Anda di halaman 1dari 36

SISTEM IMUNOLOGI

OLEH : UUN
NURJANAH, SKp
I. Pengertian dan tinjauan
• Imunitas adalah respon protektif tubuh yang
spesifik terhadap benda asing atau
mikroorganisme yang menginvasinya.
• Imunologi adalah ilmu yang mempelajari
mekanisme dan fungsi reaksi kekebalan sebagai
akibat pengenalan zat-zat asing dan usaha-
usaha menetralisir, mengeliminasi dan
memetabolisme.
• Imunopatologi adalah ilmu tentang penyakit
yang terjadi akibat disfungsi dalam sistem imun
Struktur pada fungsi imun yang
normal
• Sel darah putih
• Sumsum tulang
• Jaringan limfoid
- kelenjar limfe ( nodus limfatikus)
- kelenjar timus
- lien (pulpa alba)
- tonsil
- cincin waldeyer ( jar. Limfoid pada oronasofaring)
- GALT ( Gut- Associated Limphoid Tissue )
- BALT ( Bronchial- Associated Lymphoid Tissue)
II.Mekanisme reaksi pertahanan
( kekebalan)
1. Pertahanan non spesifik :
- memberikan perlindungan umum
terhadap berbagai jenis agens.
- Disebut juga pertahanan non- imun (bawaan lahir / imunitas alami)

