Anda di halaman 1dari 24

BAB 4

SISTEM IMUNITAS

Kompetensi Dasar:

3.14 Menganalisis peran sistem imun dan imunisasi terhadap proses


fisiologi di dalam tubuh.

4.14 Melakukan kampanye pentingnya partisipasi masyarakat dalam


program dan immunisasi serta kelainan dalam sistem imun.

Modul Biologi Genap – Sistem Imunitas


93
Peta Konsep

A. Pengantar

Sistem imunitas atau sistem kekebalan tubuh merupakan


suatu sistem dalam tubuh yang bekerja mempertahankan
tubuh dari serangan suatu bibit penyakit.
!

Modul Biologi Genap – Sistem Imunitas


121
Kekebalan pada tubuh manusia meliputi sistem limfatik dan sistem
kekebalan.

B. Sistem Limfatik
Sistem limfa berfungsi untuk:
1. memberikan pertahanan tubuh melawan penyakit.
2. mengembalikan cairan yang berlebih dari jaringan tubuh ke dalam darah.
3. menyerap lemak yang berada di dalam usus halus untuk diangkut ke dalam
darah.

Sistem limfatik terdiri atas bagian-bagian sebagai berikut.


1. Pembuluh Limfa
Pembuluh limfa berfungsi untuk mengangkut cairan untuk kembali ke
peredaran darah. Limfa sebenarnya merupakan cairan plasma darah yang
merembes keluar dari pembuluh kapiler di sistem peredaran darah dan kemudian
menjadi cairan intersisial ruang antar sel pada jaringan.

Pembuluh limfa dibedakan menjadi:


a. Pembuluh Limfa Kanan (Duktus Limfatikus Dexter)
Pembuluh limfa kanan terbentuk dari cairan limfa yang berasal dari daerah
kepala dan leher bagian kanan, dada kanan, lengan kanan, jantung dan paru-
paru yang terkumpul dalam pembuluh limfa. Pembuluh limfa kanan
bermuara di pembuluh balik (vena) di bawah selangka kanan.
b. Pembuluh Limfa Kiri (Duktus Toraksikus)
Pembuluh limfa kiri disebut juga pembuluh dada. Pembuluh limfa kiri
terbentuk dari cairan limfa yang berasal dari kepala dan leher bagian kiri
dan dada kiri, lengan kiri, dan tubuh bagian bawah. Pembuluh limfa ini
bermuara di vena bagian bawah selangka kiri.

Peredaran limfa merupakan peredaran yang terbuka. Peredaran ini


dimulai dari jaringan tubuh dalam bentuk cairan jaringan. Cairan jaringan ini
selanjutnya akan masuk ke dalam kapiler limfa. Kemudian kapiler limfa akan

Modul Biologi Genap – Sistem Imunitas


122
bergabung dengan kapiler limfa yang membentuk pembuluh limfa yang lebih
besar dan akhirnya bergabung menjadi pembuluh limfa besar yaitu pembuluh
limfa kanan dan kiri. Kurang lebih 100 mil cairan limfa akan dialirkan oleh
pembuluh limfa menuju vena dan dikembalikan ke dalam darah.

2. Organ Limfoid
Organ-organ limfoid berperan sebagai tempat hidup sel fagositik. Organ-
organ limfoid terdiri atas limpa, nodus limfa, sumsum tulang, timus, dan tonsil.
a. Limpa
Limpa merupakan organ limfoid yang paling besar. Kelenjar yang dihasilkan
dari limpa berwarna ungu tua. Limpa terletak di belakang lambung. Fungsi
limpa antara lain:
1) membunuh kuman penyakit;
2) membentuk sel darah putih (leukosit) dan antibodi;
3) menghancurkan sel darah merah yang sudah tua.
b. Nodus Limfa
Nodus limfa terbagi menjadi ruangan yang lebih kecil yang disebut nodulus.
Nodulus terbagi menjadi ruangan yang lebih kecil lagi yang disebut sinus. Di
dalam sinus terdapat limfosit dan makrofag. Fungsi nodus limfa adalah
untuk menyaring mikroorganisme yang ada di dalam limfa.
c. Sumsum Tulang
Sumsum tulang merupakan jaringan penghasil limfosit. Sel-sel limfosit yang
dihasilkan tersebut akan mengalami perkembangan. Limfosit yang
berkembang di dalam sumsum tulang akan menjadi limfosit B.
d. Timus
Timus memiliki fungsi spesifik, yaitu tempat perkembangan limfosit yang
dihasilkan dari sumsum merah untuk menjadi limfosit T. Timus tidak
berperan dalam memerangi antigen secara langsung seperti pada organ-
organ limfoid yang lain. Untuk memberikan kekebalan pada limfosit T ini,
maka timus mensekresikan hormon tipopoietin.

