Anda di halaman 1dari 27

RANGKUMAN IMUN DAN INTEGUMEN

A. RANGKUMAN IMUN
1. Definisi
Imunitas adalah pertahanan pada organisme untuk melindungi tubuh dari pengaruh biologis
luar dengan mengenali dan membunuh pathogen. System imun atau sistm kekebalan adalah sel sel
dan banyak struktur biologis lainnya yang bertanggungjawab atas imunitas.
Sementara itu, respons kolektif dan terkoordinasi dari sistem imun tubuh terhadap pengenalan
zat asing disebut respons imun. Maka system ini akan mengidentifikasi berbagai macam pengaruh
biologis luar seperti dari infeksi, bakteri, virus sampai parasite, serta menghancurkan zat-zat asing
lain dan memusnahkan mereka dari sel dan jaringan organisme yang sehat agar tetap berfungsi
secara normal.

Manusia mempunyai mekanisme pertahanan kompleks yaitu :

1. Sistem Imun Bawaan : Sistem imun bawaan merupakan bentuk pertahanan awal yang
melibatkan penghalang permukaan, reaksi peradangan, sistem komplemen, dan komponen
seluler.
2. Sistem Imun Adaptif : Sistem imun adaptif berkembang karena diaktifkan oleh sistem imun
bawaan dan memerlukan waktu untuk dapat mengerahkan respons pertahanan yang lebih kuat
dan spesifik. Membentuk memori imunologis setelah respons awal terhadap patogen dan
membuat perlindungan yang lebih ditingatkan pada pertemuan dengan patogen yang sama
berikutnya. Proses imunitas dapatan ini menjadi dasar dari vaksinasi.
2. Fungsi
a. Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit menghancurkan & menghilangkan
mikroorganisme atau substansi asing (bakteri, parasit, jamur, dan virus, serta tumor) yang
masuk ke dalam tubuh
b. Menghilangkan jaringan atau sel yg mati atau rusak untuk perbaikan jaringan.
c. Mengenali dan menghilangkan sel yang abnormal Sasaran utama: bakteri patogen & virus
Leukosit merupakan sel imun utama (disamping sel plasma, makrofag, & sel mast)
3. Letak-Letak Sistem Imun
a. Sumsum
Semua sel sistem kekebalan tubuh berasal dari sel-sel induk dalam sumsum tulang. Sumsum
tulang adalah tempat asal sel darah merah, sel darah putih (termasuk limfosit dan makrofag)
dan platelet. Sel-sel dari sistem kekebalan tubuh juga terdapat di tempat lain.
b. Timus
Dalam kelenjar timus sel-sel limfoid mengalami proses pematangan sebelum lepas ke dalam
sirkulasi. Proses ini memungkinkan sel T untuk mengembangkan atribut penting yang dikenal
sebagai toleransi diri.

c. Getah bening
Kelenjar getah bening berbentuk kacang kecil terbaring di sepanjang perjalanan limfatik.
Terkumpul dalam situs tertentu seperti leher, axillae, selangkangan dan para-aorta daerah.
Pengetahuan tentang situs kelenjar getah bening yang penting dalam pemeriksaan fisik pasien.
Getah adalah basa (pH> 7,0) cairan yang biasanya jelas, transparan, dan tidak
berwarna. Mengalir di pembuluh limfatik dan jaringan mandi dan organ dalam meliput
pelindung. Tidak ada sel darah merah dalam getah bening dan memiliki kandungan protein
lebih rendah dari darah. Seperti darah, hal ini sedikit lebih berat daripada air (densitas = 1,019
± 0,003). Getah bening mengalir dari cairan interstisial melalui pembuluh limfatik sampai
dengan baik duktus toraks atau saluran getah bening kanan, yang berakhir di pembuluh darah
subklavia, dimana getah bening dicampur ke dalam darah.
Hal ini dalam kelenjar getah bening di mana antigen biasanya disajikan kepada sistem
kekebalan tubuh.
Sistem limfoid manusia sebagai berikut:
• organ utama: tulang sumsum (di pusat cekungan tulang) dan kelenjar timus (terletak di
belakang tulang dada di atas jantung),
• sekunder organ pada atau dekat portal kemungkinan masuknya patogen: kelenjar gondok,
amandel, limpa (terletak di bagian kiri atas perut), kelenjar getah bening (di sepanjang
pembuluh limfatik dengan konsentrasi di leher, ketiak, perut, dan pangkal paha), Peyer’s
patch (dalam usus), dan usus buntu.
4. Mekanisme Pertahanan
a. Mekanisme Pertahanan Non Spesifik
Dilihat dari caranya diperoleh, mekanisme pertahanan non spesifik disebut juga respons imun
alamiah. Yang merupakan mekanisme pertahanan non spesifik tubuh kita adalah kulit dengan
kelenjarnya, lapisan mukosa dengan enzimnya, serta kelenjar lain dengan enzimnya seperti
kelenjar air mata.
Demikian pula sel fagosit (sel makrofag, monosit, polimorfonuklear) dan komplemen
merupakan komponen mekanisme pertahanan non spesifik. Imunitas non spesifik merupakan
respon awal terhadap mikroba untuk mencegah,mengontrol dan mengeliminasi terjadinya
infeksi pada host, merangsang terjadinya imunitas spesifik untuk mengoptimalkan efektifitas
kerja dan Hanya bereaksi terhadap mikroba ,bahan bahan akibat kerusakan sel (heat shock
protein) dan memberikan respon yang sama untuk infeksi yang berulang.
a. pertahanan fisik : kulit, selaput lendir , silia saluran pernafasan
b. pertahanan kimia : bahan yang disekresi mukosa saluran nafas, kelenjar sebaseus kulit, kel
kulit, telinga, asam HCL dalam cairan lambung , lisosim yang dikeluarkan oleh makrofag
menghancurkan kuman gram – dengan bantuan komplemen, keringat, ludah , air mata dan
air susu ( melawan kuman gram + )
c. pertahanan humoral
- komplemen mengaktifkan fagosit dan membantu destruktif bakteri dan parasit
( menghancurkan sel membran bakteri, faktor kemotaktik yang mengarahkan makrofag
ke tempat bakteri, diikat pada permukaan bakteri yg memudahkan makrofag untuk
mengenal dan memakannya
- interferon – suatu glikoprotein yg dihasilkan sel manusia yg mengandung nukleus dan
dilepaskan sebagai respons terhadap infeksi virus.

