Anda di halaman 1dari 12

1.

Pengertian dan Fungsi Sistem Imun


Sistem imun merupakan kemampuan tubuh yang melibatkan sel, jaringan, dan
organ untuk melindungi tubuh dari berbagai serangan benda asing yang dapat
membahayakan tubuh. Benda asing tersebut dapat memicu sistem imun untuk
menghasilkan antibody. Benda asing yang dapat menyerang sistem pertahanan tubuh
dapat berupa virus, bakteri, jamur, parasit sel abnormal yang berpotensi menyebabkan
kanker, racun, alergen dan lain-lain. Sistem imun pada manusia dapat dibedakan
berdasarkan cara mempertahankan dirinya yaitu iimunitas bawaan (pertahanan
nonspesifik) dan munitas adaptif (pertahanan spesifik).
Sistem imun dapat disebut juga dengan sistem pertahanan tubuh karena bekerja
mempertahankan tubuh dari paparan benda berbahaya yang berasal dari luar tubuh
(lingkungan esksternal) maupun di dalam tubuh sendiri (lingkungan internal). Setiap
manusia dikarunia oleh tuhan sistem imun yang ada di dalam dirinya. Ketika tubuh
mendapatkan serangan dari benda asing, maka akan direspon oleh tubuh dengan
berbagai reaksi, misalnya demam, pembengkakan pada area luka, dan reaksi lainnya.

Gambar 1. Ilustrasi Pertahanan Tubuh


Sumber: primaryleap.co.uk
Sistem imun sangat penting bagi menjaga kesehatan tubuh manusia dari benda
asing yang berpotensi menyebabkan penyakit. Sistem imun memiliki kemampuan
dalam mengenelai “diri sendiri (self)” dan yang “bukan diri sendiri (nonself)”
sehingga dapat mengenali ketika benda asing masuk ke dalam tubuh. Sistem imun
mampu melakukan beberapa fungsi dalam melindungi pertahanan tubuh, yaitu sebagai
berikut:
1. Melawan patogen invasif yaitu mikroorganisme penyebab penyakit yang disebut
parasit. Patogen invasif dapat berupa bakteri, virus, jamur dan parasite merugikan
lainnya, misalnya Herpes simplex virus (HSV) penyebab penyakit herpes.
2. Menyingkirkan sel dan jaringan yang rusak , misalnya sel dan jaringan yang
rusak akibat luka harus disingkirkan untuk mempercepat penyemuhan dan dan
perbaikan jaringan.
3. Mengenali dan menghancurkan diri sendiri yang teridentifikasi abnormal saat
pertumbuhan dan perkembangan sel sebagai mekanisme pertahanan terhadap
kanker.
4. Melindungi tubuh dari paparan lingkungan ektsrenal yang berasal dari tumbuhan,
hewan, dan zat kimia.
Sistem imun merupakan salah satu sistem kompleks yang dimiliki oleh tubuh
karena melibatkan sel, jaringan, dan organ yang saling berkoordinasi satu sama lain.
Sel, jaringan, dan organ yang berperan dalam sistem pertahanan tubuh dapat dilihat
pada gambar

Gambar 2. Komponen Sistem Imun


Sumber: Silverthon, 2016
Sistem imun merupakan salah satu sistem kompleks di dalam tubuh yang sulit
untuk diidentifikasi secara anatomi karena sebagian besar terintegrasi ke dalam
jaringan organ lain, seperti kulit dan saluran pencernaan. Sistem imun memiliki dua
komponen anatomi yaitu organ limfatik dan sel-sel yang bertanggung jawab atas
respons imun. Posisi sistem imun berada di manapun yang memungkinkan sebagai
tempat masuknya patogen ke dalam tubuh. Misalnya, selaput lendir rongga mulut
memiliki konsentrasi sel imun yang lebih tinggi daripada jaringan di sekitar otot
rangka kaki.
Kumpulan organ dan jaringan yang berperan dalam sistem imun di kenal sebagai
sistem limfatik. Apakah kalian masih ingat dengan sistem limfatik? Kalian sudah
pernah mempelajari mengenai sistem limfatik pada Bab Sistem Sirkulasi. Sistem
limfatik terdiri dari sistem limfatik primer dan sekunder (Gambar 3).

