Anda di halaman 1dari 24

BAHAN AJAR

SISTEM REPRODUKSI MANUSIA


Kompetensi Dasar :
Menganalisis hubungan struktur jaringan penyusun organ reproduksi
dengan fungsinya pada sistem reproduksi manusia
4.12 Menyajikan hasil analisis tentang dampak pergaulan bebas,
penyakitPembelajaran
Indikator dan kelainan
: pada struktur dan fungsi organ yang
menyebabkan gangguan sistem reproduksi manusia serta teknologi
Menjelaskan konsep umum sistem reproduksi pada manusia
sistem reproduksi
Mengidentifikasi organ-organ penyusun sistem reproduksi pada pria
Menganalisis hubungan struktur jaringan penyusun gonad pria dengan
fungsinya dalam sistem reproduksi
Mengaitkan struktur penyusun saluran reproduksi pria (epididimis, vas
deferens, duktus ejakulatoris dan uretra) dengan fungsinya dalam
sistem reproduksi
Menjelaskan fungsi kelenjar aksesori reproduksi pria (vesikula seminalis,
prostat dan bulbouretral)
Mengidentifikasi organ-organ penyusun sistem reproduksi pada wanita
Menganalisis hubungan struktur jaringan penyusun gonad pada wanita
dengan fungsinya dalam sistem reproduksi
Mengidentifikasi struktur jaringan penyusun saluran reproduksi wanita
(oviduk, uterus, serviks dan vagina) serta mengaitkan dengan
fungsinya
Menjelaskan fungsi hormon pada sistem reproduksi pria
Menjelaskan fungsi hormon pada sistem reproduksi wanita
Menjelaskan proses spermatogenesis pada manusia
Menjelaskan proses oogenesis pada manusia
Menjelaskan siklus menstruasi pada wanita
Menjelaskan proses fertilisasi pada manusia
Menjelaskan tahapan perkembangan embrio dan mengaitkannya dengan
periode gestasi (kehamilan) pada manusia
Menjelaskan gangguan pada sistem reproduksi manusia
Menjelaskan kesehatan reproduksi pada manusia
4.12.1 Menyajikan hasil analisis artikel dalam bentuk laporan tentang
dampak pergaulan bebas, penyakit dan kelainan pada struktur dan
fungsi organ yang menyebabkan gangguan sistem reproduksi
manusia
4.12.2 Menyajikan hasil analisis artikel dalam bentuk laporan tentang
teknologi sistem reproduksi pada manusia
A. Sistem Reproduksi pada Manusia
Setiap organisme memiliki kemampuan untuk melakukan
reproduksi. Reproduksi adalah proses perkembangbiakan untuk
menghasilkan organisme (keturunan) baru dari induknya. Reproduksi
bertujuan untuk mempertahankan kelestarian makhluk hidup melalui
kelahiran anak-anaknya sehingga tidak mengalami kepunahan. Manusia
bereproduksi secara seksual. Keturunan baru (anak) diperoleh dari
peleburan sperma ayah dan ovum dari ibu. Pembentukan sperma dan
ovum serta perkembangan bayi dilakukan oleh sistem reproduksi.
B. Organ-Organ Penyusun Sistem Reproduksi pada Pria
Sistem reproduksi pria tersusun dari organ-organ yang terletak di
luar dan di dalam tubuh. Organ yang terletak di luar tubuh berupa
penis dan skrotum, sedangkan organ yang terletak di dalam tubuh
terdiri atas gonad (testis) yang menghasilkan gamet (sel-sel sperma) dan
hormon kelamin pada pria (testosteron), kelenjar aksesoris yang
mensekresikan produk yang esensial bagi pergerakan sperma dan
sekumpulan saluran (duktus) yang membawa sperma dan sekresi
glandular.

Gambar 1. Komponen Organ Reproduksi Pria


Penis terdiri atas tiga bagian, yaitu akar, badan, dan glans penis.
Penis berfungsi sebagai organ kopulasi serta pengeluaran urine dan
semen. Kulit penis tipis dan tidak berambut, kecuali bagian dekat akar
organ. Badan penis terdiri atas tiga massa jaringan erektil silindris yang
berongga-rongga dan banyak mengandung pembuluh darah, yaitu dua
korpus kavernosum dan satu korpus spongiosum yang membungkus
uretra. Jika terdapat rangsangan seksual, maka jaringan berongga
(jaringan erektil) akan terisi darah penuh oleh darah dari arteri yang
mengakibatkan penis tegang, disebut ereksi. Pada glans penis banyak
mengandung ujung-ujung saraf sensorik. Glands penis tertutup oleh
lipatan kulit longgar prepusium, kecuali jika diangkat melalui sirkumsisi
(khitan).
Skrotum (kantong pelir), berupa kantong longgar dari kulit, fasia
(selaput pembungkus otot), dan otot polos yang membungkus testis di
luar tubuh. Skrotum berjumlah sepasang, dipisahkan oleh septum
internal. Setiap skrotum berisi satu testis. Fasia skrotum mengandung
otot dartos yang mampu berkontraksi membentuk kerutan sebagai
reaksi terhadap udara dingin dan rangsangan seksual. Skrotum juga
mengandung otot kremaster yang mengatur suhu lingkungan testis
beberapa derajat lebih rendah dari pada suhu tubuh.

C. Struktur Jaringan Penyusun Gonad pada Pria


Gonad pada pria, atau testes (tunggal, testis), terdiri atas banyak
saluran yang melilit-lilit yang dikelilingi oleh beberapa lapis jaringan
ikat. Saluran tersebut adalah tubulus seminiferus, tempat pembentukan
sperma (spermatozoa).

Gambar 2. Struktur Gonad Pria


Testis berjumlah sepasang, berbentuk bulat telur (oval) dengan
ukuran panjang 4-5 cm dan diameter 2,5 cm, terdapat di dalam suatu
kantong pelindung yang disebut skrotum. Setiap testis dilapisi oleh
tunika albuginea, yaitu kapsul jaringan ikat yang merentang ke arah
dalam membentuk sekitar 250 lobulus. Di dalam lobulus terdapat
pintalan tubulus seminiferus sebagai tempat terjadinya
spermatogenesis. Di dalam tubulus seminiferus terdapat lapisan
epitelium germinal yang mengandung sel-sel batang (spermatogonium),
sel-sel sertoli, dan sel-sel interstisial (leydig). Sel-sel sertoli berfungsi
memberikan nutrisi bagi spermatozoid yang sedang berkembang dan
menghancurkan sel germinativum yang cacat (gagal). Sementara itu sel-
sel leydig berfungsi menyekresikan hormon androgen (testosteron dan
dihidrotestosteron).