Modul Biologi Genap – Sistem Imunitas


123
c. Tonsil
Tonsil disebut juga amandel. Tonsil terletak di bagian kiri dan kanan pangkal
tenggorokan. Tonsil mensekresikan kelenjar yang banyak mengandung
limfosit, sehingga tonsil dapat berfungsi untuk membunuh bibit penyakit
dan melawan infeksi pada saluran pernapasan bagian atas dan faring.

C. Sistem Kekebalan Tubuh


Kekebalan tubuh manusia dijaga oleh mekanisme pertahanan tubuh.
Pertahanan tubuh dibagi menjadi sistem pertahanan non spesifik dan sistem
pertahanan spesifik.

Antibodi adalah protein kekebalan tubuh yang dihasilkan


akibat rangsangan benda asing. Antigen adalah zat asing
yang menjadi bagian permukaan virus, bakteri, atau patogen
!
lain.

1. Sistem Pertahanan Tubuh Nonspesifik


Sistem pertahanan tubuh nonspesifik tidak membedakan
mikroorganisme patogen satu dengan lainnya. Sistem ini merupakan pertahanan
pertama terhadap infeksi.

Sistem pertahanan tubuh nonspesifik terbagi atas dua jenis, yaitu


eksternal dan internal. Sistem pertahanan tubuh non spesifik eksternal meliputi
jaringan epitel, mukosa, dan sekresi jaringan tersebut. Sementara itu, sistem
pertahanan nonspesifik internal meliputi pertahanan tubuh yang dipicu oleh
sinyal kimia (kemotaksis) dan menggunakan protein antimikroba serta sel
fagosit.

Modul Biologi Genap – Sistem Imunitas


124
a. Sistem Pertahanan Tubuh Nonspesifik Eksternal
Pertahanan tubuh terbesar dan paling mudah dilihat yang menjaga tubuh
dari infeksi adalah kulit, jaringan epitel, dan jaringan mukosa.
1) Kulit
Permukaan kulit mencegah mikroorganisme patogen memasuki tubuh.
Kulit yang utuh, secara normal tidak dapat dimasuki bakteri atau virus.
Namun, kerusakan yang kecil dapat menjadi jalan bagi bakteri dan virus
memasuki tubuh. Sekresi oleh kelenjar lemak dan kelenjar keringat pada
kulit membuat keasaman (pH) permukaan kulit pada kisaran 3–5.
Kondisi tersebut cukup asam dan mencegah banyak mikroorganisme
berkoloni di kulit.

2) Jaringan epitel dan mukosa


Menghalangi mikroorganisme patogen dengan pertahanan kimiawi.
Jaringan mukosa pada saluran pencernaan, pernapasan, dan saluran
kelamin, berfungsi juga sebagai penghalang mikroorganisme memasuki
tubuh. Air liur, air mata dan sekresi mukosa (mukus) yang disekresikan
jaringan epitel dan mukosa, melenyapkan banyak bibit penyakit yang
potensial.

Sekresi oleh jaringan epitel dan mukosa ini mengandung


lisozim, suatu enzim yang dapat menguraikan dinding sel
bakteri.
!
b. Sistem Pertahanan Tubuh Nonspesifik Internal
Sistem pertahanan tubuh nonspesifik internal bergantung pada sel-sel
fagosit dan protein antimikroba. Sel-sel fagosit tersebut berupa beberapa jenis
sel darah putih, yaitu neutrofil, monosit, dan eosinofil.

Modul Biologi Genap – Sistem Imunitas


125
1) Sel Fagosit
a) Neutrofil
Neutrofil dalam darah putih merupakan yang terbanyak, sekitar 60-70%. Sel
neutrofil mendekati sel yang diserang mikroba dengan adanya sinyal kimiawi
(kemotaksis). Neutrofil dapat meninggalkan peredaran darah menuju jaringan
yang terinfeksi dan membunuh mikroba penyebab infeksi. Namun, setelah sel
neutrofil menghancurkan mikroba, mereka pun akan mati.

b) Monosit
Sel monosit, meski hanya sebanyak 5% dari seluruh sel darah putih,
memberikan pertahanan fagosit yang efektif. Setelah mengalami pematangan,
sel monosit bersirkulasi dalam darah untuk beberapa jam. Setelah itu,
bergerak menuju jaringan dan berubah menjadi makrofag.

c) Eosinofil
Sekitar 1,5% sel darah putih merupakan eosinofil. Eosinofil memiliki
aktivitas fagositosit yang terbatas, namun mengandung enzim penghancur di
dalam granul sitoplasmanya. Eosinofil berperan dalam pertahanan tubuh
terhadap cacing parasit. Eosinofil memposisikan diri di permukaan cacing
dan menyekresikan enzim dari granul untuk menghancurkan cacing tersebut.

