Anda di halaman 1dari 15

Bahan Ajar

“SISTEM IMUN”

Kompetensi Dasar:
3.14. Menganalisis peran sistem imun dan imunisasi terhadap proses fisiologi di
dalam tubuh

Indikator Pencapaian Kompetensi:


3.14.1. Menjelaskan konsep sistem imun
3.14.2. Mengidentifikasi organ-organ yang terlibat dalam sistem imun
3.14.3. Membedakan imunitas nonspesifik (bawaan) dan spesifik (adaptif)
3.14.4. Menjelaskan konsep antibodi
3.14.5. Menjelaskan konsep antigen
3.14.6. Menjelaskan interaksi antara antibodi dan antigen
3.14.7. Menjelaskan jenis-jenis imunitas (kekebalan tubuh)
3.14.8. Menjelaskan faktor-faktor yang dapat memengaruhi imunitas (kekebalan
tubuh)
3.14.9. Menjelaskan peranan imunisasi terhadap proses fisiologi di dalam tubuh
3.14.10. Menjelaskan kelainan/gangguan pada sistem imun
A. Konsep Sistem Imun

Sistem imun atau sistem kekebalan tubuh (bahasa Inggris: immune system) adalah
sistem pertahanan sebagai perlindungan terhadap infeksi dari makromolekul asing atau
serangan patogen, termasuk virus, bakteri, protozoa dan parasit. Sistem ini melindungi
tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan mengidentifikasi dan membunuh patogen
serta sel tumor.
Beberapa karakteristik sistem imun yaitu:
1. Spesifitas. Sistem imun dapat membedakan berbagai zat asing dan responnya terutama
jika dibutuhkan.
2. Memori dan amplifikasi. Respon imun memiliki kemampuan untuk mengingat
kembali kontak sebelumnya dengan suatu agen tertentu, sehingga pajanan berikutnya
akan memberikan respon yang lebih cepat dan lebih besar.
3. Pengenalan bagian diri dan bukan bagian diri. Sistem imun dapat membedakan agen-
agen asing dan sel-sel tubuh sendiri serta protein. Walaupun demikian, respon imun
terhadap “diri sendiri” dapat terjadi dan membentuk suatu kondisi yang disebut
autoimunitas.

Sistem imun memiliki beberapa fungsi, di antaranya adalah:


1. Pertahanan tubuh, yaitu menangkal bahan berbahaya agar tubuh tidak sakit. Jika sel-
sel imun ini mendapatkan gangguan atau tidak bekerja dengan baik, maka orang akan
mudah terkena sakit.
2. Keseimbangan atau fungsi homeostatik artinya menjaga keseimbangan dari komponen
tubuh.
3. Penolak dan penghancur segala bentuk benda asing yang masuk ke dalam tubuh.
4. Pendeteksi adanya sel abnormal, infeksi dan patogen yang membahayakan.

B. Organ-Organ yang Terlibat dalam Sistem Imun


Sistem imunitas manusia berhubungan erat dengan sistem limpatik, karena itu organ-
organ yang berperan disini adalah organ-organ sistem limpatik. Sistem limpatik dibagi
menjadi dua, yaitu organ limpatik primer dan organ limpatik sekunder.

1. Organ Limpatik Primer 


a. Timus
Timus adalah suatu jaringan limpatik yang terletak di sepanjang trakea di rongga
dada bagian atas dan terletak di depan jantung. Kelenjar ini menghasilkan hormon
timosin yang berfungsi untuk diferensiasi sel limfosit T di dalam timus.
Gambar 1. (a) Timus dan (b) Letak timus di antara paru-paru

b. Sumsum Tulang
Sumsum tulang adalah jaringan lunak yang ditemukan pada rongga interior tulang
yang merupakan tempat produksi sebagian besar sel darah baru. Sumsum tulang
merupakan jaringan limpatik karena memproduksi limfosit muda yang akan diproses
pada timus atau tempat-tempat lainnya untuk menjadi limfosit T atau limfosit B.
Selain itu, sumsum tulang juga memproduksi sel-sel darah, seperti sel darah merah,
trombosit, dan sel-sel darah putih. Di dalam sumsum, sel darah mulai diproduksi pada
sel-sel imatur yang disebut sel induk. Setelah mereka berkembang, sel-sel darah tidak
hidup untuk waktu yang lama di dalam tubuh kita. Inilah sebabnya mengapa sumsum kita
terus menghasilkan ketiga jenis sel darah untuk membuat kita tetap sehat.

