Anda di halaman 1dari 18

Bahan Ajar

“SISTEM IMUN”
I. Kompetensi Dasar (KD)

3.14 Menganalisis peran sistem imun dan imunisasi terhadap proses fisiologi di dalam tubuh.

II. Indikator Pencapaian Kmpetensi


3.14.1. Menjelaskan konsep sistem imun.
3.14.2. Mengidentifikasi organ-organ yang terlibat dalam sistem imun.
3.14.3. Membedakan imunitas nonspesifik (bawaan) dan spesifik (adaptif).
3.14.4. Menganalisis perbedaan antibodi dan antigen.
3.14.5. Menganalisis interaksi antara antibodi dan antigen.
3.14.6. Menjelaskan jenis-jenis imunitas (kekebalan tubuh).
3.14.7. Menjelaskan faktor-faktor yang dapat memengaruhi imunitas (kekebalan tubuh).
3.14.8. Mengaitkan peranan imunisasi terhadap proses fisiologi di dalam tubuh.
3.14.9. Menjelaskan kelainan/gangguan pada system imun.

1
Bagan materi sistem
imun

Pertahanan
Nonspesifik
(Alamiah)

Pertahanan
Pertahanan fisik, kimia dan mekanis terhadap gen
Nonspesifik
infeksi
(Alamiah)

Pertahanan Imunitas
Spesifik
(Adaptif) Imunitas Seluler
Sistem Pertahanan
Tubuh
Jenis-jenis Aktif
Kekebalan
Tubuh
Pasif

Faktor-
faktor yang
mempengaru
hi sistem
kekebalan
Tubuh

Disfungsi
Sistem
Kekebalan
2
1. Konsep Sistem Imun
Sistem imunitas atau sistem kekebalan tubuh (bahasa Inggris: immune system) adalah sistem
pertahanan yang berperan dalam mengenal, menghancurkan, serta menetralkan benda-benda
asing atau sel-sel abnormal yang berpotensi merugikan tubuh. Kemampuan tubuh untuk menahan
atau menghilangkan benda asing serta sel-sel abnormal disebut imunitas.
Sistem imun memiliki beberapa fungsi, di antaranya adalah:
1. Penangkal benda asing yang masuk dalam tubuh.
2. Menyingkirkan sel danjaringan yang sudah tua dan mati.
3. Sebagai pendeteksi adanya sel-sel abnormal, termutasi atau ganas dan menghancurkannya.

2. Organ-Organ yang Terlibat dalam Sistem Imun

Sistem imunitas manusia berhubungan erat dengan sistem limpatik, karena itu organ-organ
yang berperan adalah organ-organ sistem limpatik. Sistem limpatik dibagi menjadi dua, yaitu
organ limpatik primer dan organ limpatik sekunder.

Gambar 1. Letak organ organ sismtem limpatik dalam tubuh

A. Organ Limpatik Primer


1) Timus
Timus adalah suatu jaringan limpatik yang terletak di sepanjang trakea di rongga dada bagian
atas dan terletak di atas perikardium jantung antara paru-paru. Kelenjar ini menghasilkan hormon
3
timosin yang berfungsi untuk diferensiasi sel limfosit T di dalam timus (mematangkan sel
limfosit T).

Gambar 2. (a) Timus dan (b) Letak timus diantara paru-paru

2) Sumsum Tulang
Sumsum tulang adalah jaringan lunak yang ditemukan pada rongga interior tulang bagian
ujung (bonggol) yang merupakan tempat produksi sebagian besar sel darah baru seperti sel darah
merah,sel darah putih dan trombosit. Di dalam sumsum tulang, sel darah mulai diproduksi pada
sel-sel induk. Sumsum tulang merupakan jaringan limpatik karena memproduksi limfosit muda
yang akan diproses pada timus atau tempat-tempat lainnya untuk menjadi limfosit T atau limfosit
B.

