Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tubuh manusia tidak mungkin terhindar dari lingkungan yang
mengandung mikroba pathogen disekelilingnya. Mikroba tersebut dapat
menimbulkan penyakit infeksi pada manusia. Mikroba patogen yang ada
bersifat poligenik dan kompleks. Oleh karena itu respon imun tubuh
manusia terhadap berbagai macam mikroba patogen juga berbeda.
Umumnya gambaran biologic spesifik mikroba menentukan mekanisme
imun mana yang berperan untuk proteksi. Begitu juga respon imun terhadap
bakteri khususnya bakteri ekstraseluler atau bakteri intraseluler mempunyai
karakteriskik tertentu pula.
Tubuh manusia akan selalu terancam oleh paparan bakteri, virus,
parasit, radiasi matahari, dan polusi. Stress emosional atau fisiologis dari
kejadian ini adalah tantangan lain untuk mempertahankan tubuh yang sehat.
Biasanya kita dilindungi oleh system pertahanan tubuh, sistem kekebalan
tubuh, terutama makrofag, dan cukup lengkap kebutuhan gizi untuk
menjaga kesehatan. Kelebihan tantangan negattif, bagaimanapun, dapat
menekan system pertahanan tubuh, system kekebalan tubuh, dan
mengakibatkan berbagai penyakit fatal.
Respon imun yang alamiah terutama melalui fagositosis oleh
neutrofil, monosit serta makrofag jaringan. Lipopolisakarida dalam dinding
bakteri Gram negative dapat mangativasi komplemen jalur alternative tanpa
adanya antibody. Kerusakan jaringan yang terjaddi ini adalah akibat efek
samping dari mekanisme pertahanan tubuh untuk mengeliminasi bakteri.
Sitokin juga merangsang demam dan sintesis protein.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah yang dimaksud dengan sistem kekebalan tubuh?
1.2.2 Apa saja jenis-jenis kekebalan tubuh pada manusia?
1.2.3 Apa saja gangguan yang dapat terjadi pada sistem kekebalan tubuh
manusia?
1.2.4 Apa saja yang dapat dilakukan untuk mempertahankan sistem
kekebalan tubuh manusia?
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui pengertian system kekebalan tubuh.
1.3.2 Memahami jenis-jenis kekebalan tubuh pada manusia.
1.3.3 Mengetahui gangguan apa saja yang dapat mengenai system
kekebalan tubuh manusia.
1.3.4 Memahami cara mempertahankan system kekebalan tubuh manusia.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Sistem kekebalan tubuh atau sistem imun adalah sistem perlindungan
dari pengaruh luar biologis yang dilakukan oleh sel dan organ khusus pada
suatu organisme sehingga tidak mudah terkena penyakit. Jika sistem imun
bekerja dengan benar, sistem ini akan melindungi tubuh terhadap infeksi
bakteri dan virus, serta menghancurkan sel kanker dan zat asing lain dalam
tubuh. Sebaliknya, jika sistem imun melemah, maka kemampuannya untuk
melindungi tubuh juga berkurang, sehingga menyebabkan patogen,
termasuk virus penyebab demam dan flu,dapat berkembang dalam tubuh.
Sistem imun juga memberikan pengawasan terhadap pertumbuhan sel
tumor. Terhambatnya mekanisme kerja sistem imun telah dilaporkan dapat
meningkatkan resiko terkena beberapa jenis kanker.
2.2 Fungsi Sistem Kekebalan Tubuh
a) Melindungi tubuh dari serangan benda asing atau bibit penyakit yang
masuk ke dalam tubuh.
b) Menghilangkan jaringan sel yang mati atau rusak (debris cell) untuk
perbaikan jaringan.
c) Mengenali dan menghilangkan sel yang abnormal.
d) Menjaga keseimbangan homeostatis dalam tubuh.
2.3 Penggolongan Sistem Kekebalan Tubuh
a) Berdasarkan Cara Mempertahankan Diri dari Penyakit
2.3.1 Sistem Pertahanan Tubuh Non Spesifik
Sistem Pertahanan Tubuh Non Spesifik merupakan pertahanan tubuh
yang tidak membedakan mikrobia patogen satu dengan yang lainnya.
