Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN SISTEM INTEGUMEN:


COMBUSTIO
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah III
Dosen Pengampu : Ns. H. Asep Solihat, S.Kep., M.Kep

Oleh :
Aneu Nur’aeni : 12210065
Rika Riani : 12210112
Sri Sulistiani Dewi Sobandi : 12210129

SEKOLAH TINGGI KESEHATAN INDONESIA WIRAUTAMA

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat serta
karuunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelsaika makalah ini tepat pada
waktunya. Adapun tema dari makalah ini adalah “ASUHAN KEPERAWATAN
SISTEM INTEGUMEN: COMBUSTIO”. Sholawat serta salam semoga tetap tercurah
kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari dari alam yang gelap
gulita menuju alam terang benderang.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada Bapak dosen Ns. H. Asep Solihat, S.Kep., M.Kep yang telah membimbing kami
dan tidak lupa teman-teman yang senan tiasa kami banggakan yang semoga kita selalu
dalam lindungan Allah serta dapat berjuang dijalan Allah SWT.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak terdapat kekurangan, oleh
karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan guna
kesempurnaan dalam penulisan makalah pada masa yang akan datang.

Bandung, 8 September, 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................2
C. Tujuan...................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................3
A. Definisi Combustio...............................................................................3
B. Etiologi Combustio...............................................................................3
C. Patofisiologi Combustio.......................................................................4
D. Manifestasi Klinis Combustio..............................................................7
E. Asuhan Keperawatan............................................................................13
BAB III PENUTUPAN....................................................................................17
A. Kesimpulan...........................................................................................17
B. Saran.....................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................18

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Luka bakar merupakan salah satu insiden yang sering terjadi di masyarakat.
Kurang lebih 2,5 juta orang mengalami luka bakar di Amerika Serikat setiap
tahunnya dari kelompok ini 200.000 pasien memerlukan penanganan rawat jalan dan
100.000 pasien dirawat di rumah sakit, sekitar 12.000 meninggal setiap tahunnya.
(Ulima Larissa, (2017).

Luka bakar merupakan masalah kesehatan yang sangat serius dan sering
dihadapi para dokter. Setiap tahun ada lebih dari 300.000 kematian akibat luka bakar
elektrik. Di Indonesia pasien dengan kasus luka bakar juga relatif banyak, khususnya
pada penduduk yang tinggal di daerah kumuh dan padat (Vidianka, 2015). Luka
bakar sering menimbulkan dampak yang merugikan bagi manusia baik secara fisik
maupun psikologis. Rusaknya kulit akibat trauma luka bakar akan mengganggu
fungsi termoregulatorik, sensorik, protektif, metabolik, dan sinyal seksual dari kulit
(Mescher, 2016). Pada pasien luka listrik derajat keparahan trauma yang dialami pada
organ dalam pasien tidak sebanding dengan luka bakar di permukaan tubuh.
Kerusakan pada jaringan akibat luka bakar listrik tidak hanya meliputi kerusakan
struktur anatomi tetapi juga mengganggu fisiologis vital tubuh menyebabkan
perubahan homeostasis pasien yang terkadang irreversible. Oleh karenanya luka
bakar listrik digolongkan sebagai luka bakar berat. Seperti pada luka bakar dengan
sebab lain, luka bakar listrik juga dapat menimbulkan komplikasi pneumonia, sepsis,
dan gagal organ multipel jika tidak ditata laksana dengan baik, sehingga akan
meningkatkan morbiditas dan mortalitas pasien (Raihanah & Diyah, 2017).

Luka bakar saat ini masih merupakan suatu jenis trauma dengan morbiditas
dan mortalitas tinggi yang memerlukan penatalaksanaan khusus dari fase akut,
subakut dan lanjut. Morbiditas dan mortalitas yang tinggi pada kasus luka bakar ini
sangat dipengaruhi oleh prognosis pada pasien luka bakar khususnya luka bakar
berat. Baik buruknya prognosis luka bakar berat ditentukan oleh penanganan yang
tepat baik dari faktor pasien (usia, gizi, jenis kelamin dan faktor premorbid), faktor
trauma (jenis, luas, kedalaman luka bakar dan trauma penyerta) dan faktor
penatalaksanaan (prehospital treatment dan inhospital treatment).