4
Gambar 3. Sumsum tulang
B. Organ Limpatik Sekunder
1) Tonsil

Gambar 4. Tonsil pada rongga mulut


Tonsil adalah jaringan limpatik yang terdiri dari kumpulan-kumpulan limfosit. Jaringan ini
juga letaknya yang sentral, berguna sebagai pertahanan terdepan untuk menangkap bakteri dan
virus yang akan masuk ke tenggorokan maupun kerongkongan. Tonsil terletak pada
kerongkongan dan sebelah kiri dan kanan belakang rongga mulut.
2) Nodus Limpa
Nodus limfa merupakan organ penting dalam kekebalan tubuh. Nodus limfa berukuran
kurang lebih 2,5 cm dan berisi sel-sel imun yang menyerang dan menghancurkan kuman di dalam
cairan limfa. Sel imun yang terdapat di dalam nodus limfa yaitu limfosit (untuk menyerang virus,
bakteri, dan kuman lainnya) dan makrofag (memakan dan menghancurkan zat asing, dan sel yang
rusak). Sebagai bagian dari sistem kekebalan tubuh, nodus limfa juga memproduksi sel-sel darah
putih. Saat ada kuman yang terdeteksi di dalam cairan limpa, nodus limpa akan melawan dengan

5
lebih banyak memproduksi sel darah putih dan menyebabkan pembengkakan nodus. Lokasi
umum nodus limfa yaitu di leher, dada, ketiak, rongga perut, dan pangkal paha.

Gambar 5. Nodus Limpa

Nodus limpa berfungsi sebagai berikut:


1) Penyaring mikroorganisme dalam limfa ketika cairan tersebut melewati nodus. Jadi bila
jaringan terinfeksi, nodus limfatik bisa menjadi bengkak dan nyeri bila ditekan.
2) Nodus dapat memproduksi beberapa antibodi dan antitoksin untuk mencegah infeksi.
3) Menyaring dan menghacurkan partikel asing agar tidak menyebar ke seluruh tubuh.

3) Limpa
Limpa ialah organ limfoid terbesar dan terletak di depan dan dekat punggung rongga perut
diantara diafragma dan lambung di bawah tulang rusuk.

Gambar 6. Limpa

Fungsi limpa yaitu sebagai berikut:


1. Sewaktu masa janin limpa membentuk sel darah merah
2. Menyaring dan membantu menghancurkan sel darah merah yang sudah rusak.
3. Menyimpan cadangan darah.
6
4. Limfa juga terlibat dalam perlindungan terhadap penyakit dan menghasilkan zat-zat antibodi.

4) Pembuluh Limpa
Pembuluh limfa ini terletak di sela-sela otot, memiliki cabang-cabang halus, dan bagian
ujungnya terbuka. Melalui ujung inilah cairan tubuh masuk ke dalam pembuluh limfa. Struktur
pembuluh limfa mirip dengan vena, tetapi memiliki lebih banyak katup. Pembuluh limfa ini
dibedakan atas 2 macam, yakni :
 Pembuluh limfa kanan (duktus limfatikus dekster) ini berfungsi menampung cairan limfa
yang berasal dari daerah kepala, leher bagian kanan, dada kanan, dan lengan kanan.
Pembuluh ini bermuara pada vena yang berada di bawah selangka kanan.
 Pembuluh limfa kiri (duktus limfatikus sinister) ini mempunyai fungsi menampung getah
bening yang berasal dari daerah kepala, leher kiri, dada kiri, dan lengan kiri serta tubuh
bagian bawah. Pembuluh ini bermuara pada vena di bawah selangka kiri.
Peredaran Limfe dimulai dengan masuknya cairan kedalam pembuluh limfe dan menjadi
cairan limfe dari jaringan tubuh, yang berupa cairan jaringan selanjutnya pembuluh limfe halus
bergabung menjadi pembuluh limfe kecil. Beberapa pembuluh ini bergabung menjadi pembuluh
limfe yang lebih besar dan seterusnya. Akhirnya pembuluh limfe itu bergabung ke dalam
pembuluh limfe besar, yaitu pembuluh limfe kanan dan pembuluh limfe kiri. Pembuluh limfe
mengalirkan kira-kira 100 mL cairan limfe ke dalam vena untuk dikembalikan ke aliran darah
melalui cara ini

Gambar 7. Letak pembuluh limpa kanan dan kiri dalam tubuh.