Gambar 2. Sumsum tulang


2. Organ Limpatik Sekunder
a. Tonsil

Gambar 3. Tonsil pada rongga mulut

Tonsil adalah jaringan limpatik yang terdiri dari kumpulan-kumpulan limfosit.


Tonsil berfungsi memproduksi limpatik dan antibodi yang kemudian akan masuk ke
dalam cairan limpa dan membantu tubuh dalam melawan infeksi. Jaringan ini menangkap
bakteri dan virus yang masuk melalui tenggorokan dan menghasilkan antibodi. Tonsil
terletak pada kedua sisi belakang tenggorokan.

b. Nodus Limpa
Nodus limpa merupakan organ penting dalam kekebalan tubuh. Nodus limpa
berukuran kurang lebih 2,5 cm dan berisi sel-sel imun yang menyerang dan
menghancurkan kuman di dalam cairan limfe. Sel imun yang terdapat di dalam nodus
limpa yaitu limfosit (untuk menyerang virus, bakteri, dan kuman lainnya) dan makrofag
(memakan dan menghancurkan zat asing, dan sel yang rusak). Sebagai bagian dari sistem
kekebalan tubuh, nodus limpa juga memproduksi sel-sel darah putih. Saat ada kuman
yang terdeteksi di dalam cairan limpa, nodus limpa akan melawan dengan lebih banyak
memproduksi sel darah putih dan menyebabkan pembengkakan nodus. Lokasi umum
nodus limpa yaitu di leher, dada, ketiak, rongga perut, dan pangkal paha.

Gambar 4. Nodus Limpa

Nodus limpa berfungsi sebagai berikut:


1) Penyaring mikroorganisme dalam limpa ketika cairan tersebut melewati nodus. Jadi
bila jaringan terinfeksi, nodus limpatik bisa menjadi bengkak dan nyeri bila ditekan.
2) Memproduksi limfosit baru untuk aliran darah.
3) Nodus dapat memproduksi beberapa antibodi dan antitoksin untuk mencegah infeksi.
4) Menyaring dan menghacurkan partikel asing agar tidak menyebar ke seluruh tubuh.

c. Limpa
Limpa ialah organ limfoid terbesar dan terletak di depan dan dekat punggung rongga
perut diantara diafragma dan lambung di bawah tulang rusuk. Limpa menyentuh ginjal
kiri, kelokan kolon di kiri atas, dan ekor pankreas.

Gambar 5. Limpa
Fungsi limpa yaitu sebagai berikut:
1) Sewaktu masa janin limpa membentuk sel darah merah dan mungkin pada orang
dewasa juga masih mengerjakannya bila sumsum tulang rusak.
2) Memisahkan sel darah merah yang sudah rusak.
3) Limpa juga menghasilkan limfosit.
4) Limpa bertugas menghancurkan sel darah putih dan trombosit.
5) Sebagai bagian dari sistema retikulo endoteleal, limpa juga terlibat dalam
perlindungan terhadap penyakit dan menghasilkan zat-zat antibodi.

C. Sistem Imun Non Spesifik (Bawaan) dan Spesifik (Adaptif)


1. Sistem Imun Non Spesifik
Sistem imun non spesifik merupakan imunitas bawaan sejak lahir. Sistem ini
disebut non spesifik, karena tidak ditujukan untuk melawan antigen tertentu, tetapi
dapat memberikan respon langsung terhadap berbagai antigen untuk melindungi
tubuh.
Sistem imun non spesifik berfungsi melindungi tubuh dari benda-benda yang
asing bagi tubuh, seperti patogen (virus, bakteri, jamur, protozoa, dll), tumbuhan atau
hewan (makanan tertentu, serbuk sari, rambut atau binatang), atau zat kimia (obat
atau polutan).
Sistem imun non spesifik terdiri atas meliputi pertahanan fisik dan mekanis,
serta pertahanan biokimia.

