Anda di halaman 1dari 55

MENGENAL TRADISI BUDAYA SUKU SASAK

5
4
1
2

Nama anggota Kelompok:


1. Ghudaifa Rasya (E1E019129)
2. Ida Wahyu Ningsih (E1E019151)
3. Haerul Ismi (E1E019133)
4. Ginanda Azzahra Va (E1E019131)
5. Herawati (E1E019142)

Dosen pengampu : Muhammad Tahir, S.Pd., M.Sn.


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan hidayah-
Nya sehingga laporan ini dapat kami susun hingga selesai dengan lancar. laporan ini
disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang “TRADISI BUDAYA SUKU
SASAK”, yang kami sajikan berdasarkan berbagai sumber informasi. Tidak lupa
kami mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak yang terkait dalam pembuatan
makalah atas bantuannya.

Harapan kami, semoga makalah ini dapat bermanfaat dengan menambah


pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Semoga laporan yang telah disusun ini
dapat berguna bagi pembaca umumnya, khususnya kami sendiri untuk kedepannya
dapat memperbaiki susunan dan isi laporan menjadi lebih baik.

Karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami, kami tahu masih


banyak kekurangan dalam penyusunan laporan ini. Oleh karena itu kami
mengharapkan kritikdan saran yang membangun dari pembaca kepada kami.

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman judul..........................................................................................................i

Kata Pengantar.........................................................................................................ii

Daftar Isi...................................................................................................................iii

PEMBAHASAN

A. Sejarah......................................................................................................1
B. Nilai-Nilai Kearifan Lokal.......................................................................3
C. Tradisi Budaya........................................................................................5
D. Pakaian Tradisional..................................................................................16
E. Kesenian Dan Kerajinan Daerah..............................................................22
F. Cerita Rakyat............................................................................................25
G. Permainan Tradisional.............................................................................29
H. Bahasa......................................................................................................34
I. Keindahan Alam/Objek Wisata................................................................37
J. Makanan Tradisonal.................................................................................45

PENUTUP

A. Kesimpulan..............................................................................................53
B. Saran.........................................................................................................53

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................54

iii
PEMBAHASAN

1. SEJARAH

Suku Sasak adalah etnis asli yang berasal dari Pulau Lombok, Nusa Tenggara
Barat. Jumlah populasi etnis Sasak cukup banyak, yaitu sekitar 3 juta jiwa.
Sebanyak 2,5 juta jiwa terkonsentrasi di Pulau Lombok. Sedangkan sekitar 500
ribu jiwa lainnya tersebar di beberapa wilayah di Indonesia.Lombok memiliki
panorama yang indah dengan topografi pegunungan, serta pesona Gunung Rinjani
dan serta wilayah pesisir dengan banyak pantai ekostis. Beberapa kelompok orang
Sasak masih hidup secara tradisional sesuai warisan tradisi secara turun-temurun
nenek moyang mereka. Namun tak sedikit pula yang telah mengadaptasi cara
hidup masyarakat modern.
Kata Sasak berasal dari kata “sak sak” yang artinya “satu satu”. Kaum wanita
dari etnis Sasak dikenal pandai menenun. Mereka telah diajari keahlian menenun
sejak usia dini, yaitu sekitar 9 atau 10 tahun. Perempuan yang pandai menenun
akan dikategorikan sebagai wanita dewasa dan sudah siap menikah. Kegiatan
menenun ini disebut sebagai Sèsèk.Kata sèsèk ini berasal dari kata “sesak” atau
“sesek”. Menenun khas suku Sasak dilakukan dengan cara memasukkan benang
satu-persatu yang disebut dengan sak sak. Lalu benang tersebut dirapatkan hingga
sesak dan padat.Proses ini dilakukan agar benang terbentuk menjadi kain.

1
Caranya adalah dengan memukul-mukul alat tenun tradisional suku Sasak. Suara
memukul-mukul itu terdengar seperti suara “sak sak”. Tahapan ini dilakukan
sebanyak 2 kali ketika menenun. Uniknya, proses menenun yang menjadi
kebanggan masyarakat asli Lombok inilah yang kemudian dijadikan nama suku
atau etnis masyarakat.Penyebutan nama Sasak pertama kali tercatat dalam
Prasasti Pujungan yang ditemukan di Tabanan, Bali. Prasasti ini diperkirakan
berasal dari abad ke-11. Sementara itu, dalam Kitab Negara Kertagama, kata
Sasak menjadi satu dengan Pulau Lombok, yaitu Lombok Sasak Mirah
Adhi.Kitab tersebut memuat tentang kekuasaan dan pemerintahan Kerajaan
Majapahit. Masyarakat Majapahit yang menggunakan bahasa Kawi mengartikan
Lombok Sasak Mirah Adhi sebagai kejujuran adalah permata kenyataan yang
baik.

Suku Sasak memiliki bahasa daerah sendiri yang disebut sebagai bahasa
Sasak. Bahasanya hampir sama dengan bahasa Sumbawa dan Bali, 2 pulau yang
berada di sisi kanan dan kiri Pulau Lombok.Seperti dalam bahasa Jawa, bahasa
Sasak juga memiliki tingkatan bahasa formal dan non formal atau lebih sering
disebut bahasa halus untuk penuturan formal, dan bahasa kasar untuk penuturan
sehari-hari. Penggunaannya ditentukan oleh siapa lawan bicara yang sedang
dihadapi.Meski tidak diakui dan berstatus resmi, bahasa Sasak masih digunakan
oleh masyarakat Sasak, terutama warga yang tinggal di kawasan pedesaan di
Pulau Lombok. Untuk bahasa di lingkungan pendidikan, perkantoran, dan antar
etnis menggunakan bahasa Indonesia.

Adapun untuk sistem kepercayaan mayoritas suku Sasak memeluk agama


Islam. Selain itu, ada juga yang menganut agama Hindu, Budha, dan Animisme.
Penduduk minoritas lainnya ada menganut kepercayaan kuno sebelum masuknya
agama Islam, yaitu Boda. Kemudian sekitar 1% masyarakat Sasak menganut
kepercayaan Islam yang agak berbeda, yaitu Wetu Telu.Wetu Telu adalah
kepercayaan dimana penganutnya hanya menjalankan 3 rukun Islam. Namun

2
ketiga rukun Islam yang berupa membaca 2 kalimat syahadat, salat dan puasa ini
hanya dijalankan oleh pemimpin agamanya. Kyai selaku pemimpin agama adalah
sosok yang menghubungkan penganut Wetu Telu dengan Sang Maha
Kuasa.Penganut Wetu Telu masih mempercayai kekuatan gaib yang ada pada
beberapa benda, roh suci dan nenek moyang. Kepercayaan ini hampir sama
dengan suku Jawa yang masih menjalankan kepercayaan Kejawen bersamaan
dengan agama yang dianut.Konon kepercayaan Wetu Telu terlahir karena para
penyebar Islam di masa lampau berusaha memperkenalkan Islam secara bertahap
kepada suku Sasak.Selain menjalankan 3 rukun Islam, kesamaan lainnya dengan
agama Islam yang umum dianut masyarakat Indonesia adalah doa-doa
menggunakan bagasa Arab yang berasal dari Al-Qur’an. Para kyai juga berperan
sebagai imam. Penganut Wetu Telu juga mempunyai masjid yang menjadi bagian
penting dalam kepercayaan mereka.

2. NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL


1. Banjar
Banjar merupakan perkumpulan kemasyarakatan untuk
mengumpulkan beberapa jenis keperluan dalam acara begawe (gawe), baik itu
gawe mate (kematian) maupun gawe idup (perkawinan, nyunatan, maupun
nyelamatan). Banjar ini banyak macamnya dan barang yang dikeluarkan juga
berbeda tergantung kelompok Banjarnya. Adapun Banjar ini sampai sekarang
masih menjadi bagian dari sistem sosial masyarakat yang akan terus
dipetahankan karena dampaknya sangat membantu kelompok yang terjaring
didalamnya.
Konsep Banjar dalam masyarakat Sasak merupakan bentuk
persekutuan komunitas kecil dan terbatas yang di dalamnya berlangsung
beberapa kegiatan sosial kemasyarakatan. "Sebagai sebuah persekutuan, maka
Banjar pada awalnya memiliki anggota yang keanggotaannya ditentukan
berdasarkan semua warga yang ada dalam lingkup wilayah sebuah gubuk dan

3
yang secara genealogis satu keturunan. Kegiatan Banjar dalam komunitas
Sasak lebih mengarah pada aktivitas yang terkait dengan siklus kehidupan
perkawinan dan kematian. "Fokus kegiatan Banjar yang hanya terbatas seperti
inilah yang melahirkan terminologi Banjar merariq (Banjar perkawinan) dan
Banjar mate (Banjar kematian).
Singkatnya, Banjar merupakan istilah yang diberikan oleh masyarakat
pada salah satu jenis aktifitas kerja sama masyarakat yang di ciptakan bersama
untuk saling membantu sesama ketika salah satu anggota masyarakatnya
mengadakan hajatan, baik itu hajatan gawe hidup maupun hajatan dalam
kematian. Tradisi Banjar secara umum dibedakan atas dua bentuk, yaitu:
Banjar hidup/ irup, dan apa yang mereka namakan Banjar mate. Banjar irup
(hidup) difungsikan untuk kegiatan perayaan orang yang masih hidup seperti
untuk begawe (resepsi) pernikahan, nyunatan, atau acara selamatan lainnya.
Sedangkan Banjar mate digunakan oleh masyarakat untuk memenuhi acara
begawe/ selametan bagi orang yang telah meninggal dunia, dan biasanya gawe
ini dinamakan gawe mate.
Dampak positif Tradisi Banjar mengandung fungsi silaturrahmi,
solidaritas, serta mengandung fungsi ekonmi. Sedangkan dampak negatif
Tradisi Banjar adalah memungkinkan masyarakat terutama kaum lak-laki
menjadi sering menikah atau kawin cerai. Dan dampak negatifnya yang lain
yaitu dengan tingginya rasa solidaritas anggota Banjar menjadikan individu
yang tidak ikut dalam lingkaran anggota Banjar menjadi termaginalkan.
Tradisi Banjar masih eksis sampai saat ini meskipun terbentur dengan
perkembangan zaman yang tidak bisa ditolak keberadaannya, dikarenakan
tradisi banjar mampu memberi manfaat dari apa yang dibutuhkan masyakat
sebagai individu dan merasakan manfaat dari apa yang dibutuhkan masyarakat
sebagai mahluk sosial. Manfaat yang diperoleh sebagai individu yaitu
masyarakat tidak terlalu merasa kesulitan disaat memiliki masalah serta
memperoleh ketenangan, dan sebagai mahluk sosial masyarakat memperoleh

4
rasa aman, serta nyaman didalam pergaulan. Secara singkatnya disebabkan
karena fungsi ekonomi dan fungsi sosial terjelma dalam Tradisi Banjar
2. Besiru
Besiru, yaitu kegiatan bergotong royong di setiap tahapan pertanian
tanpa mendapatkan upah. Tradisi Besiru dilaksanakan saat musim hujan,
musim tanam padi dan tanam tembakau. Tradisi Besiru disebut juga dengan
istilah betulung, betenak atau betejak. Tradisi ini dapat ditemukan di beberapa
daerah di Lombok, seperti di Kecamatan Pringgabaya, Kecamatan Suela,
Kecamatan Sambalia Kabupaten Lombok Timur, Lombok Tengah, Lombok
Barat dan Kecamatan Bayang di Kabupaten Lombok Utara.
Tradisi Besiru mencerminkan nilai-nilai luhur bangsa, diantaranya yaitu :
 Manusia harus menerapkan sikap tolong menolong dan gotong
royong.
 Menyatukan masyarakat menjadi satu kesatuan dalam masyarakat
yang utuh
 Adanya kesetaraan sosial dan keadilan sosial
3. TRADISI BUDAYA
Kebudayaan di Lombok sangat beraneka ragam, mulai dari bagaimana
upacara kelahiran, perkawinan, ritual agama, keseharian, sampai dengan upacara
saat kematian. Berikut ini beberapa upacara tradisi budaya suku Sasak:
a) Upacara Tradisi Daur Hidup
Upacara daur hidup merupakan bentuk upacara adat sebagai wujud
realisasi dari penghayatan manusia terkait dengan fase-fase penting
kehidupannya seperti kehamilan, kelahiran, perkawinan, dan kematian.
1. Budaya Kehamilan Masyarakat Sasak
Semasa anak dalam kandungan seorang ibu, banyak sekali larangan-
larangan yang sifatnya psikologi educative yang dilakukan secara spiritual
dan moral agama diberlakukan terhadap seorang ibu yang mengandung

5
anaknya dan juga petunjuk larangan atau anjuran yang diberlakukan bagi
seorang ayah. Seorang ibu dan Bapak semasa kehamilan dipanggil Amaq
dan Inaq Tebon (Tebon; Panjang rambut) dimana calon kedua orang tua
itu dipantangkan untuk mencukur rambutnya (dibiarkan gondrong bagi
calon ayah) dan bagi perempuan tidak boleh dipotong dibiarkan menjurai
dikeramasi dengan santan bercampur abu pangkal buah padi kentan yang
sudah ditumbuk (sasak: Joman)., maksudnya agar sang anak kelak
berpenampilan bersih dan teratur. Campuran air santan itu dijadikan bedak
kramas pada ibu yang sedang mengandung dapat dilakukan sekurang-
kurangnya sekali seminggu pada setiap jumat pagi. Larangan lain bagi
calon orang tua anak itu baik ayah maupun ibunya ialah tidak boleh
memaki-maki, tidak boleh membunuh binantang yang dianggap kramat di
rumah dan binatamng peliharaan, tidak boleh bergosip dan mencela orang
lain.
2. Budaya Kelahiran Masyarakat Sasak
Menjelang anak akan lahir sesudah kandungan memasuki kandungan
ke 9 si ibu tidak boleh melakukan kegiatan yang berat, bahkan melakukan
kegiatan dapurpun dikurangi, agar sang ibu benar-benar siap menghadapi
tugas berat melahirkan. Sang ibu juga memakai remapah-rempah; beras-
kunyit-daun jeruk nipis dan sekuh untuk belangir (sasak: beboreh) agar
kondisinya tetap sehat. Sementara si suami disarankan untuk
memperbanyak sedekah, walaupun sekedar serabi (jajan tepung beras)
sebagai simbul dari sedekah yang paling kecil dari orang yang tidak
mampu. Hal ini dimaksudkan agar anak kelak memiliki rasa kasih sanyang
kepada sesama. Menjelang bayi akan keluar diminta bantuan seorang
belian nganak / dukun melahirkan (laki/perempuan) obat-obat penyejuk
dan pelancar melahirkan berupa air suci yang didoakan dengan mantra
Sasak. Ketika anak keluar dari perut ibunya: si anak langsung dipeluk oleh
ibu dan bapaknya agar darahnya menyatu dengan badan kedua orang

