Anda di halaman 1dari 10

Ketahui Cara Kerja Sistem Imun

Tubuh Manusia
 Farmaku.com
 November 17, 2020
 COVID-19

Cara kerja sistem imun tubuh akan sangat memengaruhi kesehatan kita. Pasalnya, tanpa
sistem imun, berbagai penyakit yang disebabkan oleh virus, bakteri, dan kelainan tertentu
akan dengan mudah masuk ke dalam tubuh, sehigga tubuh mudah sekali jatuh sakit.

Baca juga: 2 WNI Positif Corona, Jaga Imun Tubuh untuk Cegah Penyebaran Virus!
Sistem imun dikenal juga dengan sistem kekebalan tubuh yan fungsinya harus dijaga dengan
baik agar bisa melindungi tubuh Anda dari serangan penyakit.

Namun, sebenarnya seperti apa cara kerja sistem imun tubuh manusia? Simak selengkapnya
dibawah ini!

Apa Itu Sistem Imun?


Sistem imun adalah sekelompok sel, protein, jaringan, dan organ khusus yang bekerja sama
melawan segala hal yang berbahaya bagi tubuh.
Sistem ini terdiri dari banyak struktur dan proses biologis dalam suatuu organisme yang
melindungi tubuh dari penyakit. Salah satu jenis sel yang paling penting dalam jaringann
tersebut adalah sel darah putih (leukosit).

Leukosit itu sendiri dihasilkan atau disimpan pada berbagai area di dalam tubuh. Diantaranya
pada limpa, timus dan sum-sum tulang, dimana organ- organ tersebut dikenal sebagai organ
limfoid. Namun, terkadang leukosit juga tersimpan dalam gumpalan jaringan limfoid yang
lebih dikenal dengan kelenjar limpa.

Jenis Leukosit
Leukosit terdiri dari 2 tipe utama yang saling bekerja sama untuk mencari dan membunuh
oraganisme atau zat penyebab penyakit, antara lain:

1. Limfosit

Limfosit adalah salah satu dari berbagai jenis leukosit yang berukuran kecil dan memiliki
fungsi reaksi imunitas. Jumlah limfosit adalah 20-25% dari keseluruhan sel darah putih. Sel-
sel limfosit ini dibentuk di sumsum tulang. Secara umum, limfosit berfungsi
mempertahankan tubuh dari serangan antingen berupa kuman, bakteri, virus, ataupun zat
kimia.

Ciri-ciri limfosit yaitu:

 Berukuran kecil

 Berbentuk bulat dan oval

 Berinti satu sel dengan warna keunguan

 Sitoplasma sedikit dan berwarna biru muda

 Tidak memiliki granula

2. Fagosit

Fagosit adalah sel-sel yang dapat mengelilingi, memakan, dan menghancurkan


mikroorganisme, menelan bahan asing, dan membunuh bakteri.  Ada berbagai macam sel
yang tergolong dalam fagosit. Masing-masing sel memiliki perannya sendiri termasuk
melawan bakteri dan virus. 
Bagaimana Cara Kerja Sistem Imun
Tubuh?
Sistem imun tubuh bekerja manakala mikroorganisme (bakteri maupun virus) terdeteksi
masuk menyerang tubuh maka “kesatuan” sel-sel dari sistem imun lantas membentuk
semacam barikade untuk menghalangi serangan berbahaya tersebut.

Pada proses tersebut, beberapa macam sel bekerja sama untuk mengenali antigen dan
memberikan respon. Kemudian sel-sel ini meransang limfosit B untuk untuk menghasilkan
antibodi. yang tak lain adalah protein yang nantinya akan menempel pada pemicu penyakit
(antigen). Selanjutnya, limfosit T akan menuju antigen yang telah ditunggangi oleh limfosit
B, lalu menghancurkan antigen tersebut.

Begitu antibodi telah diproduksi, antibodi akan berada dalam tubuh dalam beberapa waktu.
Sehingga apabila bibit penyakit (antigen) kembali, antibodi sudah tersedia untuk melakukan
perannya.