D.Struktur Saluran Reproduksi Pria


Saluran reproduksi pria meliputi epididimis, vas deferens, saluran
ejakulasi (duktus ejakulatorius) dan uretra.
1. Epididimis merupakan saluran berliku-liku yang sangat panjang (4 - 6
m), terletak di sepanjang sisi belakang testis, serta berfungsi
menyimpan sperma hingga matang (sekitar 6 minggu) hingga menjadi
dewasa, motil, dan fertil. Selama eksitasi seksual (ereksi dan
meningkatnya keinginan seksual), otot polos dinding saluran akan
berkontraksi dan mendorong sperma masuk ke vas deferens. Dari
epididimis, sperma disalurkan melalui vas deferens menuju ke
kantong mani (semen).
2. Saluran vas deferens, berupa saluran lurus kelanjutan dari epididimis
yang meninggalkan skrotum hingga mencapai rongga perut melalui
kanalis inguinalis, menuju ke kantong semen (vesikula seminalis)
3. Saluran ejakulasi (duktus ejakulatorius), saluran pendek (sekitar 2
cm) yang menerima sperma dari vas deferens dan menyalurkan
sekresi vesikula seminalis. Kedua duktus ejakulatorius bermuara ke
uretra
4. Uretra, saluran pengeluaran spermatozoa dari vesikula seminalis
sampai ke ujung penis.
Dari tubulus seminiferus testis, sperma melalui saluran menuju
epididimis. Diperlukan sekitar 20 hari bagi sperma untuk menyelesaikan
perjalanan di sepanjang saluran epididimis sepanjang 6 m milik seorang
pria. Selama perjalanan ini, sperma menjadi motil dan mendapatkan
kemampuan untuk membuahi. Selama ejakulasi, sperma didorong dari
epididimis melalui vas deferens berotot. Selanjutnya sperma dari vas
deferens melalui saluran ejakulasi (duktus ejakulatorius) menuju ke
vasikula seminalis. Kedua duktus ejakulatorius bermuara ke uretra yang
terdapat di sepanjang penis.

E. Struktur Kelenjar Aksesori Reproduksi Pria


Kumpulan kelenjar aksesoris (vesikula seminalis, prostat dan
kelenjar bulbouretral) menambahkan sekresi ke semen, yaitu cairan
yang diejakulasikan dan tersusun dari dua bagian, yaitu air mani
(plasma) dan sel mani (sperma). Sebagian besar air mani dihasilkan oleh
kelenjar, sedangkan sisanya oleh testis.
1. Vesikula seminalis (sering disebut kantung mani atau kantong
semen), kantong berkelok-kelok yang bermuara ke duktus
ejakulatorius berukuran panjang sekitar 5 cm serta menghasilkan
cairan kental, kekuningan, dan bersifat basa yang mengandung
mukus, gula fruktosa untuk menutrisi dan melindungi sperma, enzim
pengkoagulasi, asam askorbat, dan prostaglandin. Sepasang vesikula
seminalis menyumbangkan sekitar 60% total volume semen.
2. Kelenjar prostat, merupakan kelenjar kelamin penghasil getah yang
dialirkan ke saluran sperma dan terletak di bawah kandung kemih,
menyelubungi uretra bagian atas, serta menghasilkan cairan basa
menyerupai susu yang akan meningkatkan motilitas sperma pada pH
optimum 6,0 - 6,5. Kelenjar prostat mengandung enzim anti koagulan,
sitrat (nutrien bagi sperma) dan sedikit asam. Kelenjar prostat
membesar saat usia remaja hingga usia 20 tahun. Kelenjar prostat
merupakan salah satu sumber permasalahan medis yang umum bagi
pria usia 40 tahun. Pembesaran tak berbahaya (nonkanker) pada
prostat terjadi pada kelompok usia ini dan pada hampir semua pria di
atas 70 tahun sehingga mengganggu perkemihan. hal ini dapat diobati
dengan pembedahan atau konsumsi obat-obatan yang menghambat
gonadtropin yang menyebabkan terjadinya penurunan aktivitas dan
ukuran prostat.
3. Kelenjar bulbouretra merupakan kelenjar kelamin penghasil getah
berupa lendir yang dialirkan ke uretra serta menghasilkan cairan
bersifat basa yang mengandung mukus (lendir) untuk pelumasan.
Kelenjar bulbouretra memiliki ukuran dan bentuk menyerupai kacang
polong yang terletak di sepanjang uretra di bawah prostat. Sebelum
ejakulasi, kelenjar tersebut mensekresikan mukus bening yang
menetralkan setiap urin asam yang masih tersisa dalam uretra.
Seorang pria umumnya mengejakulasikan kurang lebih 2 - 5 ml
semen dan tiap mililiter mengandung sekitar 50 – 130 juta sel sperma.
Saat telah berada dalam saluran reproduksi wanita, prostaglandin
dalam semen mengencerkan mukus pada pembukaan uterus dan
merangsang kontraksi otot uterus, yang membantu menggerakkan
semen masuk ke dalam uterus. Semen bersifat sedikit alkalis, dan hal
ini membantu menetralkan lingkungan vagina yang asam, sehingga
melindungi sperma dan meningkatkan mortilitasnya. Ketika pertama
kali diejakulasi, semen berkoagulasi, sehingga memudahkan kontraksi
uterus untuk menggerakkannya kemudian antikoagulan mencairkan
semen dan sperma mulai berenang melalui saluran reproduksi wanita.
Titik kulminasi aksi seksual pria ditandai dengan ejakulasi
(pengeluaran semen). Cairan semen berwarna abu-abu kekuningan
dengan pH 6,8 – 8,8. Volume sperma sekitar 5% dari volume cairan
semen. Setelah ejakulasi, sperma mampu bertahan hidup sekitar 24 -
72 jam dalam saluran reproduksi wanita. Sperma dapat disimpan
beberapa hari atau dibekukan untuk disimpan lebih dari satu tahun.
F. Organ Reproduksi Wanita
Organ reproduksi pada wanita terdiri atas gonad atau indung telur
(ovarium), saluran reproduksi dan alat reproduksi eksternal (vulva).
Saluran reproduksi terdiri atas tuba valopi (oviduk), rahim (uterus) dan
vagina. Untuk lebih jelas perhatikan gambar berikut.