6
tuanya agar sang anak menyayangi orang tuanya, setelah itu baru keluarga
yang lain. Setelah itu baru dimandikan oleh sang dukun. Adapun tahapan
dari upacara kelahiran sebagai berikut.
1) Upacara menanam ari-ari (nalet adik-kakak)
Acara ini dilaksanakan setelah ari-ari bayi terpotong dengan
menggunakan pisau dari bambu yang diambil dari para-para (sasak:
edas tereng). Edas tereng tersebut dianggap telah steril karena setiap
hari mendapat asap dari tungku dapur. Biasanya ari-ari yang dipotong
dengan edas tidak menimbulkan penyakit “tetanus”. Ari-ari yang
ditanam harus ditanam dipelataran rumah serambi depan.
Setelah ditanam diatas gundukan diatarukkan batu lalu
dikurung dengan kurungan ayam. Diatas dibatu dinyalakan lampu
agara anak kelak memiliki hati yang terang dan setia (sasak: isah).
Lampu dinyalakan sampai dengan upacara medak api atau buang au
sekurang-kurangnya pada hari kesembilan
2) Upacara daur hidup medak api atau buang au
Upacara ini dilaksanakan sekurang-kurangnya sejak sembilan
hari sejak kelahiran bayi dengan mengadakan acara keramas bersama,
ibu si bayi dengan ibu-ibu keluarga dan tetangga terdekat dengan
hitungan ganjil. Kegiatan ini juga disebut medak api karena pada saat
itu mereka membakar joman dengan disertai kepeng bolong 99 biji di
atas “tepak” (wadah dari tembikar) lalu di kucurkan air santan.
Adonan itu digunalkan untuk kramas dan uang bolong di bagikan
sebagai sedekah (shalawat). Jumlah 99 tersebut sebagai simbul
Asmaul Husna. Sisa abu yang dipakai keramas di hanyutkan disungai
atau ke laut sehingga disebut dengan medak api atau buang au. Setelah
itu biasanya kurungan diangkat dan lampu di padamkan namun ada
juga yang membiarkannya sampai 44 hari. Upacara ini dapt dikaitkan
dengan daur hidup yang lain dengan upacara “Ngaranin” dan “turun

7
tanak” dan lebih dari itu dilakukan upacara “ngurisan” potong
rambut”. Bagi upacara yang mampu kegiatan ini dilakukan dengan
acara kenduri yang dinamakan rowah asal kata roh atau arwah, sebagai
sambungan turun temurun dari nenek moyang leluhurnya dengan
mengundang kiyai dan tetangga sekitar.
3) Upacara ngaranin
Jika upcara “ngaranin” (pemberian nama) tidak dikaitkan
dengan upacara medak api maka secara khusus diadakan upacara pada
hari ganjil biasanya diambil pada malam jumat. Pada masa sebelum ke
Islaman belum memasuki masa perkembangan pada saat upacara ini
dibacakan kitab lontar Indarjaya atau Puspakarma. Setelah
perkembangan pemahaman Islam makin maju masyarakat sasak
biasanya memeriahkan acara dengan pembacaan hikayat yang diambil
dari kitab Kisasul Ambiya. Nama-nama yang diberikan adalah nama
yang kental dengan budaya sasak. Misalnya: Galeng, Isin, bokah atau
kebiasaan masyarakat Sasak lama memebri nama anaknya dengan
nama- nama yang berakhir dengan konsonan. Misal: Sanep,
Nurmalam, Ketip, Kerdep. Nasip. Ada juga dikaitkan dengan nama-
nama lakon foklor / legenda Sasak dan pewayangan.
4) Upacara turun tanak
Upacara ini dilakukan sebagai tanda anak boleh menginjakkan
kaki ketanah (sasak: lemah) sebelumnya harus tetap di gendongan.
Sang anak akan disembeq /sepah seluruh bagian tubuhnya dari kening
sampai telapak kaki agar anak memiliki kekebalan terhadap penyakit.
5) Upacara ngurisan
Upacara ini menandai bahwa anak memasuki usia balita
ditandai dengan potong rambut, upacara dapat dilakukan di masjid,
rumah keluarga dan di makam keramat, juga dikaitkan dengan hari-
hari besar seperti Maulid, Lebaran Topat, dll. Piranti yang disiapkan

8
adalah air kumkuman, kepeng bolong, bunga setaman, beras kuning,
benang katak, uang bolong atau uang logam dan selawat (uang) khusus
sebagai tanda kesaksian bagi yang hadir. Dalam upacara rowah
(kenduri) selain hidangan nasi dan lauk pauk yang diwadahi talam
(dulang begibung) disediakan pula dulang penamat yang
menyimbulkan proses kehidupan manusia sejak manusi lahir – hidup
dan mati. Proses kelahiran menurut sasak dibagi atas meniwok bagi
tumbuhan, menelok bagi binatang bertelur, menganak bagi binatang
memamah biak, simbul tersebut ada dalam dulang penamat. Maka
harus ada topat dan bantal sebagai simbul laki dan perempuan dan
buah-buahan sebagai simbul yang meniwok dan nasi rasun berisi
daging sebagai simbul binatang yang menyusui melahirkan. Dulang
Penamat dihiasi pula oleh buah-buahan dan jajan tradisional sebagai
lambang kemakmuran. Sisa potongan rambut sang anak kalau tidak
ditanam maka akan di hanyutkan ke laut agar anak kelak tidak cepat
kena penyakit.
6) Upacara besunat
Upacara besunat atau hitanan khusus bagi anak laki-lakim
upacara bekikir bagi anak perempuan. Sebagai simbul perpindahan
anak-anak ke jenjang usia remaja. Dalam upacara di selenggarakan
rowah kepada leluhur di ikuti dengan dulang penamat. Besunat
dilakukan oleh belian sunat (bayan: Penjalak), untuk anak besunat
disediakan andang-andang agar terjauh dari bala. Andang diwadahi
oleh soksokan berisi beras sekurang-kurangnya sekobok, segulung
daun sirih, pinang berjumlah ganjil (3-5-7) baik pinang muda (buaq
odaq) atau piang tua (buaq toaq), gambir, kapur pamaq (kapur sirih),
benang setukel / lawe dan uang bolong dalam jumlah ganjil. Andang-
andang adalah simbul keberkahan ilmu sang belian sekaligus sebagai
penghargaan terhadap keahlian sang belian. Untuk anak besunat

9
disiapkan kain khusus dengan tongkat pengganjal agar kain tidak
tersentuh bagian luka ujung kelamin. Biasanya disiapkan pula tempat
duduk kelapa tua hijau agar darah tidak banyak mengucur keluar. Pada
saat anak besunat diringi dengan selakar atau selawat oleh orang-orang
yang menyaksikan. Begitu alat vital dipotong sang orang tua
mendekap sang anak dipinggangnya, dengan maksud menekan keluar
darahnya agar tidak terlalu banyak keluar.
3. Budaya Perkawinan Masyarakat Sasak
Salah satu adat menjelang berlangsungnya prosesi pernikahan yang
sangat unik dan sarat akan makna adalah adat yang terdapat dalam budaya
suku Sasak. Dalam budaya suku sasak, pernikahan dilaksanakan dengan
cara menculik si calon istri oleh calon suami yang disebut dengan istilah
kawin culik. Tapi tentu, penculikan calon istri oleh calon suami ini
dilakukan berdasarkan aturan main yang yang telah disepakati bersama
melalui lembaga adat. Mungkin inilah satu-satunya penculikan di dunia
yang dilegalkan dan harus patuh pada aturan main.
Kawin culik ini akan berlangsung setelah si gadis memilih satu di
antara kekasih-kekasihnya. Mereka akan membuat suatu kesepakatan
kapan penculikan bisa dilakukan. Perjanjian atau kesepakatan antara
seorang gadis sebagai calon istri oleh penculiknya ini harus benar-benar
dirahasiakan, untuk menjaga kemungkinan gagal ditengah jalannya aksi
penculikan tersebab oleh hal-hal seperti dijegal oleh laki-laki lain yang
juga memiliki hasrat untuk menyunting sang gadis. Hal ini dilakukan
misalnya dengan jalan merampas anak gadis ketika ia bersama san calon
suaminya dalam perjalanan menuju rumah calon suaminya. Ini pula
sebabnya, penculikan pada siang hari dilarang keras oleh adat karena
dikhawatirkan penculikan pada siang hari akan mudah diketahui oleh
orang banyak termasuk juga rival-rival dari sang penculik yang juga
menghasratkan sang gadis untuk menjadi istrinya. Disamping merupakan