b. Mekanisme Pertahanan Spesifik


1. Bila pertahanan non spesifik belum dapat mengatasi invasi mikroorganisme maka
imunitas spesifik akan terangsang. Mekanisme pertahanan spesifik adalah mekanisme
pertahanan yang diperankan oleh sel limfosit, dengan atau tanpa bantuan komponen
sistem imun lainnya seperti sel makrofag dan komplemen.
2. Dilihat dari caranya diperoleh maka mekanisme pertahanan spesifik disebut juga respons
imun didapat. Mekanisme Pertahanan Spesifik (Imunitas Humoral dan Selular)
3. Imunitas humoral adalah imunitas yang diperankan oleh sel limfosit B dengan atau tanpa
bantuan sel imunokompeten lainnya. Tugas sel B akan dilaksanakan oleh imunoglobulin
yang disekresi oleh sel plasma. Terdapat lima kelas imunoglobulin yang kita kenal, yaitu
IgM, IgG, IgA, IgD, dan IgE.
4. Imunitas selular didefinisikan sebagai suatu respons imun terhadap antigen yang
diperankan oleh limfosit T dengan atau tanpa bantuan komponen sistem imun lainnya.
5. Komponen Sistem Imun Spesifik
1. Barier Sel Epitel
Sel epitel yang utuh merupakan barier fisik terhadap mikroba dari lingkungan dan
menghasilkan peptida yang berfungsi sebagai antibodi natural. Didalam sel epitel barier juga
terdapat sel limfosit T dan B, tetapi diversitasnya lebih rendah daripada limfosit T dan B pada
sistem imun spesifik. Sel T limfosit intraepitel akan menghasilkan sitokin, mengaktifkan
fagositosis dan selanjutnya melisiskan mikroorganisme. Sedangkan sel B limfosit intraepitel
akan menghasilkan IG M.
2. Neutrofil dan Makrofag
Ketika terdapat mikroba dalam tubuh, komponen pertama yang bekerja adalah neutrofil dan
makrofag dengan cara ingesti dan penghancuran terhadap mikroba tersebut. Hal ini di
karenakan makrofag dan neutrofil mempunyai reseptor di permukaannya yang bisa mengenali
bahan intraselular (DNA), endotoxin dan lipopolisakarida pada mikroba yang selanjutnya
mengaktifkan aktifitas antimikroba dan sekresi sitokin.

3. NK Sel
NK sel mampu mengenali virus dan komponel internal mikroba. NK sel di aktifasi oleh
adanya antibodi yang melingkupi sel yang terinfeksi virus, bahan intrasel mikroba dan segala
jenis sel yang tidak mempunyai MCH class I. Selanjutnya NK sel akan menghasilkan porifrin
dan granenzim untuk merangsang tterjadinya apoptosis.
6. Respon Sistem Imun
a. Respon sistem imun non spesifik
 Respon alamiah : respon langsung tehadap antigen
 Tidak ditujukan terhadap mikroorganisme tertentu terdiri dari :
1. Fisik/mekanik : kulit, selaput lendir, silia, batuk bersin
2. Biokimia dan faktor terlarut
- Biokimia : asam lambung, lisozim, laktoferin, asam neuraminik
- Humoral : Komplomen, interferon, CRP
3. Seluler
- Sel fagosit : monosit, makrofag, neutrofil, eosinofil
- Sel nul : sel NK dan K
- Sel mediator : basofil, mastosit, trombosit
b. Respon imun spesifik
1. Sistem humoral
- Diperankan oleh limfosit B
- Rangsangan antigen sel B proliferasi & diferensiasi sel plasma
membentuk antibody
- Pertahanan thd bakteri ekstra seluler, netralisir toksin
2. Sistem seluler
- Diperankan oleh limfosit T : Th, Ts, Tdh, Tc
- Pertahanan thd bakteri intraseluler, virus, jamur, parasit, keganasan
3. Antibody dependent cellular immune
Respons sel null sel K
7. SEL T
a. Dibentuk di sumsum tulang, pematangan di timus
b. Mempunyai petanda permukaan membedakan dg sel B pemeriksaan rosette
(+)
c. Mempunyai petanda CD (cluster differentiation) sel T dlm berbagai fase
pertumbuhan
d. Mempunyai petanda fungsional concanavalin A & phytohemaglutinin

e. Fungsi sel T
1. Membantu sel B dlm memproduksi antibody
2. Mengenal & menghancurkan sel yang terinfeksi virus
3. Mengaktifkan makrofag dlm fagositosis
4. Mengontrol ambang & kualitas sistem imun
f. Jenis : sel Th (helper), Ts (supresor), Td (delayed hypersensitivity), Tc (cytotoxic)
8. SEL B
a. Dibentuk & dimatangkan di sumsum tulang
b. Proses pematangan sel asal pre B sel B imatur sel B matur
proliferasi & diferensiasi sel plasma antibodi /Ig (imunoglobulin)
c. Rangsangan antigen I terbentuk IgM
d. Selanjutnya akan terjadi switching : Ig A, Ig E. Ig D, Ig G
9. ANTIBODI
a. Molekul antibody imunoglobulin
b. Dibentuk oleh sel plasma dr limfosit B
c. Macam-macam :
1. Ig M : efisien mengaktifkan komplemen
2. Ig G : satu-satunya yg dapat menembus plasenta
3. Ig A : antibodi sekretori (dlm saliva, keringat, air mata, cairan mukosa, susu, cairan
lambung dsb).
Fungsi: mencegah kuman patogen menyerang permukaan sel, bersifat bakterisida dan
antiviral)
4. Ig D : penanda permukaan sel B yang matang
5. Ig E : membebaskan histamin (reaksi anafilaksis), melawan parasit
10. SISTEM LIMFATIK
a. Definisi
- Suatu sistem sirkulasi sekunder yang berfungsi mengalirkan limfa atau getah bening di
dalam tubuh.
- Limfa (bukan limpa) berasal dari plasma darah yang keluar dari sistem kardiovaskular ke
dalam jaringan sekitarnya.
- Cairan ini kemudian dikumpulkan oleh sistem limfa melalui proses difusi ke dalam
kelenjar limfa dan dikembalikan ke dalam sistem sirkulasi
b. Susunan Limfe
- Mirip plasma, kadar protein lebih kecil, penambahan oleh kelenjar limfe menjadikan kadar
limfosit tinggi
- Komponen sistem yang lain : saluran limfe dan kelenjar limfe (nodus limfe)
- Bersama organ limpa , hati dan sumsum tulang membentuk Retikulo-Endotelial Sistem
(RES)
c. Fungsi
- Mengembalikan cairan & protein dari jaringan ke sirkulasi darah
- Mengangkut limfosit
- Membawa lemak emulsi dari usus
- Menyaring & menghancurkan mikroorganisme untuk menghindarkan penyebaran
- Menghasilkan zat antibody
d. KELENJAR/ NODUS LIMFE
- Kecil lonjong seperti kacang
- Terdapat di sepanjang pembuluh
- Kerja : penyaring
- Banyak dijumpai di tempat pembentuk limfosit
e. PEMBULUH/SALURAN LIMFE
- Serupa vena kecil, banyak katup
- Pembuluh terkecil terdiri selapis endothelium
- Khilus / lakteal = pembuluh limfe khusus dijumpai dalam vili usus kecil
- Ada 2 saluran utama :
a. Duktus torasikus : mengalirkan dari seluruh tubuh selain bagian kana
b. Duktus limfe kanan : mengalirkan dari kanan kepala dan leher, lengan kanan dan
dada kanan
f. TONSIL
- Terdiri atas jaringan limfe
- Terletak di antara dua tiang fause (lengkung langit-langit)
- Banyak terdapat persediaan limfosit
g. LIMPA
- Kelenjar limfe besar
- Terletak di sebelah kiri abdomen (hipogastrium kiri )
- Berdekatan fundus gaster, menyentuh diafragma
- Fungsi :
a. Membentuk sel darah merah
b. Menghasilkan limfosit
c. Pembongkaran sel darah merah,sel darah putih & trombosit
d. Bagian dari res
h. KELENJAR THYMUS
- Terletak di sepanjang rongga trachea di rongga dada bagian atas.
- Timus membesar sewaktu pubertas dan mengecil setelah dewasa.
- Kelenjar ini merupakan kelenjar penimbunan hormon somatotrof atau hormone
pertumbuhan dan setelah dewasa tidak berfungsi lagi.
- Menghasilkan timosin yang berfungsi untuk merangsang limfosit.
11. HIV
Periode awal setelah kontraksi HIV disebut HIV akut, HIV primer atau sindrom retroviral
akut.  Banyak orang mengalami penyakit seperti influenza atau penyakit seperti mononukleosis 2-
4 minggu setelah paparan sementara yang lain tidak memiliki gejala yang signifikan.  Gejala
muncul pada 40-90% kasus dan paling umum meliputi demam , kelenjar getah bening yang
lunak , radang tenggorokan , ruam , sakit kepala, kelelahan, dan / atau luka pada mulut dan alat
kelamin. Ruam, yang terjadi pada 20-50% kasus, muncul di batang tubuh dan
bersifat makulopapular , secara klasik. Beberapa orang juga mengalami infeksi oportunistik pada
tahap ini. Gejala gastrointestinal, seperti muntah atau diare dapat terjadi.  Gejala
neurologis neuropati perifer atau sindrom Guillain-Barré juga terjadi. Durasi gejalanya bervariasi,
tetapi biasanya satu atau dua minggu. 
Karena sifatnya yang tidak spesifik , gejala-gejala ini tidak sering dikenali sebagai tanda-
tanda infeksi HIV. Bahkan kasus yang dilihat oleh dokter keluarga atau rumah sakit sering salah
didiagnosis sebagai salah satu dari banyak penyakit menular yang umum dengan gejala yang
tumpang tindih. Dengan demikian, direkomendasikan bahwa HIV dipertimbangkan pada orang
yang mengalami demam yang tidak dapat dijelaskan yang mungkin memiliki faktor risiko infeksi.