Modul Biologi Genap – Sistem Imunitas


126
2) Protein Antimikroba
Protein yang berperan dalam sistem pertahanan tubuh nonspesifik disebut
sistem komplemen. Protein tersebut dapat secara langsung membunuh
mikroorganisme ataupun mencegah reproduksinya.
Protein komplemen bersirkulasi dalam darah dalam bentuk tidak aktif. Jika
beberapa molekul dari satu jenis protein komplemen aktif, hal tersebut memicu
gelombang reaksi yang besar. Mereka mengaktifkan banyak molekul komplemen
lain. Setiap molekul yang teraktifkan, akan mengaktifkan jenis protein
komplemen lain dan begitu seterusnya. Aktivasi protein komplemen terjadi jika
protein komplemen tersebut berikatan dengan protein yang disebut antigen.
Antigen telah dimiliki oleh patogen.
Protein komplemen akan mengakibatkan:
a) Lisis (kematian sel) pada patogen.
b) Peradangan (inflamasi) atau respons pertahanan tubuh nonspesifik. Radang
merupakan reaksi tubuh terhadap kerusakan sel-sel tubuh yang disebabkan
oleh infeksi, zat-zat kimia, ataupun gangguan fisik lainnya, seperti benturan
dan panas. Gejala radang dapat berupa sakit, panas bengkak, kulit memerah
dan gangguan fungsi dari daerah yang terkena radang. Bisul, bengkak, dan
gatal merupakan beberapa bentuk peradangan.
c) Demam merupakan salah satu respons tubuh terhadap radang. Ketika demam,
suhu tubuh akan naik melebihi suhu tubuh normal. Suhu tubuh yang tinggi
menguntungkan karena bakteri dan virus akan lemah sehingga mati pada suhu
tinggi.

2. Sistem Pertahanan Tubuh Spesifik


Pertahanan tubuh nonspesifik pada permukaan tubuh disokong oleh
pertahanan tubuh spesifik atau sistem kekebalan tubuh (imunitas).

Sistem tubuh memiliki ciri-ciri khusus (spesifik), yaitu


mengingat dan mengenali mikroba patogen atau zat
asing.
!
Modul Biologi Genap – Sistem Imunitas
127
Sistem kekebalan tubuh bereaksi terhadap antigen tertentu dengan
mengaktifkan sel limfosit. Sistem kekebalan tubuh mampu mengingat antigen
yang pernah menyerang dan telah mempersiapkan diri lebih baik dan efektif jika
patogen tersebut menyerang kembali. Sistem kekebalan ini berdasarkan cara
perolehannya dibagi menjadi dua yaitu kekebalan aktif (active immunity) dan
kekebalan pasif (passive immunity).

a. Kekebalan Aktif
Kekebalan tubuh yang diperoleh setelah pulih dari infeksi penyakit.
Kekebalan aktif dibagi ke dalam kekebalan aktif alami dan kekebalan buatan.

1) Kekebalan Aktif Alami


Kekebalan aktif terjadi jika kita pulih dari penyakit, seperti cacar, tetanus,
atau campak. Tubuh akan memproduksi antibodi yang berguna
menghancurkan mikroba patogen jika mereka menyerang kembali.

2) Kekebalan Aktif Buatan


Kekebalan aktif buatan didapatkan dengan menyuntikkan antigen bakteri
yang tidak aktif ke dalam tubuh, mikroba mati, atau mikroba yang
dilemahkan. Cara ini dikenal dengan vaksinasi. Dengan vaksinasi,
kekebalan orang tersebut akan aktif membentuk antibodi layaknya orang
yang telah terkena penyakit yang disebabkan antigen tersebut.

b. Kekebalan Pasif
Kekebalan pasif diperoleh dengan memberikan antibodi dari seseorang
yang telah kebal, kepada orang lain. Kekebalan tubuh pasif contohnya terjadi pada
bayi yang diberikan air susu pertama (kolostrum) oleh ibunya. Di dalam kolostrum
terkandung berbagai macam antibodi ibu yang melindungi bayi dari penyakit.

Respons sistem kekebalan tubuh terhadap kehadiran antigen dapat


dibedakan atas dua cara, yaitu imunitas humoral dan imunitas seluler.

Modul Biologi Genap – Sistem Imunitas


128
1) Imunitas Humoral
Imunitas humoral menghasilkan pembentukan antibodi yang disekresikan
oleh sel limfosit B. Antibodi ini berada dalam plasma darah dan cairan limfa
(dahulu disebut cairan humor) dalam bentuk protein.
Antibodi umumnya tidak secara langsung menghancurkan antigen yang
menyerang. Namun, pengikatan antara antigen dan antibodi merupakan dasar
dari kerja antibodi dalam kekebalan tubuh. Terdapat beberapa cara antibodi
menghancurkan patogen atau antigen, yaitu netralisasi, penggumpalan,
pengendapan, dan pengaktifan sistem komplemen (protein komplemen).

