi darah, jika
perlu
70
6. Hipertermi Setelah dilakukan
Manajemen Hipertermia
berhubungan tindakan keperawatan
(I.15506)
dengan proses menunjukan temperature
Observasi
inflamasi dalam batas normal dengan
1. Identifikasi penyebab
kriteria hasil:
hipertermia (mis:
Termoregulasi membaik diberi dehidrasi, terpapar
kode L.14134 dalam SLKI.
lingkungan panas,
1. Menggigil menurun
penggunaan inkubator)
2. Suhu tubuh membaik
2. Monitor suhu tubuh
3. Suhu kulit membaik
3. Monitor kadar elektrolit
4. Monitor haluaran urin
5. Monitor komplikasi
akibat hipertermia
Terapeutik
1. Sediakan lingkungan
yang dingin
2. Longgarkan atau
lepaskan pakaian
3. Basahi dan kipasi
permukaan tubuh
4. Berikan cairan oral
5. Ganti linen setiap hari
atau lebih sering jika
mengalami
hyperhidrosis (keringat
berlebih)
71
6. Lakukan pendinginan
eksternal (mis: selimut
hipotermia atau
kompres dingin pada
dahi, leher, dada,
abdomen, aksila)
7. Hindari pemberian
antipiretik atau aspirin
8. Berikan oksigen, jika
perlu
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu
72
7. Hambatan Setelah dilakukan Dukungan Ambulasi
mobilitas fisik tindakan keperawatan (I.06171)
berhubungan diharapkan mobilitas fisik Observasi
dengan penurunan pasien teratasi dengan 1. Identifikasi adanya
ketahanan tubuh kriteria hasil: nyeri atau keluhan fisik
dan penurunan lainnya
Mobilitas fisik meningkat
kekuatan otot 2. Identifikasi toleransi
diberi kode L.05042 dalam
fisik melakukan
SLKI.
ambulasi
1. Pergerakan
ekstremitas meningkat 3. Monitor frekuensi
73
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan
prosedur ambulasi
2. Anjurkan melakukan
ambulasi dini
3. Ajarkan ambulasi
sederhana yang harus
dilakukan (mis:
berjalan dari tempat
tidur ke kursi roda,
berjalan dari tempat
tidur ke kamar mandi,
berjalan sesuai
toleransi)
Dukungan Mobilisasi
(I.05173)
Observasi
1. Identifikasi adanya
nyeri atau keluhan fisik
lainnya
2. Identifikasi toleransi
fisik melakukan
pergerakan
3. Monitor frekuensi
jantung dan tekanan
darah sebelum
memulai mobilisasi
4. Monitor kondisi umum
selama melakukan
mobilisasi
74
Terapeutik
1. Fasilitasi aktivitas
mobilisasi dengan alat
bantu (mis: pagar
tempat tidur)
2. Fasilitasi melakukan
pergerakan, jika perlu
3. Libatkan keluarga
untuk membantu
pasien dalam
meningkatkan
pergerakan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan
prosedur mobilisasi
2. Anjurkan melakukan
mobilisasi dini
3. Ajarkan mobilisasi
sederhana yang harus
dilakukan (mis: duduk
di tempat tidur, duduk
di sisi tempat tidur,
pindah dari tempat
tidur ke kursi)
75
8. Resiko infeksi Setelah dilakukan asuhan
Pencegahan Infeksi (I.14539)
ditandai dengan keperawatan diharapkan
Observasi
pertahanan primer pasien tidak mengalami 1. Monitor tanda dan gejala
tidak adekuat; infeksi dengan kriteria hasil: infeksi lokal dan sistemik
kerusakan Luaran tingkat infeksi Terapeutik
menurun menurun diberi Batasi jumlah
perlindungan 1.
kode L.14137 dalam SLKI. pengunjung
1. Demam menurun 2. Berikan perawatan kulit
2. Kemerahan menurun pada area edema
3. Nyeri menurun 3. Cuci tangan sebelum
dan sesudah kontak
4. Bengkak menurun dengan pasien dan
5. Kadar sel darah putih lingkungan pasien
membaik 4. Pertahankan teknik
aseptic pada pasien
berisiko tinggi
Edukasi
1. Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
2. Ajarkan cara mencuci
tangan dengan benar
3. Ajarkan etika batuk
4. Ajarkan cara memeriksa
kondisi luka atau luka
operasi
5. Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
6. Anjurkan meningkatkan
asupan cairan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
imunisasi, jika perlu
76
9. Ansietas Setelah dilakukan asuhan
Reduksi Ansietas (I.09314)
berhubungan keperawatan kecemasan
Observasi
dengan krisis terkontrol dengan kriteria”
1. Identifikasi saat tingkat
situsional dengan Tingkat ansietas menurun ansietas berubah (mis:
kondisi, waktu, stresor)
hospitalisasi diberi kode L.09093 dalam
2. Identifikasi
SLKI.
