Anda di halaman 1dari 9

Anatomi dan Fisiologi

Sistem Imunologi

ANATOMI dan FISIOLOGI SISTEM IMUNOLOGI

1. Pengertian Imunologi (Smeltzer & Bare, 2001)


Imunologi adalah suatu ilmu yang mempelajari antigen, antibodi, dan fungsi pertahanan tubuh
penjamu yang diperantarai oleh sel, terutama berhubungan imunitasterhadap penyakit, reaksi
biologis hipersensitif, alergi dan penolakan jaringan. Sistem imun adalah sistem perlindungan
pengaruh luar biologis yang dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu organisme. Jika
sistem kekebalan bekerja dengan benar, sistem ini akan melindungi tubuh terhadap infeksi bakteri
dan virus, serta menghancurkan sel kanker dan zat asing lain dalam tubuh. Jika sistem kekebalan
melemah, kemampuannya melindungi tubuh juga berkurang, sehingga menyebabkan patogen,
termasuk virus yang menyebabkan demam dan flu, dapat berkembang dalam tubuh.Sistem
kekebalan juga memberikan pengawasan terhadap sel tumor, dan terhambatnya sistem ini juga
telah dilaporkan meningkatkan resiko terkena beberapa jenis kanker.
Fungsi Sistem Imun (George & Hademenos, 2006)

1. Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit dengan menghancurkan dan menghilangkan
mikroorganisme atau substansi asing (bakteri, parasit, jamur, dan virus, serta tumor) yang masuk
ke dalam tubuh.
2.    Menghilangkan jaringan atau sel yg mati atau rusak untuk perbaikan jaringan.
3.    Mengenali dan menghilangkan sel yang abnormal.
Sasaran utama yaitu bakteri patogen dan virus.Leukosit merupakan sel imun utama (disamping sel
plasma, makrofag, dan sel mast).
Pembentukan antigen dengan cara antigen masuk ke dalam tubuh akan berikatan dengan
reseptor sel limfosit B. Pengikatan tersebut menyebabkan sel limfosit B berdiferensiasi menjadi
sel plasma. Sel plasma kemudian akan membentuk antibody yang mampu berikatan dengan
antigen yang merangsang pembentukan antibody itu sendiri. Tempat melekatnya antibody pada
antigen disebut epitop, sedangkan tempat melekatnya antigen pada antibodi disebut variabel.
A. Organ Limfatik Primer
1. Sumsum Tulang, Semua sel sistem kekebalan tubuh berasal dari sel-sel induk dalam
sumsum tulang. Sumsum tulang adalah tempat asal sel darah merah, sel darah putih,
(termasuk limfosit dan makrofag dan platelet. Sel-sel dari sistem kekebalan tubuh juga
terdapatdi tempat lain. Sum-sum Tulang Merah merupakan jaringan penghasil limfosit.
Sel-sel limfosit yang dihasilkan tersebut akan mengalami perkembangan. Limfosit yang
berkembang di dalam sumsum tulang akan menjadi limfosit B. Sedangkan limfosit yang
berkembang di dalam kelenjar timus akan menjadi limfosit T. Limfosit-limfosit ini
berperan penting untuk melawan penyakit.
2.  Thymus
Glandula thymus memproduksi dan mematurasi/mematangkan T limfosit yang kemudian
bergerak ke jaringan limfatik yang lain,dimana T limfosit dapat berespon terhadap benda
asing. Thymus mensekresi 2 hormon thymopoetin dan thymosin yang menstimulasi
perkembangan dan aktivitas T limfosit.
1. Limfosit T sitotoksik limfosit yang berperan dan imunitas yang diperantarai sel . Sel T
sitotoksik memonitor sel di dalam tubuh dan menjadi aktif bila menjumpai sel dengan
antigen permukaan yang abnormal. Bila telah aktif sel T sitotoksik menghancurkan sel
abnormal.
2. Limfosit T Helper
Limfosit yang dapat meningkatkan respon sistem imun normal. Ketika distimulasi oleh
antigen presenting sel sepeti makrofag, T helper melepas faktor yang menstimulasi
proliferasi sel B limfosit.
3. Limfosit B
Tipe sel darah putih ,atau leukosit penting untuk imunitas yang diperantarai
antibodi/humoral. Ketika di stimulasi oleh antigen spesifik limfosit & akan berubah
menjadi sel memori dan sel plasma yang memproduksi antibodi.
4. Sel plasma
Klon limfosit dari sel & yang terstimulasi. Plasma sel berbeda dari limfosit
lain ,memiliki retikulum endoplamik kasar dalam jumlah yang banyak ,aktif
memproduksi antibodi .
B. Organ Limfatik Sekunder
1. Limfa