3. Sistem Imun Non Spesifik (Alamiah) dan Spesifik (Adaptif)


A. Sistem Imun Non Spesifik
Sistem imun non spesifik merupakan imunitas bawaan sejak lahir. Sistem ini disebut non
spesifik, karena tidak ditujukan untuk melawan antigen tertentu, tetapi dapat memberikan respon
langsung terhadap berbagai antigen untuk melindungi tubuh.
Sistem imun non spesifik berfungsi melindungi tubuh dari benda-benda yang asing bagi
tubuh, seperti patogen (virus, bakteri, jamur, protozoa, dll), tumbuhan dan hewan (makanan
7
tertentu, serbuk sari, rambut atau binatang) serta zat kimia (obat atau polutan). Sistem imun non
spesifik terdiri atas meliputi pertahanan fisik dan mekanis, serta pertahanan biokimia.

1) Pertahanan Fisik
Kulit memberikan penghalang fisik bagi paatogen yang masuk kedalam tubuh. Lapisan luar
sel-sel kulit mati bersifat keras karena mengandung keratin dan sangat sedikit air sehingga
pertumbuhan pathogen, misalnya mikroorganisme terhambat. Kulit juga mensekresi berbagai zat
yang menghambat pertumbuhan bakteri, yaitu sebagai berikut
- Air mata
Kelenjar lakrimal mensekresi air mata, yang melarutkan dan mencuci mikroorganisme dan
bahan kimia penyebab iritasi mata.
- Sebum (minyak)
Sebeum disekresikan oleh kelenjar sebum, mengandung asam lemak yang memiliki
kemampuan antimikroba.
- Mukus
Merupakan hasil sekresi sel-sel goblet yang terdapat disepanjang saluran pernapasan.
Mukus merupakan cairan lendir yang lebgjet sehingga dapat menangkap pathogen yang
berasal dari udara.

2) Mekanik
Rambut hidung berfungsi sebagai filter udara yang melewati hidung. Bakteri dan partikel yang
tertangkap dimukus akan disapu keluar oleh silia. Silia merupakan rambut-rambut halus yang
memiliki gerakan seperti gelombang.

3) Pertahanan Biokimia
Bahan yang disekresi mukosa saluran pernapasan, kelenjar kulit, telinga merupakan bahan
yang berperan dalam pertahanan tubuh. Asam hidroklorik dalam cairan lambung, lisosim dalam
keringat, ludah, air mata, dan air susu dapat melindungi tubuh terhadap kuman gram positif
dengan jalan menghancurkan dinding kuman tersebut. Air susu ibu mengandung pula laktoferitin
dan asam neurominik yang mempunyai sifat antibakterial terhadap bakteri E.coli.

4) Fagositosis
Fagositosis dilakukan oleh sel darah putih jenis neutrofil dan monosit. Proses fagositosis
diawai dengan sel darah putih yang menelan pathogen, membawanya kedalam vakoula yang ada
disitoplasma sel tersebut, lalu mencernanya denga enzim hidrolitik.

8
Gambar 8. Proses Fagositosis

5) Inflamasi (Peradangan)
Inflamasi atau pembengkakan jaringan merupakan reaksi cepat terhadap kerusakan jaringan.
Baik dalam respon terhadap luka, gigitan dan cidera.

B. Sistem Imun Spesifik (Adaptif)


Sistem imun spesifik diaktifkan oleh sistem imun non spesifik. Sistem ini mampu mengenali
dan mengingat patogen spesifik sehingga dapat bersiap jika patogen yang sama kembali
menginfeksi. Sistem imun spesifik terbagi atas imunitas humoral dan imunitas selular.

1) Imunitas Humoral (Diperantarai Antibodi)


Yang berperan dalam imunitas humoral adalah limfosit B atau sel B. Sel B berasal dari sel asal
multipoten. Bila sel B dirangsang benda asing, sel tersebut akan berproliferasi dan berdiferensiasi
menjadi sel plasma yang dapat membentuk antibodi.

2) Imunitas Selular (Diperantarai Sel)


Yang berperan dalam imunitas selular adalah limfosit T atau sel T. Sel tersebut juga berasal
dari sel asal yang sama seperti sel B, tetapi proliferasi dan diferensiasinya terjadi di dalam
kelenjar timus.
Fungsi sel T umumnya, yaitu sebagai berikut:
1) Membantu sel B dalam memproduksi antibody.
2) Mengenal dan menghancurkan sel yang terinfeksi virus.
3) Mengaktifkan makrofag dalam fagositosis.
4) Mengontrol ambang dan kualitas sistem imun.