Gambar 3. Sistem Limfatik


Sumber: www.medicine.mcgill.ca
1. Organ limfatik primer
Organ limfatik primer terdiri dari kelenjar timus dan sumsum tulang (pada
tulang pipih dan epifisis tulang panjang orang dewasa). Pada kedua organ ini
merupakan tempat pembentukan dan pematangan sel-sel imun.
2. Organ limfatik sekunder
Organ limfatik sekunder terdiri dari kelenjar getah bening, limpa, jaringan
khusus lainnya seperti tonsil, adenoid, dan membran mukosa. Pada organ dan
jaringan limfatik ini, sel-sel imun yang sudah matang berinteraksi dengan patogen
dan memulai respons pertahanan tubuh. Baik limpa maupun kelenjar getah
memantau kompartemen ekstraseluler terhadap serangan benda asing.
Limpa merupakan organ limfatik terbesar dan terletak di daerah hipokondria kiri
di antara perut dan diafragma. Limpa memiliki jaringan yang disebut pulpa putih
dan pulpa merah. Pulpa putih adalah jaringan limfatik, sebagian besar terdiri dari
limfosit dan makrofag. Sedangkan Pulpa merah mengandung sel darah merah,
makrofag, limfosit, sel plasma, dan granulosit. Kelenjar getah bening merupakan
bagian dari sirkulasi limfatik yang berhubungan dengan sistem kardiovaskular dan
terdapat sekitar 600 kelenjar getah bening berbentuk kacang terletak yang terletal di
sepanjang pembuluh limfatik. Masih ingatkah kalian bahwa dalam sirkulasi, tekanan
darah menciptakan aliran berupa cairan yang keluar dari kapiler darah dan masuk ke
ruang interstisial?
Cairan yang disaring diambil oleh kapiler getah bening dan melewati getah
bening disebut cairan getah bening. Patogen yang masuk ke cairan interstisial
melalui celah di kulit atau melalui selaput lendir berpotensi bersirkulasi di seluruh
tubuh sehingga sel-sel imun di kelenjar getah bening melawan patogen tersebut
untuk mencegah penyebarannya. Contohnya pada seseorang yang mengalami infeksi
sinus atau sakit tenggorokan akan mengalami pembengkakan pada kelenjar getah
bening di leher. Pembengkakan tersebut terjadi karena adanya pengumpulan sel
imun aktif di untuk melawan infeksi.
Sel-sel imun berasal dari sel darah putih yang merupakan turunan dari sel punca
multipoten yang terdapat di sumsum tulang. Sel punca multipotent akan membelah
menjadi dua tipe sel yaitu prekursor limfosit dan prekurson mieloid. Prekursor
limfosit berkembang menjadi sel imun yang terdiri dari sel Natural Killer (NK), sel
B, sel T, dan sel dendrit. Prekursor mieloid akan berkembang menjadi sel imun yang
terdiri dari eosinofil, basophil, makrofag, sel mast, dan sel dendrit (Gambar 5).

