Oleh :
Odilian Syah 1705055043
Agra 1705055075
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
rahmat dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini. Dalam makalah ini saya
menjelaskan mengenai kebiasaan dalam kebudayaan suku tidung. Makalah ini dibuat dalam
rangka memperdalam mata kuliah tentang Hukum Adat dengan mempelajari kebudayaan
masyarakat yang ada di Indonesia. Saya menyadari, dalam makalah ini masih banyak
kesalahan dan kekurangan. hal ini disebabkan terbatasnya kemampuan, pengetahuan dan
pengalaman yang saya miliki. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran. Demi
perbaikan dan kesempurnaan. Semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.......................................................................................................................
Daftar isi.................................................................................................................................
3.1 Kesimpulan......................................................................................................................
3.2 Saran................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
Suku Tidung sebagaimana suku bangsa lainnya, memiliki kebudayaan atau adat-
istiadat tersendiri yang pula tidak sama secara tepat dengan suku bangsa lainnya di
terpenting, akar identitas bagi manusia Tidung. Kebudayaan dapat diartikan sebagai
keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan
masyarakat yang dijadikan milik dari manusia dengan belajar Dalam makalah ini
bermaksud untuk mengupas kebudayaan yang terdapat dalam masyarakat Tidung dan
1.3 Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
Suku Tidung terletak pada umumnya terdapat diwilayah Kalimantan Utara dan Sabah
Malaysia.Tidung terdapat pada dua Kabupaten di kaltim, lima kab/kota di Kaltara dan tiga
kota di negeri sabah. Daerah tersebut adalah Kota Tarakan, Kab. Malinau, Kab. Bulungan,
Kab. Nunukan, Kab. Tana Tidung, Kota Tawau, Kota Sandakan dan Kota Lahad Datu.
Pesebaran Suku Tidung terletak lebih banyak di daerah utara borneo, atau lebih
tepatnya di pesisir Kalimantan utara dan di malaysia, terbagi dari beberapa tempat yang
sekarang sudah terpisah menjadi beberapa daerah Kabupaten antara lain Kabupaten Bulungan
(Kecamatan Tanjung Palas, Desa Salimbatu), Kabupaten Malinau, Kabupaten Tana Tidung,
Kabupaten Nunukan (Kecamatan Sembakung), Kota Tarakan, dan lain-lain hingga ke daerah
Kalimantan (Kalimantan Utara). Suku ini juga merupakan anak negeri di Sabah, jadi
Tidung semula memiliki kerajaan yang disebut Kerajaan Tidung. Tetapi akhirnya punah
kawasan Binalatung, sudah ada Kerajaan Tidung kuno, kira-kira tahun 1076-1156. Kemudian
berpindah ke pesisir barat pulau Tarakan yakni, di kawasan Tanjung Batu, kira-kira pada
tahun 1156-1216. Lalu bergeser lagi, tetapi tetap di pesisir barat, yakni ke kawasan sungai
Bidang, kira-kira pada tahun 1216-1394. Setelah itu berpindah lagi, yang relatif jauh dari
pulau Tarakan yakni, ke kawasan Pimping bagian barat dan kawasan Tanah Kuning, yakni
kalangan suku Tidung terbagi dari beberapa tempat yang sekarang sudah terpisah menjadi
beberapa daerah Kabupaten antara lain Kabupaten Bulungan (Kecamatan Tanjung Palas,
bagian selatan
Tradisi Pengobatan Suku tidung di atur tegas dalam hukum adat. Sistem pengobatan
sejalan dengan sejarah panjang tentang kerajaan tidung di Kalimantan. Memberi sajen atau
memberimakan kepada buaya. Bagi orang Tidung Pengobatan sajen adalah rasa terima kasih
atau rasa ingin meminta kesembuhan kepada roh buaya leluhur.Ritual ini di anggap suata hal
yang sangat penting karena berhubungan dengan leluhur terdahulu. Tradisi ini telah berlaku
dari zaman kerajaan tidung, dari zaman aji kapitan yang menemukan seekor buaya putih dan
memeliharanya seperti anaknya sendiri sampai besar, di saat aji kapitan mulai menua dia
memerintahkan untuk melepas buaya itu tapi sebelum di lepas dia memotong ekornya dan
memasangkan cincin kepada buaya itu, lalu aji kapitan berpesan “jangan lah engkau
menggangu anak cucu ku”. Aji kapitan pu bersumpah untuk seluruh anak keturunannya tidak
akan membunuh dan memakan buaya, hinggah saat aji kapitan bermimpi buaya putih yang di
lepas kembali ketempatnya, maka dia memberikan pesan kepada anak cucunya, bila ada anak
keturunannya yang sakit agar memberikan makan atau sajen kepada buaya putih. Inilah juga
penyebab kenapa malinau tidak memiliki buaya karena sungai malinau di jaga oleh buaya
putih itu.
Setelah orang dari keturunan tidung sakit, makalah mulai di buat ritual untuk
memberimakan dan pemanggilan buaya, si pemanggil harus memiliki darah tidung asli atau
bukan campuran. Maka di siapkan makanan untuk buaya berupa Rumah kecil yang terbuat
dari dua batang pisang hijau dan bambu yang di buat seperti rumah kecil dan berisi di
dalamnya 7 gumpalan nasi 7 warna yaitu merah,hijau, kuning, hitam, jingga , putih, dan
merah muda Dan juga beras 7 warna dan berwarna sama seperti warna gumpalan nasi, dan 1
ekor ayam kampung di panggang, dan nasih ketan merah putih di satukan dan di bentuk
menjadi buaya dan di mulut buaya di muat kan telur ayam kampung 1, minyak wangi, bunga
melati, setelah itu di masukan kedalam rumah kecil yang telah di buat dan di mulai lah proses
pemanggilan oleh si pemanggil dengan berupa memakai cincin emas yang di buat kusus
untuk dari zaman kerajaan, cincin itu membuktikan dia adalah orang tidung keturunan asli,
dan si pemanggi memasukan tanggannya di air dan mulai membaca kata kata pemanggilan
cukup lama, lalu datangnya buaya putih dan di hanyutkan sajen bersama dengan buaya itu.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
maupun kebiasaan yang harus diikuti oleh generasi-generasi penerus dari nenek moyang.
masyarakat yang ada di Indonesia. Adat Istiadat atau biasa di sebut kebiasaan ini merupakan
kehidupan berulang-ulang yang muncul dan berkembang terus menerus sehingga di jadikan
sebagai tradisi atau peristiwa penting yang wajib dipertahankan dan di ikuti oleh kelompok
masyarakatnya.
3.2 Saran
Sebagai generasi muda kita di harapkan untuk mengetahui dan mengenal tradisi atau
adat istiadat di Indonesia, terutama suku terhadap adat dari daerah kita sendiri agar
kebudayaan maupun adat yang telah lama berkembang tidak punah oleh kehidupan modern
seperti sekarang ini.
DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Tidung_kuno
https://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Tidung
http://chester90.blogspot.co.id/2012/10/normal-0-false-false-false-in-x-none-x.html