9
Gambar 9. Respon imun yang diperantarai (kanan) antibodi dengan (kiri) yang diperantai oleh sel

3) Antibodi
Antibodi adalah biomolekul yang tersusun atas protein dan dibentuk sebagai respon terhadap
keberadaan benda-benda asing yang tidak dikehendaki di dalam tubuh kita. Antibodi dihasilkan
oleh limfosit B atau sel B. Antibodi digunakan untuk menetralkan atau menghancurkan antigen
yang masuk ke dalam tubuh. Salah satu contoh peristiwa yang melibatkan antibodi adalah ketika
kulit kita terkena infeksi karena luka maka akan timbul nanah. Nanah itu merupakan limfosit atau
sel-sel B yang mati setelah berperang melawan benda-benda asing tersebut (antigen).
Antibodi dapat ditemukan pada aliran darah dan cairan nonseluler. Antibodi memiliki struktur
molekul yang bersesuaian dengan antigen secara sempurna, seperti anak kunci dengan lubangnya.
Tiap jenis antibodi spesifik terhadap antigen jenis tertentu.

a. Sifat-Sifat Antibodi
10
Ada beberapa sifat antibodi, yaitu:
a. Terdiri atas suatu zat yang menempel pada gammaglobulin.
b. Berada dalam keadaan larut dalam cairan badan (serum).
c. Dapat direaksikan dengan antigen secara spesifik.
d. Antibodi bersifat termolabil dan tidak tahan bila terkena sinar matahari, karena itu harus
di simpan pada tempat yang gelap dan dingin.

b. Klasifikasi Antibodi
b.1 IgA (Imunoglobulin A)
Antibodi ini berfungsi untuk melawan mikroorganisme yang masuk kedalam tubuh. Ig A
berjumlah 15 persen dari semua antibody dalam ser darah serta dapat ditemukan dalam zat
sekresi, seperti keringat ludah, air mata, ASI dan sekresi usus.

b.2 IgD (Imunoglobulin D)


Antibodi ini berfungsi membantu memicu respons imunitas. Ig D banyak ditemukan di
limfosit B. IgD dala serum darah dan limfa relative sedikit. IgD tidak mampu untuk bertindak
sendiri-sendiri. Dengan menempelkan dirinya pada permukaan sel-sel T, IgD membantu sel T
menangkap antigen.

b.3 IgE (Imunoglobulin E)


Antibodi ini terikat pada reseptor sel mast dan basofil. IG E menyebabkan pelepasan histamin
dan mediator kimia lainnya. IgE dapat ditemukan dalam darah dengan konsentrasi yang rendah.
Namun, kadarnya akan meningkat selama reaksi alergi dan pada penyakit parasitic tertentu.

b.4 IgG (Imunoglobulin G)


Antibodi ini adalah antibodi yang paling umum. Dihasilkan hanya dalam waktu beberapa hari,
ia memiliki masa hidup berkisar antara beberapa minggu sampai beberapa tahun. IgG beredar
dalam tubuh dan banyak terdapat pada darah, sistem getah bening, usus dan mengikuti aliran
darah, Bila terdapat benda asing (musuh) maka langsung menuju musuh dan menghambatnya
begitu terdeteksi. IgG melindungi tubuh terhadap bakteri dan virus, serta menetralkan asam yang
terkandung dalam racun.

b.5 IgM (Imunoglobulin M)


Antibodi ini terdapat pada darah, getah bening, dan pada permukaan sel B. Pada saat
organisme tubuh manusia bertemu dengan antigen, IgM merupakan antibodi pertama yang
dihasilkan tubuh untuk melawan musuh. Jika musuh menyerang janin dan jika janin terinfeksi
kuman penyakit, produksi IgM janin akan meningkat.

