Anda di halaman 1dari 6

Faktor-faktor yang mempengaruhi sistem imun :

Genetik : kerentanan seseorang tehadap penyakit ditentukan oleh gen HLA/MHC


Umur : contohnya hipofungsi sistem imun pada bayi sehingga bayi mudah terkena

infeksi
Metabolik : penderita penyakit metabolik rentan terhadap infeksi
Lingkungan dan nutrisi : malnutrisi menyebabkan daya tahan menurun sehingga

mudah terkena infeksi


Anatomis : contohnya daya tahan terhadap mikroorganisme pada kulit
Fisiologis : cairan lambung, silia trakea, aliran urin, enzim, dll
Mikrobial
Stress : stress dapat melepaskan hormon neuro-endokrin, glukokortikoid, dll

ORGAN LIMFOID
Organ-organ limfoid berperan sebagai tempat hidup sel fagositik. Organ-organ limfoid terdiri atas
limpa, nodus limfa, sumsum tulang, timus, dan tonsil. Berdasarkan fungsinya organ limfoid dibagikan
atas:
1.

Organ Limfoid Primer


-

2.

Thymus
Thymus merupakan organ yang terletak dalam mediastinum di depan pembuluhpembuluh darah besar yang meninggalkan jantung, yang termasuk dalam organ limfoid
primer. Thymus merupakan satu-satunya organ limfoid primer pada mamalia yang
tampak dan merupakan jaringan limfoid pertama pada embrio sesudah mendapat sel
induk dari saccus vitellinus. Limfosit yang terbentuk mengalami proliferasi tetapi
sebagian akan mengalami kematian, yang hidup akan masuk ke dalam peredaran darah
sampai ke organ limfoid sekunder dan mengalami diferensiasi menjadi limfosit T.
Limfosit ini akan mampu mengadakan reaksi imunologis humoral. Thymus mengalami
involusi secara fisiologis dengan perlahan-lahan. Cortex menipis, produksi limfosit
menurun sedang parenkim mengkerut diganti oleh jaringan lemak yang berasal dari
jaringan pengikat interlobuler.
Sumsum Tulang
Terdapat pada sternum, vertebra, tulang iliaka, dan tulang iga. Sel stem hematopoetik
akan membentuk sel-sel darah. Proliferasi dan diferensiasi dirangsang sitokin. Terdapat
juga sel lemak, fibroblas dan sel plasma. Sel stem hematopoetik akan menjadi progenitor
limfoid yang kemudian mejadi prolimfosit B dan menjadi prelimfosit B yang
selanjutnyamenjadi limfosit B dengan imunoglobulin D dan imunoglobulin M (B Cell
Receptor) yang kemudian mengalami seleksi negatif sehingga menjadi sel B naive yang
kemudiankeluar dan mengikuti aliran darah menuju ke organ limfoid sekunder. Sel
stemhematopoetik menjadi progenitor limfoid juga berubah menjadi prolimfosit T
danselanjutnya menjadi prelimfosit T yang akhirnya menuju timus.

Organ Limfoid Sekunder


Organ yang berfungsi sebagai tempat berlangsungnya proses-proses reaksi imun.
Misalnya : , MALT (Mucosa Assosiated Lymphoid Tissue)