Ciri-cirinya :
1) Tidak selektif
2) Tidak mampu mengingat infeksi yang terjadi sebelumnya
3) Eksposur menyebabkan respon maksimal segera
4) Memiliki komponen yang mampu menangkal benda untuk masuk
ke dalam tubuh
Sistem pertahanan ini diperoleh melalui beberapa cara, yaitu:
1) Pertahanan yang Terdapat di Permukaan Tubuh
a. Pertahanan Fisik
Pertahanan secara fisik dilakukan oleh lapisan terluar tubuh,
yaitu kulit dan membran mukosa, yang berfungsi menghalangi
jalan masuknya patogen ke dalam tubuh. Lapisan terluar kulit
terdiri atas sel-sel epitel yang tersusun rapat sehingga sulit
ditembus oleh patogen. Lapisan terluar kulit mengandung keratin
dan sedikit air sehingga dapat menghambat pertumbuhan mikrobia.
Sedangkan membran mukosa yang terdapat pada saluran
pencernaan, saluran pernapasan, dan saluran kelamin berfungsi
menghalangi masuknya patogen ke dalam tubuh.
b. Pertahanan Mekanis
Pertahanan secara mekanis dilakukan oleh rambut hidung dan
silia pada trakea. Rambut hidung berfungsi menyaring udara yang
dihirup dari berbagai partikel berbahaya dan mikrobia. Sedangkan
silia berfungsi menyapu partikel berbahaya yang terperangkap
dalam lendir untuk kemudian dikeluarkan dari dalam tubuh.
c. Pertahanan Kimiawi
Pertahanan secara kimiawi dilakukan oleh sekret yang
dihasilkan oleh kulit dan membran mukosa. Sekret tersebut
mengandung zat-zat kimia yang dapat menghambat pertumbuhan
mikrobia. Contoh dari sekret tersebut adalah minyak dan keringat.
Minyak dan keringat memberikan suasana asam (pH 3-5) sehingga
dapat mencegah pertumbuhan mikroorganisme di kulit. Sedangkan
air liur (saliva), air mata, dan sekresi mukosa (mukus) mengandung
enzim lisozim yang dapat membunuh bakteri dengan cara
menghidrolisis dinding sel bakteri hingga pecah sehingga bakteri
mati.
d. Pertahanan Biologis
Pertahanan secara biologi dilakukan oleh populasi bakteri tidak
berbahaya yang hidup di kulit dan membran mukosa. Bakteri
tersebut melindungi tubuh dengan cara berkompetisi dengan
bakteri patogen dalam memperoleh nutrisi.
 Respons Peradangan (Inflamasi)
Inflamasi merupakan respons tubuh terhadap
kerusakan jaringan, misalnya akibat tergores atau
benturan keras. Proses inflamasi merupakan kumpulan
dari empat gejala sekaligus, yakni dolor (nyeri), rubor
(kemerahan), calor (panas), dan tumor (bengkak).
Inflamasi berfungsi mencegah penyebaran infeksi dan
mempercepat penyembuhan luka. Reaksi inflamasi juga
berfungsi sebagai sinyal bahaya dan sebagai perintah
agar sel darah putih (neutrofil dan monosit) melakukan
fagositosis terhadap mikrobia yang menginfeksi tubuh.
Mekanisme inflamasi dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Adanya kerusakan jaringan sebagai akibat dari
luka,sehingga mengakibatkan patogen mampu
melewati pertahanan tubuh dan menginfeksi sel-sel
tubuh.
2. Jaringan yang terinfeksi akan merangsang mastosit
untuk mengekskresikan histamin dan
prostaglandin.
3. Terjadi pelebaran pembuluh darah yang
meningkatkan kecepatan aliran darah sehingga
permeabilitas pembuluh darah meningkat.
4. Terjadi perpindahan sel-sel fagosit (neutrofil dan
monosit) menuju jaringan yang terinfeksi.
5. Sel-sel fagosit memakan patogen.
 Fagositosis
Fagositosis adalah mekanisme pertahanan yang
dilakukan oleh sel-sel fagosit dengan cara mencerna
mikrobia/partikel asing. Sel fagosit terdiri dari dua
jenis, yaitu fagosit mononuklear dan fagosit
polimorfonuklear. Contoh fagosit mononuklear adalah
monosit (di dalam darah) dan jika bermigrasi ke
jaringan akan berperan sebagai makrofag. Contoh
fagosit polimorfonuklear adalah granulosit, yaitu
neutrofil, eosinofil, basofil, dan cell mast (mastosit).