11
Gambar 10. Jenis-jenis imunoglobulin (Ig)

4) Antigen
Antigen merupakan bahan asing yang dikenal dan akan dihancurkan oleh sistem imun. Tetapi
dalam keadaan normal, sistem imun seseorang tidak bereaksi terhadap selnya sendiri. Sehingga
dapat dikatakan antigen merupakan sebuah zat (benda asing) yang menstimulasi respon imun,
terutama dalam produksi antibodi. Antigen biasanya berupa protein atau polisakarida, tetapi dapat
juga berupa molekul lain, termasuk molekul kecil yang dipasangkan ke protein pembawa.
Antigen memiliki bagian-bagian sebgai berikut:
- Determinan antigen
Yaitu bagian antigen yang dapat membangkitkan respon imunitas.
- Hapten
Yaitu molekul kesil yang jika sendirian tidak dapat menginduksi prosuksi antibody, namun
hapten akan bersifat imunogenik jika bergabung dengan carrier yang bermolekul besar.
Contohnya penesilin akan memicu respon imunitas jika bergabung dengan protein serum.

5) Interaksi antara Antibodi dan Antigen


Antibodi memiliki sisi pengikat antigen pada daerah variabel dan antigen memiliki sisi
penghubung determinan antigen. Kedua sisi tersebut akan berikatan untuk membentuk kompleks
antigen dan antibodi. Pengikatan antibodi ke antigen memungkinkan inaktivasi antigen dan
menandai sel atau molekul asing agar dicerna oleh fagositosit atau sistem komplemen protein.
1. Netralisasi merupakan cara yang digunakan antibodi untuk berikatan dengan antigen supaya
aktivitasnya terhambat. Sebagai contoh, antibodi melekat pada molekul yang akan digunakan
virus untuk menginfeksi inangnya. Pada proses ini, antibodi dan antigen dapat mengalami
proses opsonisasi, yakni proses pelenyapan bakteri yang diikat antibodi oleh makrofag melalui
fagositosis.

12
2. Aglutinasiatau penggumpalan merupakan proses pengikatan antibodi terhadap bakteri atau
virus sehingga mudah dinetralkan dan diopsonisasi. Misalnya, IgG yang berikatan dengan dua
sel bakteri atau virus secara bersama-sama.
3. Presipitasi atau pengendapan merupakan pengikatan silang molekul-molekul antigen yang
terlarut dalam cairan tubuh. Selelah diendapkan, antigen tersebut dikeluarkan dan dibuang
melalui fagositosis.
4. Fiksasi komplemen merupakan pengaktifan rentetan molekul protein komplemen karena
adanya infeksi. Prosesnya menyebabkan virus dan sel-sel patogen yang menginfeksi bagian
tubuh menjadi lisis. Efek yang paling penting meliputi:

a. Opsonisasi
Partikel antigen diselubungi antibodi atau komplemen-komplemen yang memfasilitasi
proses fagositosis pertikel, selain itu suatu produk protein berlekuk juga berinteraksi dengan
reseptor khusus pada neutrofil dan makrofag, dan meningkatkan fagositosis.

b. Sitolisis
Kombinasi dari faktor-faktor komplemen multiple mengakibatkan rupturnya membran
plasma bakteri atau penyusup lain dan menyebabkan isi selular keluar.

c. Inflamasi
Produk komplemen berkontribusi dalam inflamasi akut melalui aktivasi sel mast, basofil,
dan trombosit darah.

Gambar 11. Mekanisme pengikatan antibodi ke antigen.

4. Jenis-Jenis Imunitas

Imunitas dapat dibedakan atas dua jenis berdasarkan cara memperolehnya, yaitu imunitas
aktif dan imunitas pasif.
A. Imunitas Aktif
13
Imunitas aktif merupakan kekebalan yang dihasilkan oleh tubuh itu sendiri.
1) Imunitas aktif alami
Imunitas aktif alami adalah jika tubuh menghasilkan antibodi untuk menahan molekul asing
(antigen). Imunitas ini dapat “mengingat” patogen tertentu yang pernah masuk ke dalam tubuh.
Artinya, imunitas aktif alami merupakan imunitas yang didapat setelah seseorang mengalami
sakit.
Misalnya, seseorang yang telah terserang penyakit cacar, ketika patogen yang menyebabkan
cacar kembali menyerang, tubuhnya akan dapat melawan patogen tersebut.