a. Pertahanan Fisik dan Mekanis


Kulit, membran mukosa, silia pada saluran pernapasan, batuk, dan bersin dapat
mencegah berbagai kuman patogen masuk ke dalam tubuh. Kulit dan membran
mukosa merupakan lapisan pertama dalam imunitas. Selama kulit tidak rusak,
epitelium yang berlapis keratin akan sulit ditembus oleh mikroba. Keratin yang
melapisi epitelium kulit juga tahan terhadap asam dan basa lemah serta racun dan
enzim bakteri. Jika mikroba dapat menembus kulit, membran mukosa yang
menghasilkan lendir akan memerangkap mikroba tersebut. Jaringan mukosa
ditemukan di saluran pernapasan bagian atas, saluran pencernaan, saluran genital dan
kelenjar mammae.
Perlindungan yang dihasilkan kulit dan membran mukosa adalah sebagai
berikut.
1) Hasil sekresi kulit cenderung bersifat asam (pH 3-5), sehingga menghambat
pertumbuhan bakteri.
2) Mukosa lambung mengandung larutan HCl yang dapat membunuh
mikroorganisme.
3) Ludah dan air mata mengandung lisozim yaitu penghancur bakteri.
4) Lendir yang lengket akan memerangkap mikroorganisme yang masuk ke saluran
pencernaan dan saluran pernapasan

Gambar 6. Mekanisme kerja sistem sistem imun pada kulit pada saat terjadi luka

b. Pertahanan Biokimia
Bahan yang disekresi mukosa saluran pernapasan, kelenjar kulit, telinga
merupakan bahan yang berperan dalam pertahanan tubuh. Asam hidroklorik dalam
cairan lambung, lisosim dalarfi keringat, ludah, air mata, dan air susu dapat
melindungi tubuh terhadap kuman gram positif dengan jalan menghancurkan
dinding kuman tersebut. Air susu ibu mengandung pula laktoferitin dan asam
neurominik yang mempunyai sifat antibakterial terhadap bakteri E.coli.

2. Sistem Imun Spesifik (Adaptif)


Sistem imun spesifik diaktifkan oleh sistem imun non spesifik. Sistem ini mampu
mengenali dan mengingat patogen spesifik sehingga dapat bersiap jika patogen yang
sama kembali menginfeksi. Sistem imun spesifik terbagi atas imunitas humoral dan
imunitas selular

a. Imunitas Humoral (Diperantarai Antibodi)


Yang berperan dalam imunitas humoral adalah limfosit B atau sel B. Sel B
berasal dari sel asal multipoten. Bila sel B dirangsang benda asing, sel tersebut akan
berproliferasi dan berdiferensiasi menjadi sel plasma yang dapat membentuk
antibodi.
b. Imunitas Selular (Diperantarai Sel)
Yang berperan dalam imunitas selular adalah limfosit T atau sel T. Sel tersebut
juga berasal dari sel asal yang sama seperti sel B, tetapi proliferasi dan
diferensiasinya terjadi di dalam kelenjar timus.
Fungsi sel T umumnya, yaitu sebagai berikut:
1) Membantu sel B dalam memproduksi antibodi
2) Mengenal dan menghancurkan sel yang terinfeksi virus
3) Mengaktifkan makrofag dalam fagositosis
4) Mengontrol ambang dan kualitas sistem imun

D. Antibodi
Antibodi adalah biomolekul yang tersusun atas protein dan dibentuk sebagai respon
terhadap keberadaan benda-benda asing yang tidak dikehendaki di dalam tubuh kita. Tiap
kali ada benda asing yang masuk ke dalam tubuh diperlukan 10-14 hari untuk
membentuk antibodi. Antibodi dihasilkan oleh limfosit B atau sel B. Antibodi digunakan
untuk menetralkan atau menghancurkan antigen yang masuk ke dalam tubuh. Salah satu
contoh peristiwa yang melibatkan antibodi adalah ketika kulit kita terkena infeksi karena
luka maka akan timbul nanah. Nanah itu merupakan limfosit atau sel-sel B yang mati
setelah berperang melawan benda-benda asing tersebut (antigen).
Antibodi dapat ditemukan pada aliran darah dan cairan nonseluler. Antibodi
memiliki struktur molekul yang bersesuaian dengan antigen secara sempurna, seperti
anak kunci dengan lubangnya. Tiap jenis antibodi spesifik terhadap antigen jenis tertentu.

1. Sifat-Sifat Antibodi
Ada beberapa sifat antibodi, yaitu:
a. Terdiri atas suatu zat yang menempel pada gammaglobulin.
b. Berada dalam keadaan larut dalam cairan badan (serum).
c. Dapat direaksikan dengan antigen secara spesifik.
d. Antibodi bersifat termolabil dan tidak tahan bila terkena sinar matahari, karena
itu harus di simpan pada tempat yang gelap dan dingin.
2. Klasifikasi Antibodi
a. IgG (Imunoglobulin G)
Antibodi ini adalah antibodi yang paling umum. Dihasilkan hanya dalam
waktu beberapa hari, ia memiliki masa hidup berkisar antara beberapa minggu
sampai beberapa tahun. IgG beredar dalam tubuh dan banyak terdapat pada
darah, sistem getah bening, dan usus dan mengikuti aliran darah, langsung
menuju musuh dan menghambatnya begitu terdeteksi. IgG melindungi tubuh
terhadap bakteri dan virus, serta menetralkan asam yang terkandung dalam
racun.