2. Pertahanan spesifik ( imunitas didapat ) :


- diinduksi atau didapat melalui pajanan terhadap agen infeksius
spesifik.
- jaringan limfatik dan organ tubuh membentuk sistem imun ( organ-
organ limfoid primer : sumsum tulang dan kelenjar timus, jaringan
limfoid sekunder : nodus limfe, limfa, adenoid, amandel, bercak
peyer pada usus halus dan apendiks
A. Pertahanan Non Spesifik
1. Barier fisik, kimia, dan mekanik terhadap
agens infeksius
a. Kulit yang utuh garis pertahanan
pertama karena sifatnya yang imfermiabel
terhadap infeksi dan berbagai organisme
b. Membran mukosa yang melapisi permukaan
bagian dalam tubuh mensekresi mukus
untuk menjebak mikroba dan partikel asing
lainnya serta menutup jalur masuknya ke sel
epitel.
c. Cairan tubuh ( sebagian cairan tubuh
mengandung agens anti mikroba )
membentuk lingkungan yang tidak
nyaman untuk beberapa mikroorganisme
tetapi tidak semua organisme ( contoh :
saliva/enzim lisozim, sekresi nasal, air
mata,cairan pencerna / enzim proteolitik dan
asiditas vagina )
d. Faktor mekanik : seperti aksi pembilasan oleh
air mata, saliva, dan urin.
2. Fagositosis garis pertahanan kedua tubuh
terhadap agens infeksius yang terdiri dari proses
penelanan dan pencernaan mikroorganisme serta toksin
setelah berhasil menembus tubuh
a. Fagosit utama tubuh : neutropil darah dan
makrofag jaringan
b. Neutropil dan makrofag bergerak ke seluruh
jaringan melalui kemotaksis
c. Sistem fagosistik mononuklear disebut juga
sistem retikuloendotelial kombinasi monosit
fagositik, makrofag bergerak dan makrofag
jaringan tetap
• Nama- nama makrofag tetap :
- Makrofag alveolar pada paru-paru
- Sel kupffer dalam hati
- Sel langerhans pada epidermis
- Mikroglia pada sistem saraf pusat
- Sel mesangial dalam ginjal
- Sel retikular dalam limpa, nodus limfe,
sumsum tulang dan timus
3. Inflamasi respon jaringan terhadap cedera akibat
infeksi, pungsi, abrasi, terbakar, objek asing atau toksin
( produk bakteri yang merusak sel hospes atau jaringan
hospes )
 Tanda-tanda lokal respon inflamasi : kemerahan (rubor),
panas (kalor), pembengkakan ( tomor), nyeri (dolor) dan
hilangnya fungsi ( funktiolaesa).
 Rangkaian peristiwa dalam inflamasi
 Tahap pertama :
- Produksi faktor-faktor kimia vasoaktif oleh sel rusak di
area cedera : histamin ( dari sel mast), serotonin ( dari
trombosit), derivat asam arakidonat ( leukotrien,
prostaglandin dan tromboksan), dan kinin (protein
plasma teraktivasi).
- Faktor-faktor kimia vasoaktif mengakibatkan :
• Vasodilatasi meningkatnya aliran darah
pada area yang rusak dan menyebabkan
kemerahan, nyeri berdenyut dan panas
• Peningkatan permeabilitas kapiler hilangnya
cairan dari pembuluh ke dalam ruang interseluler
edema
• Pembatasan area yang cedera tejadi akibat
lepasnya fibrinogen dari plasma ke dalam
jaringan. Fibrinogen diubah menjadi fibrin untuk
membentuk bekuan yang akan mengisolasi
lokasi yang rusak dari jaringan yang masih utuh.
 Tahap kedua adalah kemotaksis (gerakan
fagosit ke area cedera, terjadi dalam satu jam
setelah permulaan proses inflamasi :
- Marginasi adalah perlekatan fagosit ( neutrofil
dan monosit) ke dinding endotelial kapiler pada
area yang rusak
- Diapedesis adalah migrasi fagosit melalui
dinding kapiler menuju area cedera. Yang
pertama sampai adalah neutrofil kemudian
menyusul monosit ke dalam jaringan dan
menjadi makrofag.
Tahap ketiga adalah fagositosis agens
berbahaya terjadi pada area cedera
- Neutrofil dan makrofag akan terurai
secara enzimatik dan mati setelah
menelan sejumlah besar mikroorganisme
- Leukosit mati, sel jaringan mati dan
berbagai jenis cairan tubuh membentuk
pus yang terus terbentuk sampai infeksi
teratasi.
 Pus bergerak menuju permukaan tubuh untuk diuraikan
atau
 Menuju rongga internal dihancurkan dan diabsorpsi
tubuh.
- Abses atau granuloma akan terbentuk jika respons
inflamasi tidak dapat mengatasi cedera atau invasi.
• Abses : kantong pus terbatas yang dikelilingi jaringan
terinflamasi tidak terurai, harus dikeluarkan
• Granuloma akumulasi sel-sel fagositik dan
mikroorganisme yang dikelilingi kapsul fibrosa
terjadi akibat inflamasi kronik dalam merespons iritasi
berulang
D. Pemulihan jaringan regenerasi jaringan
atau pembentukan jaringan parut
tahap akhir proses inflamasi
- Regenerasi jaringan sel-sel sehat dalam
jaringan yang terkena membelah secara mitosis
untuk berproliferasi dan mengembalikan masa
jaringan.
- Pembentukan jaringan parut oleh fibroblast
respon alternatif terhadap regenerasi
jaringan untuk mengganti jaringan asli yang
rusak
3. Efek Sistemik Inflamasi meliputi :
a. Demam
- Pirogen eksogen ( pencetus demam)
dilepas bakteri
- Pirogen endogen dilepas berbagai
leukosit

Bekerja pada hipotalamus untuk mengatur


kembali kendali termoregulator normal ke suhu
yang lebih tinggi
• Penyesuaian tubuh terhadap peningkatan suhu :
- Vasokonstriksi mengurangi panas yang
hilang
- Menggigil dan gemetar meningkatkan
panas tubuh
- peningkatan laju metabolik

Suhu semakin meningkat


b. Leukositosis terjadi akibat peningkatan kebutuhan
jumlah sel darah puth tambahan dan meningkatkan
meningkatkan produksi sel tersebut dalam sumsum
tulang
 Zat anti virus dan anti bakteri non spesifik
diproduksi sel untuk melindungi tubuh
terhadap infeksi
1. Interferon (IFN) protein antivirus
yang disintesis oleh hampir setiap jenis
sel hospes respon terhadap infeksi
virus , stimulan imun, atau beragai jenis
stimulan kimia.