Selain itu, antibodi juga berperan dalam menetralisir racun yang dibawa oleh mikroorganisme
serta meransang protein komplemen untuk melawan virus dan bakteri.

Baca juga: 15 Makanan untuk Tingkatkan Sistem Kekebalan Tubuh Anda!


Bersama, semua sel-sel khusus dan bagian sistem imun menghasilkan perlindungan bagi
tubuh terhadap penyakit. Proteksi inilah yang disebut imunitas.

Konten Edukasi Biologi Sistem Imun:


Perbedaan Pertahanan Tubuh Spesifik & Nonspesifik
Oleh: Ilham Choirul Anwar - 15 Februari 2021

Dibaca Normal 2 menit Sistem pertahanan tubuh membuat manusia dan hewan mampu
menangkal berbagai zat asing yang diduga bisa merugikan kesehatan. tirto.id - Manusia dan
hewan memiliki sistem pertahanan tubuh untuk menangkal masuknya benda asing ke dalam
badan. Pertahanan tubuh disebut juga imunitas. Sistem imun adalah sistem yang sangat
kompleks dan memiliki peran ganda dalam menjaga keseimbangan tubuh. Dilihat secara
definisi, imunitas adalah mekanisme yang bersifat faali atau otomatis yang melengkapi
tubuh manusia dan hewan, dengan kemampuan mengenali suatu zat sebagai sesuatu yang
asing terhadap dirinya. Bila sudah dikenali, zat asing tersebut akan diambil tindakan oleh
tubuh. Wujudnya bisa dengan menetralisasinya, melenyapkan atau memasukkannya dalam
proses metabolisme yang menguntungkan dirinya, atau memunculkan kerusakan jaringan
tubuh sendiri. Mekanisme sistem imun seperti halnya sistem endokrin. Sistem imun memiliki
tugas mengatur keseimbangan, menggunakan komponennya yang beredar seluruh tubuh,
sehingga bisa mencapai sasaran yang jauh dari pusat. Fungsi imunitas tubuh dibantu oleh
sistem yang bernama sistem limforetikuler. Sistem limforetikuler adalah jaringan atau
kumpulan sel yang memiliki letak tersebar di seluruh tubuh. Beberapa letaknya antara lain di
dalam sumsum tulang, kelenjar limfe, limfa, timus, sistem saluran napas, saluran, cerna, dan
sebagainya. Jaringan ini akan segera merespons apabila terdapat rangsangan sesuai sifat
dan fungsinya masing-masing. Dalam konsep imunitas, bagian paling awal dalam
menentukan ada tidaknya tindakan oleh tubuh ditentukan dari kemampuan sistem
limforetikuler dalam mengenali suatu bahan termasuk asing atau tidak. Konfigurasi bahan
asing itu dinamakan antigen atau immunogen. Ketika tubuh melakukan respons imun akibat
rangsangan dari bahan asing, maka akan menghasilkan zat yang disebut antibodi. Apabila
antibodi berhasil mengalahkan antigen, maka itu tidak menjadi masalah untuk tubuh. Hanya
saja, kadang dalam keadaan tertentu (patologis), sistem umum gagal membedakan zat
asing dan zat dari tubuh sendiri. Akibatnya, sistem imun membentuk zat anti buat jaringan
tubuhnya sendiri dan membahayakan. Kejadian sistem imun menyerang jaringan tubuh
sendiri ini dinamakan autoantibodi. Orang yang mengalami autoantibodi berisiko
mendapatkan penyakit auto imun. Contohnya penyakit Lupus, rematik sendi, psoriasis, dan
sebagainya. Perbedaan pertahanan tubuh nonspesifik dan spesifik Sementara itu, saat
sistem imun terpapar zat yang dianggap asing maka memunculkan dua respons, yaitu
respons imun non spesifik dan respon imun spesifik. Perbedaaan keduanya ada pada
prosesnya. Meski demikian, interaksi kedua akan meningkatkan efektivitas pertahanan
tubuh. Respons imun sebenarnya interaksi satu komponen dengan komponen lain pada
sistem imun. Ketika komponen-komponen saling bekerja sama, terjadi aktivitas seirama dan
serasi. Pertahanan tubuh nonspesifik Menurut laman Kemdikbud, Pertahanan tubuh
nonspesifik merupakan respons imun yang sifatnya bawaan (innate immunity). Pada
respons ini, tubuh akan merespons setiap zat yang dianggap asing sekali pun belum pernah
terpapar sebelumnya. Contohnya, tubuh terapapar oleh antigen bakteri. Respons imun
untuk mengatasinya dilakukan dengan cara nonspesifik yaitu lewat proses fagositosis untuk
menghancurkannya. Sel-sel fagosit bergerak menuju bakteri, lalu melekat di permukaan
fagosit, dan dihancurkan. Pertahanan tubuh nonspesifik lainnya diwujudkan dalam bentuk
reaksi inflamasi (peradangan). Munculnya peradangan di tubuh dapat disebabkan mediator
tertentu dari beberapa jenis sel seperti histamine, vasoactive amin, dan anafilatoksin. Salah
satu contohnya yaitu peradangan pada kulit akibat zat tertentu. Pertahanan tubuh spesifik
Dalam pertahanan tubuh spesifik, respons imun muncul setelah ada rangsangan dari
antigen tertentu karena tubuh sudah pernah terpapar sebelumnya. Pertahanan tubuh ini
dimulai dari aktivitas marofag atau antigen precenting sell (APC) yang melakukan
pemrosesan pada antigen, sehingga mampu menimbulkan interaksi dengan sel-sel imun.
Setelah antigen berinteraksi dengan sel-sel imun, maka terjadi proses ploriferasi dan
diffrensasi untuk menjadikan sel-sel memiliki kemampuan pertahanan diri (immunologi) dan
bereaksi dengan antigen. Proses pemusnahan antigen sekunder atau yang sebelumnya
telah memapar ke tubuh, jauh lebih cepat ditangani oleh sistem imun. Imun juga lebih
intensif untuk menanganinya.