Jaringan limfoid sekunder berfungsi sebagai tempat menampung sel-sel limfosit yang
telah mengalami diferensiasi dalam jaringan sentral menjadi sel-sel yang imunokompeten
yang berfungsi sebagai komponen imunitas tubuh. Dalam jaringan limfoid sekunder,
sebagai stroma terdapat sel retikuler yang berasal dari mesenkim dengan banyak serabutserabut retikuler. Jaringan limfoid yang terdapat dalam tubuh sebagian besar tergolong
dalam jaringan ini, contohnya limfa, tonsil, limfonodus.
Limfa
Lien merupakan organ limfoid yang terletak di cavum abdominal di sebelah kiri atas di
bawah diafragma dan sebagian besar dibungkus oleh peritoneum. Lien merupakan organ
penyaring yang kompleks yaitu dengan membersihkan darah terhadap bahan-bahan asing
dan sel-sel mati disamping sebagai pertahanan imunologis terhadap antigen. Lien
berfungsi pula untuk degradasi hemoglobin, metabolisme Fe, tempat persediaan
trombosit, dan tempat limfosit T dan B. Pada beberapa binatang, lien berfungsi pula untuk
pembentukan eritrosit, granulosit dan trombosit.
Tonsil
Tonsil disebut juga amandel. Tonsil terletak di bagian kiri dan kanan pangkal
tenggorokan. Tonsil mensekresikan kelenjar yang banyak mengandung limfosit, sehingga
tonsil dapat berfungsi untuk membunuh bibit penyakit dan melawan infeksi pada saluran
pernapasan bagian atas dan faring. Lubang penghubung antara cavum oris dan pharynx
disebut faucia. Di daerah ini membran mukosa tractus digestivus banyak mengandung
kumpulan jaringan limfoid dan terdapat infiltrasi kecil-kecil diseluruh bagian di daerah
tersebut. Selain itu diyemukan juga organ limfoid dengan batas-batas nyata.
Limfonodus
Nodus limfa terbagi menjadi ruangan yang lebih kecil yang disebut nodulus. Nodulus
terbagi menjadi ruangan yang lebih kecil lagi yang disebut sinus. Di dalam sinus terdapat
limfosit dan makrofag. Fungsi nodus limfa adalah untuk menyaring mikroorganisme yang
ada di dalam limfa. Nodus lymphaticus merupakan organ kecil yang terletak berderetderet sepanjang pembuluh limfe. Jaringan parenkimnya merupakan kumpulan yang
mampu mengenal antigen yang masuk dan memberi reaksi imunologis secara spesifik.
Organ ini berbentuk seperti ginjal atau oval dengan ukuran 1-2,5 mm. Bagian yang
melekuk ke dalam disebut hillus, yang merupakan tempat keluar masuknya pembuluh
darah. Pembuluh limfe aferen masuk melalui permukaan konveks dan pembuluh limfe
eferen keluar melalui hillus. Nodus lymphaticus tersebar pada ekstrimitas, leher, ruang
retroperitoneal di pelvis dan abdomen dan daerah mediastinum.

Beberapa penyakit autoimun :


-

Oral Lichen Planus


Tampak sebagai lesi dengan garis putih, dapat timbul pada gingival, bibir,
bagian lain dalam mulut. Penyebab pasti tidak diketahui, kemungkinan

berhubungan dengan alergi/ reaksi autoimun


Pemphigus Vulgaris
Melepuhnya lapisan intradermal kulit dan membrane mukosa. Factor pencetus
dapat berupa obat-obatan dan virus
Sindrom Sjorgen

Ditandai oleh mata dan mulut kering, melibatkan organ lain seperti paru dan
-

kulit
Sialadenitis autoimun rekuren
Berupa pembengkakan kelenjar parotis, unilateral, dan menimbulkan nyeri