Sel-sel fagosit akan bekerja sama setelah memperoleh
sinyal kimiawi dari jaringan yang terinfeksi patogen.
Berikut ini adalah proses fagositosis :
1. Pengenalan (recognition), mikrobia atau partikel
asing terdeteksi oleh sel-sel fagosit.
2. Pergerakan (chemotaxis), pergerakan sel fagosit
menuju patogen yang telah terdeteksi. Pergerakan
sel fagosit dipacu oleh zat yang dihasilkan oleh
patogen.
3. Perlekatan (adhesion), partikel melekat dengan
reseptor pada membran sel fagosit.
4. Penelanan (ingestion), membran sel fagosit
menyelubungi seluruh permukaan patogen dan
menelannya ke dalam sitoplasma yang terletak
dalam fagosom.
5. Pencernaan (digestion), lisosom yang berisi enzim-
enzim bergabung dengan fagosom membentuk
fagolisosom dan mencerna seluruh permukaan
patogen hingga hancur. Setelah infeksi hilang, sel
fagosit akan mati bersama dengan sel tubuh dan
patogen. Hal ini ditandai dengan terbentuknya
nanah.
6. Pengeluaran (releasing), produk sisa patogen yang
tidak dicerna akan dikeluarkan oleh sel fagosit.
 Protein Antimikrobia
Protein yang berperan dalam sistem pertahanan
tubuh non spesifik adalah protein komplemen dan
interferon. Protein komplemen membunuh patogen
dengan cara membentuk lubang pada dinding sel dan
membran plasma bakteri tersebut. Hal ini menyebabkan
ion Ca2+ keluar dari sel, sementara cairan dan garam-
garam dari luar bakteri akan masuk ke dalamnya dan
menyebabkan hancurnya sel bakteri tersebut.
Interferon dihasilkan oleh sel yang terinfeksi virus.
Interferon dihasilkan saat virus memasuki tubuh
melalui kulit dan selaput lendir. Selanjutnya, interferon
akan berikatan dengan sel yang tidak terinfeksi. Sel
yang berikatan ini kemudian membentuk zat yang
mampu mencegah replikasi virus sehingga serangan
virus dapat dicegah.
2.3.2 Sistem Pertahanan Tubuh Spesifik
Sistem Pertahanan Tubuh Spesifik merupakan pertahanan tubuh
terhadap patogen tertentu yang masuk ke dalam tubuh. Sistem ini
bekerja apabila patogen telah berhasil melewati sistem pertahanan
tubuh non spesifik. Ciri-cirinya :
1) Bersifat selektif
2) Tidak memiliki reaksi yang sama terhadap semua jenis benda asing
3) Mampu mengingat infeksi yang terjadi sebelumnya
4) Melibatkan pembentukan sel-sel tertentu dan zat kimia (antibodi)
5) Perlambatan waktu antara eksposur dan respons maksimal
Sistem pertahanan tubuh spesifik terdiri atas beberapa komponen, yaitu:
1) Limfosit
a. Limfosit B (Sel B)
Proses pembentukan dan pematangan sel B terjadi di sumsum
tulang. Sel B berperan dalam pembentukan kekebalan humoral
dengan membentuk antibodi. Sel B dapat dibedakan menjadi :
1. Sel B plasma, berfungsi membentuk antibodi.
2. Sel B pengingant, berfungsi mengingat antigen yang pernah
masuk ke dalam tubuh serta menstimulasi pembentukan sel B
plasma jika terjadi infeksi kedua.
3. Sel B pembelah, berfungsi membentuk sel B plasma dan sel
B pengingat.
b. Limfosit T (Sel T)
Proses pembentukan sel T terjadi di sumsum tulang, sedangkan
proses pematangannya terjadi di kelenjar timus. Sel T berperan
dalam pembentukan kekebalan seluler, yaitu dengan cara
menyerang sel penghasil antigen secara langsung. Sel T juga
membantu produksi antibodi oleh sel B plasma. Sel T dapat
dibedakan menjadi:
1. Sel T pembunuh, berfungsi menyerang patogen yang masuk
dalam tubuh, sel tubuh yang terinfeksi, dan sel kanker secara
langsung.