Baca selengkapnya di artikel "Sistem Imun: Perbedaan Pertahanan Tubuh Spesifik &
Nonspesifik", https://tirto.id/gafj

Mekanisme Pertahanan Tubuh Terhadap Benda Asing


Pada materi 1 ini Anda akan mempelajari mekanisme pertahanan tubuh
terhadap benda asing. Sistem pertahanan tubuh (sistem imun) adalah
sistem pertahanan yang berperan dalam mengenal, menghancurkan serta
menetralkan benda-benda asing atau sel abnormal yang berpotensi
merugikan bagi tubuh. Mekanisme pertahanan tubuh manusia meliputi
pertahanan tubuh bawaan (pertahanan non spesifik) dan pertahanan
adaptif (pertahanan spesifik).
 
A. Pertahanan Tubuh Bawaan (Pertahanan nonspesifik)
 
Pertahanan tubuh bawaan sejak lahir ini disebut nonspesifik karena
tidak ditujukan untuk melawan antigen tertentu tetapi memberikan
respon langsung terhadap berbagai antigen untuk melindungi tubuh.
Setiap benda asing yang memasuki tubuh pertama kali akan dihadapi
oleh mekanisme pertahanan nonspesifik. Mekanisme ini memiliki dua
garis pertahanan yaitu :
 
1. Garis pertahanan pertama oleh bagian eksternal (terluar) tubuh
seperti kulit, membran mukosa dan zat kimia
    antimikroba.
 
2. Garis pertahanan kedua terjadi di bagian dalam tubuh berupa
fagositosis oleh sel fagosit, reaksi inflamasi dan 
    interferon.
 
Selanjutnya akan dibahas mengenai garis pertahanan pertama oleh
bagian eksternal (terluar) tubuh:
 
a. Kulit

Gambar : Permukaan kulit

Kulit ditutupi sel-sel epitel yang sangat rapat. Kulit yang normal tidak
dapat ditembus oleh bakteri dan virus. Mikroorganisme hanya dapat
masuk melalui kulit jika sudah terluka. Kulit memiliki kondisi sedikit asam
dengan pH 5 dan suhu kurang dari 37oC.