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari combustio?
2. Bagaimana etiologi combustio?
3. Bagaimana patofisiologi combustio?
4. Bagaimana manifestasi klinis combustio?
5. Bagaimana Asuhan keperawatan combustion?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari combustio
2. Untuk mengetahui etiologi combustio
3. Untuk mengetahui patofisiologi combustion
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis combustion
5. Untuk mengetahui asuhan keperawatan combustio

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi combustio
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan
kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia listrik, dan
radiasi (Smeltzer, suzanna, 2002, dikutip oleh Amin Hudanurarif, Hardhi
Kusuma.2013).
Luka bakar yaitu kerusakan secara langsung maupun tidak langsung pada
jaringan kulit yang tidak menutup kemungkinan sampai ke organ dalam yang
disebabkan kontak langsung dengan sumber panas yaitu, api, air atau uap panas,
bahan kimia, radiasi, dan arus listrik (Majid, 2013).

B. Etiologi combustio
Luka bakar dapat disebabkan oleh berbagai hal diantaranya adalah
(Majid, 2013) :
1. Paparan api
1) Flame : Akibat kontak langsung antara jaringan dengan api terbuka dan
menyebabkan cedera langsung ke jaringan tersebut. Api dapat membakar
pakaian terlebih dahulu baru mengenai tubuh. Serat alami memiliki
kecenderungan untuk terbakar, sedangkan serat sintetik cenderung
meleleh atau menyala dan menimbulkan cedera tambahan berupa cedera
kontak.
2) Benda panas (kontak) : Terjadi akibat kontak langsung dengan benda
panas. Luka bakar yang dihasilkan terbatas pada area tubuh yang
mengalami kontak. Contohnya adalah luka bakar akibat rokok dan alat-
alat seperti solder besi atau peralatan masak.
2. Scalds (air panas) Terjadi akibat kontak dengan air panas. Semakin kental
cairan dan semakin lama kontaknya, semakin besar kerusakan yang akan
ditimbulkan. Luka yang disengaja atau akibat kecelakaan dapat dibedakan
berdasarkan pola luka bakarnya. Pada kasus kecelakaan, luka umumnya
menunjukkan luka percikan, yang satu sama lain dipisahkan oleh kulit sehat.
Sedangkan pada kasus yang disengaja, luka pada umumnya melibatkan
keseluruhan ekstremitas dalam pola sirkumferensial dengan garis yang
menandai permukaan cairan.
3. Uap panas
Uap panas terutama ditemukan di daerah industri atau akibat kecelakaan
radiator mobil. Uap panas menimbulkan cedera luas akibat kapasitas panas
yang tinggi dari uap serta dispersi oleh uap bertekanan tinggi. Apabila terjadi
inhalasi, uap panas dapat menyebabkan cedera hingga ke saluran nafas distal
di paru.
4. Gas panas
Inhalasi dapat menyebabkan cedera thermal pada saluran nafas bagian
atas dan oklusi jalan nafas akibat edema.
5. Aliran listrik

3
Cedera timbul akibat aliran listrik yang menembus jaringan tubuh.
Umumnya luka bakar mencapai kulit bagian dalam. Listrik yang
menyebabkan percikan api dan membakar pakaian dapat menyebabkan luka
bakar tambahan. Luka bakar electrik (listrik) disebabkan oleh panas yang
digerakkan dari energi listrik yang dihantarkan melalui tubuh. Berat ringannya
luka dipengaruhi oleh lamanya kontak, tingginya voltage dan cara gelombang
elektrik itu sampai mengenai tubuh.
6. Zat kimia
7. Radiasi
8. Sunburn sinar matahari, terapi radias