2. Sel T pembantu, berfungsi menstimulasi pembentukan sel B
plasma dan sel T lainya serta mengaktivasi makrofag untuk
melakukan fagositosis.
3. Sel T supresor, berfungsi menurunkan dan menghentikan
respons imun dengan cara menurunkan produksi antibodi dan
mengurangi aktivitas sel T pembunuh. Sel T supresor akan
bekerja setelah infeksi berhasil ditangani.
c. Antibodi (Immunoglobulin/Ig)
Antibodiakan dibentuk saat ada antigen yang masuk ke dalam
tubuh. Antigen adalah senyawa protein yang ada pada patogen sel
asing atau sel kanker. Antibodi disebut juga immunoglobulin atau
serum protein globulin, karena berfungsi untuk melindungi tubuh
melalui proses kekebalan (immune). Antibodi merupakan senyawa
protein yang berfungsi melawan antigen dengan cara mengikatnya,
untuk selanjutnya ditangkap dan dihancurkan oleh makrofag. Suatu
antibodi bekerja secara spesifik untuk antigen tertentu. Karena jenis
antigen pada setiap kuman penyakit bersifat spesifik, maka
diperlukan antibodi yang berbeda untuk jenis kuman yang berbeda.
Oleh karena itu, diperlukan berbagai jenis antibodi untuk
melindungi tubuh dari berbagai kuman penyakit.
Antibodi tersusun dari dua rantai polipeptida yang identik, yaitu
dua rantai ringan dan dua rantai berat. Keempat rantai tersebut
dihubungkan satu sama lain oleh ikatan disulfida dan bentuk
molekulnya seperti huruf Y. Setiap lengan dari molekul tersebut
memiliki tempat pengikatan antigen. Beberapa cara kerja antibodi
dalam menginaktivasi antigen yaitu :
1. Netralisasi (menghalangi tempat pengikatan virus,
membungkus bakteri dan atau opsonisasi)
2. Aglutinasi partikel yang mengandung antigen, seperti
mikrobia
3. Presipitasi (pengendapan) antigen yang dapat larut
4. Fiksasi komplemen (aktivasi komplemen)
Antibodi dibedakan menjadi lima tipe seperti pada tabel di bawah
ini.
Tabel 2.3.1 Tipe-Tipe Antibodi Beserta Karakteristiknya
No. Tipe Antibodi Karakteristik
Pertama kali dilepaskan ke aliran darah pada
1. IgM saat terjadi infeksi yang pertama kali (respons
kekebalan primer)
2. IgG Paling banyak terdapat dalam darah dan
diproduksi saat terjadi infeksi kedua (respons
kekebalan sekunder). Mengalir melalui
plasenta dan memberi kekebalan pasif dari
ibu kepada janin.
Ditemukan dalam air mata, air ludah,
keringat, dan membran mukosa. Berfungsi
mencegah infeksi pada permukaan epitelium.
3. IgA
Terdapat dalam kolostrum yang berfungsi
untuk mencegah kematian bayi akibat infeksi
saluran pencernaan
Ditemukan pada permukaan limfosit B
4. IgD sebagai reseptor dan berfungsi merangsang
pembentukan antibodi oleh sel B plasma.
Ditemukan terikat pada basofil dalam
sirkulasi darah dan cell mast (mastosit) di
5. IgE dalam jaringan yang berfungsi memengaruhi
sel untuk melepaskan histamin dan terlibat
dalam reaksi alergi.

Dari penjelasan tersebut, dapat kita simpulkan bahwa sistem


kekebalan tubuh berdasarkan cara mempertahankan diri dari
penyakit terdiri atas beberapa lapis seperti terlihat pada tabel di
bawah ini.
