B. IMUNITAS BAWAAN
Apakah kalian mengetahui jika sejak lahir kalian sudah memiliki pertahanan tubuh?
imunitas nonspesifik merupakan imunitas yang sudah dimiliki oleh manusia sejak lahir
sehingga disebut juga dengan imunitas bawaan. Imunitas bawaan memerangi seluruh
benda asing yang masuk tanpa bertujuan untuk melawan patogen khusus. Imunitas jenis
ini memiliki respon yang cepat dalam melawan benda asing sehingga dapat melindungi
tubuh dari kemungkinan yang merugikan. Apakah kalian pernah digigit nyamuk?
Peradangan berupa kulit yang menjadi merah dan sedikit bengkak merupakan tanda dari
respon kekebalan bawaan. Respons imun bawaan terhadap patogen tidak diingat oleh
sistem sistem imun dan harus dipicu lagi dengan setiap paparan patogen.
Imunitas bawaan dilengkapi dengan berbagai komponen. Komponen-komponen yang
berperan dalam imunitas bawaan selalu berada dalam keadaan siaga dan siap melepaskan
mekanisme pertahanan terhadap benda asing yang masuk ke tubuh. Sel-sel yang
bertanggung jawab atas respons bawaan secara cepat adalah leukosit yang mampu
merespons berbagai materi yang teridentifikasi sebagai benda asing. Dari berbagai sel-sel
imun, neutrofil dan makrofag merupakan spesialis fagositik yang sangat penting dalam
pertahanan bawaan.
Pada sistem imun bawaaan terdapat struktur protein Toll-Like Receptors (TLR) yang
digelari sebagai "mata sistem imun bawaan" karena sensor imun ini dapat mengenali
patogen yang membahayakan tubuh. Pengenalan TLR terhadap patogen memicu fagosit
untuk menelan dan menghancurkan patogen. Selain itu, aktivasi TLR menginduksi sel
fagositik untuk menyekresi beberapa bahan kimia yang beberapa di antaranya berperan
terhadap inflamasi. TLR menghubungkan sistem imun bawaan dan adaptif karena bahan-
bahan kimia lain yang dikeluarkan oleh fagosit penting untuk perekrutan sel-sel sistem
imun adaptif. Hubungan lain antara sistem imun bawaan dan adaptif, yaitu partikel asing
secara sengaja ditandai agar dapat ditelan oleh fagosit dengan dilapisi oleh antibodi yang
dihasilkan oleh sel B sistem imun adaptif.
Pada umumnya tubuh yang sehat akan menyediakan suatu pertahanan terhadap
berbagai serangan benda asing yang dapat menyebabkan penyakit. Respons non-spesifik
dari imunitas bawaan sangat penting untuk menahan patogen sebelum patogen
menghadapi sistem imun adaptif dengan kemampuannya yang sangat selektif dalam
memilih jenis patogen yang akan dimusnahkan. Imunitas bawaan akan merespon patogen
yang masuk ke dalam tubuh melalui beberapa lapis pertahanan yang terdapat pada
gambar
Gambar 5. Lapisan Sistem Imun Non Spefisik
Sumber: Taylor, dkk., 2018
1. Pertahanan lapis pertama
Pertahanan pada lapis pertama berupa penghalang fisik, penghalang kimiawi, dan
penghalang biologis. Imunitas pada lapisan pertama ini berfungsi untuk mencegah benda
asing masuk ke dalam tubuh dan melawan berbagai jenis patogen. Imunitas pada lapisan
ini secara alamiah terdapat pada tubuh yang sehat dan normal. Respon yang ditimbulkan
oleh imunitas ini bersifat sangat cepat. Pertahanan lapisan pertama ini tersebar di seluruh
tubuh sesuai dengan karakteristik dari organ tubuh (Gambar )
Pencernaan dan pernapasan sistem paling rentan terhadap serangan patogen karena
memiliki area epitel tipis yang luas dalam kontak langsung dengan lingkungan eksternal
baik melalui makanan yang ditelan (pencernaan) dan udara (pernapasan). Bagaimana
ketika patogen berhasil masuk ke dalam saluran pernapasan? Sistem imun akan
merespon dengan batuk dan bersin supaya mempercepat pergerakan patogen ke luar
tubuh. Kemudian bagaimana jika patogen berhasil lolos karena lendir yang tertelan?
Maka patogen akan di lawan oleh suasana asam lambung sehingga patogen akan hancur.
Bagaimana ketika patogen berhasil masuk ke dalam saluran pencernaan? Patogen
tersebut akan di respon oleh tubuh melalui mekanisme seperti muntah dan diare. Sistem
imun pada tubuh kita sangat luar biasa bukan? Berbagai kemungkinan patogen yang
masuk dapat dihalangi dan dilawan oleh pertahanan pertama yang sudah tersedia di
dalam tubuh.
sel B yang matang, imunokompeten, dan menjadi sel pra-T. Sel pra-T
di mana sebagian besar respons imun terjadi. Mereka termasuk kelenjar getah bening, yang
medula pusat pewarnaan yang lebih ringan (Gambar 22.5 b). Korteks adalah
terdiri dari sejumlah besar sel T dan sel dendritik yang tersebar, sel epitel, dan makrofag. Sel T yang
belum matang (sel pra-T) bermigrasi dari sumsum tulang merah ke korteks timus, tempat mereka
berkembang biak dan mulai matang. Sel dendritik (den-DRIT-ik; dendr-pohon), yang berasal dari
monosit( dinamakan demikian karena memiliki tonjolan bercabang yang panjang yang menyerupai
dendrit
singkatnya, sel dendritik di bagian tubuh lain, seperti kelenjar getah bening, memainkan peran kunci
lain dalam respons imun. Masing-masing sel epitel khusus di korteks memiliki beberapa proses
panjang yang
mengelilingi dan berfungsi sebagai kerangka kerja untuk sebanyak 50 sel T. Ini
sel epitel membantu "mendidik" sel pra-T dalam proses yang dikenal sebagai
sel. Hanya sekitar 2% sel T yang berkembang yang bertahan hidup di korteks.