Gambar 3. Komponen Organ Reproduksi pada Wanita

1. Ovarium (indung telur)


Ovarium merupakan gonad pada wanita, terletak di dalam rongga
abdomen, menggantung dan melekat ke uterus melalui mesentrium.
Ovarium terletak di sebelah kiri dan kanan rahim. Bentuk ovarium
lonjong dengan panjang 2–2,5 cm, lebar 1–1,5 cm, tebal 0,5–1,5 cm
dan berat sekitar 15 gram. Sepasang ovarium secara bergantian
memiliki tugas memproduksi telur setiap bulan. Dalam ovarium
terdapat folikel de Graaf yang akan berkembang menjadi sel telur
(ovum). Indung telur mengandung sekitar 400 ribu bakal sel telur.
Umumnya sel telur diproduksi setiap 28 hari. Pada saat folikel telur
tumbuh ovarium menghasilkan hormon estrogen dan setelah ovulasi
menghasilkan hormon progesteron. Struktur ovarium terdiri atas 2
lapisan, yakni
a. Kulit (korteks) atau zona parenkimatosa terdiri atas tunika
albuginea yang disusun oleh epitel berbentuk kubus, jaringan ikat
stroma yang mengandung folikel primordial dan folikel de Graaf
serta sel-sel Walthard
b. Inti (medula) atau zona vaskulosa terdiri atas jaringan ikat stroma
yang berisi pembuluh darah, serabut saraf dan otot polos
Gambar 4. Struktur Ovarium

2. Tuba Fallopi (Oviduk)


Tuba Fallopi (oviduk) berjumlah sepasang dengan panjang sekitar
10 cm, berfungsi menyalurkan sel telur dari ovarium menuju uterus
dan menyediakan lingkungan yang cocok untuk pembuahan dan
perkembangan sel telur sebelum pembuahan. Tuba fallopii
merupakan struktur saluran bilateral yang melekat ke uterus pada
setiap kornu (ujung)-nya. Tuba fallopii dibagi berdasarkan struktur
dan fungsinya, yaitu kornu, ismus, ampula, dan infundibulum. Kornu
merupakan bagian perbatasan antara dinding otot uterus dan tuba
fallopii yang berperan dalam menjamin hubungan yang stabil dan
kuat. Bagian yang panjang, sempit, dan menyerupai pensil disebut
ismus yang berperan dalam menyeleksi sperma. Bagian setelah ismus
disebut ampula merupakan tempat terjadinya fertilisasi. Ujung tuba
bagian paling distal yang bergalur disebut infundibulum. 
Infundibulum memiliki fimbria yang menyerupai jari-jari. Fimbria ini
berperan dalam aktivitas menyerupai gerakan menyapu secara terus
menerus untuk menangkap telur matang yang jatuh di belakang
uterus. Bagian dalam (lumen) dari tuba falopi dilapisi sel-sel epitel
bersilia untuk mendorong ovum bergerak ke dalam tuba falopi ketika
terjadi ovulasi.
Gambar 5. Tuba Fallopi (Oviduk)

3. Uterus (Rahim)
Uterus (rahim) merupakan suatu rongga pertemuan dari dua
saluran tuba Fallopii bagian kiri dan kanan. Uterus berbentuk seperti
buah pir, dengaukuran panjang sekitar 7 cm dan lebar sekitar 4–5
cm. Namun, pada saat kehamilan uterus mampu menampung bayi
dengan panjang 45 cm dan berat hingga 4 kg. Uterus diikat oleh 6
buah ligamen. Bagian uterus yang berbatasan dengan vagina
menyempit membentuk leher rahim (cervix). Dinding uterus terdiri
atas 3 lapisan penyusun, yakni lapisan terluar (perimetrium), lapisan
tengah yang tersusun atas jaringan otot polos (miometrium), dan
selaput rahim/lapisan terdalam (endometrium). Lapisan endometrium
mengandung banyak pembuluh darah dan lendir. Ketika terjadi
ovulasi, lapisan endometrium akan menebal, tetapi ketika menstruasi
lapisan endometrium akan meluruh. Fungsi uterus (rahim) adalah
sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya janin.
Uterus dibagi atas tiga bagian, yakni :
a. Fundus, adalah bagain uterus proksimal di atas muara tuba
Fallopi yang mirip dengan kubah. Pada bagian ini tuba fallopii
masuk ke uterus.
b. Korpus (badan uterus). Korpus biasanya bengkok ke arah
depan. Selama masa reproduktif, panjang korpus adalah 2 kali
dari panjang serviks. Korpus merupakan jaringan kaya otot yang
bisa melebar untuk menyimpan janin. Selama proses persalinan,
dinding ototnya mengerut sehingga bayi terdorong keluar melalui
serviks dan vagina. Lapisan dalam dari korpus disebut
endometrium. Setiap bulan setelah siklus menstruasi,
endometrium akan menebal dan akan meluruh kembali jika tidak
terjadi fertilisasi.
c. Serviks (leher uterus merupakan uterus bagian bawah yang
membuka ke arah vagina. Sebuah saluran yang melalui serviks
memungkinkan sperma masuk ke dalam rahim dan darah
menstruasi keluar. Serviks biasanya merupakan penghalang yang
baik bagi bakteri, kecuali selama masa menstruasi dan selama
masa ovulasi (pelepasan sel telur). Saluran di dalam sangat sempit
sehingga selama kehamilan janin tidak dapat melewatinya.
Namun, pada proses persalinan saluran ini akan meregang
sehingga bayi bisa melewatinya. Saluran serviks dilapisi oleh
kelenjar tebal yang tidak dapat ditembus oleh sperma kecuali
sesaat sebelum terjadinya ovulasi. Pada saat ovulasi, viskositas
lendir berubah sehingga sperma bisa menembusnya dan terjadilah
pembuahan (fertilisasi). Selain itu, pada saat ovulasi kelenjar
penghasil lendir di serviks juga mampu menyimpan sperma yang
hidup selama 2 – 3 hari. Sperma ini kemudian dapat bergerak ke
atas melalui korpus dan masuk ke tuba fallopii untuk membuahi
sel telur.

Gambar 6.Struktur Uterus


4. Vagina

Vagina merupakan tabung fibromuskular yang panjangnya


sekitar 8-10 cm. Dinding vagina berlipat-lipat, elastis dan dilapisi
dengan epitel pipih berlapis banyak yang memiliki reseptor untuk
estrogen. Vagina berfungsi sebagai organ kopulasi, jalan aliran darah
menstruasi dan jalan lahir bayi. Sebelum pubertas dan setelah
menopause kosentrasi estrogen rendah sehingga lapisan vagina tipis,
akumulasi glikogen pada sel mukosa rendah dan pH menjadi basa.
Pada masa reproduktif konsentrasi estrogen meningkat sehingga
lapisan vagina tebal. Akumulasi glikogen yang tinggi pada sel-sel
mukosa akan dimetabolisme oleh bakteri normal vagina menjadi asam
laktat seingga bersifat asam (pH 3.5-4.0).
5. Organ Genitalia Eksternal
Organ genitalia eksternal pada wanita disebut vulva (pudendum)
berupa celah yang dibatasi oleh sepasang bibir besar (labium mayor),
sepsang bibir kecil (labium minora) di sebelah dalam. Pada vulva
bermuara saluran urine dan saluran reproduksi (vagina). Di depan
vulva terdapat klitoris yang tersusun atas jaringan erektil homolog
dengan struktur penis pada pria