10
rahasia untuk para kekasih sang dara, penculikan ini pun harus
dirahasiakan dan jangan sampai bocor ke telinga orang tua sang gadis.
Kalau saja kemudian setelah mengetahui orang tuanya tidak setujui
anaknya untuk menikah, di sini orang tua baru boleh bertindak untuk
menjodohkan anak gadisnya dengan pilihan mereka. Keadaan ini yang
disebut Pedait.
Meskipun pada kenyatannya orang tua boleh untuk tidak bersetuju
dengan calon menantunya (yang dalam hal ini lelaki yang menculik anak
gadisnya) tapi, untuk basa-basi sekaligus menghormati perasaan orang tua
sang lelaki, perasaan tersebut sama sekali tak boleh ditunjukan pada saat
acara midang. Maka dari itu, demi menghindari penculikan oleh lelaki
yang bukan merupakan calon menantu yang dikehendaki, begitu
mendengar selentingan kabar akan adanya penculikan, maka biasanya
sang gadis dilarikan ke tempat famili calon suami yang jauh dari desa atau
dasan si gadis atau dasan si calon suaminya.
Dan karena penculikan anak gadis oleh lelaki yang akan
menyuntingnya adalah satu-satunya perbuatan penculikan yang
diperbolehkan adat, maka tentu perbuatan ini pun mempunyai aturan
permainan yang telah di atur oleh adat. Keributan yang terjadi karena
penculikan sang gadis di luar ketentuan adat, kepada penculiknya
dikenakan sangsi sebagai berikut:
1) Denda Pati
Denda Pati adalah denda adat yang harus ditanggung oleh sang
penculik atau keluarga sang penculik apabila penculikan tersebut
berhasil tapi menimbulkan keributan dalam prosesnya.
2) Ngurayang
Ngurayang adalah denda adat yang dikenakan pada penculik gadis
yang menimbulkan keributan karena penculikn tidak dengan

11
persetujuan sang gadis. Karena sang gadis tidak setuju dan sang
penculik memaksa maka biasanya penculikan ini gagal.
3) Ngeberayang
Ngeberayang adalah denda adat yang harus dibayar oleh sang penculik
atau keluarganya dikarenakan proses penculikan terjadi kegagalan dan
terjadi keributan karena beberapa hal seperti penculikan digagalkan
oleh rival sang penculik, dan sebagainya.
4) Ngabesaken
Ngabesaken adalah denda adat yang dikenakan kepada penculik
karena penculikan dilakukan pada siang hari yang pada akhirnya
terjadi keributan.
Denda adat yang harus dibayar tersebut apabila terjadi pelanggaran-
pelanggaran seperti yang telah dikemukakan di atas adalah dalam bentuk
uang dengan nominal tertentu dan telah diatur oleh adat. Selanjutnya uang
denda yang dibayar oleh penculik yang gagal itu akan diserahkan kepada
kampung melalui ketua kerame yang kemudian diteruskan kepada kepala
kampung untuk kesejahteraan kampung.
Bilamana seorang gadis berhasil diculik, maka pada malam itu
juga dilanjutkan dengan acara mangan merangkat, yaitu suatu upacara
adat yang menyambut kedatangan si gadis di rumah calon suaminya. Hal
ini merupakan upacara peresmian masuknya di gadis dalam keluarga calon
suaminya. Dalam mangan merangkat ini adalah semacam penyambutan
dan perkenalan untuk sang gadis terhadap keluarga calon suaminya. Acara
mangan merangkat ini iawali dengan totok telok yaitu calon mempelai
memecahkan telur bersama-sama pada perangkat (sesajen) yang telah
disediakan. Totok telok adalah lambang kesanggupan calon mempelai
untuk hidup dengan istrinya dalam bahtera rumah tangga.
Baru kemudian pada pagi harinya, keluarga calon suami sang gadis
(dalam hal ini yang telah menculiknya) akan mendatangi rumah orang tua

12
sang gadis untuk memberitahukan bahwa anak gadisnya dipersunting oleh
anaknya. Peristiwa datangnya keluarga sang lelaki ini disebut dengan
Masejatik atau Nyelabar. Tujuan utama dari Masejatik adalah media
perundingan guna membicarakan kelajutan upacara-upacara adat
perkawinan serta segala sesuatu yang dibutuhkan dalam perkawinan.
Dalam hal ini yang pertama-tama harus diselesaikan adalah acara akad
nikah. Pada waktu akad nikah tersebut orang tua si gadis memberikan
kesaksian di hadapan penghulu desa dan pemuka-pemuka masyarakat
serta para tokoh adat lainnya. Dalam acara ini bilamana orang tua si gadis
berhalangan, ia dapat menunjuk seseorang untuk mewakilinya.
Dan acara ini berpuncak pada adat perkawinan yang disebut
dengan sorong doe, yakni saat di mana rumah kediaman orang tua si gadis
akan kedatangan rombongan dari keluarga mempelai lelaki. Kedatangan
rombongan sorong doe ini disebut nyongkol. Acara inti dari sorong doe
adalah tentang pendalaman siklus kehidupan manusia, peristiwa kematian
merupakan akhir kehidupan seseorang di dunia.

Adapun beberapa proses yang harus di lewati dalam proses merarik ini
adalah:
1) Selabar merupakan proses meminta kesediaan orangtua atau keluarga
calon mempelai perempuan untuk memberikan persetujuan dan
perwalian terhadap kedua calon mempelai. Dalam proses selabar
banyak yang harus dimusyawarahkan atau dinegosiasikan untuk
mencapai kesepakatan, sehingga kepentingan kedua belah pihak
keluarga atau kerabat terakomodir dengan baik. Dalam proses
negosiasi, beberapa yang menjadi pembicaraan penting yakni masalah
pembayaran adat yang disebut ajikrame dan pisuke.
2) Sorong serah secara harfiah berarti menyodorkan dan menyerahkan,
adapun barang yang disodorkan dan diserahkan adalah pembayaran