Gambar 4. Pembentukan Sel Imun


Sumber: Kinnear, 2017

B. IMUNITAS BAWAAN
Apakah kalian mengetahui jika sejak lahir kalian sudah memiliki pertahanan tubuh?
imunitas nonspesifik merupakan imunitas yang sudah dimiliki oleh manusia sejak lahir
sehingga disebut juga dengan imunitas bawaan. Imunitas bawaan memerangi seluruh
benda asing yang masuk tanpa bertujuan untuk melawan patogen khusus. Imunitas jenis
ini memiliki respon yang cepat dalam melawan benda asing sehingga dapat melindungi
tubuh dari kemungkinan yang merugikan. Apakah kalian pernah digigit nyamuk?
Peradangan berupa kulit yang menjadi merah dan sedikit bengkak merupakan tanda dari
respon kekebalan bawaan. Respons imun bawaan terhadap patogen tidak diingat oleh
sistem sistem imun dan harus dipicu lagi dengan setiap paparan patogen.
Imunitas bawaan dilengkapi dengan berbagai komponen. Komponen-komponen yang
berperan dalam imunitas bawaan selalu berada dalam keadaan siaga dan siap melepaskan
mekanisme pertahanan terhadap benda asing yang masuk ke tubuh. Sel-sel yang
bertanggung jawab atas respons bawaan secara cepat adalah leukosit yang mampu
merespons berbagai materi yang teridentifikasi sebagai benda asing. Dari berbagai sel-sel
imun, neutrofil dan makrofag merupakan spesialis fagositik yang sangat penting dalam
pertahanan bawaan.
Pada sistem imun bawaaan terdapat struktur protein Toll-Like Receptors (TLR) yang
digelari sebagai "mata sistem imun bawaan" karena sensor imun ini dapat mengenali
patogen yang membahayakan tubuh. Pengenalan TLR terhadap patogen memicu fagosit
untuk menelan dan menghancurkan patogen. Selain itu, aktivasi TLR menginduksi sel
fagositik untuk menyekresi beberapa bahan kimia yang beberapa di antaranya berperan
terhadap inflamasi. TLR menghubungkan sistem imun bawaan dan adaptif karena bahan-
bahan kimia lain yang dikeluarkan oleh fagosit penting untuk perekrutan sel-sel sistem
imun adaptif. Hubungan lain antara sistem imun bawaan dan adaptif, yaitu partikel asing
secara sengaja ditandai agar dapat ditelan oleh fagosit dengan dilapisi oleh antibodi yang
dihasilkan oleh sel B sistem imun adaptif.
Pada umumnya tubuh yang sehat akan menyediakan suatu pertahanan terhadap
berbagai serangan benda asing yang dapat menyebabkan penyakit. Respons non-spesifik
dari imunitas bawaan sangat penting untuk menahan patogen sebelum patogen
menghadapi sistem imun adaptif dengan kemampuannya yang sangat selektif dalam
memilih jenis patogen yang akan dimusnahkan. Imunitas bawaan akan merespon patogen
yang masuk ke dalam tubuh melalui beberapa lapis pertahanan yang terdapat pada
gambar
Gambar 5. Lapisan Sistem Imun Non Spefisik
Sumber: Taylor, dkk., 2018
1. Pertahanan lapis pertama
Pertahanan pada lapis pertama berupa penghalang fisik, penghalang kimiawi, dan
penghalang biologis. Imunitas pada lapisan pertama ini berfungsi untuk mencegah benda
asing masuk ke dalam tubuh dan melawan berbagai jenis patogen. Imunitas pada lapisan
ini secara alamiah terdapat pada tubuh yang sehat dan normal. Respon yang ditimbulkan
oleh imunitas ini bersifat sangat cepat. Pertahanan lapisan pertama ini tersebar di seluruh
tubuh sesuai dengan karakteristik dari organ tubuh (Gambar )

Gambar 6. Pertahanan Lapisan Pertama


Sumber: Silverthon 8th
Pertahanan pertama ini terdiri dari berbagai komponen beserta dengan karakteristik
dan fungsinya masing-masing (Tabel 1).