b. IgA (Imunoglobulin A)
Antibodi ini terdapat pada daerah peka tempat tubuh melawan antigen
seperti air mata, air liur, ASI, darah, kantong-kantong udara, lendir, getah
lambung, dan sekresi usus. Kepekaan daerah tersebut berhubungan langsung
dengan kecenderungan bakteri dan virus yang lebih menyukai media lembap
seperti itu. IgG terdapat di bagian tubuh yang paling mungkin dimasuki
mikroba. IgG menjaga daerah itu dalam pengawasannya layaknya tentara
handal yang ditempatkan untuk melindungi daerah kritis.
c. IgM (Imunoglobulin M)
Antibodi ini terdapat pada darah, getah bening, dan pada permukaan sel
B. Pada saat organisme tubuh manusia bertemu dengan antigen, IgM
merupakan antibodi pertama yang dihasilkan tubuh untuk melawan musuh. Jika
musuh menyerang janin dan jika janin terinfeksi kuman penyakit, produksi IgM
janin akan meningkat.

d. IgD (Imunoglobulin D)
Antibodi ini juga terdapat dalam darah, getah bening, dan pada
permukaan sel B. IgD tidak mampu untuk bertindak sendiri-sendiri. Dengan
menempelkan dirinya pada permukaan sel-sel T, IgD membantu sel T
menangkap antigen.

e. IgE (Imunoglobulin E)
Antibodi ini merupakan antibodi yang beredar dalam aliran darah.
Antibodi ini bertanggung jawab untuk memanggil para prajurit tempur dan sel
darah lainnya untuk berperang. Antibodi ini kadang juga menimbulkan reaksi
alergi pada tubuh. Karena itu, kadar IgE tinggi pada tubuh orang yang sedang
mengalami alergi.

Gambar 7. Jenis-jenis imunoglobulin (Ig)

E. Antigen
Antigen merupakan bahan asing yang dikenal dan akan dihancurkan oleh sistem
imun. Antigen ditemukan di seluruh permukaan sel. Tetapi dalam keadaan normal,
sistem imun seseorang tidak bereaksi terhadap selnya sendiri. Sehingga dapat dikatakan
antigen merupakan sebuah zat yang menstimulasi tanggapan imun, terutama dalam
produksi antibodi. Antigen biasanya berupa protein atau polisakarida, tetapi dapat juga
berupa molekul lain, termasuk molekul kecil yang dipasangkan ke protein pembawa.
Antigen digolongkan menjadi dua jenis, yaitu:
1. Antigen eksogen
Antigen eksogen adalah antigen yang disajikan dari luar kepada hospes dalam
bentuk mikroorganisme, tepung sari, obat-obatan atau polutan. Antigen ini
bertanggungjawab terhadap suatu spektrum penyakit manusia, mulai dari penyakit
infeksi sampai ke penyakit yang dibenahi secara imunologi, seperti pada asma.

2. Antigen endogen
Antigen endogen adalah antigen yang terdapat di dalam tubuh dan meliputi
antigen-antigen berikut: antigen senogeneik (heterolog), antigen autolog dan
antigen idiotipik atau antigen alogenik (homolog). Antigen senogeneik adalah
antigen yang terdapat dalam aneka macam spesies yang secara filogenetik tidak ada
hubungannya, antigen-antigen ini penting untuk mendiagnosa penyakit. Pada
manusia determinan antigen semacam ini terdapat pada sel darah merah, sel darah
putih, trombosit, protein serum, dan permukaan sel-sel yang menyusun jaringan
tertentu dari tubuh, termasuk antigen histokompatibilitas.