13
ajikrame dan pisuke, namun di bagian daerah Lombok yang lain
misalnya di desa Kekait sorong serah dilaksanakan sebelum acara bait
wali karena mereka beranggapan bahwa pembayaran aji krame dan
pisuke merupakan syarat untuk pemberian wali nikah dan menandakan
pihak keluarga perempuan telah memberikan restu kepada kedua calon
mempelai.
3) Nyongkolan merupakan suatu rangkaian proses perkawinan merariq,
di dalamnya terdapat upacara iring-iringan pengantin dari rumah pihak
laki-laki menuju rumah pihak keluarga perempuan dengan diiringi
musik-musik tradisional Sasak, misalnya rudat, gendang belek, dan
kecimol. Upacara nyongkolan dilakukan setelahakad nikah atau
ngawinang yang bertujuan untuk memberitahukan kepada khalayak
ramai jika telah terjadi suatu perkawinan antara kedua mempelai agar
di kemudian hari si laki-laki tidak lagi mengganggu atau main mata
dengan gadis lain karena ia telah berstatus sebagai suami, dan begitu
pun sebaliknya.
4) Balas Nae merupakan upacara yang dilaksanakan sehari setelah proses
nyongkolan, dalam acara ini keluarga mempelai laki-laki berkunjung
ke rumah keluarga mempelai perempuan yang diisi dengan acara
silaturahmi dengan tujuan agar kedua belah keluarga saling mengenal
lebih jauh. Acara bales naen merupakan acara terakhir dari proses
perkawinan merarik pada suku Sasak.
4. Budaya Kematian Masyarakat Sasak
Upacara adat kematian yang dilaksanakan sebelum acara penguburan
meliputi beberapa tahapan yaitu:
1) Belangar
Masyarakat Sasak Lombok pada umumnya menganut agama Islam
sehingga setiap ada yang meninggal ada beberapa proses yang dilalui.
Pertama kali yang dilakukan adalah memukul beduk dengan irama

14
pukulan yang panjang. Hal ini sebagai pemberitahuan kepada
masyarakat bahwa ada salah seorang warga yang meninggal. Setelah
itu maka masyarakat berdatangan baik dari desa tersebut atau desa-
desa yang lain yang masih dinyatakan ada hubungan famili, kerabat
persahabatan dan handai taulan. Kedatangan masyarakat ke tempat
acara kematian tersebut disebut langar (melayat).
Tradisi belangar bertujuan untuk menghibur teman, sahabat
yang di tinggalkan mati oleh keluarganya, Mereka biasanya membawa
beras seadanya guna membantu meringankan beban yang terkena
musibah.
2) Memandikan
Dalam pelaksanaannya, apabila yang meninggal laki-laki maka yang
memandikannya adalah laki-laki, demikian sebaliknya apabila yang
meninggal perempuan maka yang memandikannya adalah perempuan.
Perlakuan pada orang yang meninggal tidak dibedakan meskipun dari
segi usia yang meninggal itu baru berumur sehari. Adapun yang
memandikan itu biasanya tokoh agama setempat. Adapun macam air
yang digunakan adalah air sumur. Setelah di mandikan, mayat
dibungkuskan pada acara ini, biasanya si mayit di taburi keratan kayu
cendana atau cecame.
2) Betukaq (Penguburan)
b) Upacara Tradisi Perang Topat

15
Perang topat adalah sebuah acara adat yang diadakan di Pura Lingsar,
Lombok, Nusa Tenggara Barat, Indonesia. Perang ini merupakan simbol
perdamaian antara umat Muslim dan Hindu di Lombok. Acara ini dilakukan
pada sore hari, setiap bulan purnama ke tujuh dalam penanggalan Suku Sasak.
Sore hari yang merupakan puncak acara yang dilakukan setelah salat ashar
atau dalam bahasa Sasak “rarak kembang waru” (gugur bunga waru). Tanda
itu dipakai oleh orang tua dulu untuk mengetahui waktu salat Ashar. Ribuan
umat Hindu dan Muslim memenuhi Pura Lingsar, dua komunitas umat beda
kepercayaan ini menggelar prosesi upacara Puja Wali, sebagai ungkapan atas
puji syukur limpahan berkah dari sang pencipta.
'Perang' yang dimaksud dilakukan dengan saling melempar ketupat di antara
masyarakat muslim dengan masyarakat hindu. Ketupat yang telah digunakan
untuk berperang sering kali diperebutkan, karena dipercaya bisa membawa
kesuburan bagi tanaman agar hasil panennya bisa maksimal. Sementara
sebagian yang lain menyebutkan, bahwa upacara ini dilaksanakan sebagai
wujud rasa syukur atas hujan yang dikaruniakan oleh Yang Maha Kuasa bagi
kemakmuran dan kesuburan alam. Kepercayaan ini sudah berlangsung ratusan
tahun, dan masih terus dijalankan.

4. PAKAIAN TRADISIONAL
Daerah Lombok, Nusa Tenggara Barat juga memiliki pakaian adat yang unik dan
menarik. Sebagian besar pakaian sasak di buat dari kain tenun. Corak kain untuk
perempuan berbeda dengan ragam hias kain untuk laki-laki.Pakaian adat Suku
Sasak terbagi dalam dua bagian yakni pakaian adat untuk Wanita dan Laki-laki.
Pakaian adat untuk Wanita disebut dengan Pakaian Lambung dan Pakaian adat
Pria disebut dengan Pakaian Pegon.
1) Pakaian Adat Wanita (Pakaian Lambung)

16
Pakaian adat Sasak bagi perempuan disebut Lambung. Baju hitam tanpa
lengan dengan kerah berbentuk huruf V dan sedikit hiasan di bagian giigir
baju. Pakaian ini menggunakan bahan kain pelung, ditambah selendang yang
menjuntai di bahu kanan bercorak ragi genep yang merupakan jenis kain
songket khas Sasak. Sepadu dengan sabuk anteng atau ikat pinggang yang
dililitkan dan bagian ujungnya berumbai di juntaikan dipinggang sebelah kiri.
Bawahannya memakai kain panjang atau kain tenun Songket khas Lombok
yang dililitkan sampai lutut atau mata kaki dengan bordiran di tepi kain
bermotif kotak-kotak atau segitiga. Penggunaannya sebagai lambang
kesopanan, dan kesuburan. Sebagai tambahan aksesoris, ditambahkan
sepasang gelang tangan dan gelang kaki berbahan perak, sowang atau anting-
anting berbentuk bulat terbuat dari daun lontar. Rambut diikat rapi dan
sebagai aksen diselipkan bunga cempaka dan mawar, atau bisa juga disanggul
dengan model punjung pliset.
Waktu memakai pakaian baju adat
Pakaian Lambung ini biasanya digunakan gadis-gadis Sasak pada waktu
menyambut kedatangan tamu dan saat tengah melaksanakan upacara adat
yang dikenal dengan nama Mendakin atau Nyongkolan.
Dengan pakaian adat suku sasak, bisa menarik minat wisatawan untuk datang
dan melihat keunikan yang ada di Lombok, melalui pakaian ini mencerminkan
adanya tradisi unik dari kehidupan Suku Sasak Lombok.
2) Pakaian Adat Laki-laki (Pakaian Pegon)

17
Pakaian adat Lombok untuk pria sering disebut Pegon. Terdiri dari Cappuq
atau Sapuk, merupakan mahkota yang ditaruh di atas kepala. Mahkota
digunakan sebagai lambang penghormatan pada Tuhan Yang Maha Esa.
Pegon merupakan baju yang mendapat pengaruh adat Jawa dan mengadopsi
model jas Eropa. Untuk memudahkan pemakai, biasanya ada celah terbuka di
bagian belakang Pegon.
Leangatau Dodot, yaitu kain songket yang berfungsi untuk menyelipkan keris.
Kain ini digunakan dengan cara melilitkannya di pinggang. Kain songket yang
digunakan beragam motifnya, ada Subahnale, Keker, dan Bintang Empet.
Kain dalam dengan wiron, yaitu jenis kain yang digunakna sebagai penutup
tubuh bagian bawah yang dililitkan dari pinggang hingga sebatas mata kaki
dengan ujung tengah lurus menjuntai ke bawah. Dalam penggunaan kain
wirontidak diperkenankan untuk memakai kain polos berwarna putih atau
merah, melainkan kain bermotif khas Lombok dengan campuran motif batik
Jawa.
Untuk perlengkapan pendukung ada keris dan selendang Umbak. yaitu sapuk
yang khusus diperuntukkan bagi para pemangku adat atau pengayom
masyarakat. Pembuatannya dilakukan dengan ritual khusus dalam keluarga
sasak. Jenis kain yang digunakan umumnya berwarna merah dan hitam
dengan panjang berkisar empat meter yang dihiasi dengan kepeng bolong.
Pakaian adat Sasak memiliki lambang atau arti. Berikut ini dijelaskan mengenai
arti atau lambing tersebut.