Komponen Lokasi Karakteristik dan Fungsi


Pertahan
Pertama
A. Pertahanan Fisik
1. Kulit  Tersusun dari kelenjar epitel pipih berlapis dan
epitel keratin.
 Mencegah patogen masuk ke dalam tubuh.
 pelepasan sel epidermis secara berkala
membantu menghilangkan mikroba di
permukaan kulit.
2. Mukosa  Saluran  Menjebak zat asing yang berusaha masuk ke
pencernaan dalam jaringan tubuh
 Saluran
pernapasan
 Saluran
kencing
 Saluran
reproduksi

3. Silia  Saluran  Menangkap za tasing yang berhasil melewati


pernapasan mukosa untuk dikeluarkan dari tubuh melalui
bersin dan batuk dibiarkan tertelan agar
dihancurkan dengan suasana asam pada
lambung.
B. Pertahanan Kimiawi
1. Asam 1. Kulit  Pada kulit terdapat kelenjar keringan dan
2. Lambung kelenjar minyak yang memberikan suasana asam
3. Vagina kisaran pada pH 3 sampai 5 sehingga dapat
menghambat pertumbuhan banyak
mikroorganisme.
 Lambung mengandung HCl yang bersifat asam
untuk menghancurkan bakteri
2. Enzim 1. Air mata  Enzim lisozim merupakan enzim antibakteri
lisozim 2. Keringat yang dapat menyerang dinding bakteri dan
3. Saliva menghancurkannya.
4. Mukus  Air mata dan saliva akan menghancurkan
patogen
 Keringat yang dihasilkan oleh kelenjar keringat
pada permukaaan kulit Keringat juga
mengandung enzim lisozim.
 Air mata diproduksi oleh kelenjar lakrimal dan
berfungsi membersihkan mata dari debu dan zat
asing.
C. Pertahanan Biologis
1. Bakteri 2. Usus  Berkompetisi dengan bakteri patogen sehingga
flora 3. Kulit berfungsi melawan dan membunuh bakteri
normal 4. Vagina patogen.
Sumber: Modifikasi Zubaidah dkk., 2020

Pencernaan dan pernapasan sistem paling rentan terhadap serangan patogen karena
memiliki area epitel tipis yang luas dalam kontak langsung dengan lingkungan eksternal
baik melalui makanan yang ditelan (pencernaan) dan udara (pernapasan). Bagaimana
ketika patogen berhasil masuk ke dalam saluran pernapasan? Sistem imun akan
merespon dengan batuk dan bersin supaya mempercepat pergerakan patogen ke luar
tubuh. Kemudian bagaimana jika patogen berhasil lolos karena lendir yang tertelan?
Maka patogen akan di lawan oleh suasana asam lambung sehingga patogen akan hancur.
Bagaimana ketika patogen berhasil masuk ke dalam saluran pencernaan? Patogen
tersebut akan di respon oleh tubuh melalui mekanisme seperti muntah dan diare. Sistem
imun pada tubuh kita sangat luar biasa bukan? Berbagai kemungkinan patogen yang
masuk dapat dihalangi dan dilawan oleh pertahanan pertama yang sudah tersedia di
dalam tubuh.

2. Pertahanan Lapis Kedua


Garis pertahanan kedua atau disebut juga dengan pertahanan internal yaitu ketika
patogen berhasil menembus penghalang fisik dan kimia atau berhasil masuk ke dalam
jaringan tubuh. Pertahanan lapis kedua terdiri dari aktivitas sel imun, zat antimikroba
internal, peradangan, dan demam.
a. Sel Imun

Komponen Gambar Karakteristik dan Fungsi


Basophil  Terlibat dalam reaksi alergi
dengan menghasilkan histamin
 Menghasilkan heparin dalam
mencegah penggumpalan
darah
 Beredar di dalam darah dan
bermigrasi
Neutrofil  Bersifat fagositik
 Jenis sel yang paling aktif
dalam perusakan jaringan
 Menghasilkan enzim lisozim
yang merusak dinding bakteri
 Bermigrasi dari pembuluh
darah menuju jaringan
Eosinofil  Bersifat fagositik
 Memfagosit cacing parasit dan
menyekresikan zat untuk
membunuh cacing
 Melawan alergen
 Jumlah eosinofil yang banyak
menunjukkan kondisi alergi,
infeksi parasit internal
(misalnya cacingan), dan
penyakit autoimun
 Menghasilkan histamin yang
berfungsi untuk meningkatkan
aliran darah ke jaringan yang
cidera
 Beredar di dalam darah dan
menuju jaringan