Gambar Beberapa Cara Imunitas Humoral

a) Netralisasi
Netralisasi terjadi jika antibodi memblokir beberapa tempat antigen
berikatan dan membuatnya tidak aktif. Antibodi menetralkan bakteri
dengan menyelimuti bagian beracun bakteri dengan antibodi. Hal
tersebut menetralkan racun bakteri sehingga sel fagosit dapat
mencerna bakteri tersebut.

Modul Biologi Genap – Sistem Imunitas


129
b) Penggumpalan (aglutinasi)
Penggumpalan (aglutinasi) bakteri, virus, atau sel patogen lain oleh
antibodi merupakan salah satu cara yang cukup efektif. Cara ini
memudahkan sel fagosit menangkap sel-sel patogen tersebut.
c) Pengendapan
Pengendapan dilakukan pada antigen terlarut oleh antibodi. Hal ini untuk
membuat antigen terlarut tidak bergerak dan memudahkan ditangkap
oleh sel fagosit.
d) Sistem komplemen
Antibodi yang berikatan dengan antigen akan mengaktifkan sistem
komplemen (protein komplemen) untuk membentuk luka atau pori pada
sel mikroba patogen. Pembentukan luka atau pori ini menyebabkan
lisozim dapat masuk dan sel patogen tersebut akan hancur (lisis).

2) Imunitas Seluler
Imunitas seluler bergantung pada peran langsung sel-sel (sel limfosit) dalam
menghancurkan patogen. Tugas utama imunitas seluler adalah untuk
menghancurkan sel tubuh yang telah terinfeksi patogen, misalnya oleh bakteri
atau virus. Sel limfosit mengasilkan sel T.

D. Respon Kekebalan Tubuh


Respons kekebalan tubuh dan memori imunologis terhadap suatu patogen
atau antigen dapat dibedakan atas respons primer dan respons sekunder.

Respons primer merupakan respons kekebalan tubuh yang pertama kali


terjadi ketika suatu antigen tertentu memasuki tubuh. Respons sekunder
merupakan respons kekebalan tubuh ketika antigen yang sama menyerang tubuh
kembali untuk kedua kalinya.

Modul Biologi Genap – Sistem Imunitas


130
Gambar Respon Primer dan Sekunder

Jika antigen yang sama menyerang tubuh kembali, antigen tersebut akan
memicu respons kekebalan tubuh sekunder. Respons kedua ini terjadi lebih cepat
daripada respons primer. Respons sekunder juga menghasilkan konsentrasi
antibodi yang lebih besar dan lebih lama.

E. Struktur Sistem Kekebalan Tubuh


Leukosit yang berperan dalam sistem kekebalan tubuh terdiri atas fagosit
dan limfosit. Fagosit merupakan sel yang akan menghancurkan benda asing yang
masuk dalam tubuh dengan cara menelannya (fagositosis). Fagosit terdiri atas
neutrofil dan makrofag. Neutrofil terdapat di dalam darah, sedangkan makrofag
mampu memasuki ke dalam jaringan ataupun rongga tubuh. Limfosit terdiri atas
dua jenis, yaitu limfosit B dan limfosit T.

Modul Biologi Genap – Sistem Imunitas


131
1. Limfosit B
Limfosit B terbentuk dan dimatangkan dalam sumsum tulang (bone marrow).
Dalam sumsum tulang, limfosit B berdiferensiasi menjadi sel plasma yang
berfungsi bertugas menyekresikan antibodi ke dalam cairan tubuh dan sel limfosit
B-memori yang berfungsi menyimpan informasi antigen.

Limfosit B membentuk sistem kekebalan di dalam cairan tubuh (humor), sehingga


efektif dalam mengatasi infeksi oleh bakteri dan virus yang bersifat ekstraseluler.
Sel Limfosit B dapat membentuk struktur protein khusus, yaitu Immunoglobulin
atau disebut juga antibodi. Immunoglobulin/antibodi berfungsi mengenali dan
mengikat selasing atau organisme asing yang ditemui, dan
melumpuhkannya.

Immunoglobin terdiri dari dua rantai ringan (Light Chain, rantai L) dandua
rantai berat (Heavy Chain, rantai H). Setiap rantai L dan H terdiri atasdua
terminal, yaitu terminal C (Constant) dan terminal V (Variable). Immunoglobin
(disingkat Ig) dibagi menjadi lima kelas, yaitu IgA, IgD, IgE, IgG, IgM.

a. IgM
IgM merupakan antibodi pertama yang disekresikan sebagai respons kekebalan
tubuh. Setelah mengikat antigen, IgM memicu aktifnya protein komplemen. IgM
juga dapat mengikat antigen atau patogen menjadi gumpalan sehingga
memudahkan fagositosis makrofag.

b. IgG
IgG mengaktifkan protein komplemen dan menetralkan banyak racun. Jumlah IgG
paling banyak dan tahan lama. IgG merupakan satu-satunya antibodi yang dapat
melewati plasenta dan menjaga janin dengan kekebalan tubuh ibunya. IgG juga
disekresikan dalam kolostrum.