Mekanisme Respon Imun


Ketika mikroba masuk ke dalam tubuh manusia, mikroba tersebut akan melewati 3 lapis
pertahanan sistem imun. Pertahanan lapis pertama berisi sistem imun non-spesifik terutama
fisik/mekanis, biokimia, dan humoral. Pertahanan ini akan mencegah masuknya mikroba masuk ke
dalam tubuh. Pertahanan lapis kedua berisi sistem imun non-spesifik khususnya yang selular.
Pertahanan selular ini nantinya akan mencegah mikroba yang berhasil masuk ke dalam tubuh dengan
menghancurkannya. Pertahanan ketiga adalah sistem imun spesifik yang telah dibahas di atas. Ini
akan menangani mikroba yang masih belum ditangani olehsistem imun non-spesifik.
1. Sistem Imun Non-Spesifik / Innate / Non-Adaptif
Sistem imun non-spesifik adalah sistem imun yang melawan penyakit dengan cara yang sama kepada
semua jenis penyakit. Sistem imun ini tidak membeda-bedakan responnya kepada setiap jenis
penyakit, oleh karena itu disebut non-spesifik. Sistem imun ini bekerja dengan cepat dan selalu siap
jika tubuh di datangkan suatu penyakit.
Sistem imun non-spesifik punya 4 jenis pertahanan :
a. Pertahanan Fisik / Mekanis
Pertahanan fisik dapat berupa kulit, lapisan mukosa / lendir, silia atau rambut pada saluran nafas,
mekanisme batuk dan bersin. Pertahanan fisik ini umumnya melindungi tubuh dari penyakit yang
berasal dari lingkungan atau luar tubuh kita. Pertahanan ini merupakan pelindung pertama pada tubuh
kita.
b. Pertahanan Biokimia
Pertahanan biokimia ini adalah pertahanan yang berupa zat-zat kimia yang akan menangani mikroba
yang lolos dari pertahanan fisik. Pertahanan ini dapat berupa pH asam yang dikeluarkan oleh kelenjar
keringat, asam lambung yang diproduksi oleh lambung, air susu, dan saliva.
c. Pertahanan Humoral
Pertahanan ini disebut humoral karena melibatkan molekul-molekul yang larut unutk melawan
mikroba. Biasanya molekul yang bekerja adalah molekul yang berada di sekitar daerah yang dilalui
oleh mikroba. Contoh molekul larut yang bekerja pada pertahanan ini adalah Interferon (IFN),
Defensin, Kateisidin, dan Sistem Komplemen.
d. Pertahanan Selular
Pertahanan ini melibatkan sel-sel sistem imun dalam melawan mikroba. Sel-sel tersebut ada yang
ditemukan pada sirkulasi darah dan ada juga yang di jaringan. Neutrofil, Basofil, Eusinofil, Monosit,
dan sel NK adalah sel sistem imun non-spesifik yang biasa ditemukan pada sirkulasi darah.
Sedangkan sel yang biasa ditemukan pada jaringan adalah sel Mast, Makrofag dan sel NK.

2. Sistem Imun Spesifik / Adaptif


Sistem Imun Spesifik adalah sistem imun yang membutuhkan pajanan atau bisa disebut harus
mengenal dahulu jenis mikroba yang akan ditangani. Sistem imun ini bekerja secara spesifik karena
respon terhadap setiap jenis mikroba berbeda. Karena membutuhkan pajanan, sistem imun ini
membutuhkan waktu yang agak lama untuk menimbulkan respon. Namun jika sistem imun ini sudah
terpajan oleh suatu mikroba atau penyakit, maka perlindungan yang diberikan dapat bertahan lama
karena sistem imun ini mempunyai memory terhadap pajanan yang didapat. Sistem imun ini dibagi
menjadi 2 :
a. Sistem Imun Spesifik Humoral
Yang paling berperan pada sistem imun spesifik humoral ini ada Sel B atau Limfosit B. Sel B ini
berasal dari sumsum tulang dan akan menghasilkan sel Plasma lalu menghasilkan Antibodi. Antibodi
inilah yang akan melindungi tubuh kita dari infeksi ekstraselular, virus dan bakteri, serta menetralkan
toksinnya.
b. Sistem Imun Spesifik Selular
Pada sistem imun ini, sel T atau Limfosit T yang paling berperan. Sel ini juga berasal dari sumsum
tulang, namun dimatangkan di Timus. Fungsi umum sistem imun ini adalah melawan bakteri yang
hidup intraseluler, virus, jamur, parasit dan tumor. Sel T nantinya akan menghasilkan berbagai macam
sel, yaitu sel CD4+ (Th1, Th2), CD8+, dan Ts (Th3).