kemampuan
1. Verbalisasi mengambil keputusan
kebingungan menurun 3. Monitor tanda-tanda
ansietas (verbal dan
2. Verbalisasi khawatir
nonverbal)
akibat kondisi yang
Terapeutik
dihadapi menurun
1. Ciptakan suasana
3. Perilaku gelisah terapeutik untuk
menumbuhkan
menurun
kepercayaan
4. Perilaku tegang
2. Temani pasien untuk
menurun mengurangi
kecemasan, jika
5. Konsentrasi membaik
memungkinkan
6. Pola tidur membaik
3. Pahami situasi yang
membuat ansietas
4. Dengarkan dengan
penuh perhatian
5. Gunakan pendekatan
yang tenang dan
meyakinkan
6. Tempatkan barang
pribadi yang
memberikan
kenyamanan
7. Motivasi
mengidentifikasi
situasi yang memicu
kecemasan
77
8. Diskusikan
perencanaan realistis
tentang peristiwa yang
akan datang
Edukasi
1. Jelaskan prosedur,
termasuk sensasi yang
mungkin dialami
2. Informasikan secara
faktual mengenai
diagnosis, pengobatan,
dan prognosis
3. Anjurkan keluarga
untuk tetap Bersama
pasien, jika perlu
4. Anjurkan melakukan
kegiatan yang tidak
kompetitif, sesuai
kebutuhan
5. Anjurkan
mengungkapkan
perasaan dan persepsi
6. Latih kegiatan
pengalihan untuk
mengurangi
ketegangan
7. Latih penggunaan
mekanisme pertahanan
diri yang tepat
8. Latih Teknik relaksasi
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
obat antiansietas, jika
perlu
78
Terapi relaksasi (I.09326)
Observasi
1. Identifikasi penurunan
tingkat energi,
ketidakmampuan
berkonsentrasi, atau
gejala lain yang
mengganggu
kemampuan kognitif
2. Identifikasi Teknik
relaksasi yang pernah
efektif digunakan
3. Identifikasi kesediaan,
kemampuan, dan
penggunaan Teknik
sebelumnya
4. Periksa ketegangan
otot, frekuensi nadi,
tekanan darah, dan
suhu sebelum dan
sesudah Latihan
5. Monitor respons
terhadap terapi
relaksasi
Terapeutik
1. Ciptakan lingkungan
tenang dan tanpa
gangguan dengan
pencahayaan dan suhu
ruang nyaman, jika
memungkinkan
2. Berikan informasi
tertulis tentang
persiapan dan prosedur
teknik relaksasi
3. Gunakan pakaian
longgar
4. Gunakan nada suara
lembut dengan irama
lambat dan berirama
79
5. Gunakan relaksasi
sebagai strategi
penunjang dengan
analgetik atau
Tindakan medis lain,
jika sesuai
Edukasi
1. Jelaskan tujuan,
manfaat, Batasan, dan
jenis relaksasi yang
tersedia (mis: musik,
meditasi, napas dalam,
relaksasi otot
progresif)
2. Jelaskan secara rinci
intervensi relaksasi
yang dipilih
3. Anjurkan mengambil
posisi nyaman
4. Anjurkan rileks dan
merasakan sensasi
relaksasi
5. Anjurkan sering
mengulangi atau
melatih Teknik yang
dipilih
6. Demonstrasikan dan
latih Teknik relaksasi
(mis: napas dalam,
peregangan, atau
imajinasi terbimbing)
80
c. Implementasi Keperawatan
2007). Implementasi berguna untuk mencapai tujuan yang telah dibuat. Selain
memfasilitasi rehabilitasi.
d. Evaluasi
81
telah dilakukan, namun juga untuk menilai apakah hasil yang diharapkan
82
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan
yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik,
dan radiasi.
B.Saran
Diharapkan makalah ini dapat menjadi referensi bagi pengembangan keilmuan
Keperawatan Kritis dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien luka bakar.
83
DAFTAR PUSTAKA
American Burn Association. 2014. Burn Incidence and Treatment in the United
States : 2015. Chicago : ABA.
http://www.ameriburn.org/resources_factsheet.php. Diakses 20 oktober 2019.
Amin, dkk. 2013. Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis &
NANDA NIC-NOC. Jakarta : Mediaction Publishing.
Brunner, Suddarth. 2010. Textbook of medical surgical nursing. Edisi ke- 1.USA:
Lippincott.
Darma, E. 2017. Analisis Praktik Klinik Keperawatan dengan Intervensi Inovasi
Pemberian Aromaterapi Mawar dan Terapi Murottal Al-Quran Terhadap
Peningkatan Kualitas Tidur pada Pasien An. D dengan Combustio di Ruang
Picu RSUD Abdul Wahab Sjahranie Tahun
2017.https://dspace.umkt.ac.id/bitstream/handle/463.2017/251/KIAN.pdf
?sequence=1&isAllowed=y. Diakses 20 oktober 2019. .
Hardi, Amin. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan Diagnosa Medis
NANDA NIC NOC. Yogyakarta : Media Action.
Leong M, Philips LG. 2012. Wound Healing. Dalam : Townsend CM, Beauchamp
RD, evers BM, Mattox KL, Sabiston textbook of surgery. Edisi ke 19. Canada :
Elsevier
Majid Abdul, Prayogi. 2013. Buku pintar perawatan pasien luka bakar.
Yogyakarta : Gosyem Publishing.
Marilynn E, Doengoes. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3.
Jakarta : EGC.
Mesche AL. 2016. Sistem Integumen. Dalam : Teks dan Atlas Histologi Dasar
Junquiera. 309–24.
Pedoman Penyusunan Karya Ilmiah Akhir (KIA) Program Studi Ners Stikes
Panakkukang Makassar
Purwandari, A. 2008. Konsep Keperawatan : Sejarah & Profesionalisme, Jakarta :
EGC.
Raihanah, S., & Andrayani, D. E. 2017. Tata Laksana Nutrisi Pada Pasien Luka
Bakar Listrik. 1 –13
84
Ulima, L., Wulan, J.r., & Prabowo, A. Y. 2017. Pengaruh Binahong terhadap Luka
Bakar Derajat II.
Vidianka, R. 2015. Potency Of Honey In Treatment Of Burn Wounds.
Lampung University.
Wilkinson, Skinner. 2007. Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta: EGC
85
86