12. AIDS
Acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) didefinisikan dalam hal jumlah sel T CD4 + d
dibawah 200 sel per μL atau terjadinya penyakit tertentu yang terkait dengan infeksi HIV.  Dengan
tidak adanya pengobatan khusus, sekitar setengah dari orang yang terinfeksi HIV mengembangkan
AIDS dalam sepuluh tahun. Kondisi awal yang paling umum yang mewaspadai adanya AIDS
adalah pneumonia pneumocystis (40%), cachexia dalam bentuk sindrom wasting HIV (20%),
dan kandidiasis esofagus. Tanda-tanda umum lainnya termasuk infeksi saluran
pernapasan berulang.
Infeksi oportunistik dapat disebabkan oleh bakteri , virus , jamur , dan parasit yang biasanya
dikendalikan oleh sistem kekebalan tubuh. Infeksi mana yang terjadi sebagian tergantung pada
organisme apa yang umum di lingkungan orang tersebut. Infeksi ini dapat mempengaruhi hampir
setiap sistem organ.
Orang dengan AIDS memiliki peningkatan risiko mengembangkan berbagai kanker yang
diinduksi oleh virus, termasuk sarkoma Kaposi , limfoma Burkitt, limfoma sistem saraf pusat
primer , dan kanker serviks.
B. RANGKUMAN INTEGUMEN

Sistem Integumen pada manusia terdiri dari kulit,


kuku, rambut, kelenjar keringat, kelenjar minyak
dan kelenjar susu. Sistem integumen mampu
memperbaiki sendiri (self-repairing) &
mekanisme pertahanan tubuh pertama
(pembatas antara lingkungan luar tubuh
dengan dalam tubuh).

Kulit pada manusia terdiri dari :

a. Epidermis (turunan dari ektoderm)


b. Dermis (turunan dari mesoderm)
1. Epidermis
• Bagian luar kulit yang agak tipis
• Terdiri dari jaringan epitel
• Merupakan epitel berlapis gepeng yang terdiri dari lima lapisan, yaitu : stratum basalis /
stratum germinativum, stratum spinosum, stratum granulosum, stratum lucidum, stratum
korneum.
a. Stratum basalis
 Terdiri atas satu lapis sel kolumner
 Terletak di atas membrana basalis
 Selalu mengadakan mitosis
 Sel - sel hasil mitosis didorong ke atas menjadi lapisan sel di atas stratum basalis
b. Stratum spinosum
 Terdiri atas beberapa lapis sel
 Di bawah mikroskop terlihat memiliki tonjolan dan saling melekat satu sama lain
 Diskus merkel untuk rasa raba terletak dalam stratum spinosum

c. Stratum granulosum
 Terdiri atas beberapa lapis sel yang sudah memipih
 Menunjukkan tanda-tanda kematian sel
 Mengandung keratohialin, yang merupakan cikal bakal keratin (zat tanduk)
d. Stratum lucidum
 Terdiri dari beberapa lapis sel mati yang jernih
 Tembus cahaya karena mengandung eledin
 Hanya terdapat pada kulit yang tebal, seperti telapak tangan dan kaki.
e. Stratum korneum
 Terdiri dari puluhan lapis sel yang mati
 Berbentuk pipih dan penuh dengan keratin
 Membentuk lapisan kedap air
 Selalu luluh dan digantikan oleh lapisan di bawahnya
 Ditinjau dari jenis sel penyusunnya,

Epidermis mengandung empat jenis sel :