C. Patofisiologi.
Luka bakar (Combustio) disebabkan oleh pengalihan energi dari suatu
sumber panas kepada tubuh. Panas dapat dipindahkan lewat hantaran atau radiasi
elektromagnetik. Destruksi jaringan terjadi akibat koagulasi, denaturasi protein
atau ionisasi isi sel. Kulit dan mukosa saluran nafas atas merupakan lokasi
destruksi jaringan. Jaringan yang dalam termasuk organ visceral dapat
mengalami kerusakan karena luka bakar elektrik atau kontak yang lama dengan
burning agent. Nekrosis dan keganasan organ dapat
terjadi (Majid & Prayogi, 2013).
Kedalam luka bakar bergantung pada suhu agen penyebab luka bakar dan
lamanya kontak dengan gen tersebut. Pajanan selama 15 menit dengan air panas
dengan suhu sebesar 56.10 C mengakibatkan cidera full thickness yang serupa.
Perubahan patofisiologik yang disebabkan oleh luka bakar yang berat selama
awal periode syok luka bakar mencakup hipoperfusi jaringan dan hipofungsi
organ yang terjadi sekunder akibat penurunan curah jantung dengan diikuti oleh
fase hiperdinamik serta hipermetabolik.
Kejadian sistemik awal sesudah luka bakar yang berat adalah
ketidakstabilan hemodinamika akibat hilangnya integritas kapiler dan kemudian
terjadi perpindahan cairan, natrium serta protein dari ruang intravaskuler ke
dalam ruanga interstisial. Curah jantung akan menurun sebelum perubahan yang
signifikan pada volume darah terlihat dengan jelas. Karena berkelanjutnya
kehilangan cairan dan berkurangnya volume vaskuler, maka curah jantung akan
terus turun dan terjadi penurunan tekanan darah. Sebagai respon, system saraf
simpatik akan melepaskan ketokelamin yang meningkatkan vasokontriksi dan

4
frekuensi denyut nadi. Selanjutnya vasokontriksi pembuluh darah perifer
menurunkan curah jantung.
Umumnya jumlah kebocoran cairan yang tersebar terjadi dalam 24
hingga 36 jam pertama sesudah luka bakar dan mencapai puncaknya dalam
tempo 6-8 jam. Dengan terjadinya pemulihan integritas kapiler, syok luka bakar
akan menghilang dan cairan mengalir kembali ke dalam kompartemen vaskuler,
volume darah akan meningkat. Karena edema akan bertambah berat pada luka
bakar yang melingkar. Tekanan terhadap pembuluh darah kecil dan saraf pada
ekstremitas distal menyebabkan obstruksi aliran darah sehingga terjadi iskemia.
Komplikasi ini dinamakan sindrom kompartemen. Volume darah yang beredar
akan menurun secara dramatis pada saat terjadi syok luka bakar. Kehilangan
cairan dapat mencapai 3-5 liter per 24 jam sebelum luka bakar ditutup. Selama
syok luka bakar, respon luka bakar respon kadar natrium serum terhadap
resusitasi cairan bervariasi. Biasanya hipnatremia terjadi segera setelah terjadinya
luka bakar, hiperkalemia akan dijumpai sebagai akibat destruksi sel massif.
Hipokalemia dapat terhadi kemudian dengan berpeindahnya cairan dan
tidak memadainya asupan cairan. Selain itu juga terjadi anemia akibat kerusakan
sel darah merah mengakibatkan nilai hematokrit meninggi karena kehilangan
plasma. Abnormalitas koagulasi yang mencakup trombositopenia dan masa
pembekuan serta waktu protrombin memanjang juga ditemui pada kasus luka
bakar (Majid & Prayogi, 2013).
Kasus luka bakar dapat dijumpai hipoksia. Pada luka bakar berat,
konsumsi oksigen oleh jaringan meningkat 2 kali lipat sebagai akibat
hipermetabolisme dan respon lokal. Fungsi renal dapat berubah sebagai akibat
dari berkurangnya volume darah. Destruksi sel-sel darah merah pada lokasi
cidera akan menghasilkan hemoglobin bebas dalam urin. Bila aliran darah lewat
tubulus renal tidak memadai, hemoglobin dan mioglobin menyumbat tubulus
renal sehingga timbul nekrosis akut tubuler dan gagal ginjal.Luka bakar
disebabkan oleh pengalihan energi dari sumber-sumber panas kepada tubuh.
Panas dapat dipindahkan oleh radiasi elektromagnetik.Pada kasus luka bakar
listrik atau Electrical burn injury kerusakan diakibatkan oleh arus listrik yang
masuk ketubuh dan menjalar ke jaringan. Ekstremitas biasanya terkena kerusakan
jaringan yang lebih parah karena ukurannya lebih kecil di banding tubuh,
menyebabkan arus yang besar terkumpul diekstremitas.