18
Cappuq atau Sapuk, sebagai lambang penghormatan kepada Tuhan Yang Maha
Esa, penggunannya juga dimaksudkan untuk menjaga pemikiran pemakaianya
dari hal-hal kotor dan tidak baik. Pegon, sebagai lambang keagungan seorang pria
dan kesopanan sikap kepada sesama. Leang atau Dodot, sebagai lambang
semangat dalam berkarya, pengabdian kepada orang tua dan masyarakat.
Kain dengan Wiro, sebagai lambang kerendahan hati dan sikap tawadhu yang
harus dimiliki setiap masyarakat Suku Sasak. Keris, dalam ataurannya
penggunaan keris sebagai lambang adat bagian mukanya harus menghadap
kedepan sebagai lambang kesatria, jika terbalik maka bermakna berperang atau
siaga. Selendang Umbak, sebagai lambang kasih sayang dan kebijakan bagi
pemakainya.
3) Pakaian Adat Bayan Lombok Utara

Pakaian tradisional merupakan salah satu identitas suatu daerah yang


membedakan prilaku budaya di suatu tempat dengan tempat lainnya. Setiap
suku bangsa di Indonesia memiliki pakaian tradisional yang menjadi identitas
masing masing daerah dengan keunikannya, demikian pula halnya dengan
masarakat suku sasak yang ada wilayah Bayan Kabupaten Lombok Utara,
Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Pakaian khas masyarakat tradisional Bayan Kabupaten Lombok Utara disebut
dengan nama Tenun Bayan yaitu kain tenun hasih buah karya masyakat
setempat yang disebut kain sesekan. Tenun Bayan ini terdiri dari beberapa
jenis kain sesekan/tenun antara lain sebagai berikut:

19
- Londong Abang yaitu kain tenun dengan warna dasar merah muda dengan
ornament garis berwarna hitam dan kuning. Kain jenis ini biasa dipakai
oleh Kiayai Adat Bayan dan wanita-wanita Bayan yang berasal dari
golongan bangsawan dan keturunan Kiyai Adat Bayan.
- Kereng Pisak adalah kain tenun yang dibuat dengan bahan dasar bernang
berwarna putih dengan ornament hiasa berupa garis lurus yang dibuat dari
benang berwarna putih keabu-abuan. Kain ini biasanya digunakan oleh
golongan Kiyai Pengulu, Kiyai Lebe, Kiyai Ketib dan Kiyai Mudim.
- Rejasa yaitu kain panjang yang ditenun khusus untuk para Kiyai dengan
warna dasar merah kecoklat-coklatan dengan ornament garis berwarna
putih abu-abu. Rejasa biasa digunakan sebagai ikat pinggang oleh pranata
adat Bayan, baik laki-laki ataupun perempuan.
- Sapuk yaitu kain berwarna putih dan kain yang dibuat dengan berbagai
bentuk ornament hiasa batik khas Lombok. Sapuk berwarna putih khusus
digunakan oleh Kiyai Adat sedangkan Sapuk yang bercorak batik
digunakan sebagai ikat kepala oleh seluruh warga Bayan dan umumnya
digunakan oleh seluruh masyarakat Lombok pada saat pelaksanaan tradisi-
tradisi adat sasak Bayan.
- Jong yaitu kain tenun yang dibuat berupa sebuah topi panjang. Jong
merupakan topi panjang yang terbuat dari ahan dasar benang tenun
berwarna merah dengan ragam hias berbebentuk belah ketupat berwarna
putih, kuning, dan hijau. Jong merupakan pakaian penutup kepala yang
khusus dipakai oleh paranata adat wanita Bayan yang biasanya berasal
dari golongan bangsawan dan golongan kiyai. Jong biasanya digunakan
pada saat dilaksanakannya tradisi Maulid Adat dan Lebaran Adat pada
masyarakat Bayan.
- Sampur Rujak Belimbing yaitu kain tenun berupa selendang yang terbuat
dari bahan benang dengan warna dasar kuning dengan ornament garis hias
berwarna merah muda, ping dan merah kecoklat-coklatan. Sampur Rujak

20
Belimbing ini biasa digunakan oleh wanita Bayan yang berasal dari
golongan bangsawan dan keturunan golongan kiyai. Kain selendang ini
biasanya digunakan pada saat dilaksanakannya tradisi Maulid Adat dan
Lebaran Adat pada masyarakat Bayan dan pelaksanaan Gawe Adat Gama.
- Lipaq adalah kain tenun yang dibuat dengan warna dasar jingga/ping
tanpa ada garis hias sebagai ornamennya dan adapula yang dibuat dengan
warna dasar kuning tanpa ornament hiasa. Lipaq difungsikan sebagai
selendang oleh pranata adat wanita Bayan, terutama pada saat
dilaksanakannya tradisi-tradisi adat Bayan.
- Kombong Abang adalah kain tenun yang dibuat dari bahan dasar benang
berwarna merah muda dengan ornament hiasa garis lurus yang terbuat dari
benang berwarna abu-abu dan merah kecoklat-coklatan. Masyarakat
Bayan biasa menggunakan Kombong Abang sebagai kelengkapan pakaian
tradisionalnya, yaitu digunakan sebagai ikat pinggang.
- Poleng Ragi Dayu adalah kain tenun yang dibuat dari benang berwarna
dasar kuning dengan ornament hiasa berbentuk kotak-kotak berwarna
kelabu, merah muda, kuning kehijau-hijauan dan merah kehitam-hitaman.
Jenis kain ini bisa dipakai oleh siapapun.
- Songket Poleng adalah kain songket yang dibuat dengan benang tenun
berwarna dasar merah muda dengan ornament hiasa berupa kotak-kotak
berwarna merah kehitam-hitaman dan dalam beberapa kotak terdapat
ragam hias berbentuk punden berundak lima yang terbuat dari benang
berwana putih. Jenis kain ini bisa dipakai oleh siapapun.
- Ragi Rajek adalah kain tenun yang dibuat dari benang dengan warna dasar
merah kehitam-hitaman dengan ornament hias berupa garis lurus yang
terbuat dari benang berwarna biru, putih, dan merah muda yang
membentuk kotak-kotak. Jenis kain ini bisa dipakai oleh siapapun.

21
- Kesial Kuning adalah kain tenun yang dibuat dengan benang berwarna
dasar kuning dengan ragam hiasa garis lurus membentuk kotak-kotak
berwarna ungu dan piolet. Jenis kain ini bisa dipakai oleh siapapun.
- Rujak Burune adalah kain tenun yang terbuat dari benang berwarna dasar
merah maron dengan ragam hias berupa garis lurus berwarna putih. Jenis
kain ini bisa dipakai oleh siapapun.