2) Imunitas aktif buatan


Imunitas aktif dapat juga terbentuk secara buatan, yaitu melalui vaksinasi. Vaksin dapat
berupa racun bakteri, mikroorganisme yang dilemahkan, atau mikroorganisme yang mati. Dengan
pemberian vaksin, tubuh dirangsang untuk menghasilkan antibodi sehingga jika penyakit
sesungguhnya menyerang, tubuh telah memiliki antibodi untuk melawannya. Misalnya, vaksin
polio diberikan kepada anak agar anak tersebut kebal terhadap virus polio.

B. Imunitas Pasif
Imunitas pasif adalah imunitas yang didapat dari pemindahan antibodi dari suatu individu ke
individu lainnya.

1) Imunitas pasif alami


Hal ini dapat terjadi secara alami pada bayi dalam kandungan. Antibodi wanita hamil akan
masuk ke tubuh bayi melalui plasenta. Antibodi-antibodi tertentu juga dapat masuk ke tubuh bayi
melalui air susu ibu pertama (kolostrum) yang diminum bayi, sehingga bayi akan memiliki
kekebalan sementara untuk beberapa minggu atau beberapa bulan setelah dilahirkan.

2) Imunitas pasif buatan


Imunitas pasif juga dapat terjadi secara buatan dengan menyuntikkan antibodi dalam serum
yang dihasilkan oleh manusia atau hewan yang telah kebal terhadap suatu penyakit, misalnya
rabies.Imunitas pasif ini berlangsung singkat, tetapi berguna untuk penyembuhan secara cepat.

5. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Imunitas

Beberapa faktor yang memengaruhi imunitas adalah sebagai berikut:


A. Genetik (keturunan), yaitu kerentanan terhadap penyakit secara genetik. Contohnya, seseorang
dengan riwayat keluarga penderita diabetes militus akan berisiko menderita penyakit yang
sama dalam hidupnya.
B. Fisiologis, melibatkan fungsi organ-organ tubuh. Contohnya, berat badan yang berlebihan
dapat menyebabkan sirkulasi darah kurang lancar sehingga meningkatkan kerentanan terhadap
penyakit.

14
C. Stres, dapat memengaruhi imunitas karena saat stres tubuh melepaskan hormon seperti
neuroendokrin, glukokortikoid, dan katekolamin. Stres kronis dapat menurunkan jumlah sel
darah putih dan berdampak buruk pada produksi antibodi.
D. Usia, dapat meningkatkan atau menurunkan kerentanan terhadap penyakit tertentu.
Contohnya, bayi yang lahir secara prematur lebih rentan terhadap infeksi bayi dari pada bayi
yang lahir normal. Pada usia 45 tahun atau lebih, risiko timbulnya penyakit kanker meningkat.
E. Hormon, bergantung pada jenis kelamin. Wanita memproduksi hormon estrogen yang
meningkatkan sintesis IgG dan IgA, sehingga menjadi lebih kebal terhadap infeksi daripada
pria. Sementara itu, pria memproduksi androgen yang bersifat memperkecil risiko penyakit
autoimun, sehingga penyakit autoimun lebih sering dijumpai pada wanita.
F. Olahraga, jika dilakukan secara teratur akan membantu meningkatkan aliran darah dan
membersihkan tubuh dari racun. Namun, olahraga yang berlebihan meningkatkan kebutuhan
suplai oksigen sehingga memicu timbulnya radikal bebas yang dapat merusak sel-sel tubuh.
G. Tidur, jika kekurangan akan menyebabkan perubahan pada jaringan sitokin yang dapat
menurunkan imunitas seluler, sehingga kekebalan tubuh menjadi melemah.
H. Nutrisi, seperti vitamin dan mineral diperlukan dalam pengaturan sistem imunitas. DHA
(docosahexaenoic acid) dan asam arakidonat mempengaruhi maturasi (pematangan) sel T.
Protein diperlukan dalam pembentukan imunoglobulin dan komplemen. Namun, kadar
kolesterol yang tinggi dapat memperlambat proses penghancuran bakteri oleh makrofag.
I. Pajanan zat berbahaya, contohnya bahan radioaktif, pestisida, rokok, minuman beralkohol, dan
bahan pembersih kimia, mengandung zat-zat yang dapat menurunkan imunitas.