5
Luka tambahan karena listrik adalah luka bakar pada kulit pada tempat
masuk dan keluarnya arus listrik karena putaran suhu tinggi oleh aliran listrik
(2,5000C) pada permukaan kulit, luka bakar yang terjadi karena baju korban
terbakar. Mungkin disertai patah tulang dan dislokasi karena otot-otot
berkontraksi akibat listrik. Luka bagian dalam biasanya termasuk kerusakan otot,
kerusakan saraf dan kemungkinan penggumpalan darah disebabkan tekanan arus
listrik, kerusakan organ dalam rongga atau perut,Kehilangan integritas kulit
diperparah lagi dengan pelepasan faktor-faktor inflamasi yang abnormal,
perubahan immunoglobulin serta komplemen serum, gangguan fungsi neutrofil,
limfositopenia.
Imunosupresi membuat pasien luka bakar bereisiko tinggi untuk
mengalmai sepsis. Hilangnya kulit menyebabkan ketidakmampuan pengaturan
suhunya. Beberapa jam pertama pasca luka bakar menyebabkan suhu tubuh
rendah, tetapi pada jam-jam berikutnya menyebabkan hipertermi yang
diakibatkan hipermetabolisme(Majid & Prayogi, 2013).

D. Manifestasi klinis
a. Berat luka bakar
Beratnya luka bakar tergantung kepada jumlah jaringan yang terkena dan
kedalaman luka :
1) Luka bakar derajat I
Merupakan luka bakar yang paling ringan. Kulit yang terbakar
menjadi merah,nyeri, sangat sensitif terhadap sentuhan dan lembab, atau
membengkak. Jika ditekan, daerah yang terbakar akan memutih, belum
terbentuk lepuh. Gambar luka derajat I

6
2) Luka bakar derajat II
Menyebabkan kerusakan yang lebih dalam. Terjadi kerusakan
epidermis dan dermis. Kulit melepuh, dasarnya tampak merah, atau
keputihan dan terisi oleh cairan kental yang jernih. Jika disentuh
warnanya berubah menjadi putih dan terasa nyeri.

3) Luka bakar derajat III


Menyebabkan kerusakan yang paling dalam.Seluruh epidermis
dan dermis telah rusak dan telah pula merusak jaringan di bawahnya
(lemak atau otot). Permukaannya bisa berwarna putih dan lembut atau
berwarna hitam, hangus dan kasar.Kerusakan sel darah merah pada
daerah yang terbakar bisa menyebabkan luka bakar berwarna merah
terang. Kadang daerah yang terbakar melepuh dan rambut/ bulu ditempat