Limpa: Limpa merupakan organ limfoid yang paling besar. Kelenjar yang dihasilkan
dari limpa berwarna ungu tua. Limpa terletak di belakang lambung. Fungsi limpa
antara lain: membunuh kuman penyakit; membentuk sel darah putih (leukosit) dan
antibodi; menghancurkan sel darah merah yang sudah tua. Limpa mendeteksi dan
merespon terhadap benda asing dalam darah ,merusak eritrosit tua dan sebagai
penyimpan darah. Parenkim limpa terdiri dari 2 tipe jaringan: pulpa merah dan pulpa
putih
A. Pulpa merah terdiri dari sinus dan di dalamnya terisi eritrosit
B. Pulpa putih terdiri limfosit dan makrofag
Benda asing di dalam darah yang melalui pulpa putih dapat menstimulasi limfosit.
2. Nodus Limfa
Nodus Limfe: berbentuk kecil lonjong atau seperti kacang dan terdapat di sepanjang
pembuluh limfe. Nodus limfa terbagi menjadi ruangan yang lebih kecil yang disebut
nodulus. Nodulus terbagi menjadi ruangan yang lebih kecil lagi yang disebut sinus. Di
dalam sinus terdapat limfosit dan makrofag. Fungsi nodus limfa adalah untuk
menyaring mikroorganisme yang ada di dalam limfa. Kelompok-kelompok utama
terdapat di dalam leher, axial, thorax, abdomen, dan lipatan paha.
3. Nodulus Limfatikus
Nodus Limfatikus : merupakan sekumpulan jaringan limfatik yang tersebar di
sepanjang jaringan ikat yang terdapat pada membran mukus yang membatasi dinding
saluran pencernaan, saluran reproduksi, saluran urin, dan saluran respirasi. Beberapa
bentuk nodulus limfatikus yaitu tonsil dan folikel limfatik. Tonsil terdapat di
tenggorokan. Folikel limfatik terdapat di permukaan dinding usus halus. Letak nodulus
limfatikus sangat strategis untuk berperan dalam respon imun melawan zat asing yang
masuk dalam tubuh melalui pencernaan atau pernafasan. Nodus limfatikus (limfonodi
terletak sepanjang sistem limfatik. Nodus limfatikus mengandung limfosit dalam
jumlah banyak dan makrofag yang berperan melawan mikroorganisme yang masuk ke
dalam tubuh. Limfe bergerak melaluisinus,sel fagosit menghilangkan benda asing.
Pusat germinal merupakan produksi limfosit.
4. Getah Bening
Kelenjar getah bening berbentuk kacang kecil terbaring di sepanjang perjalanan
limfatik. Terkumpul dalam situs tertentu seperti leher, axillae, selangkangan, dan para-
aorta daerah.
5. Tonsil

Tonsil adalah sekumpulan besar limfonodi terletak pada rongga mulut dan nasofaring.
Tiga kelompok tonsil adalah tonsil palatine, tonsil lingual dan tonsil pharyngeal.
Mekanisme Pertahanan

a. Mekanisme pertahanan Non Spesifik dilihat dari caranya diperoleh, mekanisme pertahanan


non spesifik disebut juga respons imun alamiah. Terdiri dari kulit dan kelenjarnya, lapisan
mukosa dan enzimnya, serta kelenjar lain beserta enzimnya, contoh kelenjar air mata. Kulit
dan silia merupakan system pertahan tubuh terluar.Demikian pula sel fagosit (sel
makrofag, monosit, polimorfonuklear)dan komplemen merupakan komponen mekanisme
pertahahan. 
b. Mekanisme pertahanan Spesifik bila pertahanan non spesifik belum dapat mengatasi invasi
mikroorganisme, maka imunitas spesifik akan terangsang. Mekanisme pertahananspesifik
adalah mekanisme pertahanan yg diperankan oleh limfosit, dengan atau tanpa bantuan
komponen sistem imun lainnya seperti sel makrofag dan komplemen. Dilihat dari cara
diperolehnya, mekanisme pertahanan spesifik disebut juga sebagai respons imun didapat.
1. Imunitas humoral adalah imunitas yg diperankan oleh limfosit B dengan atau tanpa
bantuan dari imuno kompeten lainnya. Tugas sel B akan dilaksanakan oleh
imunoglobulin yg disekresi oleh plasma. Terdapat 5 kelas imunoglobulin yang kita
kenal, yaitu IgE, IgM, IgA, IgD, dan IgE.

Pembagian Antibody (Imunoglobulin)


Antibodi (antibody, gamma globulin) adalah glikoprotein dengan struktur tertentu yang
disekresi dari pencerap limfosit B yang telah teraktivasi menjadi sel plasma, sebagai
respon dari antigen tertentu dan reaktif terhadap antigen tersebut. Pembagian
Immunglobulin.
a. Antibodi A (Immunoglobulin A, Ig A) adalah antibodi yang
memainkan peran penting dalam imunitas mukosis.  
b. Antibodi D (Immunoglobulin D, IgD) adalah sebuah monomer
dengan fragmen yang dapat mengikat 2 epitop.
c. Antibodi E (antibody E, immunoglobulin E, IgE) adalah jenis
antibodi yang hanya dapat ditemukan pada mamalia.
d. Antibodi G (Immunoglobulin G, Ig G) adalah antibodi monomeris
yang terbentuk dari dua rantai berat dan rantai ringan, yang saling mengikat
dengan ikatan disulfida, dan mempunyai dua fragmen antigen-binding.
e. Antibodi M (Immunoglobulin M, Ig M, macroglobulin) adalah
antibodi dasar yang berada pada plasma B.
2. Imunitas seluler didefinisikan sbg suatu respon imun terhadap suatu antigen yang
diperankan oleh limfosit T dengan atau tanpa bantuan komponen sistem imunlainnya.
Menurut Behman, Kliegman dan Arvin (1996:695-696) terdapat beberapa sel pada
sistem imun :