Inilah gambaran singkat dari beberapa jenis kain tenun yang dijadikan sebagai
pakaian tradisional oleh masyarakat Suku Sasak Bayan dalam kehidupan
social budayanya.Pakaian tradisional Bayan masih tetap digunakan hingga
sekarang,terutama pada saat pelaksanaan tradisi-tradisi adat dan Gawe Adat
Gama.Untuk pakaian adat kaum perempuan Bayan digunakan adalah Jong
sebagai penutup kepala, Londong Abang sebagai kain, Rejasa sebagai ikat
pinggang dan Sampur Rujak Belimbing sebagai selendang-nya.

Sedangkan Pakaian adat Bayan untuk kaum pria menggunakan Sapuk sebagai
ikat kepala, Londong Abang sebagai kain, Rejasa sebagai ikat pinggangnya
dan Kombong Abang sebagai selendangnya. Khusus untuk Kiyai Kagungan,
mereka menggunakan Sapuk Putek sebagai ikat kepala, Kereng Pisak sebagai
kain, Rejasa sebagai ikat pinggang dan Kombong Abang sebagai
selendangnya.

Komonitas Penenun Bayan sampai sekarang masih tetap aktif memperoduksi


kain tenun Bayan yang terdiri dari beberapa jenis kain untuk kepentingan
masyarakat dan untuk tujuan komersil.

5. KESENIAN DAN KERAJINAN DAERAH


Suku Sasak yang merupakan suku asli di Lombok memiliki beragam kesenian
atau pertunjukan seni. Berbagai pertunjukan seni tersebut seperti tarian suku
Sasak atau sholawatan menampilkan permainan berbagai alat musik Suku Sasak

22
yang dibuat dengan cara tradisional dan memiliki suara yang khas. Bahkan
beberapa alat musik tersebut tidak ditemukan di daerah lain di Indonesia.
Kekayaan khasanah seni dan budaya Indonesia tersebut sangat di sayangkan
apabila tidak di kenal oleh masyarakat Indonesia sendiri. Oleh karenan itu
dibawah ini akan dijelaskan alat musik tradisional yang berasal dari suku sasak.
1) Gong Tawaq-Tawaq
Tawaq-tawaq merupakan sebuah perangkat alat musik suku Sasak di Lombok
yang didukung dengan berbagai perangkat alat musik yaitu 6 buah barangan
sebagai melodi, 2 kemong gantung, 2 gendang sebagai pembawa tempo dan
dinamika, sebuah gong, dan 8 pasang ceng-ceng (simbal) sebagai alat ritmik.
Gong tawaq-tawaq merupakan salah satu instrumen unik dari kuningan yang
ada di pagelaran seni tersebut. Pementasan tawaq-tawaq dapat dimainkan
dengan posisi duduk maupun arak-arakan.
2) Gendang Beleq

Gendang Beleq memiliki dua kata yakni gendang dan beleq. Gendang berasal
dari bunyi gendang itu sendiri, yaitu bunyi deng atau dung. Selain itu kata
Beleq berarti utama atau besar. Jadi gendang beleq merupakan gendang
utama. Alat musik tradisional ini dimainkan secara berkelompok dan mcara
memainkannya dengan dipukul.
Pada zaman dahulu Gendang Beleq dijadikan penyemangat prajurit yang
berperang. Karena saat ini budaya peperangan antar sudah ditiadakan maka
kini Gendang Beleq digunakan sebagai musik pengiring dalam upacara-

23
upacara adat seperti Merariq (pernikahan), sunatan (khitanan), Ngurisang
(potong rambut bayi atau aqiqah) dan begawe beleq (upacara besar).
3) Satong Srek

Satong srek biasanya ditemukan dalam pagelaran orkestra tradisional Suku


Sasak. Namun bisa juga dimainkan secara solo. Alat ini terbuat dari bahan
seng dan juga bambu dengan salah satu bagian bambu tersebut diberi sebuah
penampang berupa lempengan seng yang permukaannya dibuat tajam dan
kasar. Ketika digesek atau dipukul akan menghasilkan bunyi.
4) Semprong
Alat musik tradisional ini semakin jarang ditemukan saat ini. Alat musik Suku
Sasak ini terbuat dari bambu yang dibentuk menyerupai terompet. Bambu
yang digunakan adalah bambu betung dan selelo karena jenis bambu tersebut
bisa menghasilkan nada yang baik dan mudah di temukan di daerah Lombok.

5) Rebana Burdah

24
Alat musik ini adalah alat musik suku Sasak yang menggabungkan budaya
Timur Tengah dengan kebudayaan Sasak. Rebana Burdah ini di mainkan
dengan syair pujian kepada Allah dan Nabi Muhammad yang dikutip dari
kitab sastra Arab Al-Barzanji. Tradisi ini sebenarnya bisa dengan mudah
ditemukan di kalangan Islam tradisional di Indonesia.
Rebana bukan hanya sekedar kesenian tradisional yang sifatnya hiburan,
namun lebih dari itu Rebana menyiratkan pesan yang begitu agung. Nilai
fundemantal dari eksistensi manusia sebagai makhluk yang fana alias tidak
abadi terkandung di dalam syair-syair yang diucapkan. Jumlah instrument
dalam perangkat Rebana Burdah biasanya memiliki lima belas perangkat.

6. CERITA RAKYAT
1. Legenda doyan nada
Legenda doyan nada menceritakan tentang seorang putra dari kepala suku di
pulau Lombok, NTB. Sejak kecil ia memilik tabiat yang kurang disukai oleh
ayahnya yakni emilik nafsu makan yang sangat besar. Hingga karena ayahnya
tidak sanggup lagi menanggung makan doyan nada, ayah doyan nada
beberapa kali mencoba membunuh doyan nada, namun tidak pernah berhasil
karena doyan nada sangat kuat. Kemudian ibu doyan nada menyuruhnya pergi
karena khawatir ayah doyan nada akan mencelakai doyan nada lagi. Selama

25
berkelana doyan nada bertemu dengan pertapa yang diberikan nama Tameng
Muter dan Sigar Penjalin. Akhirnya ketiga nya menemukan tiga orang putri
cantik yang ada di dalam goa tempat tinggal raksasa yang sudah dibunuh oleh
doyan nada. Ketiganya berasal dari Majapahit, Mataram, dan Madura. Doyan
Nada lantas memperistri putri yang berasal dari Majapahit. Tameng Muter
memperistri putri dari Mataram, sementara putri dari Madura diperistri Sigar
Penjalin. Doyan Nada dan dua sahabatnya di kemudian hari mendirikan
kerajaan-kerajaan di Pulau Sasak. Doyan Nada mendirikan kerajaan
Selaparang. Tameng Muter menjadi raja di Pejanggi dan Sigar Penjalin
bertakhta selaku raja di Kerajaan Sembalun. Ketiganya tetap bersahabat karib,
saling bantu-membantu laksana yang mereka perbuat ketika ketiganya
menempuh perjalanan bersama dahulu.
2. Raja kuripan
Cerita Dongeng Sasak Kisah Raja Kuripan di Lombok Barat - Ki Rangga
adalah putra angkat Prabu Aria Pelabu, Raja Kahuripan di Lombok Barat,
Nusa Tenggara Barat, yang sakti mandraguna. Tidak seorang pun di kerajaan
tersebut yang sanggup mengalahkan kesaktiannya. Setelah dewasa, Ki Rangga
dinikahkan dengan seorang gadis yang cantik dan diberi wilayah kekuasaan di
ujung timur Kerajaan Kahuripan. Namun, semua kebaikan Prabu Aria itu ia
balas dengan pengkhianatan. Suatu malam, Ki Rangga secara diam-diam
menyelinap masuk ke dalam kamar kedua putri sang Prabu. Tentu saja
perilaku Ki Rangga tersebut membuat sang Prabu amat murka kepadanya dan
berniat untuk menghukumnya.
3. Cupak gurantang
Kisah ini menceritakan tentnang Cupak dan Gurantang, dua orang yang
berbeda karakteristik, dan mereka menjalin ikatan persaudaraan. Cupak
mewakili pribadi yang ingin menang sendiri, karena itu dia menyatakan diri
sebagai kakak, dan Gurantang pribadi yang apa adanya yang kemudian
diangkat menjadi adik. Dengan demikian, Cupak selalu diuntungkan dalam