7
tersebut mudah dicabut dari akarnya.Jika disentuh, tidak timbul rasa nyeri
karena ujung saraf pada kulit telah mengalami kerusakan.Jaringan yang
terbakar bisa mati. Jika jaringan mengalami kerusakan akibat luka bakar,
maka cairan akan merembes dan pembuluh darah dan menyebabkan
pembengkakan.Pada luka bakar yang luas, kehilangan sejumlah besar
cairan karena perembesan tersebut bisa menyebabkan terjadinya syok.
Tekanan darah sangat rendah sehingga darah yang mengalir ke otak
sangat sedikit.

b. Kedalaman luka bakar


1) Luka bakar derajat I
(a) Kerusakan terjadi pada lapisan epidermis
(b) Kulit kering, hiperemi berupa eritema
(c) Tidak dijumpai bulla
(d) Nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi
(e) Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 5-10 hari
2) Luka bakar derajat II
Tampak bullae, dasar luka kemerahan (derajat IIA), dasar pucat
keputihan (derajat IIB), nyeri hebat terutama pada derajat IIA. Luka bakar
derajat II ini dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu :
(a) Derajat IIA dangkal (superficial)
(1) Kerusakan mengenai bagian superfisial dari dermis.
(2) Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat,
kelenjar sebasea masih utuh.
(3) Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 10-14 hari.
(b) Derajat IIB dalam (deep)
(1) Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis.

8
(2) Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat,
kelenjar sebasea sebagian besar masih utuh.
(3) Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung epitel yang tersisa.
Biasanya penyembuhanterjadi lebih dari sebulan.
3) Luka bakar derajat III
(a) Kerusakan meliputi seluruh lapisan dermis dan lapisan yang lebih
dalam.
(b) Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar
sebasea mengalami kerusakan
(c) Tidak dijumpai bulae.
(d) Kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan pucat. Karena kering
letaknya lebih rendah dibanding kulit sekitar
(e) Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis yang dikenal
sebagai eskar.
(f) Tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi, oleh karena ujung- ujung
saraf sensorik mengalami kerusakan /kematian.
(g) Penyembuhan terjadi lama karena tidak terjadi proses epitelisasi
spontan dari dasar luka.

c. Berdasarkan tingkat keseriusan luka :


1) Luka bakar ringan/minor
(a) Luka bakar dengan luas < 15 % pada dewasa
(b) Luka bakar dengan luas < 10 % pada anak dan usia lanjut

9
(c) Luka bakar dengan luas < 2 % pada segala usia (tidak mengenai
muka, tangan, kaki, dan perineum.
2) Luka bakar sedang (moderate burn)
(a) Luka bakar dengan luas 15 – 25 % pada dewasa, dengan luka
bakar derajat III kurang dari 10 %
(b) Luka bakar dengan luas 10 – 20 % pada anak usia < 10 tahun
atau dewasa > 40 tahun, dengan luka bakar derajat III kurang
dari 10 %c) Luka bakar dengan derajat III < 10 % pada anak
maupun dewasa yang tidak mengenai muka, tangan, kaki, dan
perineum.
3) Luka bakar berat (major burn)
(a) Derajat II-III > 20 % pada pasien berusia di bawah 10 tahun atau
di atas usia 50 tahun
(b) Derajat II-III > 25 % pada kelompok usia selain disebutkan pada
butir pertama
(c) Luka bakar pada muka, telinga, tangan, kaki, dan perineum
(d) Adanya cedera pada jalan nafas (cedera inhalasi) tanpa
memperhitungkan luas luka bakar
(e) Luka bakar listrik tegangan tinggi
(f) Disertai trauma lainnya
(g) Pasien-pasien dengan resiko tinggi.
d. Fase - Fase Luka Bakar
1) Fase akut.
Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Dalam fase awal
penderita akan mengalami ancaman gangguan airway (jalan nafas),
breathing (mekanisme bernafas), dan circulation (sirkulasi).
Gangguan airway tidak hanya dapat terjadi segera atau beberapa saat
setelah terbakar, namun masih dapat terjadi obstruksi saluran
pernafasan akibat cedera inhalasi dalam 48-72 jam pasca trauma.
Cedera inhalasi adalah penyebab kematian utama penderita pada
fase akut. Pada fase akut sering terjadi gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit akibat cedera termal yang berdampak sistemik.
2) Fase sub akut