Fungsi : - menghalangi mulflikasi virus


- memodulasi aktifitasimunologis
2. Sistem komplemen sekelompok protein plasma
inaktif yang bersirkulasi dalam darah.
Fungsi : menyerang dan menghancurkan mikroorganisme
penyusup
Jalur Kerjanya berantai ( cascade ) :
- Jalur klasik memerlukan reaksi antigen
antibodi sebagai pemicunya.
- Jalur alternatif bentuk tahanan non
spesifik yang dipicu oleh bakteri atau produknya tanpa
memerlukan reaksi antigen antibodi
- Properdin protein serum untuk
mengaktivasi komplemen dengan cara menstabilkan
protein komplemen tertentu
II. Sistem Imun : Pertahanan
Spesifik
 Definisi : suatu sistem kompleks yang memberikan
respon imun (humoral dan seluler 0 untuk menghadapi
agens asing spesifik ( bakteri, virus, toksin atau zat lain
yang oleh yubuh dianggap “ bukan bagian diri “
 Karakteristik :
- Spesifitas : dapat membedakan berbagai zat asing dan
responsnya terutama jika dibutuhkan
- Memori dan amplifikasi : memiliki kemampuan untuk
mengingat kembali kontak sebelumnya dengan suatu
agens tertentu, sehingga pajanan berikutnya akan
menimbulkan respon yang lebih cepat dan besar
-
- Pengenalan bagian diri dan bukan
bagian diri ( asing ) dapat
membedakan agens-agens asing dan
sel-sel tubuh sendiri serta protein.
* Respon imun terhadap diri sendiri
auto imunitas efek patologis pada
tubuh
 Stadium Respon Imun
1. Stadium Pengenalan : antigen dikenali oleh limfosit dan
makrofag yang beredar
2. Stadium proliferasi : limfosit yang non aktif /dormant
( sel-sel T)akan melakukan proliferasi (perbanyakan
diri) dan berdiferensiasi menjadi sel-sel T sitotoksik dan
sel-sel B yang bertanggung jawab atas pembentukan
serta pelepasan antibodi
3. Stadium Respon : sel-sel T sitotoksik dan sel-sel B
melaksanakan masing-masing fungsi humoral
4. Stadium efektor : antigen dihancurkan atau dinetralkan
lewat kerja antibodi, komplemen, makrofag dan sel-sel
T sitotoksik
 Komponen Respon Imun
1. Antigen : suatu zat yang menyebabkan
timbulnya respon imun spesifik, terdiri dari :
a. Determinan antigenik ( epitop )
membangkitkan respon imun
b. Hapten menginduksi respon imun ,
dapat berupa : obat, antibiotik, zat tambahan
makanan atau kosmetik
2. Antibodi : suatu protein yang dapat larut, timbul
sebagai respon terhadap keberadaan antigen dan
akan beraksi dengan antigen tersebut.
• Kelas antibodi adalah sekelompok protein plasma
Imonoglobulin(Ig), terdiri dari :
1. Immunoglobulin G (Ig G)
- 75 % dari total immunoglobulin
- Terdapat dalam serum dan jaringan ( cairan interstisial)
- Memiliki peranan utama dalam infeksi yang dibawa
darah dan infeksi jaringan
- Satu-satunya antibodi yang dapat menembus plasenta
dan mamberikan imunitas pada bayi baru lahir
- Mengaktivasi sistem komplemen
- Meningkatkan keefektifan sel fagositik
2. Imonoglobulin A ( Ig A )
- 15 % dari total imunoglobulin
- Terdapat dalam cairan tubuh (darah, saliva, air
mata, ASI, sekret paru, gastrointestinal, prostat
serta vagina )
- Melindungi terhadap infeksi paru,
gastrointestinal dan urogenital.
- Mencegah absorpsi antigen dari makanan
- Melintas ke dalam neonatus lewat ASI untuk
memberikan perlindungan.
3. Imonoglobulin M ( Ig M )
- 10 % dari total imunoglobulin
- Terutama terdapat dalam serum
intravaskular
- Imonoglobulin pertama yang dihasilkan
sebagai reaksi terhadap infeksi bakteri dan
virus
- Mengaktifkan sistem komplemen
- Memperbanyak fagositosis
4. Imonoglobulin D ( Ig D )
- 0,2 % dari total imonoglobulin