Sistem Imunitas Rongga Mulut


Rongga mulut merupakan pintu masuk utama mikroorganisme, oleh karena itu baanyak faktor yang
terlibat dalam organisasi pertahanan terhadap kuman pathogen. Menurunnya fungsi faktor-faktor ini
akan menimbulkan masalah karena adanya bakteri oportunistik yang dapat menjadi pathogen dan
menimbulkan berbagai kelainan. Faktor-faktor tersebut dapat dikategorikan menjadi barier anatomi
dan fisiologi, seperti epitel, aliran air liur atau anatomi gigi : pertahanan seluler misalnya fagositosis
oleh leukosit dan makrofag; dan imunitas humoral melalui antibody di dalam air liur dan celah gusi.
Berbagai faktor ini, merupakan fungsi beberapa jaringan di dalam rongga mulut seperti membrane
mukosa, jaringan limfoid rongga mulut, kelenjar air liur, dan celah gusi. Mukosa sangat berperan
paada kesehatan di dalam rongga mulut kaarena pada keadaan normal, integritasnya berfungsi untuk
menahan penetrasi mikroorganisme. Daerah yang agak rawan di dalam rongga mulut pada pertemuan
antara gigi dan gusi
Adapun beberapa komponen jaringan rongga mulut yang terlibaat, antara lain :
Membran mukosa
Barier protektif mukosa mulut terlihat berlapis-lapis terdiri atas air liur pada permukaannya, lapisan
keratin, lapisan granular, membrane basal, dan komponen seluler serta humoral yang berasal dari
pembuluh darah. Komposisi jaringan lunak mulut merupakan mukosa yang terdiri dari skuamosa yang
karena bentuknya, berguna sebagai barier mekanik terhadap infeksi. Mekanisme proteksi, tergantung
pada deskuamasinya yang konstan sehingga bakteri sulit melekat pada sel-sel epitel dan derajat

keratinisasinya yang mengakibatkan epitel mukosa mulut sangaat efisien sebagai barier. Kedua hal
ini, haruslah dalam keadaan seimbang. Keratinisasi palatum durum dan gusi sangat baik sedangkan
keratinisasi epitel kantong gusi sangat baik, karenanya merupakan barier pertahanan yang agaak
lemah. Namun, kontak yang rapat antara epitel kantong gusi dan permukaan gigi dapat menurunkan
kemungkinan penetrasi mikroorganisme.
Jaringan lunaak rongga mulut berhubungan dengan nodus limfatik ekstraoral dan agregasi limfoid
intraoral. Suatu jaringan halus kapiler limfatik yang terdapat pada permukaan mukosa lidah, dasar
mulut. Palatum, pipi, bibir mirip yang berasal dari gusi dan pilpa gigi. Kapiler-kapiler ini bersatu
membentuk pembuluh limfatik besar dan bergabung dengan pembuluh limfatik yang berasal dari
bagian di dalam otot lidah dan struktur lainnya. Antigen mikrobial yang dapat menembus epitel masuk
ke lamina propria. Akan difagositosis oleh sel-sel Langerhans yang banyak ditemukan pada mukosa
mulut.
Kelenjar saliva yang mengandung sel plasma dan limfosit, terdiri atas 6 kelenjar saliva utama dan
beberapa kelenjar saliva kecil yang tersebar di bawah mukosa mulut. Kelenjar saliva ini memproduksi
IgA yang akan disekresikan ke dalam rongga mulut dalam bentuk sIgA. Pada jaringaan gusi
ditemukan berbagai komponen selular dan humoral, seperti PMN neutrofil, makrofag, limfosit dan sel
plasma yang penting dalam respon imun terhadap plak bacterial. Pada daerah submukosa jugaa
tersebar sel limfoid yang akan berproliferasi bila barier pertahanan pertama pada permukaan mukosa
dapat ditembus antigen.
Saliva
Air liur disekresikan oleh kelenjar parotis, submandibularis, submaksilaris, dan beberapa kelenjar
ludaah kecil pada permukaan mukosa. Aliran air liur sangat berperan dalam membersihkan rongga
mulut dari mikroorganisme. Dalam hal ini, air liur bertindak sebagai pelumas aksi otot lidah, bibir,
dan pipi. Aliran liur aakan mencuci permukaan mukosa mulut sedangkan sirkulasi darah subepitel
bertindak sebagai suplemen paada batas jaringan lunak daan keras melalui cairan celah gusi.
Air liur akan tetap mengalir meskipun tanpa dirangsang, rata-rata sekitar 19 ml/jam atau sekitar 500
ml/hari. Rata-rata sekresi air liur meningkaat paada saat makan atau rangsangan psikis dan menurun
pada waktu tidur. Bila jumlah aliran aair liur menurun, dapat meningkatkan frekuensi karies gigi,
parotitis atau peradangan kelenjar parotis. Pada pH air liur yang rendah, mikroorgnisme dapat
berkembang dengan baik. Sebaliknya, pada pH tinggi dapat mencegah terjadinya karies tinggi.
Celah gusi
Pengetahuan tentang struktur dan fungsi epitel jungsional yang terletak pada celah gusi, berguna
untuk memahami hubungan biologic antara komponen vaskuler dan struktur periodontal. Epitel ini
mempunyai dua lamina basalis, satu melekat pada jaringan konektif dan yang lainnya pada
permukaan gigi. Polipeptida keratin pada epitel junctional berbeda pada keratin epitel sirkular.
Perbedaan ini menunjukkan bahwa diantara keduanya funsinya juga berbeda.
Komponen selular dan humoral dari darah akan melewati epitel junctional yang terletak pada celah
gusi dalam bentuk cairan celah gusi. Apakah aliran celah gusi ini merupakan proses fisiologik atau
merupakan respon terhadap inflamasi, sampai saat ini masih belum ada kesatuan pendapat. Pendapat
yang banyak dianut saat ini adalah, pada keadaan normal cairan celah gusi yang mengandung leukosit
ini akan melewati epitel junctional menuju ke permukaan gigi. Aliran cairan ini akan meningkat bila