6. Imunisasi dan Peranannya

A. Imunisasi dan Peranannya


Imunisasi (vaksinasi) adalah satu metode untuk membangkitkan kekebalan dalam tubuh
manusia terhadap penyakit tertentu dengan menggunakan mikroorganisme, seperti bakteri atau
virus yang telah dimodifikasi atau dilemahkan. Ilmuwan mengembangkan dua pendekatan
imunisasi, yaitu imunisasi aktif yang memberikan imunitas jangka panjang, dan imunisasi pasif
yang memberikan imunitas sementara.
1) Imunisasi aktif
Imunisasi aktif dilakukan dengan menyuntikkan vaksin yang berisi antigen tertentu ke dalam
tubuh untuk membangun sistem imunitas. Sebagai tanggapan atas antigen, sistem imunitas akan
mengembangkan zat antibodi ataupun sel darah putih jenis limfosit T.
Imunisasi aktif dapat dilaksanakan dengan menggunakan suatu organisme yang telah
dimodifikasi sedemikian rupa sehingga hanya memberikan sedikit risiko yang menyebabkan
penyakit, tetapi masih mampu membangun sistem imun untuk melawan penyakit. Misalnya untuk
melindungi tubuh dari demam kuning, campak, cacar, dan banyak penyakit lain yang disebabkan
virus.

15
a. b.
Gambar 12. Imunisasi dapat diberikan melalui a. oral dan b. Suntikan.

Imunisasi dapat juga terjadi ketika seseorang menerima suntikan dari mikroorganisme yang
dinonaktifkan atau dibunuh sehingga relatif aman, tetapi masih berisi antigen, misalnya polio,
tipus, dan difteri. Beberapa vaksin hanya menggunakan bagian dari tubuh suatu organisme
penyebab infeksi yang masih berisi antigen, seperti protein dinding sel dan flagelum. Vaksin jenis
ini dikenal sebagai vaksin aseluler, misalnya untuk radang selaput otak.

2) Imunisasi pasif
Imunisasi pasif dilakukan tanpa menyuntikkan antigen jenis apapun. Dalam metode ini,
vaksin berisi zat antibodi yang diperoleh dari darah suatu hewan atau manusia yang diimunisasi
secara aktif. Zat antibodiini dapat melindungi seseorang dari penyakit tertentu hanya untuk dua
sampai tiga minggu. Walaupun berumur pendek, tetapi imunisasi ini memberikan perlindungan
dengan segera atau lebih cepat, misalnya untuk kasus keracunan makanan kaleng dan rabies.

7. Kelainan/Gangguan pada Sistem Imun

Kelaian atau gangguan pada sistem imun meliputi hipersensitivitas (alergi), penyakit
autoimun, dan imunodefisiensi.

A. Hipersensitivitas (Alergi)
Hipersensitivitas adalah peningkatan sensitivitas atau reaktivitas terhadap antigen yang
pernah dipajankan atau dikenal sebelumnya. Respon imunitas ini berlebihan dan tidak diinginkan
karena menyebabkan ketidaknyamanan. Pada umumnya terjadi pada beberapa orang saja dan
tidak terlalu membahayakan tubuh. Alergi merupakan suatu reaksi antigen-antibodi yang terjadi
pada individu tertentu akibat terpapar bahan-bahan yang dalam kadar tertentu dan tidak
berbahaya bagi individu lain dalam kondisi yang sama. Gejala umum reaksi alergi, antara lain
gatal-gatal, ruam (kemerahan di kulit), mata merah, kesulitan bernapas, dan kram berlebihan.
Orang yang menderita alergi memiliki terlalu banyak antibodi (immunoglobulin E/IgE)
yang dihasilkan oleh sel B. Pembentukan antibodi spesifik tersebut distimulasi dan menghasilkan
16
reaksi antigen-antibodi yang memicu pelepasan histamin dalam tubuh. Histamin menyebabkan
peradangan, kulit memerah, dan (pada penderita asma) konstriksi atau penyempitan bronkiolus.
Pada saat yang sama, jumlah eosinofil meningkat. Eosinofil menghilangkan tanda-tanda tersebut
dengan cara memindahkan histamin dari aliran darah. Meskipun alergi belum dapat
disembuhkan, pemberian obat antihistamin dapat meminimalkan tanda-tanda alergi.