Monosit  Bersifat fagositik


 Jumlah monosit yang banyak
menunjukkan kondisi infeksi
kronis seperti tuberculosis
 Berdiferensiasi menjadi
makrofag dan sel dendrit
sebagai respon peradangan
 Disimpan dalam limpa dan
bergerak melalui pembuluh
darah menuju ke jaringan
yang terinfeksi
Makrofag  Bersifat fagositik
 Menghancurkan mikroba dan
sel kanker
 Menyekresi sitokin yang
memicu respon inflamasi
 Bermigrasi dari pembuluh
darah menuju jaringan yang
rusak
Sel dendrit  Sel yang mampu bergerak dan
mengidentifikasi patogen
 Mampu menyekresi sitokin
 Memicu sistem pertahanan
adaptif
Sel Mast  Melebarkan pembuluh darah
dan menginduksi inflamasi
(peradangan) melalui
pelepasan histamin dan
heparin
 Terlibat dalam penyembuhan
luka dan alergi
 Berada di jaringan ikat dan
membrane mukosa
Natural Kill Cell  Menghancurkan sel yang telah
(NK) terinfeksi virus dan sel tumor
dengan menginduksi apoptosis
(program kematian sel)
 Beredar di darah dan
Sumber: me-pedia.org
bermigrasi ke jaringan yang
rusak
Sumber: Modifikasi Zubaidah dkk., 2020
A. IMUNITAS ADAPTIF
B. IMUNISASI
C. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SISTEM IMUN DAN GANGGUAN SISTEM IMUN

Sel induk berpotensi majemuk di sumsum tulang merah menimbulkan

sel B yang matang, imunokompeten, dan menjadi sel pra-T. Sel pra-T

pada gilirannya bermigrasi ke timus, di mana mereka menjadi imunokompeten

Sel T. Organ dan jaringan limfatik sekunder adalah situsnya

di mana sebagian besar respons imun terjadi. Mereka termasuk kelenjar getah bening, yang

limpa, dan nodul limfatik (folikel). Timus, kelenjar getah bening,

dan limpa dianggap organ karena masing-masing dikelilingi oleh

medula pusat pewarnaan yang lebih ringan (Gambar 22.5 b). Korteks adalah

terdiri dari sejumlah besar sel T dan sel dendritik yang tersebar, sel epitel, dan makrofag. Sel T yang
belum matang (sel pra-T) bermigrasi dari sumsum tulang merah ke korteks timus, tempat mereka
berkembang biak dan mulai matang. Sel dendritik (den-DRIT-ik; dendr-pohon), yang berasal dari
monosit( dinamakan demikian karena memiliki tonjolan bercabang yang panjang yang menyerupai
dendrit

neuron), membantu proses pematangan. Seperti yang akan Anda lihat

singkatnya, sel dendritik di bagian tubuh lain, seperti kelenjar getah bening, memainkan peran kunci
lain dalam respons imun. Masing-masing sel epitel khusus di korteks memiliki beberapa proses
panjang yang

mengelilingi dan berfungsi sebagai kerangka kerja untuk sebanyak 50 sel T. Ini

sel epitel membantu "mendidik" sel pra-T dalam proses yang dikenal sebagai

seleksi positif (lihat Gambar 22.22). Selain itu, mereka memproduksi

hormon timus yang dianggap membantu pem

sel. Hanya sekitar 2% sel T yang berkembang yang bertahan hidup di korteks.

Sel-sel yang tersisa mati melalui apoptosis (kematian sel terprogram).

Anda mungkin juga menyukai