F. Interaksi antara Antibodi dan Antigen


Antigen yang masuk ke dalam tubuh akan berikatan dengan reseptor sel limfosit B.
Pengikatan tersebut menyebabkan sel lmfosit B berdiferensiasi menjadi sel plasma. Sel
plasma kemudian akan membentuk antibodi yang mampu berikatan dengan antigen yang
merangsang pembentukan antibodi itu sendiri. Berikutnya, molekul antigen dan molekul
antibodi saling berikatan akan ditempatkan pada makrofag. Secara berurutan, makrofag
menghadirkan antigen pada sel limfosit B. Selanjutnya, sel limfosit B berpoliferasi
dan menjadi dewasa, sehingga mampu membentuk antibodi untuk masing-masing
antigen.
Sisi pengikat antigen pada antibodi akan berikatan dengan sisi penghubung
determinan antigenik pada antigen untuk membentuk kompleks antigen-antibodi (imun).
Pengikatan ini memungkinkan inaktivasi antigen melalui proses fiksasi komplemen,
netralisasi, aglutinasi, atau presipitasi.
1. Netralisasi merupakan cara yang digunakan antibodi untuk berikatan dengan antigen
supaya aktivitasnya terhambat. Sebagai contoh, antibodi melekat pada molekul yang
akan digunakan virus untuk menginfeksi inangnya. Pada proses ini, antibodi
dan antigen dapat mengalami proses opsonisasi, yakni proses pelenyapan
bakteri yang diikat antibodi oleh makrofag melalui fagositosis.
2. Aglutinasi atau penggumpalan merupakan proses pengikatan antibodi terhadap
bakteri atau virus sehingga mudah dinetralkan dan diopsonisasi. Misalnya, IgG yang
berikatan dengan dua sel bakteri atau virus secara bersama-sama. 
3. Presipitasi atau pengendapan merupakan pengikatan silang molekul-molekul
antigen yang terlarut dalam cairan tubuh. Selelah diendapkan, antigen tersebut
dikeluarkan dan dibuang melalui fagositosis.
4. Fiksasi komplemen merupakan pengaktifan rentetan molekul protein komplemen
karena adanya infeksi. Prosesnya menyebabkan virus dan sel-sel patogen yang
menginfeksi bagian tubuh menjadi lisis.Efek yang paling penting meliputi:
a. Opsonisasi
Partikel antigen diselubungi antibodi atau komplemen-komplemen yang
memfasilitasi proses fagositosis pertikel, selain itu suatu produk protein berlekuk
juga berinteraksi dengan reseptor khusus pada neutrofil dan makrofag, dan
meningkatkan fagositosis.
b. Sitolisis
Kombinasi dari faktor-faktor komplemen multiple mengakibatkan
rupturnya membran plasma bakteri atau penyusup lain dan menyebabkan isi
selular keluar.
c. Inflamasi
Produk komplemen berkontribusi dalam inflamasi akut melalui aktivasi sel
mast, basofil, dan trombosit darah.

Gambar 8. Mekanisme pengikatan antibodi ke antigen

G. Jenis-Jenis Imunitas
Imunitas dapat dibedakan atas dua jenis berdasarkan cara memperolehnya, yaitu
imunitas aktif dan imunitas pasif.

1. Imunitas Aktif
Imunitas aktif merupakan kekebalan yang dihasilkan oleh tubuh itu sendiri.
a. Imunitas aktif alami
Imunitas aktif alami adalah jika tubuh menghasilkan antibodi untuk
menahan molekul asing (antigen). Imunitas ini dapat “mengingat” patogen
tertentu yang pernah masuk ke dalam tubuh. Artinya, imunitas aktif alami
merupakan imunitas yang didapat setelah seseorang mengalami sakit.
Kuman penyakit yang masuk ke dalam tubuh telah merangsang tubuh
untuk menghasilkan antibodi dan limfosit khusus untuk melawan penyakit
tersebut. Apabila penyakit yang sama menyerang kembali, tubuh telah memiliki
antibodi sehingga tubuh menjadi kebal dan tidak terserang penyakit. Misalnya,
seseorang yang telah terserang penyakit cacar, ketika patogen yang
menyebabkan cacar kembali menyerang, tubuhnya akan dapat melawan patogen
tersebut.

b. Imunitas aktif buatan


Imunitas aktif dapat juga terbentuk secara buatan, yaitu melalui vaksinasi.
Vaksin dapat berupa racun bakteri, mikroorganisme yang dilemahkan, atau
mikroorganisme yang mati. Dengan pemberian vaksin, tubuh dirangsang untuk
menghasilkan antibodi sehingga jika penyakit sesungguhnya menyerang, tubuh telah
memiliki antibodi untuk melawannya. Misalnya, vaksin polio diberikan kepada anak
agar anak tersebut kebal terhadap virus polio.