Modul Biologi Genap – Sistem Imunitas


132
c. IgA
IgA mencegah masuknya virus atau bakteri melalui jaringan epitel mukosa
sistem pencernaan, pernapasan, dan saluran reproduksi. IgA ditemukan juga
pada air liur, air mata, dan kolostrum.

d. IgE
IgE memicu peradangan jika cacing parasit menyerang tubuh. IgE juga
berperan dalam reaksi alergi.

e. IgD
IgD tidak mengaktifkan sistem komplemen dan tidak dapat melewati
plasenta. IgD diduga berfungsi dalam diferensi sel limfosit B menjadi sel
plasma dan sel B memori.

Gambar Beragam Jenis Immunoglobulin

Modul Biologi Genap – Sistem Imunitas


133
2. Limfosit T
Limfosit T dimatangkan di kelenjar timus. Di kelenjar timus, limfosit T juga
berdiferensiasi menjadi sel T sitotoksik (cytotoxic Tcell), sel T penolong (helper
T cell), sel T supressor (supressor T cell), dan sel T memori (memory T cell).

a. Sel T sitotoksik
Berfungsi menyerang sel-sel asing (imunitas seluler).

Gambar Sel T Sitotoksik


b. Sel T penolong
Berfungsi menstimulasi aktivasi dari sel limfosit T dan B.

c. Sel T supressor
Berfungsi menghambat aktivasi dari sel limfosit T dan B.

d. Sel T memori
Berfungsi menyimpan atau mengenali antigen yang sudah pernah
menyerang. Jika kelak antigen yang sama menyerang tubuh kembali, maka
dengan adanya sel T memori akan terjadi respons sekunder yang lebih
cepat dan kuat. Akibatnya, sering antigen telah dihancurkan sebelum
terjadi demam atau radang.

Modul Biologi Genap – Sistem Imunitas


134
Pada proses transplantasi jaringan, penolakan tubuh donor
yang menyebabkan kerusakan jaringan yang akan
!
ditransplantasikan, dapat disebabkan oleh sel limfosit T. Hal ini terjadi
karena limfosit T menganggap jaringan tersebut bukan bagian dari tubuh
(benda asing).

F. Mekanisme Sistem Pertahanan Tubuh


Ketika luka, maka selain reaksi pembekuan darah, tubuh juga dengan cepat
melindungi bukaan pada luka dari infeksi bakteri dan mikroorganisme lainnya.
Adanya luka secara langsung telah merusakkan sistem pertahanan tubuh
nonspesifik eksternal. Ketika terjadi luka, histamin dilepaskan oleh mast cell
(mastosit), dan sel basofil yang tersebar di seluruh jaringan.

Histamin yang dilepas menyebabkan kapiler darah mengalami


vasodilatasi (penambahan diameter), sementara vena menyempit. Hal ini
menyebabkan kapiler darah menjadi lebih permeabel. Daerah tersebut akan
terlihat memerah dan membengkak.

Gambar Vasodilatasi

Modul Biologi Genap – Sistem Imunitas


135
Eosinofil berperan dalam menghambat dan mengurangi konsentrasi
histamin yang dikeluarkan mastosit, agar tidak terjadi reaksi yang berlebihan. Jika
terjadi infeksi oleh bakteri, maka neutrofil akan mengaktifkan lisosom. Lisosom
melepaskan enzim lysozim yang akan mendegradasi bakteri dan sel-sel dari
jaringan yang rusak di sekitar luka.

Monosit dan makrofag juga menghasilkan endogenous pyrogen. Zat ini


memberikan sinyal pada pengatur suhu di hipotalamus, untuk menaikkan suhu
tubuh beberapa derajat (demam). Hal ini terjadi terutama jika infeksi yang diderita
cukup berat. Naiknya suhu tubuh dimaksudkan untuk menghambat pertumbuhan
bakteri atau organisme patogen, agar lebih mudah dilumpuhkan. Respons tubuh
ini dapat dikatakan sebagai respons sistem pertahanan tubuh nonspesifik dan
belum melibatkan sel-sel limfosit.

Makrofag, yang jumlahnya hanya beberapa persen dari jumlah


keseluruhan leukosit ini memainkan peranan penting. Makrofag memiliki protein
MHC (macrophage’s histocompatibility complex) yang kemudian akan berikatan
dengan antigen pada mikroba. Kompleks MHC-antigen ini kemudian
dimigrasikan ke membran sel makrofag.