1. Keratinosit : sel epidermis yang sedang dalam pembentukan keratin, paling banyak di
epidermis
2. Sel langerhans : seperti makropahg yang berasal dari sum-sum tulang, penting dalam
pembentukan imunitas
3. Sel granstein : berperan dalam penyajian antigen kepada supressor-T sel, berperan dalam
sistem imunitas
4. Melanosit : pembentuk pigmen melanin
2. Dermis
a) Terletak di bawah epidermis
b) Terdiri dari jaringan ikat yang mengandung serat-serat elastis dan kolagen
c) Terdapat ujung-ujung saraf/reseptor,
d) Pembuluh darah, pembuluh lymph, kelenjar dan folikel rambut
e) Terdiri dari :
- lapisan papiler
- lapisan retikuler
a. Lapisan Papiler
- Merupakan bagian atas dermis
- Mengandung papila dermis
- Terdapat pembuluh darah kapiler dan Korpus Meissner (Reseptor raba)

b. Lapisan retikuler
- Merupakan bagian bawah dermis
- Mengandung folikel rambut, kelenjar sebacea (lemak), kelenjar keringat, dan Korpus Paccini
(Reseptor tekanan)
3. Lapisan Subkutan
- Terletak di bawah kulit
- Terdiri dari jaringan ikat jarang dan jaringan lemak
- Melekat pada jaringan di bawahnya
4. Warna Kulit
Tergantung pada tiga faktor yang saling berinteraksi, diantaranya :
a. Kapiler darah
b. Pigmen karoten
c. Pigmen melanin
5. Melanin
a. Diproduksi dari asam amino tyrosin dengan bantuan enzim tyrosinase
b. Berada pada organel yang disebut melanosom
c. Berfungsi sebagai protektor dari sinar ultraviolet (UV)
d. Enzim-enzim pembentuk pigmen melanin diduga diaktifkan oleh sinar UV, MSH
(Melanocyt Stimulating Hormon) dan hypophyse
e. Penyakit kekurangan kemampuan memproduksi melanin disebut albino
f. Freckles (bercak kehitaman) diakibatkan melanosit berkumpul banyak di suatu tempat
6. Sidik Jari
a. Gambaran khas dari tonjolan dan lekukan pada permukaan kulit telapak ujung jari tangan
dan kaki
b. Ditentukan secara genetis
c. Setiap orang berbeda
d. Tidak akan berubah sepanjang hidup
e. Telah terbentuk pada janin ketika epidermis berkembang menyesuaikan diri dengan
perkembangan tonjolan papila dermis
f. Pada telapak tangan dan jari terdapat kelenjar keringat yang bermuara pada tonjolan
epidermis pada jari.
7. Derivat Epidermis
Ialah struktur tubuh yang berkembang dari epidermis sewaktu janin
Meliputi :
a. Rambut dan Kuku berfungsi sebagai proteksi dari lingkungan luar
b. Kelenjar- kelenjar berfungsi mempertahankan suhu tubuh dan membasahi kulit/rambut
1. Rambut
Batang rambut Lapisan terluarnya mengandung keratin
Akar rambut
- tertanam di dalam kulit di sekelilingnya terdapat folikel rambut
- ujung folikel membentuk papila akar rambut
- papila akar rambut diselaputi oleh satu lapisan
sel germinal
- terdapat ujung dendrit yang melingkar-lingkar, sebagai reseptor raba

Pertumbuhan rambut

a. Lapisan germinal pada akar rambut bermitosis, sedangkan lapisan atas rambut biasanya
sudah mati
b. Umumnya rambut tumbuh kurang lebih 1 cm/bulan, beberapa waktu kemudian
8. Kuku
- Merupakan epidermis berbentuk zat tanduk yang terdapat pada ujung-ujung jari tangan dan
kaki
- Kuku dapat tumbuh karena terdapat lapisan germinal pada akar kuku
- Umumnya kuku berwarna merah jambu karena warna merah pada pembuluh darah yang
berada di bawahnya
9. Kelenjar-kelenjar pada kulit
a. Kelenjar keringat
- Menghasilkan keringat (terdiri dari air, garamgaram urea, sedikit asam amino, asam
lemak, dan amoniak)
- Keringat berfungsi dalam ekskresi dan keseimbangan tubuh
- Kelenjar keringat di daerah ketiak dan selangkangan bersifat apokrin sehingga keringat
bersifat lebih kental dan kadang-kadang berbau
b. Kelenjar Ceruminos
- Terdapat pada telinga luar, dimana kelenjar keringat berubah menjadi kelenjar ceruminose
- Bekerjasama dengan kelenjar sebasea (lemak) untuk menghasilkan serumen (kotoran
telinga)

Beberapa kelainan klinik

1. Luka bakar
Merupakan luka-luka pada jaringan tubuh karena denaturasi protein jaringan/kematian sel yang
disebabkan oleh panas, listrik ataupun zat-zat kimia (asam, basa). Dapat terjadi pada : kulit,
selaput lendir, saluran pernafasan, saluran pencernaan , dan sebagainya.

Gejala
- Sakit
- Bengkak
- Merah
- Melepuh karena permeabilitas pembuluh
- darah meningkat

Luka bakar yang mengancam jiwa :

a. Shock hypovolemic
- Volume darah menurun akibat permeabilitas pembuluh darah meningkat.
- Air, protein, dan mineral akan keluar ke tempat luka bakar dan tubuh akan kekurangan cairan.
- Mengakibatkan anuri
b. Infeksi
Terjadi bila epidermis pada luka bakar terkelupas
c. Gangguan pernafasan
Terjadi bila asap atau racun panas terhisap oleh paruparu atau kerusakan pada saluran
pernafasan.

Faktor yang menentukan parah tidaknya suatu luka bakar :

a. Prosentase luas bagian tubuh yang terbakar


1. Luas tubuh yang terbakar
2. Kategori
- <15% Ringan
- 15-50% Sedang
- >50% Berat
3. Pada orang dewasa :
Bagian kepala, wajah dan leher 9%, bagian dada dan perut depan 18%, bagian punggung
18%, bagian lengan atas sampai jari tangan kanan 9%, bagian lengan atas sampai jari tangan
kiri 9%, bagian kemaluan 1%, bagian kaki kanan 18%, bagian kaki kiri18%. Total seluruh
tubuh 100%.
4. Pada bayi :
Bagian kepala, wajah dan leher 18%, bagian dada dan perut depan 18%, bagian punggung
18%, bagian lengan atas sampai jari tangan kanan 9%, bagian lengan atas sampai jari tangan
kiri 9%, bagian kemaluan 1%, bagian kaki kanan 14%, bagian kaki kiri 14%. Total seluruh
tubuh 100%.
5. Kedalaman luka bakar
Struktur yang terkena
Gejala
- Derajat I epidermis Sakit, merah, bengkak tidak melepuh
- Derajat II Sampai bagian dalam epidermis dan bagian atas dermis Sakit, bengkak, merah,
panas, dan melepuh
- Derajat III Semua bagian kulit dan derivat epidermis Sakit dari jaringan sub dermis, merah
dan bengkak, tidak dapat diraba
6. Pertolongan pada Luka Bakar
a. Untuk derajat 1&2
- Dinginkan area yang terkena luka bakar dengan mengalirkan air dingin pada daerah
luka selama paling tidak 5 menit atau hingga rasa nyeri berkurang. Jika tidak
memungkinkan, rendam dalam air dingin atau kompres dengan kompres dingin.
- Tutup daerah luka dengan kassa steril untuk menghindarkan dari resiko infeksi.
- Jangan bebat terlalu ketat untuk menghindari penekanan pada bagian yang melepuh.
- Berikan obat anti nyeri untuk mengurangi nyeri.
- Jangan mengompres daerah luka langsung dengan es, karena akan lebih memperparah
kondisi luka.
- Jangan olesi daerah luka dengan pasta gigi atau kecap pada luka.
- Jangan memecah bagian luka yang melepuh karena memperbesar resiko infeksi.
b. Untuk derajat 3
- Jangan mencoba untuk melepas sisa pakaian yang masih melekat, pastikan korban
bebas dari penyebab luka misalnya api, cairan kimia.
- Jangan rendam atau guyur daerah luka dengan air dingin.
- Tinggikan daerah luka dari posisi jantung jika memungkinkan.
- Tutup daerah luka dengan kain yang lembab.
- Segera bawa ke rumah sakit terdekat jika tidak tersedia layanan ambulan.
C. ANALISA KASUS
1. Kasus I:
Seorang laki-laki bermur 34 tahun di rawat di ruang bedah dengan keluhan sesak napas yang
disertai batuk- batuk. Terdiagnosis Tb- HIV. hasil pengkajian pasien tampak sesak, RR :
30x/menit, terdengar bunyi ronchi dan wheezing pada kedua lapang paru. Vokal premitus
paru menurun. Selama dirawat tidak ada keluarga yang menjaga klien,menurut klien
keluarganya tidak mau berhubungan dengan klien lagi. Klien sebelumnya seorang pemain
band yang dilingkungan pergaulannya membuat klien menjadi seorang pecandu narkoba
dengan jarum suntik IDU(injecting drug user). Hasil laboratorium: CD4 :150 sel/mm3. Hasil
Rontgen: Tuberculosis paru