G.Hormon Reproduksi
1. Hormon Reproduksi Pria
Hormon yang berperan pada reproduksi pria adalah sebagai berikut.
a. Testosterorn dihasilkan oleh testis berfungsi untuk diferensiasi
saluran kelamin dan genitalia luar pada janin, pertumbuhan serta
pemeliharaan tanda-tanda kelamin sekunder pria seperti
perkembangan organ genitalia, tumbuhnya kumis, penebalan pita
suara, meningkatkan laju metabolisme
b. Dihidrotestosteron (DHT) dihasilkan oleh testis untuk
pertumbuhan prenatal dan diferensiasi genitalia pria
c. Inhibin dan protein pengikat androgen dihasilkan oleh sel-sel
sertoli untuk merespon sekresi FSH
d. GnRH (Gonadotropin releasing hormone) dihasilkan oleh kelenjar
pituitari berfungsi merangsang kelenjar hipofisis untuk
mengeluarkan LH dan FSH serta mengatur mekanisme umpan
balik negatif dalam sintesis dan sekresi testosteron. Jika kadar
testosteron menurun produksi GnRH meningkat sehingga
menstimulasi sekresi FSH dan LH. FSH menstimulasi
spermatogenesis dan LH menstimlasi produksi testosteron
e. FSH (folicle stimulating hormone) dihasilkan oleh hipofisis
berfungsi dalam proses spermatogenesis
f. LH (Luteinizing hormone) merangsang sel-sel interstisial untuk
berkembang dan mensekresikan testosteron
2. Hormon reproduksi Wanita
a. GnRH dihasilkan oleh hipotalamus berfungsi merangsang hipofisis
untuk mensekresi FSH dan LH
b. FSH berfungsi merangsang ovarium untuk memproduksi estrogen
dan progesteron serta memacu pertumbuhan dan perkembangan
folikel
c. LH berfungsi merangsang ovarium untuk memproduksi estrogen
dan progesteron serta memacu pertumbuhan korpus luteum dan
ovulasi
d. Estrogen dihasilkan oleh ovarium (folikel dan korpus luetum) dan
plasenta. Estrogen berfungsi untuk pertumbuhan organ
reproduksi, kelenjar mamae, sekresi cairan pada serviks yang
memudahkan masuknya sperma ke uterus dan proses kelahiran
e. Progesteron dihasilkan oelh ovarium (korpus luteum dan plasenta)
berfungsi untuk merangsang pertumbuhan endometrium uterus
untuk persiapan implantasi zigot, menghambat kontraksi uterus,
merangsang pertumbuhan sel-sel alveolar kelenjar mamae,
meningkatkan viskositas mukus serviks sehingga menghambat
masuknya sperma
f. HCG (Human chorionic gonadotropin) disekresikan oleh sel-sel
embrionik mulai hari ke 10 setelah fertilisasi berfungsi
mempertahankan estrogen dan progesteron oleh ovarium
g. Laktogen plasenta atau sommatomammotropin korionik disekresi
oleh plasenta serta berfungsi merangsang pertumbuhan kelenjar
mamae untuk persiapan laktasi dan menyediakan energi pada ibu
hamil
h. Tirotropin korionik disekresikan oleh plasenta berfungsi
meningkatkanlaju metabolisme pada ibu hamil
i. Relaksin disekresikan oleh korpus luteum berfungsi untuk
merelaksasiserviks dan fibrokartilago pada simfisis pubis sehingga
memudahkan kelahiran
j. Prolaktin dihasilkan oleh hipofisis berfungsi merangsang
pertumbuhan duktus dan alveolus pada kelenjar mamae dan
produksi air susu selama kehamilan
k. oksitosin disekresi oleh hipotalamus berfungsi merangsan
kontraksi otot polos uterus selama proses persalinan dan
merangsang kelenjar mamae untuk menghasilkan susu
l. Prostaglandin disekresikan oleh uterus berfungsi untuk
mempengaruhi robeknya folikel saat ovulasi dan merangsang
kontraksi uterus saat kelahiran
F. Gametogenesis
1. Spermatogenesis
Spermatogenesis adalah proses pembentukan gamet jantan
(spermatozoa). Proses spermatogenesis berlangsung dalam tubulus
seminiferus dan memerlukan waktu sekitar 74 hari untuk
menyelesaikan prosesnya. Tahapan spermatogenesis adalah sebagai
berikut.
a. Mitosis; Pada tahap mitosis spermatogonium yang merupakan sel
induk spermatozoa berkromosom diploid mengalami pembelahan
mitosis dan berdiferensiasi menjadi spermatosit primer yang diploid
(2n)
b. Meiosis; Pada tahap meosis spermatosit primer (2n) akan mengalami
pembelahan meosis I menjadi 2 spermatosit sekunder yang haploid
(n) dilanjutkan dengan meosis II masing-masing membentuk 2 sel
spermatid (n)
c. Spermiogenesis; Pada tahap ini masing-masing spermatid (n)
mengalami maturasi (pematangan) menjadi spermatozoid (sperma).
Sperma berukuran sekitar 60 µm, terdiri atas bagian kepala,leher
dan ekor. Kepala sperma memiliki nukleus dan dilapisi dengan
akrosom yang mengandung enzim akrozim untuk menembus ovum.
Pada leher mengandung mitokondria yang memproduksi ATP untuk
pergerakan. Struktur spermatozoa dapat dilihat pada Gambar

Gambar 7. Struktur Spermatozoa


d. Spermiasi; Spermiasi adalah pelepasan sperma yang telah
dewasa ke lumen tubulus seminiferus menuju tubulus rekti untuk
selanjutnya disalurkan ke epididimis.
Gambar 8. Spermatogenesis