Tabel 2.3.2 Beberapa Lapis Pertahanan Tubuh terhadap Penyakit
Pertahanan
Pertahanan Tubuh Non Spesifik
Tubuh Spesifik
Pertahanan
Pertahanan Pertama Pertahanan Kedua
Ketiga
 Kulit  Inflamasi  Limfosit
 Membran mukosa  Sel-sel fagosit  Antibodi
 Rambut hidung dan silia  Protein
pada trakea antimikrobia
 Cairan sekresi dari kulit
dan membran mukosa

b) Berdasarkan Mekanisme Kerja


1) Kekebalan Humoral
Kekebalan humoral melibatkan aktivitas sel B dan antibodi
yang beredar dalam cairan darah dan limfe. Ketika antigen masuk
ke dalam tubuh untuk pertama kali, sel B pembelah akan
membentuk sel B pengingat dan sel B plasma. Sel B plasma akan
menghasilkan antibodi yang mengikat antigen sehingga makrofag
akan mudah menangkap dan menghancurkan patogen. Setelah
infeksi berakhir, sel B pengingat akan tetap hidup dalam waktu
lama. Serangkaian respons ini disebut respons kekebalan primer.
Apabila antigen yang sama masuk kembali dalam tubuh, sel B
pengingat akan mengenalinya dan menstimulasi pembentukan sel
Bplasma yang akan memproduksi antibodi. Respons tersebut
dinamakan respons kekebalan sekunder.
Respons kekebalan sekunder terjadi lebih cepat dan
konsentrasi antibodi yang dihasilkan lebih besar daripada respons
kekebalan primer. Hal ini disebabkan adanya memori imunologi,
yaitu kemampuan sistem imun untuk mengenali antigen yang
pernah masuk ke dalam tubuh.
2) Kekebalan Seluler
Kekebalan seluler melibatkan sel T yang bertugas
menyerang sel asing atau jaringan tubuh yang terifeksi
secara langsung. Ketika sel T pembunuh terkena antigen
pada permukaan sel asing, sel T pembunuh akan menyerang
dan menghancurkan sel tersebut dengan cara merusak
membran sel asing. Apabila infeksi berhasil ditangani, sel T
supresor akan mengehentikan respons kekebalan dengan
cara menghambat aktivitas sel T pembunuh dan membatasi
produksi antibodi.
c) Berdasarkan Cara Memperolehnya
1) Kekebalan Aktif
Kekebalan aktif merupakan kekebalan yang dihasilkan
oleh tubuh itu sendiri. Kekebalan aktif dapat diperoleh
secara alami maupun buatan.
a. Kekebalan Aktif Alami
Kekebalan aktif alami diperoleh seseorang setelah
mengalami sakit akibat infeksi suatu kuman penyakit.
Setelah sembuh, orang tersebut akan menjadi kebal
terhadap penyakit itu. Misalnya, seseorang yang pernah
sakit campak tidak akan terkena penyakit tersebut
untuk kedua kalinya.
b. Kekebalan Aktif Buatan
Kekebalan aktif buatan diperoleh melalui vaksinasi
atau imunisasi. Vaksinasi adalah proses pemberian
vaksin ke dalam tubuh. Vaksin merupakan siapan
antigen yang dierikan secara oral (melalui mulut) atau
melalui suntikan untuk merangsang mekanisme
pertahanan tubuh terhadap patogen. Vaksin dapat
berupa suspensi mikroorganisme yang telah
dilemahkan atau dimatikan. Vaksin juga dapat berupa
toksoid atau ekstrak antigen dari suatu patogen yang
telah dilemahkan. Vaksin yang dimasukkan ke dalam
tubuh akan menstimulasi pembentukan antibodi untuk
melawan antigen sehingga tubuh menjadi kebal
terhadap penyakit yang menyerangnya.
Kekebalan karena vaksinasi biasanya memiliki
jangka waktu tertentu, sehingga permberian vaksin
harus diulang lagi setelah beberapa lama. Hal ini
dilakukan karena jumlah antibodi dalam tubuh semakin
berkurang sehingga imunitas tubuh juga menurun.
Beberapa jenis penyakit yang dapat dicegah dengan
vaksinasi antara lain cacar, tuberkulosis, dipteri,
hepatitis B, pertusis, tetanus, polio, tifus, campak, dan
demam kuning. Vaksin untuk penyakit tersebut
biasanya diproduksi dalam skala besar sehingga
harganya dapat terjangkau oleh masyarakat.
Secara garis besar, vaksin dikelompokkan menjadi 4
jenis yaitu:
1. Vaksin Bacille Calmette-Guerin (BCG), polio
jenis sabin, dan campak. Vaksin ini terbuat
dari mikroorganisme yang telah dilemahkan.