2. Imunitas Pasif
Imunitas pasif adalah imunitas yang didapat dari pemindahan antibodi dari suatu
individu ke individu lainnya.
a. Imunitas pasif alami
Hal ini dapat terjadi secara alami pada bayi dalam kandungan. Antibodi wanita
hamil akan masuk ke tubuh bayi melalui plasenta. Antibodi-antibodi tertentu juga
dapat masuk ke tubuh bayi melalui air susu ibu pertama (kolostrum) yang diminum
bayi, sehingga bayi akan memiliki kekebalan sementara untuk beberapa minggu atau
beberapa bulan setelah dilahirkan.

b. Imunitas pasif buatan


Imunitas pasif juga dapat terjadi secara buatan dengan menyuntikkan antibodi
dalam serum yang dihasilkan oleh manusia atau hewan yang telah kebal terhadap
suatu penyakit, misalnya rabies. Imunitas pasif ini berlangsung singkat, tetapi
berguna untuk penyembuhan secara cepat.

H. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Imunitas


Beberapa faktor yang memengaruhi imunitas adalah sebagai berikut:
1. Genetik (keturunan), yaitu kerentanan terhadap penyakit secara genetik. Contohnya,
seseorang dengan riwayat keluarga penderita diabetes mellitus akan berisiko
menderita penyakit yang sama dalam hidupnya.
2. Fisiologis, melibatkan fungsi organ-organ tubuh. Contohnya, berat badan yang
berlebihan dapat menyebabkan sirkulasi darah kurang lancar sehingga meningkatkan
kerentanan terhadap penyakit.
3. Stres, dapat memengaruhi imunitas karena saat stres tubuh melepaskan hormon
seperti neuroendokrin, glukokortikoid, dan katekolamin. Stres kronis dapat
menurunkan jumlah sel darah putih dan berdampak buruk pada produksi antibodi.
4. Usia, dapat meningkatkan atau menurunkan kerentanan terhadap penyakit tertentu.
Contohnya, bayi yang lahir secara prematur lebih rentan terhadap infeksi bayi
daripada bayi yang lahir normal. Pada usia 45 tahun atau lebih, risiko timbulnya
penyakit kanker meningkat.
5. Hormon, bergantung pada jenis kelamin. Wanita memproduksi hormon estrogen
yang meningkatkan sintesis IgG dan IgA, sehingga menjadi lebih kebal terhadap
infeksi daripada pria. Sementara itu, pria memproduksi androgen yang bersifat
memperkecil risiko penyakit autoimun, sehingga penyakit autoimun lebih sering
dijumpai pada wanita.
6. Olahraga, jika dilakukan secara teratur akan membantu meningkatkan aliran darah
dan membersihkan tubuh dari racun. Namun, olahraga yang berlebihan
meningkatkan kebutuhan suplai oksigen sehingga memicu timbulnya radikal bebas
yang dapat merusak sel-sel tubuh.
7. Tidur, jika kekurangan akan menyebabkan perubahan pada jaringan sitokin yang
dapat menurunkan imunitas seluler, sehingga kekebalan tubuh menjadi melemah.
8. Nutrisi, seperti vitamin dan mineral diperlukan dalam pengaturan sistem imunitas.
DHA (docosahexaenoic acid) dan asam arakidonat memengaruhi maturasi
(pematangan) sel T. Protein diperlukan dalam pembentukan imunoglobulin dan
komplemen. Namun, kadar kolesterol yang tinggi dapat memperlambat proses
penghancuran bakteri oleh makrofag.
9. Pajanan zat berbahaya, contohnya bahan radioaktif, pestisida, rokok, minuman
beralkohol, dan bahan pembersih kimia, mengandung zat-zat yang dapat
menurunkan imunitas.
I. Imunisasi dan Peranannya
Imunisasi (vaksinasi) adalah satu metode untuk membangkitkan kekebalan dalam
tubuh manusia terhadap penyakit tertentu dengan menggunakan mikroorganisme, seperti
bakteri atau virus yang telah dimodifikasi atau dilemahkan. Ilmuwan mengembangkan
dua pendekatan imunisasi, yaitu imunisasi aktif yang memberikan imunitas jangka
panjang, dan imunisasi pasif yang memberikan imunitas sementara.