2. Oogenesis
Oogenesis adalah proses pembentukan sel telur atau ovum di
dalam ovarium wanita. Proses tersebut dimulai dengan pembentukan
bakal sel-sel telur yang disebut oogonia (tunggal:oogonium) atau sel
induk telur yang bersifat diploid. Pada akhir bulan ketiga dari usia
fetus, semua oogonia selesai dibentuk.
Oogonia akan membelah secara mitosis menghasilkan oosit
primer. Oosit primer akan bermeiosis, tetapi hanya sampai pada fase
profase. Fase-fase berikutnya dari pembelahan meiosis akan
dilanjutkan setelah bayi lahir, yaitu setelah masa pubertas (usia
sekitar 11-14).
Pada saat bayi dilahirkan, ovarium mengandung sekitar 2 juta
oosit primer. Jumlah oosit tersebut akan berkurang setiap harinya
hingga masa pubertas tersisa sekitar 400.000.
Pada masa pubertas, maka oosit (primer) kembali bermeiosis.
Pembelahan meiosis I menghasilkan dua sel haploid, satu sel
berukuran besar disebut oosit sekunder dan satu sel lainnya
berukuran lebih kecil disebut sel polosit primer.
Jika terjadi fertilisasi, maka oosit sekunder mengalami
pembelahan meiosis II dengan menghasilkan satu sel polosit
sekunder (badan kutub sekunder) dan satu sel berukuran normal,
disebut ootid. Ootid kelak akan berkembang menjadi ovum (sel telur).
Sel polosit primer membelah menghasilkan dua sel polosit sekunder.
Kedua sel polosit sekunder ini bergabung dengan satu sel polosit
sekunder lainnya yang berasal dari pembelahan oosit sekunder.
Ketiga sel polosit sekunder akan mengalami degenerasi. Dengan
demikian, pada proses oogenesis hanya menghasilkan satu sel telur.
Gambar 9. Oogenesis.

Secara umum, sel telur (ovum) terdiri dari korona radiata, zona
pellusida dan membrane vitellin.
1) Korona radiata : merupakan lapisan terluar dari sel telur. Korona
radiata menyediakan protein esensial dan bertindak seperti
pembungkus gelembung, melindungi ovum saat berjalan menuruni
tuba falopi.
2) Zona pellusida: lapisan yang terletak pada bagian tengah dan
mengandung protein reseptor untuk spermatozoa dan mencegah
lebih dari satu sperma memasuki sel telur.
3) Membran vitellin : lapisan transparan di bagian dalam ovum.
Setelah lapisan vitelin terdapat membran plasma yang mengandung
sitoplasma. Di dalam sitoplasama terdapat inti, yolk (kuning telur) dan
protein

Korona Radiata
Nukleus
Sitoplasma

Membran vitellin

Zona pellusida

Gambar 10.Struktur ovum.


G.Menstruasi
Jika sel telur tidak bertemu dengan sel sperma yang berarti tidak
terjadi pembuahan, sel telur dan seluruh jaringan yang terbentuk pada
dinding rahim akan luruh dan dikeluarkan dari rahim sebagai
menstruasi (haid).

Gambar 11. Bagan Siklus Menstruasi

Siklus menstruasi adalah siklus kompleks yang merupakan hasil


interaksi sistem endokrin (hipotalamus, hipofisis dan ovarium) dengan
sistem reproduktif yang menyebabkan terjadinya perubahan
endometrium uterus. Perubahan endometrium uterus tersebut
mengakibatkan terjadinya pendarahan bulanan yang disebut menstruasi
(mens)/haid. Lapisan endometrium dipersiapkan untuk menerima
implantasi embrio. Jika tidak terjadi implantasi embrio lapisan ini akan
luruh, darah keluar melalui cervix dan vagina. Pendarahan ini terjadi
secara periodik, jarak waktu antara menstruasi yang satu dengan
menstruasi berikutnya dikenal dengan satu siklus menstruasi. Siklus
menstruasi terjadi pada saat pubertas dimulai. Pada umumnya rentang
siklus menstruasi adalah 28 hari. Siklus terpendek 18 hari, sedangkan
siklus terpanjang 40 hari. Hari pertama menstruasi dinyatakan sebagai
hari pertama siklus menstruasi.
Siklus ini terdiri atas 4 fase: fase menstruasi, fase pra-ovulasi, fase
ovulasi, fase pasca-ovulasi
1) Fase menstruasi
Terjadi bila ovum tidak dibuahi sperma, sehingga korpus
luteum menghentikan produksi hormon estrogen dan progesteron.
Fase mentruasi (haid), fase pengeluaran darah dan sisa endometrium
dari vagina. Fase ini umumnya berlangsung selama 4-5 hari. Hari
ke-1 haid dianggap sebagai permulaan siklus baru dan dimulainya
fase folikel. Oleh karena hormon estrogen dan progesteron berhenti
dikeluarkan, endometrium mengalami degenerasi. Darah, mukus
dan sel-sel epitel dikeluarkan sebagai darah haid dari rongga uterus
ke vagina. Saat menstruasi masih berlangsung, sel-sel lapisan basal
membelah untuk memperbaiki endometrium di bawah pengaruh
estrogen yang dihasilkan oleh folikel yang sedang tumbuh dalam
ovarium. Dengan menurun dan hilangnya progesteron dan estrogen,
FSH aktif diproduksi lagi dan siklus dimulai kembali. Darah yang
keluar selama menstruasi berkisar antara 50 - 150 ml.
2) Fase Proliferasi/fase pra-ovulasi
Fase ini dikendalikan oleh hormon estrogen sehingga disebut
juga “fase estrogen”. Fase ini dimulai pada hari, ke-5 sampai hari ke-
14 dari siklus. Setiap bulan setelah haid, hipofisis anterior
mensekresikan FSH (Folikel Stimulating Hormone). Hormon ini
berpengaruh terhadap proses pertumbuhan dan perkembangan
ovum dan folikel Graaf. Selama pertumbuhan folikel menjadi folikel
Graaf, terjadi proses pembentukan dan pengeluaran hormon
estrogen. Estrogen berfungsi untuk membangun endometrium
sehingga endometrium rahim menebal higga 5-7 cm, serta
merangsang pertumbuhan kelenjar dan pembuluh darah. Selain itu,
Peningkatan kadar estrogen juga menyebabkan seviks (leher rahim)
untuk mensekresikan lendir yang bersifat basa. Lendir ini berfungsi
untuk menetralkan suasana asam pada vagina sehingga mendukung
kehidupan sperma.
3) Fase Ovulasi
Jika siklus menstruasi seorang perempuan 28 hari, maka
ovulasi terjadi pada hari ke 14. Peningkatan kadar estrogen akan
menghambat pengeluaran FSH dan memacu pengeluaran LH yang
dikeluarkan oleh lobus anterior hipofisis. Pada tahap akhir, dengan
pecahnya folikel Graaf, oosit sekunder terlepas dan terlempar keluar,
disebut ovulasi. Ovulasi terjadi kira-kira pada hari ke-14.
4) Fase Sekresi/pasca ovulasi (Fase Progesteron)
Fase ini terjadi pada hari ke-14 sampai hari ke-28 dari siklus.
Walaupun panjang siklus menstruasi berbeda-beda, fase pasca-
ovulasi ini selalu sama yaitu 14 hari sebelum menstruasi berikutnya.
Folikel Graaf yang pecah pada saat ovulasi berubah menjadi korpus
rubrum yang mengandung banyak darah. Adanya LH menyebabkan
korpus rubrum berubah menjadi korpus luteum (badan kuning).
Korpus luteum mensekresikan progesteron dalam jumlah besar dan
masih mensekresikan hormon estrogen namun tidak sebanyak
ketika berbentuk folikel. Progesteron mendukung kerja estrogen
untuk mempertebal endometrium, arteri-arteri membesar dan
kelenjar endometrium tumbuh sehingga endometrium menjadi
jaringan kaya pembuluh darah dan glikogen dari hasil sekresi
kelenjar, untuk mempersiapkan endometrium untuk menerima
implantasi embrio jika terjadi pembuahan atau kehamilan. Jika tidak
terjadi pembuahan, korpus luteum akan berubah menjadi korpus
albikan yang hanya sedikit mensekresikan hormon, sehingga kadar
progesteron dan estrogen menjadi rendah. Korpus albikan lalu
berdegenerasi sehingga progesteron dan estrogen semakin menurun
bahkan hilang. Keadaan ini menyebabkan terjadinya menstruasi
demikian seterusnya.

