Kelompok 5:
2023
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr,Wb
Alhamdulillah segala puja dan puji syukur saya sampaikan kehadirat Allah
SWT, atas segala rahmat dan kenikmatannya sehingga kami dari kelompok 5
dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Kebudayaan
Masyarakat Bali, Makasar dan Sekitarnya", yang mana makalah ini untuk
memenuhi tuntutan tugas mata kuliah kabudayaan indonesia yang diberikan oleh
Bapak. Hendra Rustantono, M.Pd dengan harapan makalah ini bisa menjadi salah
satu pertimbangan dalam penilaian semester ganjil dimata kuliah Kebudayaan
Indonesia.
Dalam penyusunan makalah ini kami merasa jelas masih jauh dari
sempurna dan masih banyak kekurangan baik secara teknis penulisan maupun isi
dari materi, mengingat akan keterbatasan dalam pengetahuan. Besar harapan kami
bagi pembaca kritik dan saran untuk menyempurnakan pembuatan makalah ini.
Wassalamu’alikum Wr.Wb
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................
KATA PENGANTAR....................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................
1.3 Tujuan.........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................
3.1 Kesimpulan.................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
PEMBAHASAN
1. Bentuk Desa
Bentuk Desa Adat di Bali terbagi menjadi 2 bentuk desa, yaitu
Desa Dinas dan Desa Pakraman (Desa Adat). Desa Adat adalah kesatuan
masyarakat hukum adat di Propinsi Bali yang mempunyai satu kesatuan
tradisi dan tata krama pergaulan hidup masyarakat umat Hindu secara turun-
temurun dalam ikatan Kahyangan Tiga (Kahyangan Desa) yang mempunyai
wilayah tertentu dan harta kekayaan sendiri serta berhak mengurus rumah
tangga sendiri
Sedangkan Desa Pakraman adalah kesatuan masyarakat hukum
adat di Bali yang memiliki wilayah, kedudukan, susunan asli, hak-hak
tradisional, harta kekayaan sendiri, tradisi, tata krama pergaulan hidup
masyarakat secara turun temurun dalam ikatan tempat suci (kahyangan tiga
atau kahyangan desa), tugas dan kewenangan serta hak mengatur dan
mengurus rumah tangganya sendiri.
2. Sistem Sosial Masyarakat Bali
Kehidupan masyarakat di Bali dan kebudayaannya itu sangat lekat
terpengaruh oleh agama Hindu. Biasanya kehidupan sosial masyarakat di Bali
itu disibukkan dengan kegiatan Upacara Keagamaan seperti piodalan di Pura,
upacar Ngaben (upacara pembakaran jenazah di Bali yang dipercaya oleh
masyarakat Hindu Bali sebagai ritual untuk menyempurnakan jenazah
kembali ke Sang Pencipta.), Metatah (potong gigi), Pawiwahan (Pernikahan)
yang membutuhkan tenaga perorangan untuk membantu dalam persiapan
upacara, serta dalam kegiatan upacara persiapan hari raya seperti hari raya
Galungan dan Kuningan, Saraswati, Nyepi yang harus dipersiapkan dari jauh-
jauh hari dalam pembuatan banten atau upakara dan menghias pura serta
membersihkan pura sebelum hari H di hari raya tersebut.
Sistem sosial masyarakat di Bali dikenal sebagai sistem gotong
royong dan. Bekerja sama dalam mempersiapkan dan menyelesaikan suatu
pekerjaan misalnya dalam upacara adat yang sudah menjadi tradisi adat-
istiadat di Bali.Sebagai tempat suci, dahulu digunakan candi. Tetapi, sejak
berdirinya Kerajaan Gelgel dan Klungkung, penggunaan candi sebagai tempat
suci dihapus. Sebagai pengganti fungsi candi dibuatkan kuil berupa kompleks
bangunan yang sering disebut pura. Di zaman modern hingga sekarang Pura
digunakan sebagai tempat suci dan sekaligus sebagai tempat
persembahyangan sehari-hari. Pura di rumah kediaman masing-masing atau
Pura Keluarga disebut dengan Sanggah atau Merajan.