PERTANYAAN DAN JAWABAN :


a. Anamnesa dan Pemeriksaan fisik yang perlu ditambahkan
 Perlu ditanyakan riwayat saat ini
 Kaji keluhan utama ; adakah pemakaian otot bantu pernafasan
 Perlu ditanyakan Riwayat penyakit sekarang seperti nyeri dada ,batuk darah Dan
keluhan sistematis meliputi: demam dan keluhan lain ; Diare >1 bulan, Nyeri
saat menelan (odynophagia), Perasaan terbakar di kaki (neuropathy), Penurunan
berat badan >10kg (atau >20% dari berat badan) dalam 4 bulan
 Perlu ditanyakan Penyakit dahulu ;
 Apakah klien sebelumnya pernah menderita penyakit infeksi seperti HIV dan
penyakit infeksi lainnya
 Riwayat penyakit keluarga ; perlu menanyakan apakah ada anggota keluarga yang
juga mengalami penyakit TB . Data dari Rwanda dan Zaire menunjukkan bahwa
pengidap HIV yang telah pernah terinfeksi TB (Mtx positif) ternyata 20 kali lebih
sering mendapat TB (Mulyadi & Fitrika, 2010)
 riwayat pengobatan ; Mengenai obat-obatan yang biasa diminum oleh klien pada
masa lalu yang relevan seperti obat-obat anti retro viral (ARV) dan antitusif.
Adanya efek samping yang terjadi di masa lalu
 riwayat penggunaan narkoba dengan jarum suntik IDU
 Riwayat lingkungan;  HIV ko-infeksi tuberculosis timbul di lingkungan rumah
dengan kepadatan tinggi yang tidak memungkinkan cahaya matahari masuk ke
dalam rumah (Somantri, 2012)
 Lakukan Pemeriksaan Fisik seperti
 cek TTV ; biasanya didapatkan peningkatan suhu tubuh secara signifikan,
frekuensi nafas meningkat apabila disertasi sesak nafas
 Body System ; Sistem Penglihatan (Pada pemeriksaan mata biasanya didapatkan
adanya konjungtiva anemis dan sklera ikterik), Sistem Pernapasan dengan
inspeksi,; Apakah terlihat adanya penurunan proporsi diameter bentuk dada
antero-posterior dibanding proporsi diameter lateral, menggunakan otot bantu
napas, apakah ada peningkatan produksi sekret dan sekresi sputum yang purulen.
palpasi,perkusi dan auskultasi. Sistem Kardiovaskular; Perlu diperhatikan
adanya keletihan karena kurangnya suplai oksigen (O2) dari paru-paru yang
mengalami gangguan . Sistem Integumen; Inspeksi biasanya turgor kulit buruk,
kering, bersisik, hilang lemak subkutis.
b. Pemeriksaan penunjang ataupun diagnostik yang perlu ditambahkan
Pemeriksaan Diagnostik ;
 uji infeksi HIV: ELISA, western Blot, hitung sel CD4 dan CD8, tes antigen P24, PCR
(reaksi rantai polimerase)
 Pemeriksaan Sputum Pada infeksi dini (CD4 >200/mm3), sputum mikroskopis sering
positif dibandingkan pada infeksi lanjut (CD4 < 200/mm3) yang sering negative,
keadaan mikrobakteremia dijumpai pada infeksi lanjut.
 BTA 3 kali (Pemeriksaan BTA satu kali negatif , TB belum dapat disingkirkan
sedangkan BTA positif memerlukan pengobatan)
 Kultur (Kultur darah bisa positif : 20 sampai 40% koinfeksi HIV-TB)
 uji leukosit dan limfosit: hitung sel darah putih : pada saat tuberkulosis baru mulai
aktif akan didapatkan jumlah leukosit (sel darah putih) yang sedikit menurun karena
pertahanan primer yang tidak adekuat akibat infeksi HIV dengan nilai normalnya
sekitar 5.000-10.000/mm3.
Pemeriksaan penunjang
 Radiologis : Foto thorax ( Hasil pemeriksaan radiologi paru sangat tergantung pada
luas dan beratnya kerusaka n serta penyulitnya. )
c. Buatlah analisa data (pathway sampai muncul masalah)
Analisa Data
Data Etiologi Masalah
keperawatan
Ds : Faktor resiko : tranmisi HIV( pemakaian jarum
suntik yang terkontaminasi) Bersihan jalan
- pasien mengeluh nafas tidak
sesak napas yang
Menyerang Limfosit T CD4 efektif ditandai
disertai batuk-
batuk dengan
Menurunnya jumlah CD4
Do : Ds :
- pasien tampak Imunosupresif = tubuh mudah terinfeksi penyakit - pasien
sesak, mengeluh
- RR : 30x/menit, Mempercepat perkembangan penyakit sesak napas
- Terdengar bunyi yang
ronchi dan Respon imun tubuh menurun untuk mencegah TBC disertai
wheezing pada batuk-
kedua lapang paru. Infeksi kuman mycobacterium tuberkulosis masuk batuk
- Vokal premitus kedalam tubuh melalui saluran pernafasan atau luka Do :
paru menurun. terbuka pada kulit
- pasien
tampak
Menginvasi apeks paru dan berkembang biak dalam
sesak,
makrofag - RR :
30x/menit,
Membentuk koloni - Terdengar
bunyi
Terjadinya reaksi peradangan dan alveoli mengalami ronchi dan
konsolidasi wheezing
pada kedua
Terjadi lesi pada paru lapang
paru.
Kerusakan jaringan paru meluas dan mengalami - Vokal
premitus
nekrosis
paru
menurun
Produksi sputum meningkat