H.Fertilisasi
Fertilisasi merupakan penyatuan sperma dengan sel telur (oosit
sekunder) untuk membentuk zigot. Pada manusia, proses ini
berlangsung di dalam tubuh sehingga disebut fertilisasi internal.
Fertilisasi diawali dengan proses kopulasi. Pada saat itu, sekitar
350 juta sperma dipancarkan ke dalam vagina. Namun, hanya sebagian
kecil sperma yang berhasil mencapai permukaan sel telur. Beberapa
sperma berusaha masuk menembus lapisan pelindung sel telur yang
terdiri atas korona radiata, zona pelusida, dan membran plasma.
Pada umumnya, hanya satu sel sperma yang berhasil menembus
lapisan pelindung sel telur dan membuahi sel telur (fertilisasi).
Bersamaan dengan masuknya sperma, sel telur mengeluarkan senyawa
kimia tertentu yang berfungsi menghalangi sperma lainnya masuk ke
dalam sel telur. Selanjutnya, sel telur meneruskan pembelahan meiosis
II untuk menghasilkan sel kelamin yang haploid. Fertilisasi berlangsung
sempurna ketika inti sperma (haploid) melebur dengan inti sel telur
(haploid) sehingga membentuk zigot (diploid).
Zigot kemudian membelah secara mitosis di dalam oviduk dan
berlangsung secara berulang kali dalam perjalanannya menuju uterus.
Lebih kurang seminggu setelah fertilisasi, zigot telah berkembang
menjadi satu struktur bola berongga, disebut blastosis. Selanjutnya,
blastosis bergerak ke uterus dan tertanam di dinding uterus. Proses
demikian disebut implantasi.

I. Kehamilan (Gestasi), Tahap Perkembangan Embrio, dan Kelahiran


1. Kehamilan
Kehamilan terjadi karena adanya implantasi atau tertanamnya
embrio pada uterus (rahim). Zigot yang telah menempel pada dinding
uterus disebut embrio. Jika embrio tersebut bertahan hingga dua
bulan dan mulai tumbuh bagian atau organ-organ tubuh dan embrio
sudah dilindungi berbagai selaput dan cairannya, embrio selanjutnya
disebut janin atau fetus sampai pada saat bayi dilahirkan.
Peristiwa implantasi embrio dimulai dengan hancurnya sel-sel
endometrium dibagian tertentu dengan enzim, kemudian jaringan
endometrium melipat membungkus embrio. Trofoblas terbenam lebih
dalam dan berdiferensiasi membentuk plasenta. Embrio telah
tertanam kuat pada hari kedua belas setelah fertilisasi.
Bagian embrioblas membentuk dua lapisan pada hari kedua
belas, yaitu lapisan luar (ektodermis) dan lapisan dalam
(endodermis). Bagian permukaan dari lapisan ektoderm melakukan
pelekukan (invaginasi) ke dalam membentuk lapisan mesodermis.
Proses ini disebut gastrulasi. Pada perkembangan berikutnya, dari
ketiga lapisan dasar terbentuk jaringan, organ, dan sistem organ.
Keadaan ini terjadi hari pada minggu ke empat sampai minggu ke
delapan, dan saat itu disebut fase organogenesis (pembentukan
organ). Setelah periode embriogenesis, dilanjutkan dengan masa
janin sampai dengan sesaat sebelum lahir. Masa janin ditandai
dengan penyempurnaan jaringan-jaringan dan organ-organ dalam
serta pertumbuhan tubuh yang pesat.

Gambar 12. Tahap Perkembangan Embrio

Di sekeliling embrio terdapat membran atau selaput embrio


yang di dalamnya terisi cairan. Embrio berkembang di dalam cairan
tersebut. Pada embrio terdapat empat macam membran embrio,
yaitu kantong kuning telur, amnion, alantois dan korion.
a. Kantong kuning telur, merupakan pelebaran endodermis dan
berisi persediaan makanan bagi embrio.
b. Amnion, merupakan kantong yang berisi cairan amnion yang
terbentuk dua belas hari setelah kehamilan. Berfungsi
melindungi janin dari benturan dan tekanan. Cairan amnion
kurang lebih sebanyak 800 ml. Pada saat akan lahir, amnion
pecah dan cairan amnion keluar melalui vagina berupa air
ketuban.
c. Alantois, membran ini berfungsi sebagai organ nutrisi, respirasi,
dan pembuangan sisa metabolisme. Pada manusia, membran ini
mengalami rudimentasi (mengecil) sehingga berupa kantong kecil
dan masuk ke dalam jaringan tubuh yang akan berkembang
menjadi tali pusat.
d. Korion, merupakan kantong yang menyelimuti embrio dan
kantong lain. Korion merupakan dinding berjonjot yang terdiri
dari trofoblas dan mesodermis. Jonjot trofoblas masuk ke dalam
daerah dinding uterus dan membentuk plasenta (ari-ari).
e. Plasenta, berperan dalam pertukaran gas, untuk memasukkan
makanan, dan mengeluarkan sisa-sisa metabolisme fetus.
Plasenta terbentuk seperti cakram dengan diameter 20 cm dan
tebal 2,5 cm. Pada waktu hari ke-28 dari fertilisasi, plasenta
berukuran kurang dari 1 mm. Ukuran terbesar akan tercapai
pada saat bayi akan lahir. Darah dari janin beredar ke dalam
kapiler plasenta melalui pembuluh darah dalam tali pusat. Janin
memperoleh makanan dan oksigen dari darah ibu dan
memberikan zat-zat sisa metabolisme ke dalam darah ibu untuk
dibuang. Darah ibu tidak pernah bercampur dengan darah janin,
masing-masing memiliki darah sendiri-sendiri yang dipisahkan
oleh jaringan ikat.