- terdapat dalam serum dengan jumlah
kecil
- Kemungkinan mempengaruhi
diferensiasi limfosit – B kendati
peranannya belum jelas
- Membantu memicu respon imun
5. Imunoglobulin E ( Ig E )
- 0.004 dari total imunoglobulin
- Terdapat dalam serum
- Mengambil bagian dalam reaksi alergi
dan hipersensitifitas
- Kemungkinan membantu pertahanan
tubuh terhadap parasit
- Menyebabkan pelepasan histamin dan
mediator kimia lainnya.
3. Interaksi Antigen dan Antibodi membebtuk
komplek antigen antibodi ( imun ) ;
- Fiksasi komplemen : bagian molekul antibodi
mengikat komplemen
- Netralisasi : terjadi saat antibodi menutup sisi
toksik antigen dan menjadikannya tidak
berbahaya
- Aglutinasi ( penggumpalan ): terjadi jika antigen
adalah materi partikulat seperti bakteri dan sel
sel darah merah
- Presipitasi : terjadi jika antigen dapat larut
Jenis Imunitas
1. Imunitas aktif : didapat akibat kontak langsung dengan
mikroorganisme atau toksin sehingga tubuh memproduksi
antibodinya sendiri.
a. Imunitas aktif dapatan secara alami
-Terjadi jika seseorang terpapar satu penyakit
- sistem imun memproduksi antibodi serta limfosit khusus
- Imunitas dapat bersifat seumur hidup ( campak, cacar) atau
sementara ( pneumonia pneumokokal, gonore )
- Imunitas aktif dapatan secara buatan ( terinduksi )
- Merupakan hasil vaksinasi
- Vaksin dibuat dari patogen yang mati atau dilemahkan atau
toksin yang telah diubah.
- Vaksin dapat merangsang respon imun tetapi tidak
menyebabkan penyakit
2. Imunitas pasif : terjadi jika antibodi dipindah dari satu
individu ke individu lain.
a. Imunitas pasif alami
- Terjadi pada janin saat antibodi Ig G ibu
masuk menembus plasenta.
- Antibodi Ig G memberi perlindungan
sementara ( mingguan sampai bulanan )
pada sistem imun yang imatur
b. Imunitas pasif buatan : imunitas yang
diberikan melalui injeksi antibodi yang
diproduksi oleh orang atau hewan yang kebal
karena pernah terpapar suatu antigen
Respon Imun
1. Respon Imun Humoral
- Ditandai dengan produksi antibodi oleh
limfosit B sebagai reaksi terhadap antigen
yang spesifik.
- Peran :
* Fagositosis dan lisis bakteri
* Anafilaksis
*Asma dan kelainan alergi
* Penyakit kompleks imun
* Infeksi bakteri dan beberapa infeksi virus
2. Respon imun seluler
- Limfosit T bertanggung jawab atas imunitas seluler
menghasilkan sel- T
- Proses pmatangan limfosit T di kel. Timus
- Fungsi Sel T ;
a. Membantu sel B dalam memproduksi antibodi
b. Mengenal dan menghancurkan sel yang terinfeksi
virus
c. Mengaktifkan makrofag dalam fagositosis
d. Mengontrol ambang dan kualitas sistem imun
 Jenis Sel T :
1. Sel T efektor ( T. Sitolitik )
- Menghancurkan antigen secara langsung
- Mengeluarkan mediator limfokin
2. Sel T Helper ( Sel Th. )
- Membantu sel B dalam memproduksi
antibodi
3. Sel T. Supressor
- Menekan sel B dalam memproduksi
antibodi
4. Sel Tdh ( Delayed hipersensitivity)
- Mengerahkan makrofag dan sel
inflamasi lainnya ke tempat terjadinya
reaksi lambat
5. Sel T Cytolitic
- Menghancurkan sel allogenik dan sel
sasaran yang mengandung virus
• Peran Respon seluler :
a. Penolakan transplantasi
b. Hipersensitifitas lambat ( reaksi
tuberkulin )
c. Destruksi tumor
d. Infeksi intra sel
e. Infeksi virus, jamur dan parasit
Faktor-faktor yang mempengaruhi
fungsi sistem imun
1. Usia
2. Jender
3. Nutrisi
4. Faktor-faktor Psikoneuro-imunologik
5. Kelainan organ yang lain
6. Penyakit kanker
7. Obat-obatan
8. Radiasi

Anda mungkin juga menyukai