terjadi gingivitis atau periodontitis. Selain leukosit cairan celah gusi ini juga mengandung komponen
komplemen selular dan humoral yang terlibat dalam respon imun.

Macam-macam Mekanisme Pertahanan Tubuh


Mekanisme pertahanan tubuh dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Kekebalan Aktif
Kekebalan aktif merupakan kekebalan tubuh yang diperoleh dari dalam tubuh, karena tubuh
membuat antibodi sendiri. Jenis kekebalan ini dapat terbentuk baik secara alami ataupun buatan.
a.

Kekebalan Aktif Alami (naturan immunity)


Kekebalan aktif alami adalah kekebalan tubuh yang diperoleh tubuh setelah seseorang
sembuh dari serangan suatu penyakit. Contoh: orang yang pernah terserang penyakit seperti cacar air,
campak, dan gondongan tidak akan terserang penyakit yang sama untuk kedua kalinya. Sebab tubuh
yang terserang sudah kenal dengan antigen yang menyerang. Akibatnya darah membentuk antibodi
untuk melawan antigen tersebut.
b.

Kekebalan Aktif Buatan (induced immunity)


Kekebalan aktif buatan, diperoleh dari luar tubuh, yakni setelah tubuh mendapatkan
vaksinasi. Vaksinasi merupakan proses memasukkan vaksin ke dalam tubuh supaya tubuh membentuk
antibodi sehingga kebal terhadap suatu penyakit. Vaksin ialah kuman penyakit yang sudah dilemahkan
atau dijinakkan sehingga tidak berbahaya bagi tubuh. Tindakan memberi vaksin
disebut vaksinasi atauimmunisasi.
2. Kekebalan Pasif
Kekebalan pasif merupakan kekebalan yang diperoleh bukan dari antibodi yang disintesis
dalam tubuh, melainkan tinggal memakainya saja. Kekebalan Pasif dibedakan menjadi dua, yaitu:
a.

Kekebalan pasif alami


Kekebalan pasif alami adalah kekebalan yang diperoleh bukan dari tubuhnya sendiri,
melainkan dari tubuh orang lain. Misalnya kekebalan bayi yang diperoleh dari ibunya pada waktu
dalam kandungan dan ASI yang pertama kali.
b.

Kekebalan pasif buatan


Kekebalan pasif buatan adalah kekebalan yang diperoleh dari antibodi yang sudah jadi dan
terlarut dalam serum. Contoh, suntikan ATS (anti tetanus serum)

Anda mungkin juga menyukai