Gambar MHC

Modul Biologi Genap – Sistem Imunitas


136
Sel limfosit juga turut serta dalam melumpuhkan mikroba yang masuk ke
dalam tubuh, hanya saja dengan mekanisme yang berbeda. Sel limposit B dengan
reseptor komplemen berikatan dengan antigen dari bakteri atau organisme
patogen. Hal ini untuk mengenali antigen tersebut.

Limfosit B akan membelah dan berdiferensiasi menjadi sel memori dan


sel plasma. Sel plasma menyekresikan antibodi yang dapat melumpuhkan mikroba
yang masuk ke dalam cairan tubuh (humor). Target operasi limfosit B adalah
bakteri, virus yang berada di luar sel, jamur dan protista. Limfosit T membentuk
sistem kekebalan seluler. Sel sitotoksik akan menempel pada sel yang sudah
terinfeksi virus, sel kanker, atau sel asing yang ditransplantasikan ke tubuh.

Reseptor pada sel T penolong berikatan dengan kompleks MHC-antigen


makrofag. Ikatan ini menyebabkan sel T penolong menghasilkan hormon
interleukin yang menginduksi sel T penolong untuk membelah dan berdiferensiasi
menjadi sel memori. Sel T penolong juga dapat berikatan dengan sel limfosit B
dan menginduksi (dengan bantuan hormon interleukin) sel limfosit B untuk
membelah dan berdiferensiasi menjadi sel memori dan sel plasma.

Sel plasma akan menyekresikan antibodi. Antibodi yang disekresikan sel


plasma akan berikatan dengan antigen mikroba, untuk kemudian dapat dikenali
oleh makrofag dan dicerna. Fenomena ini disebut opsonic adherence (Opsin
adalah istilah yang berarti "bersiap untuk makan") atau opsonisasi. Proses ini
pada dasarnya adalah mekanisme penandaan sel mikroba pelumpuh antigen
dengan antibodi.

Sel T sitotoksik juga dapat aktif membelah dan berdiferensiasi dengan


bantuan hormon interleukin yang disekresikan dari sel T penolong. Sel sitotoksik
mengenali sel-sel asing atau sel yang terinfeksi virus di dalam tubuh, kemudian
menguraikan membran selnya dengan protein yang dihasilkannya. Hal ini sangat
penting, karena antibodi tidak dapat menyerang patogen yang telah menginfeksi
sel tubuh.

Modul Biologi Genap – Sistem Imunitas


137
Gambar Mekanisme Pertahanan Tubuh

G. Kelainan Sistem Imunitas


Sistem kekebalan tubuh dapat tidak berfungsi jika sistem ini bereaksi
dengan molekul asing dengan berlebihan.

1. Alergi
Reaksi alergi juga disebut anaphylaxis atau sensitivitas berlebihan
terhadap suatu hal. Anda mungkin pernah merasakan hal ini. Sebagian orang
alergi terhadap bulu, debu, makanan laut, gigitan serangga, polen (serbuk sari) dan
lain sebagainya. Bentuk reaksinya bisa bermacam-macam, dari mulai bersin,
gatal-gatal, pusing, muntah dan diare, bahkan hingga kesulitan bernapas dan
kematian.

2. Autoimunitas
Autoimunitas merupakan suatu keadaan sistem kekebalan tubuh
membentuk antibodi untuk menyerang sel tubuh yang lain, memperlakukannya
seolah-olah bukan bagian dari tubuh. Sel limfosit T, karena suatu hal menyerang
sel tubuh sendiri.

Modul Biologi Genap – Sistem Imunitas


138
Banyak jenis abnormalitas yang menyangkut autoimunitas ini. Beberapa
diantaranya adalah:

a. Myasthenia gravis, yaitu antibodi menyerang otot lurik. Hal ini


menyebabkan degradasi otot, dan berkurangnya kemampuan otot untuk
menangkap asetilkolin, zat yang dilepaskan oleh saraf yang memicu kontraksi
otot. Contohnya jika terjadi pada mata, pandangan atau posisi mata menjadi
tidak simetris.

b. Lupus erythematosus, yaitu antibodi menyerang sel-sel tubuh yang lain


(secara umum) sebagai sel asing. Penyakit ini sangat sulit dikenali karena
gejalanya sangat umum. Ketika kondisi lingkungan berubah dan kondisi
tubuh melemah, maka serangan antibodi meningkat.
c. Addison’s,yaitudiseaseantibodimenyerang kelenjar adrenalin. Penyakit ini
bisa disebabkan karena infeksi pada kelenjar adrenalin. Namun ditemukan
juga sebab yang lain, yaitu antibodi menyerang sel-sel yang menghasilkan
hormon adrenalin. Akibat yang ditimbulkan di antaranya mudah merasa lelah,
kehilangan berat badan, tekanan, darah rendah, kadar gula darah yang rendah,
rasa perasaan tertekan, dan peningkatan pigmentasi kulit.
d. Multiple sclerosis, yaitu antibodi menyerang jaringan saraf di otak dan
tulang belakang. Bagian saraf yang diserang adalah sel udang mielin, yang
melapisi sel saraf dan berperan dalam menghantarkan informasi. Kerusakan
mielin ini menyebabkan berbagai gejala, dari mulai gangguan penglihatan,
stres, pusing, dan lain-lain.