a. Sel-T: Fungsi utama dari sel-T atau limfosit T untuk mengintensifkan respon sistem
kekebalan tubuh. Melakukan ini dengan mengeluarkan faktor khusus, yang pada
gilirannya mengaktifkan sel-sel darah putih lainnya, untuk melawan infeksi. Sel-T
dibagi lagi ke dalam jenis yang berbeda. Salah satu subdivisi tersebut adalah sel T-
pembunuh yang memainkan peran membunuh sel tumor tertentu dan bahkan parasit.
b. Sel Natural Killer: Sel-sel ini bertindak seperti sel T-pembunuh dan berfungsi
sebagai sel efektor, yang secara langsung menghancurkan sel-sel tumor dan sel yang
terinfeksi virus. Namun, tidak seperti sel-T, sel-sel pembunuh alami ini tidak
memiliki sebuah perjumpaan sebelumnya pada organ limfoid sebelum membunuh
target mereka.
c. Sel-B: Fungsi utama dari sel-sel ini adalah produksi antibodi. Mereka menghasilkan
antibodi dalam menanggapi berbagai bakteri, virus, sel-sel tumor, dll.
d. Granulosit: Sel-sel ini terdiri dari 3 jenis sel. Mereka adalah neutrofil, eosinofil dan
basofil, yang diidentifikasi berdasarkan pewarnaan mereka. Sel-sel ini sebagian besar
bertanggung jawab untuk menghilangkan parasit dan bakteri dari tubuh, dengan
menelan dan mendegradasi mereka.

e. Makrofag: Sel-sel ini disebut sebagai pemulung, karena mereka mengambil dan
menelan benda asing dan kemudian mempresentasikannya ke sel T dan selB dari
sistem kekebalan tubuh. Langkah ini adalah langkah yang sangat penting dalam
inisiasi respon sistem kekebalan tubuh.
f. Sel dendritik: Sel-sel ini sebagian besar ditemukan pada kompartemen struktural
organ sistem kekebalan tubuh. Mereka menelan antigen dan hadir jika sebelum
organ-organ ini, untuk inisiasi dari sistem kekebalan tubuh.
Faktor penyebab menurunya sistem imun :
a. Cara hidup yang tidak sehat.
b. Kekurangan zat makanan.
c. Pencemaran udara atau alam sekitar.
d. Keletihan dan tekanan dan kerisauan.
e. Kurang bersenam.
f. Penggunaan antibiotik yang berlebihan.

Apabila sistem imun kita menurun, maka lebih mudah untuk kita mendapat
jangkitan. Orang yang mempunyai sistem imun yang rendah mudah berasa letih, tidak
bersemangat, sentiasa selesema, jangkitan usus (makanan yang tidak sesuai akan
menyebabkan muntah dan mual), luka sukar untuk sembuh, alergi dan sebagainya.
Selain itu, sistem imun yang tidak teratur juga boleh menyebabkan kecederaan pada sel.

A. PENYAKIT IMUN
1. Penyakit imun ada 2 jenis : penyakit imunodefisiensi (respon imun kurang memadai)
atau serangan imun yang tidak sesuai (respon imun yang berlebihan atau salah sasaran)
2. Pada penyakit imunodefisiensi, sistem imun gagal mempertahankan tubuh secara
normal dan infeksi bakteri atau virus, masing-masing akibat defisit pada sel B atau sel
T.
3. Pada serangan imun yang tidak pada tempatnya, sistem imun berlaku berlebihan.
Terdapat tiga kategori dalam kelompok ini :
a) Pada penyakit autoimun, sistem imun secara salah menyerang jaringan tubuh
sendiri yang tidak lagi dikenalinya dan tidak dianggap bagian dari diri
b) Pada penyakit kompleks imun, jaringan tubuh mengalami kerusakan akibat
pembentukan kompleks antigen-antibodi yang terlalu banyak dan mengaktifkan
komplemen secara berlebihan. Pengaktifan ini merusak sel normal sekitar selain
antigen pemicu.
c) Alergi, atau hipersensitivitas, terjadi ketika sistem imun secara salah melancarkan
serangan yang merusak tubuh dan menimbulkan gejala terhadap alergen yang
biasanya adalah antigen lingkungan yang tidak berbahaya :
 Hipersensitivitas tipe cepat melibatkan pembentukan antibodi IgE oleh sel
B yang memicu pelepasan berbagai bahan kimia inflamatorik kuat dari sel
mast dan basofil untuk menghasilkan respon cepat terhadap alergen.
 Hipersensitivitas alergen yang menimbulkan gejala dan berlangsung lebih
lambat.

Anda mungkin juga menyukai