10
Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi
adalah kerusakan atau kehilangan jaringan akibat kontak denga
sumber panas. Luka yang terjadi menyebabkan :
(a) Proses inflamasi dan infeksi.
(b) Problem penutupan luka dengan titik perhatian pada Luka
telanjang atau tidak berbaju epitel luas dan atau pada struktur
atau organ -organ fungsional.
(c) Keadaan hipermetabolisme.
3) Fase lanjut
Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi
parut akibat luka dan pemulihan fungsi organorgan fungsional.
Problem yang muncul pada fase ini adalah penyulit berupa parut
yang hipertropik, keloid, gangguan pigmentasi, deformitas dan
kontraktur.
e. Luas Luka Bakar
Luas luka tubuh dinyatakan sebagai persentase terhadap luas
permukaan tubuh atau Total Body Surface Area (TBSA). Untuk
menghitung secara cepat dipakai Rules of Nine atau Rules of Walles dari
Walles. Perhitungan cara ini hanya dapat diterapkan pada orang dewasa,
karena anak-anak mempunyai proporsi tubuh yang berbeda. Pada anak-
anak dipakai modifikasi Rule of Nines menurut Lund and Browder, yaitu
ditekankan pada umur 15 tahun, 5 tahun dan 1 tahun.
Wallace membagi tubuh bagian 9 % atau kelipatan 9 yang
terkenal dengan nama rule of nine atau rule of Wallace, yaitu:
1) Kepala sampai leher : 9 %
2) Lengan kanan: 9 %
3) Lengan kiri: 9 %
4) Dada sampai prosessus sipoideus: 9 %
5) Prosessus sipoideus sampai umbilicus : 9 %
6) Punggung : 9 %
7) Bokong : 9 %
8) Genetalia : 1 %
9) Paha sampai kaki kanan depan : 9 %
10) Paha sampai kaki kanan belakan: 9 %
11) Paha sampai kaki kiri depan: 9 %

11
12) Paha sampai kaki kiri belakang: 9 %
Total : 100%

E. Fathway

Bahan kimia Termis Radiasi Listrik/petir

LUKA BAKAR

Kerusakan kulit

Jaringan traumatik Kerusakan pertahanan Penguapan meningkat


Gangguan integritas
primer
kulit

Pembuluh darah kapiler


Pembentukan oedema Pertahanan primer tidak
Kerusakan persepsi meningkat
sensori adekuat

Penurunan ambang Ekstravasasi cairan (H2O,


Mobilitas fisik batas nyeri elektrolit, protein)
Risiko infeksi

Nyeri akut Cairan intravaskuler menurun

Hipovolemik dan
Risiko Hipovolemia hemokonsentrasi
12
F. Asuhan keperawatan combustio
1. Pengkajian
a. Identitas klien
b. Riwayat kesehatan sekarang
1) Sumber kecelakaan
2) Sumber panas atau penyebab yang berbahaya
3) Gambaran yang mendalam bagaimana luka bakar terjadi
4) Faktor yang mungkin berpengaruh seperti alkohol, obat-obatan
5) Keadaan fisik disekitar luka bakar
6) Peristiwa yang terjadi saat luka sampai masuk ke RS
c. Riwayat kesehatan dahulu
kemampuan untuk memenuhi keseimbangan cairan dan daya pertahanan
terhadap infeksi (seperti DM,gagal jantung, sirosis hepatis, gangguan
pernafasan)
d. Pemeriksaan Fisik
1) Aktifitas / istirahat
Tanda : penurunan kekuatan, tahanan, keterbatasan rentang gerak
pada area yang sakit gangguan masa otot, perubahan tonus
2) Sirkulasi
Tanda (dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT) : hipotensi
(syok); penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang cedera;
vasokontriksi perifer umum dengan kehilangan nadi, kulit putih dan
dingin (syok listrik); takikardia (syok/ansietas/nyeri); disritmia (syok
listrik); pembentukan oedema jaringan (semua luka bakar)
3) Integritas ego
Gejala : masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan.
Tanda : ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik
diri, marah
4) Eliminasi