3. Sistem Kekerabatan
Sedangkan untuk sistem kekerabatan, Bali menganut sistem
patrilineal, dimana kekerabatan ini ditentukan bahwa garis keturunan hanya
dilihat dari garis laki-laki, oleh karena itu konsekuensinya ahli waris hanyalah
anak laki-laki. Dalam sistem ini, proses melamar dilakukan oleh pihak laki-
laki pada pihak perempuan. Setelah menikah, pihak isteri akan mengikuti
kedudukan dan kediaman suami. Perkawinan yang tidak diperbolehkan di
Bali adalah perkawinan antara saudara perempuan suami dengan saudara laki-
laki istri. Jika perkawinan tersebut terjadi, maka akan menimbulkan bencana
(panes)
4. Sistem Mata Pencaharian
Sistem mata pencaharian hidup masyarakat Bali terdiri dari
pertanian,industri, dan jasa. Adapun sistem mata pencaharian di Bali sebagai
berikut:
a. Perikanan
Bali adalah pulau kecil hanya dengan luas hanya 5,682 km persegi
dengan tingkat kepadatan penduduk yang relatif tinggi yakni 565 orang
per km persegi. Bali di kelilingi wilayah pesisir dengan panjang 430 km
karena wilayahnya dikelilingi oleh laut Mayoritas masyarakat Bali
bermata pencaharian sebagai nelayan, mayoritas terdapat di daerah
Singaraja, Kabupaten Buleleng, Bali. Dari segi mata pencaharian dalam
bidang perikanan , komoditi ikan tuna dari Bali dikenal di pasar dunia.
Tuna hasil tangkapan masyarakat Bali mampumenembus pasar ekspor.
Beberapa negara yang cukup besar mengimpor tuna dari Bali adalah
Jepang, Taiwan, Cina, dan Korea.
b. Bertani
Di wilayah Pulau Bali yangKhususnya daerah persawahan terkenal
dengan organisasi yang disebutSubak yaitu organisasi yang mengatur
pengairan di sawah. Masyarakat petanidalam melakukan aktivitas
pertanian di sawah dengan memanfaatkan alat-alattradisional yang paling
popular disebut bajak, yang mana dalam
pengolahantanah dibagi dalam tahapan-tahapan kegiatan yaitu
untuk menggemburkantanah memakai bajak tenggala , untuk
membersihkan tanah dari gulma-gulmamemakai bajak jangkar, untuk
melumatkan tanah menjadi lumpur memakaibajak lampit slau dan
terakhir untuk menghaluskan tanah memakai bajak plasah.
c. Berkebun
Tanaman perkebunan yang menjadi mata pencaharian masyarakat
Bali meliputi tanaman perkebunan karet, kopi (arabika dan robusta),
tembakau (rakyat danvirginia), kakao, lada, vanili dan kelapa dalam.
d. Peternakan
Usaha peternakan di Privinsi Bali sebagian besar masih dilakukan
secara tradisional oleh masyarakat. Usaha ini merupakan usaha sembilan
atau sebagai pelengkap usaha lainnya. Sementara itu, populasi ternak
dalam bahasan ini mencakup sapi potong, sapi perah, kambing, domba,
babi, ayam buras, ayam pedaging dan itik
e. Perdagangan
Perdagangan di Bali sekarang sudah menjadi mata pencaharian
mayoritasmasyarakat Bali, Karena Bali adalah Kota pariwisata maka
masyarakat Balimemanfaatkan segala sarana dan fasilitas untuk
berdagang sehinggamemenuhi kebutuhan ekonomi masyarakat Bali.
2.2 Sistem Kebudayaan Di makasar
1. Bentuk Desa
Masyarakat Bugis yang tinggal di desa-desa disuatu
kabupatenmerupakan kesatuan-kesatuan administratif, gabungan sejumlah
kampung lama, yang disebut desa-desa gaya baru. Sebuah kampung biasanya
terdiri atas sejumlah keluarga yang mendiami antara 10 sampai 20 buah
rumah. Rumah-rumah itu biasanya terletak berderet menghadap ke selatan
atau barat. Apabila ada sungai, diusahakan membangun rumah membelakangi
sungai. Pusat kampung lama ditandai dengan
sebuah pohon beringin besar yang dianggap sebagai tempat
keramat (posi‟tana). Sebuah kampung lama dipimpin oleh seorang kepala
kampung (matowa, jannang, lompo‟, toddo‟). Kepala kampung dibantu oleh
sariangdan parennung. Gabungan kampung dalam struktur asli di sebut
wanua, pa‟rasangan atau bori.‟ Pemimpin wanua oleh orang Bugis
dinamakan arung paliliatau sulewatang(orangnya di sapa dengan petta
sulewatang), orang Makassar menyebutnya gallarang atau karaeng.Dalam
struktur pemerintahan sekarang wanua sama dengan kecamatan.