2. Vaksin pertusis dan polio jenis salk. Vaksin ini
berasal dari mikroorganisme yang telah
dimatikan.
3. Vaksin tetanus toksoid dan difteri. Vaksin ini
berasal dari toksin (racun) mikrooganisme
yang telah dilemahkan/diencerkan
konsentrasinya.
4. Vaksin hepatitis B. Vaksin ini terbuat dari
protein mikroorganisme.
2) Kekebalan Pasif
Kekebalan pasif merupakan kebalikan dari kekebalan
aktif. Kekebalan pasif diperoleh setelah menerima antibodi
dari luar tubuh, baik secara alami maupun buatan.
a. Kekebalan Pasif Alami
Kekebalan pasif alami dapat ditemukan pada bayi
setelah menerima antibodi dari ibunya melalui plasenta
saat masih berada di dalam kandungan. Kekebalan ini
juga dapat diperoleh dengan pemberian ASI pertama
(kolostrum) yang mengandung banyak antibodi.
b. Kekebalan Pasif Buatan
Kekebalan pasif buatan diperoleh dengan cara
menyuntikkan antibodi yang diekstrak dari suatu
individu ke tubuh orang lain sebagai serum. Kekebalan
ini berlangsung singkat, tetapi mampu menyembuhkan
dengan cepat. Contohnya adalah pemberian serum
antibisa ular kepada orang yang dipatuk ular berbisa.
2.4 Gangguan Pada Sistem Kekebalan Tubuh
a) Alergi
Alergi atau hipersensivitas adalah respons imun yang
berlebihan terhadap senyawa yang masuk ke dalam tubuh.
Senyawa tersebut dinamakan alergen. Alergen dapat berupa
debu, serbuk sari, gigitan serangga, rambut kucing, dan jenis
makanan tertentu, misalnya udang.
Proses terjadinya alergi diawali dengan masuknya alergen
ke dalam tubuh yang kemudian merangsang sel B plasma untuk
menyekresikan antibod IgE. Alergen yang pertama kali masuk
ke dalam tubuh tidak akan menimbulkan alergi, namun IgE
yang terbentuk akan berikatan dengan mastosit. Akibatnya,
ketika alergen masuk ke dalam tubuh untuk kedua kalinya,
alergen akan terikat pada IgE yang telah berikatan dengan
mastosit. Mastosit kemudian melepaskan histamin yang
berperan dalam proses inflamasi. Respons inflamasi ini
mengakibatkan timbulnya gejala alergi seperti bersin, kulit
terasa gatal, mata berair, hidung berlendir, dan kesulitan
bernapas. Gejala alergi dapat dihentikan dengan pemberian
antihistamin.
b) Autoimunitas
Autoimunitas merupakan gangguan pada sistem kekebalan
tubuh saat antibodi yang diproduksi justru menyerang sel-sel
tubuh sendiri karena tidak mampu membedakan sel tubuh
sendiri dengan sel asing. Autoimunitas dapat disebabkan oleh
gagalnya proses pematangan sel T di kelenjar timus.
Autoimunitas menyebabkan beberapa kelainan, yaitu :
1. Diabetes mellitus
Diabetes mellitus disebabkan oleh antibodi yang
menyerang sel-sel beta di pankreas yang berfungsi
menghasilkan hormon insulin. Hal ini mengakibatkan
tubuh kekurangan hormon insulin sehingga kadar gula
darah meningkat.
2. Myasthenia gravis
Myasthenia gravis disebabkan oleh antibodi yang
menyerang otot lurik sehingga otot lurik mengalami
kerusakan.
3. Addison’s disease
Addison’s disease disebabkan oleh antibodi yang
menyerang kelenjar adrenal. Hal ini mengakibatkan
berat badan menurun, kadargula darah menurun, mudah
lelah, dan pigmentasi kulit meningkat.

4. Lupus
Lupus disebabkan oleh antibodi yang menyerang
tubuh sendiri. Pada penderita lupus, antibodi menyerang
tubuh dengan dua cara, yaitu :
 Antibodi menyerang jaringan tubuh secara
langsung. Misalnya, antibodi yang menyerang sel
darah merah sehingga menyebabkan anemia.