Gambar 13. Tahap Perkembangan Janin


Pada masa hamil bekerja beberapa macam hormon, diantaranya
sebagai berikut :
a. Progesteron dan estrogen, berfungsi dalam mengatur penebalan
dinding uterus sehingga siap untuk menerima implantasi dan
memberi segala sesuatu yang diperlukan zigot. Progesteron dan
estrogen dihasilkan oleh korpus luteum.
b. Prolaktin, berfungsi merangsang kelenjar susu untuk
memproduksi susu sehingga pada saat diperlukan siap berfungsi.
Hormon ini diproduksi oleh kelenjar hipofisis (pitutari) ibu.
c. HCG (human chorionic gonadotropin), berfungsi pada hari
kedelapan hingga minggu kedelapan kehamilan. HCG biasa
digunakan sebagai alat tes kehamilan karena hormon ini hanya
dijumpai dalam urin wanita hamil.
d. Relaksin, berfungsi untuk memengaruhi fleksibilitas simpisis
pubis dan organ-organ sekitarnya. Relaksin dihasilkan oleh
Konsentasi relative

plasenta.
dalam darah

Gambar 14. Grafik Kerja Hormonal pada Periode Kehamilan


2. Kelahiran
Masa kehamilan dihitung sejak adanya pembuahan sampai
dengan kelahiran lamanya sekitar 226 hari atau 38 minggu atau 9
bulan 10 hari. Korpus luteum akan berdegenerasi pada umur 10
minggu setelah pembuahan. Untuk memelihara kehidupan
kandungan, plasenta menggantikan korpus luteum dengan
memproduksi hormon progesteron dan estrogen. Semakin tua masa
kehamilan, jumlah estrogen dalam darah semakin banyak.,
sedangkan progesteron semakin sedikit. Hormon lain yang
membantu kontraksi uterus pada saat persalinan atau proses
kelahiran adalah hormon oksitosin, yang dihasilkan oleh kelenjar
hipofisis. Pada saat masa kehamilan, progesteron merangsang
pertumbuhan kelenjar air susu, namun setelah lahir, hormon yang
merangsang pertumbuhan kelenjar air susu adalah hormon
prolaktin yang juga dihasilkan oleh kelenjar hipofisis.
Proses kelahiran dibagi menjadi tiga tahap, yaitu :
a. Dilatasi serviks (pembukaan), serviks dipaksa melebar untuk
jalan kepala bayi sekitar 10 cm. Tahap ini paling lama, terjadi
mulai dari beberapa jam hingga 24 jam.
b. Kelahiran bayi, bayi mulai bergerak melewati serviks dan vagina.
Ibu dapat membantu mengeluarkan bayinya dengan cara segaja
mengontraksikan otot-otot dinding perut bersamaan dengan
kontraksi uterus (mengejan). Kelahiran bayi berlangsung selama
30-90 menit.
c. Kelahiran plasenta, terjadi segera setelah bayi lahir. Uterus
berkontraksi lagi untuk memisahkan plasenta dari miometrium
dan mengeluarkan melalui vagina. Kelahiran plasenta
berlangsung 15-30 menit.