Gambar 13. Bayi yang terkena alergi.


B. Penyakit Autoimun
Autoimun adalah kegagalan sistem imunitas untuk membedakan sel-sel atau jaringan tubuh
dengan benda asing (antigen) sehingga sistem imunitas dalam hal ini sel-sel T menyerang sel
tubuh sendiri.
Autoimun dapat dipicu oleh beberapa hal, antara lain sebagai berikut.
a. Suatu zat di dalam tubuh yang pada kondisi normal hanya terdapat di suatu daerah khusus
(dan berada di luar jangkauan sistem imun), dilepaskan ke dalam aliran darah. Misalnya,
dalam keadaan normal, cairan di dalam bola mata hanya terdapat di dalam rongga mata. Jika
cairan tersebut terlepas ke dalam aliran darah, misalnya akibat suatu tusukan pada bola mata,
maka sistem kekebalan tubuh akan bereaksi melawannya.
b. Adanya perubahan pada suatu zat tubuh yang normal. Contohnya virus, obat-obatan, cahaya
matahari, atau penyinaran dapat mengubah struktur suatu protein dalam tubuh, sehingga
sistem kekebalan tubuh mengenalinya sebagai benda asing.
c. Sistem kekebalan tubuh memberikan respon terhadap zat asing yang menyerupai zat tubuh
alami dan menyerangnya sebagai benda asing.
d. Adanya kelainan fungsi di dalam sel yang mengendalikan pembentukan antibodi. Misalnya,
limfosit B atau sel-sel B yang ganas mampu menghasilkan antibodi abnormal yang
menyerang sel-sel darah merah.
Contoh penyakit autoimun adalah artritis reumatoid, penyakit Grave (hipertiroidism),
anemia pernisiosa, penyakit Addison, lupus (systemic lupus erythematosus/SLE), multiple
sclerosis (penyakit neurologis kronis), dan diabetes mellitus tergantung insulin (DM tipe 1).

C. Imunodefisiensi
Imunodefisiensi adalah kondisi menurunnya keefektifan sistem imunitas atau
ketidakmampuan sistem imunitas untuk merespon antigen. Contoh penyakit yang timbul karena
kondisi tersebut di antaranya adalah AIDS.
17
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome), merupakan penyakit yang disebabkan oleh
HIV (human immunodeficiency virus). Tidak seperti virus lainnya, HIV benar-benar menyerang
dengan ganas sistem imun manusia, di mana virus ini menginfeksi sel-sel T penolong sehingga
sistem imun melemah. Kondisi tersebut membuat manusia sangat mudah diserang oleh berbagai
jenis penyakit yang pada akhirnya dapat menyebabkan kematian.
Sel T penolong yang terinfeksi menyebabkan sistem imun manusia tidak dapat mengenali
musuh (antigen) yang masuk. Jadi meskipun tubuh orang yang terinfeksi masih memproduksi
antibodi, antibodi tersebut tidak lagi efektif tanpa adanya sel-sel T penolong.
Pada keadaan sistem imun yang melemah, penderita rentang terserang sarkoma kaposi
(sejenis kanker kulit dan pembuluh darah), penyakit oportunistik (penyakit infeksi yang timbul
saat daya tahan tubuh lemah dan biasanya tidak menyebabkan penyakit pada manusia dengan
sistem imunitas normal, seperti infeksi Pneumocystis carinii, mengalami kerusakan neurologis,
penurunan fisiologis, dan kematian.

Gambar 14. Human immunodeficiency virus (HIV)

Daftar Pustaka

Campbell, N.A, dkk. 2006. Biology. England: Benjamin Cummings Pubhlishing


Irnaningtyas. 2014. Biologi untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta:Erlangga
Pratiwi, dkk. 2015. Biologi untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta:Erlangga
Pujiyanto, Sri. 2008. Menjelajah Dunia Bologi untuk Kelas XI SMA dan MA. Solo: Platinum.

18

Anda mungkin juga menyukai