 Antibodi bergabung dengan antigen sehingga
membentuk ikatan yang dianamakan kompleks
imun. Dalam kondisi normal, sel asing yang
antigennya telah diikat oleh antibodi selanjutnya
akan ditangkap dan dihancurkan oleh sel-sel
fagosit. Namun, pada penderita lupus, sel-sel
asing ini tidak dapat dihancurkan oleh sel-sel
fagosit dengan baik. Jumlah sel fagosit justru
akan semakin bertambah sambil mengeluarkan
senyawa yang menimbulkan inflamasi. Proses
inflamasi ini akan menimbulkan berbagai gejala
penyakit lupus. Jika terjadi dalam jangka
panjang, fungsi organ tubuh akan terganggu.
5. Radang sendi (artritis reumatoid)
Radang sendi merupakan penyakit autoimunitas
yang menyebabkan peradangan dalam waktu lama pada
sendi. Penyakit ini biasanya mengenai banyak sendi dan
ditandai dengan radang pada membransinovial dan
struktur sendi, atrofi otot, serta penipisan tulang.
c) AIDS
AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) merupakan
kumpulan berbagai penyakit yang disebabkan oleh melemahnya
sistem kekebalan tubuh. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi
HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang menyerang sel T
pembantu yang berfungsi menstimulasi pembentukan sel B
plasma dan jenis sel T lainnya. Hal ini mengakibatkan
berkurangnya kemampuan tubuh dalam melawan berbagai
kuman penyakit.
Sel T pembantu menjadi target utama HIV karena pada
permukaan sel tersebut terdapat molekul CD4 sebagai reseptor.
Infeksi dimulai ketika molekul glikoprotein pada permukaan
HIV menempel ke reseptor CD4 pada permukaan sel T
pembantu. Selanjutnya, HIV masuk ke dalam sel T pembantu
secara endositosis dan mulai memperbanyak diri. Kemudian,
virus-virus baru keluar dari sel T yang terinfeksi secara
eksositosis atau melisiskan sel.
Jumlah sel T pada orang normal sekitar 1.000 sel/mm 3
darah, sedangkan pada penderita AIDS, jumlah sel T-nya hanya
sekitar 200 sel/mm3. Kondisi ini menyebabkan penderita AIDS
mudah terserang berbagai penyakit seperti TBC, meningitis,
kanker darah, dan melemahnya ingatan.
Penderita HIV positif umumnya masih dapat hidup dengan
normal dan
tampak sehat,tetapi dapat menularkan virus HIV.Penderita
AIDS adalah penderitaHIV positif yang telah menunjukkan
gejala penyakit AIDS. Waktu yang dibutuhkan seorang
penderita HIV positif untuk menjadi penderita AIDS relatif
lama,yaitu antara 5-10 tahun.Bahkan ada penderita HIV positif
yang seumur hidupnya tidak menjadi penderita AIDS.Hal
tersebut dikarenakan virus HIV didalam tubuh membutuhkan
waktu untuk menghancurkan sistem kekebalan tubuh penderita.
Ketika sistem kekebalan tubuh sudah hancur, penderita HIV
positif akan menunjukkan gejala penyakit AIDS. Penderita yang
telah mengalami gejala AIDS atau penderita AIDS umumnya
hanya mampu bertahan hidup selama dua tahun.
Gejala-gejala penyakit AIDS yaitu :
 Gangguan pada sistem saraf
 Penurunan libido
 Sakit kepala
 Demam
 Berkeringat pada malam hari selama berbulan-bulan
 Diare
 Terdapat bintik-bintik berwarna hitam atau keunguan
pada sekujur tubuh
 Terdapat banyak bekas luka yang belum sembuh total
 Terjadi penurunan berat badan secara drastis
Cara penularan virus HIV/AIDS :
 Hubungan seks dengan penderita HIV/AIDS
 Pemakaian jarum suntik bersama-sama dengan
penderita
 Transfusi darah yang terinfeksi HIV/AIDS
 Bayi yang minum ASI penderita HIV/AIDS atau
dilahirkan dari seorang ibu penderita HIV/AIDS
Cara mencegah penularan HIV/AIDS :
 Menghindari hubungan seks di luar nikah
 Memakai jarum suntik yang steril
 Menghindari kontak langsung dengan penderita
HIV/AIDS yang terluka
 Menerima transfusi darah yang tidak terinfeksi
HIV/AIDS
2.5 Cara Mempertahankan Sistem Kekebalan Tubuh
1. Nutrisi yang sempurna
Setiap makanan yang kita makan harus mencakup berbagai
nutrisi untuk tubuh kita karena nutrisi dan sistem imun saling
berkaitan. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memakan
makanan yang mengandung :
 Protein
Protein diperlukan untuk menghasilkan immunoglobulin
dan berbagai antibodi. Protein dapat diperoleh dari daging,
ikan, telur, dan kacang-kacangan.