Kondisi ini menyulitkan bakteri dan virus untuk dapat tetap hidup di
permukaan kulit. Selain itu, lapisan sel-sel yang mati membuat
permukaan kulit selalu berganti sehingga bakteri yang berada di
permukaan kulit tersebut juga selalu terbuang dengan sel yang mati.
 
b. Membran Mukosa
 

Gambar : Membran mukosa

Membran mukosa melapisi saluran pencernaan, saluran respirasi, saluran


kelamin dan saluran ekskresi. Sama seperti kulit, membran mukosa tidak
dapat ditembus oleh bakteri dan virus karena antara satu membran dan
membran lain sangat rapat.
Selain itu, membran mukosa juga melawan bakteri dengan pertahanan
kimiawi. Membran mukosa menghasilkan mukus / lendir yang merupakan
cairan kental untuk mengikat dan menggumpalkan bakteri atau benda
asing yang masuk kedalam tubuh. Gumpalan ini kemudian akan dibuang
oleh tubuh dalam bentuk cairan kental melalui mekanisme bersin atau
batuk.
 
c. Zat Kimia Antimikroba
 

Gambar : Kulit berkeringat

Kulit mampu mensekresikan protein anti mikroba seperti lisozim yang


terkandung pada keringat, air ludah, air mata, dan air susu ibu (ASI). Zat
kimia tersebut dapat menghancurkan lapisan peptidoglikan dinding sel
bakteri. Interferon yang merupakan protein antivirus yang dapat
disintesis oleh sebagian besar sel tubuh sebagai respon terhadap
kehadiran virus. Interferon berfungsi untuk menghentikan reproduksi dari
virus.
Selain interferon juga terdapat sistem komplemen yang tadinya tidak
aktif namun akan diaktifkan oleh kehadiran antigen tertentu dan akan
menghancurkan antigen tersebut.
Protein dan glikoprotein yang merupakan penyusun dari sistem
komplemen yang disintesis di hepatosit hati. Namun, sejumlah besar
sistem penyusun sistem komplemen juga diproduksi di jaringan
makrofaga, monosit dalam darah, dan sel epitel dari saluran kelamin dan
pencernaan.

Berikut akan dijelaskan tentang garis pertahanan kedua dari pertahanan


nonspesifik yang terjadi dibagian dalam tubuh berupa fagositosis oleh sel
fagosit, reaksi inflamasi dan interferon.
 
a. Fagositosis
 

Gambar : Sel makrofag

Sel-sel fagosistosis menelan dan mencerna (fagositosis) benda asing yang


masuk ke dalam tubuh. Fagositosis dilakukan oleh sel darah putih. Jenis-
jenis sel darah putih yang dapat melakukan fagositosis adalah neutrofil,
monosit, eosinofil, dan sel pembuluh alami. Jika sel telah dirusak oleh
antigen maka sel tersebut akan mengirimkan sinyal kimiawi yang menarik
sel fagosit untuk datang. Sel fagosit akan memasuki jaringan yang
terinfeksi lalu menelan dan mencerna semua mikroba yang ada.
Agar anda lebih memahami tentang proses fagositosis, perhatikan
animasi berikut ini:
 
b. Reaksi Inflamasi
 
Jika mikroba telah merusak jaringan, sel-sel jaringan yang telah rusak
tersebut kemudian akan mengirimkan sinyal. Sinyal pertama adalah
histamin yang mengakibatkan peradangan (pelebaran pembuluh darah),
sedangkan yang kedua adalah interferon yang akan menyiagakan sel-sel
lain.