Modul Biologi Genap – Sistem Imunitas


139
e. Diabetes mellitus, yaitu type I (Insulin-dependent Diabetes Mellitus).
Antibodi menyerang sel-sel beta di dalam pankreas yang memproduksi
hormon insulin. Akibatnya, kadar gula darah tinggi.

3. AIDS
AIDS merupakan penyakit yang disebabkan karena virus HIV (Human
Immunodefisiency virus). Penyakit ini sampai sekarang merupakan penyakit yang
paling ditakuti oleh masyarakat, karena belum ditemukan obatnya.
HIV menyerang pada sistem kekebalan manusia. Apabila seseorang
telahterinfeksi HIV, maka daya kebalnya akan turun drastis, dalam jangka waktu
tertentu akan kehilangan daya tahan. Apabila sudah demikian maka tubuhnya
mudah sekali terinfeksi oleh kuman penyakit yang lain.
Masa inkubasi adalah masa masuknya virus sampai virus berkembangbiak,
sekitar 0-6 bulan. Masa infeksi adalah masa perkembangbiakan virus sampai
timbul gejala adalah 2 - 5 tahun.
Gejala yang menyertai penyakit AIDS, antara lain berat badan semakin
menurun, sering terkena flu dalam waktu lama, kekebalan tubuh menurun dan
akhirnya hilang sama sekali, orang dalam kondisi yang sangat lemah.
Penyakit AIDS dapat menular. Penyebaran virus ini dapat melalui
perantara penggunaan jarum suntik, franfusi darah, dan hubungan seksual.

4. COVID-19
COVID-19 adalah penyakit menular yang disebabkan oleh jenis
coronavirus yang baru ditemukan. Ini merupakan virus baru dan penyakit yang
sebelumnya tidak dikenal sebelum terjadi wabah di Wuhan, Tiongkok, bulan
Desember 2019.
Coronavirus adalah suatu kelompok virus yang dapat menyebabkan
penyakit pada hewan atau manusia. Beberapa jenis coronavirus diketahui
menyebabkan infeksi saluran nafas pada manusia mulai dari batuk pilek hingga
yang lebih serius seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe
Acute Respiratory Syndrome (SARS). Coronavirus jenis baru yang ditemukan
menyebabkan penyakit COVID-19.

Modul Biologi Genap – Sistem Imunitas


140
Gejala-gejala COVID-19 yang paling umum adalah demam, rasa lelah,
dan batuk kering. Beberapa pasien mungkin mengalami rasa nyeri dan sakit,
hidung tersumbat, pilek, sakit tenggorokan atau diare. Gejala-gejala yang dialami
biasanya bersifat ringan dan muncul secara bertahap. Beberapa orang yang
terinfeksi tidak menunjukkan gejala apa pun dan tetap merasa sehat.
Sebagian besar (sekitar 80%) orang yang terinfeksi berhasil pulih tanpa perlu
perawatan khusus. Sekitar 1 dari 6 orang yang terjangkit COVID-19 menderita
sakit parah dan kesulitan bernapas. Orang-orang lanjut usia (lansia) dan orang-
orang dengan kondisi medis yang sudah ada sebelumnya seperti tekanan darah
tinggi, gangguan jantung atau diabetes, punya kemungkinan lebih besar
mengalami sakit lebih serius. Mereka yang mengalami demam, batuk dan
kesulitan bernapas sebaiknya mencari pertolongan medis.
Orang dapat tertular COVID-19 dari orang lain yang terjangkit virus
ini. COVID-19 dapat menyebar dari orang ke orang melalui percikan-
percikan dari hidung atau mulut yang keluar saat orang yang terjangkit
COVID-19 batuk atau mengeluarkan napas. Percikan-percikan ini kemudian
jatuh ke benda-benda dan permukaan-permukaan di sekitar. Orang yang
menyentuh benda atau permukaan tersebut lalu menyentuh mata, hidung atau
mulutnya, dapat terjangkit COVID-19. Penularan COVID-19 juga dapat terjadi
jika orang menghirup percikan yang keluar dari batuk atau napas orang yang
terjangkit COVID-19. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menjaga jarak
lebih dari 1 meter dari orang yang sakit. WHO terus mengkaji perkembangan
penelitian tentang cara penyebaran COVID-19 dan akan menyampaikan temuan-
temuan terbaru.
Beberapa langkah yang dapat mengurangi risiko terinfeksi atau
menyebarkan COVID-19 adalah dengan cara:
1. Seringlah mencuci tangan dengan air bersih mengalir dan sabun, atau cairan
antiseptik berbahan dasar alkohol. Mencuci tangan dengan air bersih yang
mengalir dan sabun, atau cairan antiseptik berbahan dasar alkohol dapat
membunuh virus di tangan.
2. Jaga jarak setidaknya 1 meter dengan orang yang batuk-batuk atau bersin-
bersin. Ketika batuk atau bersin, orang mengeluarkan percikan dari hidung