 Vitamin dan mineral
Vitamin dan mineral dapat diperoleh dari berbagai jenis
sayuran dan buah.
 Teh hijau
Teh hijau mengandung antioksidan flavonoid yang dapat
membantu meningkatkan sistem imun. Para ahli sains
menemukan bahwa kandungan theanine pada daun teh
dapat membantu sel imun badan dalam melawan bakteri
dan virus.
 Aloevera
Aloevera mengandung zat aktif seperti asam amino dan
vitamin yang dapat membantu badan dalam mengeluarkan
toksin, memulihkan jaringan yang terluka, dan
meningkatkan sistem imun badan dengan cepat.
2. Olahraga yang sesuai
Olahraga minimal 15 menit setiap hari secara berkelanjutan
dapat meningkatkan ketahanan tubuh. Olahraga seperti jogging,
berenang, berjalan, dan yoga dapat meningkatkan peredaran darah,
menguatkan jantung, dan meningkatkan sistem imun dalam tubuh.
3. Senantiasa gembira dan bijak menangani tekanan
Tekanan psikologi yang berkepanjangan dapat mengganggu
mekanisme sistem imun dalam tubuh. Apabila otak merasa
tertekan, otak akan menghasilkan hormon kortisol yang jika
berlebihan akan berdampak negatif bagi sistem kekebalan tubuh
kita.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sistem kekebalan tubuh (imunitas) adalah sistem mekanisme pada
organisme yang melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar
dengan mengidentifikasi dan membunuh patogen.
Sistem kekebalan tubuh dapat diklasifikasikan berdasarkan :
a) Cara mempertahankan diri dari penyakit
1) Sistem pertahanan tubuh non spesifik
Tidak membedakan mikrobia patogen yang satu dengan
yang lainnya.
2) Sistem pertahanan tubuh spesifik
Pertahanan tubuh terhadap patogen tertentu yang masuk
dalam tubuh
b) Cara memperoleh
1) Kekebalan aktif
Kekebalan yang dihasilkan oleh tubuh itu sendiri.
2) Kekebalan pasif
Kekebalan yang diperoleh setelah menerima antibodi
dari luar tubuh.
c) Mekanisme kerja
1) Kekebalan humoral
Melibatkan aktivitas sel B dan antibodi yang beredar
dalam aliran darah.
2) Kekebalan seluler
Melibatkan sel T yang berfungsi menyerang sel-sel asing
atau jaringan tubuh yang terinfeksi secara langsung.
Syistem kekebalan tubuh kita dapat mengalami gangguan, antara lain :
a) Alergi
Respons imun yang berlebihan terhadap suatu senyawa yang
masuk ke dalam tubuh.
b) Autoimunitas
Antibodi yang diproduksi menyerang sel-sel tubuh sendiri
karena tidak mampu membedakan antara sel tubuh sendiri
dengan sel asing yang masuk ke dalam tubuh.
c) AIDS
Kumpulan berbagai penyakit yang disebabkan oleh melemahnya
sistem kekebalan tubuh karena infeksi virus HIV.
Untuk mempertahankan sistem kekebalan tubuh, kita harus
menjaga kesehatan tubuh kita dengan cara :
a) Memakan makanan yang bernutrisi
b) Berolahraga yang teratur
c) Senantiasa gembira dan bijak dalam menghadapi tekanan
3.2 Saran
Supaya makalah ini dapat memberikan manfaat yang besar bagi
pembaca, maka penulis menyarankan :
 Jagalah pola hidup yang sehat agar tidak mudah terserang
penyakit
 Perhatikanlah setiap makanan yang akan dikonsumsi
 Jagalah kebersihan lingkungan sekitar

Anda mungkin juga menyukai