1) Histamin

Sinyal yang diberikan oleh sel terinfeksi akan ditangkap oleh sel darah
putih jenis basofil yang kemudian akan melepaskan histamin ke jaringan.
Histamin menyebabkan pembuluh darah membesar dan meningkatkan
migrasi sel-sel fagosit ke jaringan. Sel-sel fagosit segera akan menelan
semua sel bakteri atau mikroba dan juga membersihkan jaringan tersebut
dari senyawa yang berbahaya.
Peradangan juga mengakibatkan demam karena sel-sel leukosit
melepaskan senyawa pirogen. Senyawa ini akan merangsang tubuh untuk
menaikkan suhu dengan demikian meningkatkan pertahanan tubuh,
menghambat pertumbuhan beberapa jenis mikroba, memudahkan
fagositosis, mempercepat reaksi tubuh, dan mempercepat perbaikan
jaringan.

2) Interferon

Interferon adalah zat kimia yang diproduksi oleh sel yang terkena virus.
Interferon berfungsi menghalangi perbanyakan virus dan mengaktifkan
sel-sel yang dekat dengan sel yang telah terkena virus untuk bersiap
melawan virus. Dengan adanya sinyal interferon ini sel yang telah
dihubungi akan melawan semua serangan virus.

Untuk lebih jelasnya coba perhatikan animasi reaksi peradangan berikut


ini :

B. Pertahanan Tubuh Spesifik
 
Imunitas dihasilkan dari produksi antibodi spesifik yang dikhususkan
untuk antigen tertentu. Antigen singkatan dari antibodi-generators,
merupakan suatu molekul penanda yang terdapat pada permukaan sel
yang dapat merangsang produksi antibodi. Sedangkan antibodi adalah
protein plasma yang dihasilkan oleh sistem imunitas sebagai respon
terhadap keberadaan suatu antigen dan akan bereaksi dengan antigen
tersebut.
Pertahanan spesifik dapat mengenal benda asing atau antigen yang
sama pada pertemuan berikutnya. Hal ini karena terdapat kemampuan
mengingat kembali antigen tertentu. Hal ini dapat diaplikasikan pada
konsep imunisasi. Imunisasi adalah pemberian perlindungan pada
tubuh dari serangan penyakit dengan memberikan vaksin. Vaksin
adalah suatu cairan yang berisi bakteri atau virus yang telah
dilemahkan atau dimatikan sehingga dapat menimbulkan kekebalan
(imunitas) oleh antibodi. Jika kekebalan muncul karena respon dari
adanya infeksi dan dapat sembuh, disebut kekebalan alamiah. Bila
kekebalan timbul karena dibuat, contohnya karena vaksin maka
disebut kekebalan buatan.
 
Jenis kekebalan dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu kekebalan
aktif dan pasif.
 
1. Kekebalan aktif terjadi apabila tubuh berkontak langsung dengan
toksin atau patogen sehingga mampu 
antibodinya sendiri. Kekebalan aktif didapat secara alami atau
buatan.

Gambar : Suntik dan Faksin

 Kekebalan aktif alami diperoleh jika tubuh terpapar patogen sehingga


antibodi diproduksi. Kekebalan ini akan bertahan seumur hidup.
 
 Kekebalan aktif buatan diperoleh karena pemberian vaksin. Dengan
pemberian vaksin, memicu tumbuhnya sistem kekebalan tubuh terhadap
jenis antigen yang diberikan dalam vaksin.
2. Kekebalan pasif terjadi jika antibodi satu dipindahkan kepada antibodi
yang lain. Terdapat dua kekebalan pasif
    diantaranya :

Gambar : Suntik dan Faksin

 Kekebalan pasif alami diperoleh dari pemberian ASI Ibu kepada bayi
sehingga bayi memiliki sistem kekebalan sementara.
 
 Kekebalan pasif buatan diperoleh dari injeksi antibodi manusia atau
hewan lain yang tahan terhadap antigen tertentu. Contoh lainnya adalah
pada pemberian serum antibisa ular dan immunoglobulin lainnya dari
orang yang telah kebal. Hal ini hanya bertahan beberapa minggu.

Cara Kerja Sistem Imun


sel ANTIGEN

protein
jaringan
organ khusus

.....limfosit B.......
ANTIBODI (Protein)
Limposit T

Anda mungkin juga menyukai