1. Imunisasi aktif
Imunisasi aktif dilakukan dengan menyuntikkan vaksin yang berisi antigen
tertentu ke dalam tubuh untuk membangun sistem imunitas. Sebagai tanggapan atas
antigen, sistem imunitas akan mengembangkan zat antibodi ataupun sel darah putih
jenis limfosit T. Beberapa imunisasi memberikan perlindungan lengkap terhadap
suatu penyakit seumur hidup. Jenis lain memberikan perlindungan parsial, artinya
bahwa orang yang diimunisasi hanya mendapat kekebalan sementara. Beberapa jenis
imunisasi memerlukan suntikan ulangan secara periodik, misalnya suntikan tetanus
yang disarankan setiap 10 tahun sekali seumur hidup.
Imunisasi aktif dapat dilaksanakan dengan menggunakan suatu organisme
yang telah dimodifikasi sedemikian rupa sehingga hanya memberikan sedikit risiko
yang menyebabkan penyakit, tetapi masih mampu membangun sistem imun untuk
melawan penyakit. Misalnya untuk melindungi tubuh dari demam kuning, campak,
cacar, dan banyak penyakit lain yang disebabkan virus.

Gambar 11. Imunisasi dapat diberikan melalui oral atau suntikan

Imunisasi dapat juga terjadi ketika seseorang menerima suntikan dari


mikroorganisme yang dinonaktifkan atau dibunuh sehingga relatif aman, tetapi
masih berisi antigen, misalnya polio, tipus, dan difteri. Beberapa vaksin hanya
menggunakan bagian dari tubuh suatu organisme penyebab infeksi yang masih berisi
antigen, seperti protein dinding sel dan flagelum. Vaksin jenis ini dikenal sebagai
vaksin aseluler, misalnya untuk radang selaput otak. Versi vaksin yang lebih baru
digunankan untuk batuk rejan.

2. Imunisasi pasif
Imunisasi pasif dilakukan tanpa menyuntikkan antigen jenis apapun. Dalam
metode ini, vaksin berisi zat antibodi yang diperoleh dari darah suatu hewan atau
manusia yang diimunisasi secara aktif. Zat antibodi ini dapat melindungi seseorang
dari penyakit tertentu hanya untuk dua sampai tiga minggu. Walaupun berumur
pendek, tetapi imunisasi ini memberikan perlindungan dengan segera atau lebih
cepat, misalnya untuk kasus keracunan makanan kaleng dan rabies.

J. Kelainan/Gangguan pada Sistem Imun


Seperti halnya sistem organ lainnya, sistem imun juga ada kalanya mengalami kelainan
atau gangguan. Kelaian atau gangguan pada sistem imun meliputi hipersensitivitas (alergi),
penyakit autoimun, dan imunodefisiensi.

1. Hipersensitivitas (Alergi)
Hipersensitivitas adalah peningkatan sensitivitas atau reaktivitas terhadap antigen yang
pernah dipajankan atau dikenal sebelumnya. Respon imunitas ini berlebihan dan tidak
diinginkan karena menyebabkan ketidaknyamanan. Pada umumnya terjadi pada beberapa
orang saja dan tidak terlalu membahayakan tubuh. Pajanan terhadap alergen akan membuat
tubuh sensitif, sehingga pajanan berikutnya mengakibatkan reaksi alergi.
Alergi merupakan suatu reaksi antigen-antibodi yang terjadi pada individu tertentu
akibat terpapar bahan-bahan yang dalam kadar tertentu tidak berbahaya bagi individu lain
dalam kondisi yang sama. Gejala umum reaksi alergi, antara lain gatal-gatal, ruam
(kemerahan di kulit), mata merah, kesulitan bernapas, dan kram berlebihan. Dalam kondisi
alergi, tubuh bereaksi terhadap antigen yang terdapat pada, misalnya serbuk sari, spora jamur,
debu, bahan makanan tertentu, gigitan atau sengatan serangga atau tanaman, dan bahan-bahan
pada bulu atau rambut hewan.
Orang yang menderita alergi memiliki terlalu banyak antibodi (immunoglobulin E/IgE)
yang dihasilkan oleh sel B. Pembentukan antibodi spesifik tersebut distimulasi dan
menghasilkan reaksi antigen-antibodi yang memicu pelepasan histamin dalam tubuh.
Histamin menyebabkan peradangan, kulit memerah, dan (pada penderita asma) konstriksi atau
penyempitan bronkiolus. Pada saat yang sama, jumlah eosinofil meningkat. Eosinofil
menghilangkan tanda-tanda tersebut dengan cara memindahkan histamin dari aliran darah.
Meskipun alergi belum dapat disembuhkan, pemberian obat antihistamin daat meminimalkan
tanda-tanda alergi.