Sekret terakumulasi di jalan nafas

d. Buat perencanaan SDKI ,SIKI Dan SLKI


Standar Standar Luaran
Diagnosis Intervensi
Keperawatan Keperawatan
Standar Intervensi Keperawatan (SIKI)
Indonesia (SLKI)
(SDKI)

Bersihan jalan nafas Setelah dilakukan 1. Manaje 1. Manajemen Jalan Nafas


tidak efektif b.d asuhan keperawatan men a. Observasi
proses infeksi
ditandai dengan 3 x 24 jam bersihan Jalan - Monitor pola nafas

Ds : jalan nafas Nafas (frekuensi,kedalaman,usaha


meningkat dengan nafas)
- pasien
mengeluh sesak kriteria hasil ; - Monitor bunyi nafas tambahan
napas yang
(wheezing dan ronchi kering)
disertai batuk- - Dyspneu
batuk b. Terapeutik
menurun
Do :
- Posisikan semi-fowler dan fowler
- Produksi sputum
- pasien tampak c. Kolaboratif
sesak, menurun
- RR : 30x/menit, - Bunyi wheezing - Kolaborasi pemberian
- Terdengar bunyi bronkodilator,ekspektoran,mukoti
ronchi dan dan ronchi
wheezing pada lik jika perlu
menurun
kedua lapang 2. Terapi Oksigen
paru. - Pola nafas
- Vokal premitus membaik a. Observasi
paru menurun
- Frekuensi nafas - Monitor kecepatan aliran oksigen
membaik, RR 23 - Monitor tanda-tanda hipoventilasi
2. Terapi
x/menit - Monitor integritas mukosa
Oksige
hidung akibat pemasangan
n
oksigen
b. Terapeutik
- Pertahankan kepatenan jalan
nafas
c. Kolaborasi
-Kolaborasi penentuan dosis
oksigen

2. Kasus II:
Seorang perempuan berusia 45 tahun datang ke poli penyakit dalam dengan nyeri dan kaku
pada sendi terutama ekstremitas atas dan bawah, nyeri terutama pada pagi hari sebelum
pasien beraktifitas. Berat badan pasien lebih dari 15 Kg dari Berat Normal. Hasil
pengkajian : Keadaan muskuloskeletal tampak sendi tangan yang bengkok, pasien meringis
kesakitan bila sendi digerakan, Nadi : 98x/mnt, TD: 130/80mmhg. Staping tes tidak
seimbang. Pasien mengatakan “saya masih muda belum tua kenapa saya sakit seperti
ini”?......
PERTANYAAN DAN JAWABAN
a. Anamnesa dan Pemeriksaan fisik yang perlu ditambahkan
 Perlu ditanyakan riwayat saat ini
 Kaji keluhan utama; Dikembangkan dengan menggunaan pendekatan PQRST yaitu :
P : penyebab timbulnya nyeri, Q : seberapa berat nyeri di rasakan dan seberapa sering
terjadinya serta bagaimana rasanya, R: Lokasi nyeri dan penyebaran nyeri. S : skala
nyeri , T: onset atau waktu timbulnya gejala dan derajat nyeri, serta gejala lain yang
menyertai seperti dispnea, ortopnea.
 Riwayat penyakit sekarang ; kaji adanya nyeri kepala berat ,kelemahan dan nyeri pada
ekstremitas ; Perlu ditanyakan Penyakit dahulu ; Kaji sudah berapa lama pasien
mengalamai sakit kaku sendi, kaji adanya riwayat penyakit genetik seperti hipertensi
DM
 Riwayat penyakit keluarga ; perlu menanyakan apakah ada anggota keluarga yang
juga mengalami penyakit yang sama,mengalami obesitas
 Riwayat pekerjaan; perlu menanyakan apakah pekerjaan pasien,sudah berapa lama
 Perlu ditanyakan aktivitas harian pasien seperti apa olahraganya, kegiatannya sehari-
hari dan pola hidup pasien seperti makanan yang di konsumsi ,dan pola tidur
 Anamnesis faktor psikologis pasien
 Lakukan Pemeriksaan Fisik seperti
 Sistem muskuloskeletal ; Kaji adanya artralgia,artritis (sinovitis) krepitasi,
pembengkakan, nyeri tekan dan rasa nyeri ketika bergerak, rasa kaku pada pagi hari
 Sistem integumen ; kaji adanya lesi akut pada kulit seperti ruam berbentuk kupu-kupu
yamg melintang pangkal hidng serta pipi. Ulkus oral dapat mengenai pipi atau
palatum durum
 Sistem vaskuler ; kaji adanya inflamasi pada arteriole terminalis yang menimbulkan
lesi papuler, eritematous dan purpura di ujung kaki, tangan dan sikuserta permukaan
ekstensor lengan bawah atau sisi lateral tangan dan berlanjut nekrosis
b. Pemeriksaan penunjang ataupun diagnostik yang perlu ditambahkan
 Pemeriksaan diagnostik
 Pemeriksaan laboratorium laju endap darah (ESR), Jumlah Sel Darah Lengkap
(CBC), Atibodi antinuclear (ANA) dan Urin . Uji antigen- antibodi spesifik
 Pemeriksaan penunjang
 Seperti pemeriksaan tes pencitraan jantung,otak,paru-paru,sendi, otot atau usus atau
MRI dan USG ginjal
c. Buatlah analisa data (pathway sampai muncul masalah)
Data Etiologi Masalah keperawatan
Ds : SLE
Nyeri akut di tandai dengan ;
- pasien mengatakan Produksi antibodi meningkat secara
nyeri dan kaku
terus menerus
sendi terutama Ds :
ekstremitas atas
Mencetus penyakit inflamasi multi - pasien mengatakan
dan bawah
Do : organ nyeri dan kaku sendi
terutama ekstremitas
- Keadaan Menyerang Sendi atas dan bawah
muskuloskeletal
tampak sendi Do :
tangan yang Terjadi inflamasi
bengkok, - Keadaan
- Pasien tampak Pelepasan mediator kimia (bradikinin) muskuloskeletal
meringis kesakitan tampak sendi tangan
bila sendi yang bengkok,
Rangsangan pada syaraf sekitar inflamasi
digerakan, Nadi : - Pasien tampak
98x/mnt, TD: meringis kesakitan bila
Merangsang sel syaraf pusat (korteks cerebri)
130/80mmhg. sendi digerakan, Nadi :
- Staping tes tidak 98x/mnt, TD:
Persepsi nyeri 130/80mmhg.
seimbang
- Staping tes tidak
Sendi kaki dan tangan terasa nyeri seimbang

Nyeri akut

d. Buat perencanaan SDKI ,SIKI Dan SLKI


Standar Standar Luaran
Diagnosis Intervensi
Keperawatan Keperawatan
Standar Intervensi Keperawatan (SIKI)
Indonesia (SLKI)
(SDKI)

Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan 1. Manaje 1. Manajemen nyeri


pencedera fisiologis asuhan men a. Observasi
(inflamasi) di tandai
dengan ; keperawatan 3 x 24 nyeri - Identifikasi lokasi,
jam tingkat nyeri karakteristik,durasi,frekuensi,kual
Ds : menurun dengan itas,intensitas nyeri dan skala
- pasien kriteria hasil ; nyeri
mengatakan
- Identifikasi faktor yang
nyeri dan kaku - Kemampuan
sendi terutama memperberat dan memperingan
menuntaskan
ekstremitas atas
nyeri
dan bawah aktivitas
Do : b. Terapeutik
meningkat
- Keadaan - Berikan teknik
- Keluhan nyeri
muskuloskeletal nonfarmakologik(kompres
tampak sendi menurun
tangan yang dingin ) untuk mengurangi rasa
- Meringis menurun
bengkok, nyeri
- Pasien tampak - Perasaan depresi
meringis (tertekan) c. Kolaboratif
kesakitan bila
menurun - Kolaborasi pemberian analgetik
sendi digerakan,
- Nadi : 98x/mnt, - Frekuensi nadi, jika perlu
TD:130/80mmh
pola nafas , 2. Kompres dingin
g.
- Staping tes tekanan darah a. Observasi
tidak seimbang
membaik - Identifikasi kontraindikasi
- Pola tidur membaik kompres dingin(penurunan
2. Kompres
sensasi,sirkulasi)
dingin
- Identifikasi kondisi kulit yang
akan dikompres
b. Terapeutik
- Pilih metode kompres yang
nyaman dan mudah didapat
- Lakukan kompres dingin pada
daerah yang cedera
3. Edukasi proses penyakit
a. Observasi
- Identifikasi kesiapan dan
kemampuan menerima informasi
b. Terapeutik
- Sediakan materi dan media
penkes
3. Edukasi
- Berikan kesempatan untuk
proses
bertanya
penyakit
c. Edukasi
- Jelaskan penyebab dan faktor
resiko,pathofisiologis,tanda
gejala penyakit,serta cara
meredakan atau mengatasi gejala

3. Kasus III:
Seorang wanita berusia 23 tahun datang dengan keluhan sesak napas yang disertai batuk
berdahak. Pasien mempunyai riwayat alergi dingin.sebelumnya pasien melakukan kegiatan
kuliah, dan mengaku sedang mengerjakan banyak mengerjakan tugas kuliah. Pasien
mengatakan setiap mengingat tugas sesak menjadi bertambah. Saat dikaji keadaan pasien
lemah, tampak butterflay rush pada area muka, tangan dan punggung, pasien tampak sesak,
terpasang O2 4l/mnt menggunakan nasal kanul,wheezing dan ronchi (+), RR: 28x/mnt,
pengembangan dada simetris, vokal premitus menurun
PERTANYAAN DAN JAWABAN
a. Anamnesa dan Pemeriksaan fisik yang perlu ditambahkan
 Anamnesis riwayat kesehatan sekarang di fokuskan pada gejala yang pernah dialami,
seperti keluhan mudah lelah,lemah, nyeri, kaku, demam, anoreksia
 Tanyakan riwayat pola hidup dan gaya hidup pasien
 Riwayat penggunaan obat-obatan seperti obat antibiotik, obat anti kejang,obat tekanan
darah
 Riwayat Keluarga: penyakit keluarga yang dapat mempengaruhi pasien umumnya
berkaitan dengan genetik seperti riwayat alergi dan imunitas
 Lakukan pemeriksaan fisik seperti :
 Sistem muskuloskeletal ; Kaji adanya artralgia,artritis (sinovitis) krepitasi,
pembengkakan, nyeri tekan dan rasa nyeri ketika bergerak, rasa kaku pada pagi hari
 Sistem integumen ; kaji adanya Ulkus oral dapat mengenai pipi atau palatum durum
 Sistem vaskuler ; kaji adanya inflamasi pada arteriole terminalis yang menimbulkan
lesi papuler, eritematous dan purpura di ujung kaki, tangan dan sikuserta permukaan
ekstensor lengan bawah atau sisi lateral tangan dan berlanjut nekrosis
b. Pemeriksaan penunjang ataupun diagnostik yang perlu ditambahkan
 Pemeriksaan diagnostik
 Pemeriksaan laboratorium laju endap darah (ESR), Jumlah Sel Darah Lengkap
(CBC), Atibodi antinuclear (ANA) dan Urin . Uji antigen- antibodi spesifik
 Pemeriksaan penunjang
 Seperti pemeriksaan tes pencitraan jantung,otak,paru-paru,sendi, otot atau usus atau
MRI dan USG ginjal
c. Buatlah analisa data (pathway sampai muncul masalah)
Data Etiologi Masalah
keperawatan
Ds : SLE
Bersihan jalan nafas
- pasien Produksi antibodi meningkat secara terus tidak efektif ditandai
mengeluh
menerus dengan
sesak napas
yang Ds :
disertai Mencetus penyakit inflamasi multi organ
batuk - pasien
berdahak Menyerang paru - paru mengeluh
Do : sesak napas
yang disertai
- pasien batuk
Inflamasi pada selaput pembungkus paru (pleuritis),
tampak berdahak
jaringan paru dan alveolus
sesak, Do :
- terpasang
O2 4l/mnt Membentuk koloni - pasien tampak
menggunak sesak,
an nasal Terjadinya reaksi peradangan dan alveoli mengalami - terpasang O2
kanul, konsolidasi 4l/mnt
- wheezing menggunakan
dan ronchi Terjadi lesi pada paru nasal kanul,
(+), - wheezing dan
- RR: Kerusakan jaringan paru meluas dan mengalami nekrosis ronchi (+),
28x/mnt, - RR: 28x/mnt,
- vokal Produksi sputum meningkat - vokal premitus
premitus menurun
menurun. Sekret terakumulasi di jalan nafas

d. Buat perencanaan SDKI ,SIKI Dan SLKI


Standar Standar Luaran
Diagnosis Intervensi
Keperawatan Keperawatan
Standar Intervensi Keperawatan (SIKI)
Indonesia (SLKI)
(SDKI)

Bersihan jalan nafas Setelah dilakukan 1. Mana 1. Manajemen Jalan Nafas


tidak efektif b.d asuhan keperawatan jemen a. Observasi
hipersekresi jalan
nafas ditandai 3 x 24 jam bersihan Jalan - Monitor pola nafas
dengan jalan nafas Nafas (frekuensi,kedalaman,usaha
Ds : meningkat dengan nafas)
- pasien kriteria hasil ; - Monitor bunyi nafas tambahan
mengeluh (wheezing dan ronchi kering)
sesak napas - Batuk efektif
yang disertai b. Terapeutik
meningkat
batuk - Posisikan semi-fowler dan fowler
berdahak - Dyspneu
Do : c. Kolaboratif
menurun
- pasien tampak - Kolaborasi pemberian
- Produksi sputum
sesak, menurun bronkodilator,ekspektoran,mukoti
- terpasang O2
- Bunyi wheezing lik jika perlu
4l/mnt
menggunakan dan ronchi 2. Latihan batuk efektif
nasal kanul,
menurun a. Observasi
- wheezing dan
ronchi (+), - Pola nafas - Identifikasi kemampuan batuk
- RR: 28x/mnt,
membaik 2. Latih - Monitor adanya retensi sputum
- vokal premitus
menurun - Frekuensi nafas an d. Terapeutik
membaik, RR 23 batuk - Atur posisi semi fowler atau
x/menit efekti fowler

f - Pasang perlak dan bengkpk


dipangkuan pasien
- Buang secret pada tempat sputum
e. Kolaborasi
-Kolaborasi pemberian mukolitik
dan ekspektoran