2. Sistem mata Pencaharian
Mata pencaharian terakhir yang banyak di geluti oleh masyarakat
bugis adalah pedagang karena hasil dari para petani dan nelayan akan di
distribusikan ke pedagang pedagang, lalu pedagang mengumpulkan jumlah
yang lebih besar dan di distribusikan kembali ke masyarakat umum suku
bugis. Dari semua mata pencaharian semua inilah masyarakat suku bugis
mendapatkan perekonomian untuk mencukupi kehidupan sehari-harinya.
Selain itu pada masa sekarang masyarakat suku bugis juga sudah
banyak yang mengenyam dunia pendidikan dan masuk ke dunia birokrasi
pemerintahan.jadi dari birokrasi yang telah dijalankan sebagian kecil
masyarakat bugis mampu mendapatkan perekonomian yang baik. Tapi mata
pencaharian yang sangat umum adalah petani, hal ini dikarenakan banyak
kebutuhan kebutuhan masyarakat suku bugis sehari harinya dihasilkan oleh
lading pertanian misalnya seperti beras, jagung, tembakau.
3. Sistem kekerabatan
Sistem kekerabatan orang Bugis disebut assijingeng yang
mengikuti sistem bilateral atau sistem yang mengikuti pergaulan hidup dari
ayah maupun dari pihak ibu. Hubungan kekerabatan atau assijingeng ini
dibagi dua yaitu sijing mareppe (kerabat dekat) dan sijing mabela (kerabat
jauh). Kerabat dekat atau sijing mareppe adalah penentu dan pengendali
martabat keluarga. Sijing mareppe inilah yang akan menjadi tau masiri‟
(orang yang malu) bila ada perempuan anggota keluarga mereka yang ri
lariang (dibawa lari oleh orang lain). Mereka punya kewajiban untuk
menghapus siri‟ atau malu tersebut.
Anggota sijing mareppe didasarkan atas dua jalur, yaitu reppe
mereppe atau anggota kekeluargaan berdasarkan hubungan darah dan
siteppang mareppe (sompu lolo) atau anggota kekeluargaan berdasarkan
hubungan perkawinan dan ada juga hubungan yang di sebut dengan sirue-
rueseng (keluarganya keluarga) yaitu hubungan yang terjadi bukan karena
keluarga secara langsung tetapi keluarga dari keluarga misalnya tantenya
(amure makkunrai) si A menikah dengan om si B (amure oroane/urane) maka
hubungan antara si A dan si B adalah sirue-rueseng.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Masyarakat dan kebudayaan tidak dapat dipisahkan, karena masyarakat
merupakan wadah dari kebudayaan itu sendiri. Sehingga manusia melahirkan
kebudayaan yang dianggap sebagai nilai- nilai yang hidup bagi masyarakat.
Dengan adanya suatu kebudayaan disebabkan oleh keberadaan manusia itu
sendiri, akan tetapi kebudayaan hanya aakan tumbuh berkembang pada
masyarakat yang berjumlah banyak atau manusia yang hidup secara berkelompok
dan beragam suku bangsa. Adanya nilai- nilai sosial dan budaya yang berkembang
dalam masyarakat merupakan suatu hal yang menegaskan bahwa masyarakat dan
kebudayaan tidak dapat dipisahkan. Begitu juga dengan nilai- nilai sosial dan
budaya yang terbentuk atas penggabungan unsur- unsur budaya yang ada dalam
masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Archive. (2017, April). Pekerjaan masyarakat Makassar. Dipetik Januari 04, 2023, dari
pekerjaan-masyarakat-makassar: https://indahwatisite.wordpress.com/pekerjaan-
masyarakat-makassar/
citizen. (2022, Juli 25). Mengenal Ragam Budaya Kota Makasar. Dipetik Januari 04,
2023, dari itizen/artikel/1015250722/mengenal-ragam-budaya-kota-makassar:
https://celebesmedia.id/citizen/artikel/1015250722/mengenal-ragam-budaya-
kota-makassar
club, B. t. (t.thn.). ADAT KEBIASAAN ORANG BALI. Dipetik Januari 04, 2023, dari
kebiasaan-orang-bali: https://www.balitoursclub.net/kebiasaan-orang-bali/