13
Tanda : haluaran urine menurun; warna mungkin hitam kemerahan
bila terjadi mioglobin, mengidentifikasikan kerusakan otot dalam;
diuresis, penurunan bising usus
5) Makanan / cairan
Tanda : oedema jaringan umum, anoreksia, mual / muntah
6) Neurosensori
Gejala : area batas, kesemutan
Tanda : perubahan orientasi, afek, perilaku; penurunan refleks tendon
dalam (RTD) pada cedera ekstremitas; aktifitas kejang
7) Nyeri / keamanan
Gejala : berbagi nyeri; contoh luka bakar derajat pertama secara
eksteren sensitif untuk disentuh; ditekan; gerakan udara dan
perubahan suhu; luka bakar ketebalan sedang derajat kedua sangat
nyeri; respon terhadap luka bakar ketebalan derajat kedua tergantung
pada keutuhan ujung saraf; luka bakar derajat tiga tidak nyeri
8) Pernafasan
Gejala : terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama
Tanda : serak; batuk mengi; partikel karbon dalam sputum;
ketidakmampuan menelan sekresi oral dan sianosis; indikasi cedera
inhalasi
e. Pemeriksaan diagnostik :
1) LED mengkaji hemokonsentrasi
2) GDA dan sinar X dada mengkaji fungsi pulmonal, khususnya pada
cedera inhalasi asap
3) BUN dan kreatinin mengkaji fungsi ginjal
4) Urinalisis menunjukkan mioglobin dan hemokromogen menandakan
kerusakan otot pada luka bakar ketebalan penuh luas
5) Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap
6) Koagulasi memeriksa faktor-faktor pembekuan yang dapat menurun
pada luka bakar masif
7) Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi asap
2. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan integritas kulit
b. Mobilitas fisik berhubungan dengan edema, nyeri, kontraktur

14
c. Risiko Hipovolemia berhubungan dengan peningkatan kebocoran kapiler
dan perpindahan cairan dari intravaskuler ke ruang Interstisial
d. Risiko infeksi berhubungan dengan kerusakan barier kulit, kerusakan
respons imun, prosedur invasive

3. Intervensi keperawatan

SDKI SIKI SLKI


Nyeri akut b.d kerusakan Intervensi Implementasi Tingkat nyeri (L.08066)
integritas kulit d.d Manajemen nyeri Manajememn nyeri (I. Setelah dilakukan intervensi selama
DS : Mengeluh nyeri (I.08238) 08238) 1x24 jam diharapkan tingkat nyeri
(skala nyeri 6) Observasi : Observasi : menurun dengan kriteria hasil:
DO : 1. Identifikasi skala 1. mengidentifikakksi 1. Keluhan nyeri menurun
a. Tampak meringis nyeri skala nyeri 2. Meringis menurun
b. Frekuensi nadi 2. Identifikasi lokasi 2. mengidentifikasi 3. Ftekuensi nadi membaik
meningkat karakteristik, lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, durasi, frekuensi,
kualitas, dan kualitas, dan
intensitas nyeri intensitas nyeri
3. Identifikasi faktor 3. Mengidentifikasi
yang memperingan faktor yang
dan memperberat memperingan dan
nyeri memperberat nyeri
Trepeutik: Terapetik
1. berikan teknik non 1. Memberikan teknik
farmakologis untuk nonfarmakologis
mengurangi rasa untuk mengurangi
nyeri rasa nyeri
2. konrol lingkungan 2. Kontrol lingkungan
yang memperberat yang memperberat
rasa nyeri rasa nyeri