J. Gangguan pada sistem reproduksi manusia


Gangguan pada sistem reproduksi pada umumnya terjadi akibat
infeksi mikroorganisme tertentu. Penyakit ini dapat menular melalui
hubungan suami istri. Oleh karena itu, penyakit tersebut sering disebut
PMS. Selain melalui hubungan suami istri, PMS dapat ditularkan oleh
cairan darah melalui jarum suntik/transfusi, ibu hamil juga dapat
menularkan PMS kepada bayinya. Dalam banyak kasus, PMS kadang
tidak menunjukkan gejala sama sekali. Meskipun demikian, tetap harus
digaris bawahi bahwa seseorang yang terinfeksi PMS dapat menularkan
penyakitnya kepada orang lain.
Secara lebih rinci, beberapa jenis gangguan/penyakit yang
menyerang sistem reproduksi dijelaskan dalam uraian berikut:
1. Kanker Vagina
Penyakit ini hanya menyerang wanita saja. Kanker vagina
sampai saat ini tidak diketahui penyebabnya dan kemungkinan
disebabkan oleh virus yang menyebabkan iritasi. Upaya
pengobatannya dapat dilakukan dengan kemoterapi dan bedah laser.
2. Kanker Serviks
Penyakit ini menyerang wanita. Kanker serviks adalah kanker
yang terjadi pada serviks (leher rahim) yang hampir semuanya
disebabkan oleh virus HPV (Human papilloma virus). Gejala awal
berupa pendarahan pada vagina yang baru muncul saat memasuki
stadium lebih jauh. Kanker serviks tidak menular. Penanganannya
adalah dengan pengangkatan uterus, oviduk, ovarium, sepertiga
bagian atas vagina, dan kelenjar limfa panggul.
3. AIDS
Penyakit ini menyerang baik pria maupun wanita. AIDS atau
Acquired Immuno Deficiency Syndrome adalah penyakit yang
merusak sistem imun pada manusia dengan menyerang sel darah
putih. Sampai sekarang penyakit ini belum bisa disembuhkan
bahkan vaksinnya belum ditemukan sehingga sangat berbahaya dan
mematikan. AIDS disebabkan oleh virus HIV (Human
immunodeficiency virus). Virus ini menular lewat darah dan cairan
kelamin baik melalui jarum suntik, ASI, maupun melalui hubungan
seksual.
4. Sifilis
Penyakit ini menyerang pria. Sifilis adalah penyakit kelamin
yang disebabkan oleh bakteri Treponema pallidium
5. Herpes Genetalis
Herpes merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus
herpes yang ditandai dengan rasa gatal dan sakit di sekitar alat
kelamin.
6. Gonore
Penyakit gonore atau yang biasa disebut kencing nanah
disebabkan oleh bakteri. Gejala penyakit ini adalah keluarnya cairan
seperti nanah dari saluran kelamin, muncul rasa panas, dan sering
buang air kecil. Bakteri yang menyebabkan gonore dapat menyebar
ke seluruh tubuh sehingga menyebabkan rasa nyeri pada persendian
dan dapat mengakibatkan kemandulan. Gonore dapat disembuhkan
dengan penggunaan antibiotik secara cepat.
7. Kanker Ovarium
Kanker ovarium merupakan kanker yang menyerang ovarium
pada alat kelamin wanita. Gejala penyakit ini tidak jelas namun
biasanya ditandai oleh rasa pegal pada panggul, perubahan fungsi
saluran pencernaan, atau mengalami pendarahan abnormal pada
vagina. Kanker ovarium dapat ditangani dengan kemoterapi dan
pembedahan.
8. Kanker Rahim
Kanker rahim (uterus) adalah kanker yang sering terjadi di
endometrium. Endometrium merupakan tempat dimana janin
tumbuh. Penyakit ini menyerang wanita yang berusia diantara 60
sampai 70 tahun.
9. Keputihan
Ada 2 macam keputihan, yaitu yang normal dan yang tidak
normal. Keputihan normal bila lendir berwarna bening, tidak berbau,
dan tidak gatal. Bila salah satu saja dari ketiga syarat tersebut tidak
terpenuhi berarti keputihan tersebut dikatakan tidak normal.
10. Infeksi Vagina
Infeksi ini menyerang wanita usia produktif terutama yang telah
menikah. Penyebabnya adalah hubungan kelamin. Penyakit ini
ditandai dengan keputihan dan timbul gatal-gatal.
11. Kandida
Kandida merupakan bermacam-macam jamur yang hidup di
saluran pencernaan, saluran kemih, dan genital. Jamur kandida
yang biasa menyebabkan infeksi adalah Kandida albikans. Gejala
yang terjadi jika infeksi terjadi pada vagina adalah gatal-gatal pada
bagian kemaluan terutama pada malam hari serta keluarnya cairan
vagina berwarna pekat seperti keju sampai dengan keruh encer.
Jamur ini dapat menular melalui persetubuhan. Penyakit ini dapat
ditangani dengan obat anti jamur.
12. Kanker Prostat
Kanker prostat merupakan kanker yang berkembang di bagian
kelenjar prostat pada pria. Sel kanker prostat dapat menyebar ke
bagian tubuh lainnya terutama pada tulang dan lymph node. Ciri-ciri
kanker prostat adalah kesulitan buang air kecil, rasa sakit di bagian
prostat, impotensi, dan lainnya.
13. Impotensi
Impotensi adalah gangguan pada pria yang membuat penis
tidak dapat melakukan ereksi. Impotensi disebabkan oleh faktor
hormonal, faktor psikologis, atau emosional seseorang.
K.Kesehatan reproduksi pada manusia
Kesehatan reproduksi erat hubungannya dengan cara perawatan
dan pemeliharaan organ reproduksi yang bersangkutan. Berikut ini
beberapa cara perawatan dan pemeliharaan organ reproduksi pada pria
dan wanita.
1. Cara Perawatan dan Pemeliharaan Organ Reproduksi Wanita
a. Memelihara vagina agar dalam kondisi kering. Kondisi vagina
yang lembab dan basah akan menyebabkan tumbuhnya bakteri.
b. Tidak menggunakan celana ketat sehingga vagina menjadi
mudah berkeringat.
c. Menggunakan celana dalam yang mudah menyerap keringat,
seperti celana dalam yang berasal dari bahan katun.
d. Tidak memasukkan benda asing ke dalam vagina.
e. Menggunakan air bersih untuk mencuci/membersihkan vagina.
f. Tidak menggunakan pembilas secara berlebihan jika terjadi
infeksi.
g. Mencukur/merapikan rambut kemaluan.
h. Mengganti celana dalam minimal dua kali sehari.
i. Mengganti pembalut secara teratur 4-5 kali sehari setelah mandi
atau buang air kecil selama haid.
j. Melakukan pemeriksaan payudara secara rutin, minimal sekali
dalam sebeulan setiap selesai menstruasi.

2. Cara Perawatan dan Pemeliharaan Organ Reproduksi Pria


a. Melakukan sunat sehingga penis bersih dan terhindar dari
penumpukan kotoran.
b. Tidak menggunaan celana ketat yang dapat memengaruhi suhu
testis. Suhu yang tinggi dapat meghambat produksi sperma oleh
testis.
c. Mencukur/merapikan rambut kemaluan.
d. Mengganti celana dalam minimal dua kali sehari.
e. Menggunakan air bersih untuk mencuci penis.
I. Teknologi Sistem Reproduksi Pada Manusia
Untuk membantu mengatasi masalah reproduksi, berbagai
pengetahuan tentang teknologi telah berkembang sangat pesat.
Teknologi tersebut antara lain:
1. Intracytoplasmic Sperm Injection
Intracytoplasmic Sperm Injection merupakan terapan teknologi
dengan metode dan prosedur yang lebih canggih. Satu sel sperma
disuntikkan langsung ke sebuah sel telur. Metode tersebut lebih
efektif pada seorang laki-laki yang mempunyai beberapa masalah
kesuburan.
2. Inseminasi Buatan
Inseminasi Buatan merupakan terapan teknologi yang
dilakukan dengan cara memasukkan sperma ke dalam vagina oleh
seorang ahli kesehatan. Sperma biasanya berasal dari pasangannya
(suami). Inseminasi buatan dilakukan terhadap perempuan yang
suaminya mempunyai jumlah sperma yang sedikit. Sebuah variasi
dari inseminasi buatan adalah penggunaan obat-obatan yang dapat
merangsang ovari. Selanjutnya, sperma donor ditempatkan di dalam
uterus, dekat vagina.
3. Bayi Tabung
Bayi Tabung merupakan terapan teknologi biasa dilakukan
terhadap perempuan (istri) yang sel telurnya tidak dapat turun ke
dalam oviduk. Hal tersebut kemungkinan disebabkan oleh infeksi
atau kelainan bawaan sehingga saluran tersebut tersumbat. Pada
bayi tabung, proses pembuahan terjadi di luar kandungan, yaitu di
dalam cawan laboratorium. Telur yang belum matang diambil dari
ovarium dengan suatu alat, kemudian dimatangkan dalam cawan
dengan obat penyubur. Selanjutnya, sel telur yang sudah matang
direaksikan dengan sperma. Setelah dua sampai empat hari, embrio
siap diimplantasi ke rahim.
4. Pengontrolan Kehamilan
Pengontrolan kehamilan merupakan suatu terapan teknologi
untuk mengontrol kehamilan. Pengontrolan kehamilan dapat
dilakukan dengan cara menggunakan alat kontrasepsi (alat pencegah
kehamilan). Untuk mencegah kehamilan, meski tidak 100% tingkat
keberhasilannya, beberapa ibu menggunakan obat-obatan pencegah
kehamilan. Reaksi obat tersebut meliputi rintangan mekanis
terhadap lintasan sperma. Beberapa jenis spermisida dalam bentuk
busa, jeli, atau tablet merupakan bahan kimia yang dapat
mematikan sperma.

Anda mungkin juga menyukai