Modul Biologi Genap – Sistem Imunitas


141
atau mulutnya dan percikan ini dapat membawa virus.
3. Hindari menyentuh mata, hidung, dan mulut. Tangan menyentuh berbagai
permukaan benda dan virus penyakit ini dapat tertempel di tangan. Tangan
yang terkontaminasi dapat membawa virus ini ke mata, hidung atau mulut,
yang dapat menjadi titik masuk virus ini ke tubuh.
4. Pastikan mengikuti etika batuk dan bersin dengan cara menutup mulut dan
hidung dengan siku terlipat atau tisu saat batuk atau bersin dan segera buang
tisu bekas tersebut. Percikan dapat menyebarkan virus.
5. Tetaplah tinggal di rumah jika merasa kurang sehat. Langkah ini juga
melindungi dan membantu mencegah penyebaran virus dan infeksi lainnya.
6. Tetap ikuti informasi terbaru tentang hotspot-hotspot COVID-19 (kota atau
daerah di mana COVID-19 menyebar luas). Jika memungkinkan, hindari
bepergian ke tempat-tempat tersebut – terutama jika sudah berusia lanjut atau
mengidap diabetes, sakit jantung atau paru-paru Kemungkinan tertular
COVID-19 lebih tinggi di tempat-tempat tersebut.

Hingga kini, belum ada vaksin dan obat melawan virus tertentu untuk
mencegah atau mengobati COVID-19. Namun, orang-orang yang sakit perlu
mendapatkan perawatan untuk meredakan gejala-gejalanya. Orang-orang yang
sakit serius harus dibawa ke rumah sakit. Sebagian besar pasien sembuh karena
perawatan untuk gejala yang dialami. Ada beberapa kandidat vaksin dan obat
tertentu yang masih diteliti melalui uji klinis. WHO mengkoordinasikan upaya
menyediakan vaksin dan obat yang mencegah dan mengobati COVID-19.

Cara paling efektif melindungi diri dan orang lain dari COVID-19 adalah
sering mencuci tangan, menutup mulut saat batuk dengan siku yang terlipat atau
tisu, dan menjaga jarak setidaknya 1 meter dari orang yang batuk-batuk atau
bersin-bersin.

Penyakit dapat datang kapan saja dan di mana saja, karena sebenarnya
kuman-kuman penyebab penyakit banyak tersebar di lingkungan sekitar. Usaha-
usaha pencegahan tersebut antara lain:

Modul Biologi Genap – Sistem Imunitas


142
a. Vaksinasi
Vaksinasi dilakukan untuk meningkatkan daya kebal tubuh terhadap penyakit
tertentu, misalnya pemberian vaksin polio untuk mencegah penyakit polio.
Selain itu, juga pemberian vaksin tetanus dan vaksin cacar.

b. Pemberian obat-obatan yang sesuai


Usaha ini mungkin bisa dilakukan sehingga dapat terhindar dari tertularnya
penyakit, misalnya apabila pergi ke tempat atau daerah endemik penyakit
malaria, maka sebaiknya sebelumnya minum obat anti malaria agar tidak
tertular penyakit malaria.

c. Pengendalian perantara penyakit


Perantara penyakit dapat berupa serangga yang ada di sekitar. Untuk
menghindari penyebaran penyakit, maka diputuskan jalur kehidupan dari
serangga-serangga tersebut. Perantara penyakit, misalnya nyamuk Anopheles
dapat menjadi perantara penyebab penyakit malaria, nyamuk Aedes aegypti
membawa virus yang dapat menyebabkan penyakit demam berdarah.

d. Meningkatkan kebersihan lingkungan dan diri sendiri.


Setiap respon kebal memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
1) Kekhususan, artinya hanya melawan salah satu antigen.
2) Pengenalan terhadap benda asing. Sistem kebal akan mengenal benda
asing yang sudah pernah dia kenal sebelumnya. Apabila benda asing
tersebut masuk, maka akan dicegah.
3) Daya ingatan, dalam jangka waktu tertentu apabila tidak ada serangan
antigen asing, maka lama-lama akan hilang daya ingatnya. Akhirnya
sistem ini tidak dapat mengenal benda asing yang menyerangnya.

Modul Biologi Genap – Sistem Imunitas


143

Anda mungkin juga menyukai