Mobilitas fisik b.d Dukungan Dukungan mobilisasi Setelah dilakukan intervensi selama
edema, nyeri dan mobilisasi( I.05173) (I.05173) 1x24 jam diharapkan
kontraktur d.d Observasi: Observasi Mobilitas fisik meningkat dengan
DS: Mengeluh sulit 1. Identifikasi adanya 1. Mengidentifikasi kriteria hasil:
beraktivitas nyeri atau keluhan adanya nyeri atau 1. Kaku sendi menurun
DO: fisik lainnya keluhan fisik lainnya 2. Gerakan tidak terkordinasi
a. Kekuatan otot 2. Identifikasi 2. Mengidentifikasi menurun
menurun toleransi fisik toleransi fisik 3. Kelemahan fisik menurun
b. Rentang gerak melakukan melakukakn
(ROM) menurun pergerakan pergerakan
Terapetik: Terapetik
1. Fasilitasi aktivitas 1. Memfasilitasi
mobilisasi dengan aktivitas mobilisasi
alat bantu ( mis. dengan alat bantu

15
Pagar tempat tidur) (mis. pagar tempat
2. Fasilitasi tidur)
melakukan 2. Memfasilitasi
pergerakan melakukan
pergerakan
Risiko Hipovolemia b.d Observasi: Observasi: Setelah dilakukan tindakan
1. Periksa tanda dan 1. Memeriksa tanda keperawatan diharapkan status cairan
peningkatan kebocoran
gejala hipovolemia dan gejala membaik dengan kriteria hasil:
kapiler dan perpindahan 2. Monitor intake dan hipovolemia 1. Turgor kulit meningkat
output cairan 2. Memonitor intake 2. Edema menurun
cairan dari intravaskuler
Terapetik: dan ouput cairan 3. Volume cairan meningkat
ke ruang Interstisial 1. Hitung kebutuhan Terapetik :
cairan 1. Menghitung
2. Berikan asupan kebutuhan cairan
cairan 2. Memberikan asupan
Edukasi: cairan
1. Anjurkan Edukasi :
menghindari ubah 1. Menganjurkan
posisi mendadak menghindari
mengubah posisi
mendadak
Risiko infeksi b.d Observasi: Observasi : Setelah dilakukan tindakan
1. Monitoring Infeksi 1. Memonitoring keperawatan selama...x… diharapkan
kerusakan barier kulit,
lokal dan sitemik infeksi lokal derajat infeksi menurun dengan
kerusakan respons imun, Terapetik : sistemik kriteria hasil:
1. Berikan perawatan Terapetik : 1. Kemerahan menurun
prosedur invasive
kulit pada daerah 1. Memberikan 2. Nyeri menurun
luka perawatan kulit pada
2. Pertahankan teknik daerah luka
aseptik 2. Mempertahankan
Edukasi : teknik aseptik
1. Jelaskan tanda dan Edukasi :
gejala infeksi 1. Menjelaskan tanda
2. Ajarkan cara dan gejala infeksi
memeriksa luka 2. Mengajarkan cara
memeriksa luka

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Luka bakar adalah keruskan secara langsung maupun yang tidak langsung
pada jaringan kulit yang tidak menutup kemungkinan sampai organ dalam yang
disebabkan oleh panas, sengatan listrik, bahan kimia, petir dan radiasi.
Luka bakar pada umumnya terjadi pada kulit yang mrmpunyai peranan pentig
dalam keseimbangan suhu tubuh, mempertahankan cairan tubuh, juga pertahanan
tubh dari infeksi.
B. Saran
Sebagai penyusun makalah ini, kami menyaramnkan kepada para pembaca,
khusnya kepada mahasiswa agar lebih mendalami materi yang telah dipaparkan
dalam makalah ini agar dapat berguna dalam kehidupan sehari-hari.

17
DAFTAR PUSTAKA
https://id.scribed.com/document/561662684/MAKALAH-COMBUSTIO-1

18

Anda mungkin juga menyukai