2. Penyakit Autoimun
Autoimun adalah kegagalan sistem imunitas untuk membedakan sel-sel atau jaringan
tubuh dengan benda asing (antigen) sehingga sistem imunitas dalam hal ini sel-sel T
menyerang sel tubuh sendiri.
Autoimun dapat dipicu oleh beberapa hal, antara lain sebagai berikut.
a. Suatu zat di dalam tubuh yang pada kondisi normal hanya terdapat di suatu daerah khusus
(dan berada di luar jangkauan sistem imun), dilepaskan ke dalam aliran darah. Misalnya,
dalam keadaan normal, cairan di dalam bola mata hanya terdapat di dalam rongga mata.
Jika cairan tersebut terlepas ke dalam aliran darah, misalnya akibat suatu tusukan pada
bola mata, maka sistem kekebalan tubuh akan bereaksi melawannya.
b. Adanya perubahan pada suatu zat tubuh yang normal. Contohnya virus, obat-obatan,
cahaya matahari, atau penyinaran dapat mengubah struktur suatu protein dalam tubuh,
sehingga sistem kekebalan tubuh mengenalinya sebagai benda asing.
c. Sistem kekebalan tubuh memberikan respon terhadap zat asing yang menyerupai zat
tubuh alami dan menyerangnya sebagai benda asing.
d. Adanya kelainan fungsi di dalam sel yang mengendalikan pembentukan antibodi.
Misalnya, limfosit B atau sel-sel B yang ganas mampu menghasilkan antibodi abnormal
yang menyerang sel-sel darah merah.
Suatu penyakit autoimun dapat menimbulkan akibat yang bervariasi, antara lain demam,
kerusakan berbagai jaringan, misalnya pembuluh darah, tulang rawan, dan kulit, kerusakan
organ, peradangan, serta kerusakan jaringan yang dapat menyebabkan gagal ginjal, gangguan
pernapasan, kelainan fungsi jantung, nyeri, kelainan bentuk, delirium (gangguan mental), dan
kematian.
Contoh penyakit autoimun adalah artritis reumatoid, penyakit Grave (hipertiroidism),
anemia pernisiosa, penyakit Addison, lupus (systemic lupus erythematosus/SLE), multiple
sclerosis (penyakit neurologis kronis), dan diabetes mellitus tergantung insulin (DM tipe 1).
Pada artritis reumatoid, penyebabnya diduga dipicu oleh infeksi virus dan bakteri yang
memiliki molekul permukaan mirip dengan molekul persendian. Ketika tubuh dirangsang
untuk menyerang molekul asing, jaringan sendi juga ikut diserang karena kemiripan kedua
molekul tersebut.

3. Imunodefisiensi
Imunodefisiensi adalah kondisi menurunnya keefektifan sistem imunitas atau
ketidakmampuan sistem imunitas untuk merespon antigen. Contoh penyakit yang timbul
karena kondisi tersebut di antaranya adalah AIDS.
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome),
merupakan penyakit yang disebabkan oleh HIV (human
immunodeficiency virus). Tidak seperti virus lainnya,
HIV benar-benar menyerang dengan ganas sistem imun
manusia, di mana virus ini menginfeksi sel-sel T
penolong sehingga sistem imun melemah. Kondisi
tersebut membuat manusia sangat mudah diserang oleh
berbagai jenis penyakit yang pada akhirnya dapat
menyebabkan kematian.
Sel T penolong yang terinfeksi menyebabkan Gambar 12. Human
sistem imun manusia tidak dapat mengenali musuh immunodeficiency virus (HIV)
(antigen) yang masuk. Jadi meskipun tubuh orang yang
terinfeksi masih memproduksi antibodi, antibodi
tersebut tidak lagi efektif tanpa adanya sel-sel T penolong.
Pada keadaan sistem imun yang melemah, penderita rentang terserang sarkoma kaposi
(sejenis kanker kulit dan pembuluh darah), penyakit oportunistik (penyakit infeksi yang
timbul saat daya tahan tubuh lemah dan biasanya tidak menyebabkan penyakit pada manusia
dengan sistem imunitas normal, seperti infeksi Pneumocystis carinii), mengalami kerusakan
neurologis, penurunan fisiologis, dan kematian.
Daftar Pustaka

Campbell, N.A, dkk. 2006. Biology. England: Benjamin Cummings Pubhlishing


Irnaningtyas. 2014. Biologi untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Erlangga
Pratiwi, dkk. 2015. Biologi untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Erlangga
Pujiyanto, Sri. 2008. Menjelajah Dunia Bologi untuk Kelas XI SMA dan MA. Solo: Platinum.

Anda mungkin juga menyukai