4. Kasus IV:
Seorang laki-laki berusia 42 tahun mengalami luka bakar karena gas. Pasien baru datang dan
masuk keruangan bedah. Tampak luas 22% , luka bakar pada daerah tangan kiri 6%, tangan
kanan 6% daerah dada dan abdomen 10% kedalaman luka grade 2. TD: 100/90mmHg, pasien
tampak meringis kesakitan menahan sakit, dan sering merasa haus.
PERTANYAAN DAN JAWABAN
a. Anamnesa dan Pemeriksaan fisik yang perlu ditambahkan
 Anamnesa Keluhan utama: umumnya pasien mengeluhkan ketidaknyamanan pada kulit
seperti gatal, rasa panas pada kulit, nyeri dengan menggunakan PENDEKATAN PQRST
P : penyebab timbulnya nyeri, Q : seberapa berat nyeri di rasakan dan seberapa sering
terjadinya serta bagaimana rasanya, R: Lokasi nyeri dan penyebaran nyeri. S : skala
nyeri , T: onset atau waktu timbulnya gejala dan derajat nyeri, serta gejala lain yang
menyertai seperti dispnea, ortopnea
 Riwayat sekarang kaji adanya sesak ,mual dan muntah sesta demam
 Riwayat dahulu: riwayat alergi, gangguan ginjal, hipertensi, obesitas (adanya striae pada
kulit), riwayat penyakit imunitas. Riwayat diabetes melitus juga mempengaruhi
terjadinya luka akibat adanya neuropati sensorik dan otonom sehingga pasien beresiko
mengalami ulkus diabetik.
 Pemeriksaan fisik
 Mengukur tingkat kesadaran pasien dan keadaan umum pasien serta mengukur TTV
pasien
 Pemeriksaan Sistem integumen; Pengkajian kulit melibatkan seluruh area kulit
termasuk mukosa membran, kulit kepala, rambut, dan kuku serta kondisi kulit dan
membran.
Inspeksi Area lesi,Luas luka, dan luka bakar menggunakan rule of nine, dan
tentukan derajat kedalaman luka bakar apakah hanya sampai sebagian lapisan
kulit atau seluruh lapisan kulit yang hilang.
 Palapsi teraba hangat atau dingin
 Status respirasi: frekuensi napas, adanya batuk, hiperventilasi, bronkospasme
b. Pemeriksaan penunjang ataupun diagnostik yang perlu ditambahkan
 Pemeriksaan diagnostic
 Pemeriksaan Laboratorium ; ureum dan elektrolit, DPL
 pemeriksaan penunjang
 rongten toraks,gas darah artei perkiraan CO
c. Buatlah analisa data (pathway sampai muncul masalah)
Data Etiologi Masalah
keperawatan
Ds : Thermal bun(gas)
Gangguan integritas
- Pengalihan energi dari sumber panas kulit/ jaringan
Do :
Mencetus penyakit inflamasi multi organ ditandai dengan
- pasien
Mengenai Tubuh Ds : -
tampak
meringis Do :
kesakitan
menahan trauma kulit - pasien tampak
sakit, dan meringis
sering Combustio kesakitan
merasa menahan sakit,
haus. Fase lanjut dan sering
- Kerusakan merasa haus.
jaringan Kerusakan jaringan kulit Kerusakan
atau lapisan jaringan atau
kulit Jaringan kulit hipertropi lapisan kulit
Tampak Tampak luas 22%
luas 22% , , luka bakar pada
luka bakar Elastisitas kulit menurun daerah tangan kiri
pada daerah 6%, tangan kanan
tangan kiri Gangguan integritas kulit 6% daerah dada
6%, tangan dan abdomen
kanan 6% 10% kedalaman
daerah dada
luka grade 2
dan
abdomen
10%
kedalaman
luka grade
2

d. Buat perencanaan SDKI ,SIKI Dan SLKI


Standar Standar Luaran
Diagnosis Intervensi
Keperawatan Keperawatan
Standar Intervensi Keperawatan (SIKI)
Indonesia (SLKI)
(SDKI)

Gangguan integritas Setelah dilakukan 1. Perawa 1. Perawatan luka bakar


kulit/ jaringan b.d asuhan keperawatan tan a. Observasi
trauma termal
ditandai dengan 3 x 24 jam integritas luka - Identifikasi durasi terkena luka

Ds : - kulit dan jaringan bakar bakar danriwayat penanganan


meningkat dengan luka sebelumnya
Do :
kriteria hasil ; - Monitor kondisi luka(derajat
- pasien tampak
meringis luka,persentasi luka,perdarahan ,
- Elastisitas ,hidrasi
kesakitan warna dasar luka infeksi,eksudat,
menahan sakit, dan perfusi
dan sering bau kondisi tepi luka)
jaringan
merasa haus. - Monitor bunyi nafas tambahan
- Kerusakan meningkat
jaringan atau (wheezing dan ronchi kering)
- Kerusakan
lapisan kulit b. Terapeutik
Tampak luas jaringan dan
22% , luka - Gunakan teknik aseptic selama
lapisan kulit
bakar pada merawat luka
daerah tangan menurun
kiri 6%, - Bersihkan luka dengan cairan
- Nyeri menurun
tangan kanan steril (Nacl 0,9 %,cairan
6% daerah
dada dan antiseptic)
abdomen 10%
- Lakukan terapi relaksasi untuk
kedalaman
luka grade 2 mengurangi nyeri
- Jadwalkan frekuensi perawatan
luka berdasarkan ada atau
idaknya infeksi, jumlah eksudat
dan jenis balutan luka
c. Kolaboratif
- Kolaborasi pemberian antibiotic
jika perlu
- Kolaborasi prosedur
debridement(misal,
enzimatic,biologis mekanis
autolitic) jika perlu,
2. Terapi obat intravena
a. Observasi
- Identifikasi kemungkinan alergi,
interaksi dan kontraindikasi obat
- Monitor efek terapeutik obat
b. Terapeutik
- Lakukan prinsip 6 benar
(paien,obat,dosis,waktu,rute
2. Terapi dokumentasi)r
obat - Pastikan ketepatan dan kepatenan
intrave kateter iv
na - Berikan obat iv dengan kecepatan
yang tepat
c. Edukasi
-Jelaskan jenis obat,alasan
pemberian,tindakan yang
diharapkan dan efek samping.

Anda mungkin juga menyukai