26
memenuhi kebutuhan setiap hari. Misalkan, ketika dia lapar, maka dia
meminta Gurantang untuk mencari makanan. Sebelum makan, muncul sikap
tamaknya si Cupak, dia meminta Gurantang mencari air minum dan
sekembalinya Gurantang mencari air minum, makanan sudah habis dilahap
dan Cupak pura-pura tertidur. Malah ketika terbangun dia menyalahkan
Gurantang dan menuduhnya menghabiskan makanan itu. Akhirnya mereka
bertengkar. Cupak juga berbohong memiliki kesaktian yang mandraguna
dihadapan Datu Daha, setelah mendengar anak sang Datu yaitu Sekar Ratna
diculik oleh raksasa Gawah Senaru yang bernama Genawa. Awalnya,
Gurantang mengingatkan bahwa tidak boleh berbohong kepada siapapun,
apalagi kepada Raja, Namun dia ngotot dan meminta Gurantang untuk diam
saja. Cupak meminta makanan dan sebilah keris sakti pada kerajaan. Dia dan
Gurantang langsung pergi ke hutan dan mencari raksasa tersebut. Mereka
pada akhirnya bertemu dengan raksasa tersebut, tetapi si Cupak terlihat
ketakutan ketika berhadapan dengan raksasa kemudian berlari. Gurantanglah
yang berkelahi dengan raksasa kemudian mampu mengalahkannya. Akan
tetapi secara tiba-tiba Cupak tampil ke depan dan menancapkan keris ke
raksasa, seakan-akan dia yang telah membunuhnya. Lalu, mereka mencari
sang putri kemudian menemukan putri Sekar Ratna yang disimpan oleh
raksasa dalam sebuah sumur tua, kemudian cupak mengelabui Gurantang.
Gurantang yang turun kedalam sumur, setelah sang putri berhasil diangkat
naik, Cupak mengubur hidup-hidup Gurantang dalam sumur tersebut. Cupak
melakukan penghianatan terhadap saudara seperjalananya dalam keadaan
susah dan senang. Dia membuat kompetisi dan menjanjikan siapa yang
menang melawan dia perisean (tradisi adat Sasak), akan medapatkan Sekar
Nitra menjadi istrinya. Gurantang ternyata masih hidup dan mengikuti
kompetisi perisean tersebut. Nasib selalu adil, dia pun menang dan
mendapatkan yang selama ini menjadi haknya.

27
7. PERMAINAN TRADISIONAL
Negara Indonesia merupakan Negara yang kaya akan budaya, tradisi, bahkan
berbagai macam permainan tradisional. Dibeberapa daerah tidak jarang
ditemukan jenis permainan yang sama, meskipun namanya berbeda. Permainan
tradisional adalah warisan kekayaan yang perlu dilestarikan. Terlebih lagi aneka
permainan tradisional mengandung nilai-nilai positive bagi kehidupan anak.
Berikut ini beberapa permainan tradisional suku Sasak di Lombok.
a) Permainan Bledokan

Permaian beledokan ini adalah permainan perang-perangan anak sasak


yang terbuat dari batang bambu kering yang dipotong kedua ujungnya untuk
di maksudkan membuat lubang di tengahnya dan memiliki kayu khusus untuk
mendorong peluru. Pelurunya bisa menggunakan kertas yang dibasahi air
kemudian di bulatkan kecil kecil dan di maksukan ke lubang mambu lalu di
dorong atau bisa juga mengggunakan bunga jambu air.
Permainan ini biasa dimainkan oleh anak-anak dan remaja, permainan
beldokan ini tidak hanya dimainkan oleh anak laki-laki saja tetapi sebagian
anak perempuan juga sering memainkannya.
Permainan beldokan ini adalah permainan perang perangan, biasanya ada
beberapa tim untuk saling berperang, lalu membuat benteng masing masing

28
lalu secara sembunyi sembunyi mendekati beteng lawan dan melakukan
penyerangan
b) Permainan Manuk Kurung

Manuk kurung berarti ayam kurungan. Permainan ini dilakukan oleh


anak laki-laki umur 6-12 tahun. Sifat permainan adalah hiburan disaat luang
(setelah membantu orang tua dilakukan di malam terang bulan).
Dalamsekelompok anak mencari pasangan masing-masing. Lalu mereka
melakukan undian. Pemenang undian menjadi satu kelompok, demikian pula
yang kalah. Masing-masing regu menunjuk ketuanya yang disebut pekembar.
Kemudian setiap regu bersembunyi untuk memilih pemain yang berperan
sebagai ayam. Setelah terpilih, lalu dikurung dengan sarung, kemudian kedua
pekembar membawa ayam yang terkurung ke arena. Si ayam dalam kurungan
mengelabui lawan dengan mengembangkan kain sarung lebih besar. Biasanya
anak yang bentuk badannya diketahui oleh lawan tidak akan ditunjuk. Kedua
pekembar berdialog sekitar ayam dari mana, keturunan berapa kali diadu,
makanannya dan sebagainya. Selesai berdialog, masing-masing disuruh
berkokok. Baisanya ayam mengubah suaranya supaya tidak dikenal. Setelah
berkokok, maisng-masing pekembar menebak siapa yang menajadi ayam. Jika
tertebak, maka si ayam menajdi anggota regu penebak. Kalau tidak tertebak,
masih tetap anggota regu asal. Jika kedua tebakan adalah tepat, maka terjadi
seri atau maisng-masing kembali pada regunya. Permainan itu diulang sampai
salah satu regu habis anggotanya atau kalah. Regu yang kalah harus

29
menggendong pemenang pada jarak yang disepakati sebelumnya. Permainan
manuk kurung dapat membuat penonton tersenyum sebab yang dibungkus di
dalam sarung bukan manuk tetapi manusia.
c) Permainan Peresean

Permainan ini sangat popular di kalangan suku Sasak di Lombok.


Nama permainan diambil dari kata perisai atau tameng. Dahulu, permainan
diselenggarakan saat upacara mohon hujan. Jika banyak darah mengucur
dipandang hujan akan segera turun. Sekarang permainan telah memakai wasit
yang disebut pekembar. Sebenarnya pekembar tidak sama dengan wasit, sebab
pekembar dimiliki oleh kedua pemain artinya setiap pemain punya pekembar
sendiri.
Perelatan ende (perisai) dan penjalin (rotan) ±1,5 meter. Pemain laki-
laki dewasa. Agar penjalin tidak mudah pecah, maka dipilih rotan tua dan
ditengah dililit ijuk. Bahkan jaman dulu dilapisi timah diujungnya. Perisai
dibuat dari kulit kambing dengan kerangka dan pegangan kayu, ukuran 1 x
0,75 meter.
Pengiring gamelan peresean dan tiga macam gending (lagu):
• Gending pengalus, dimainkan saat mencari pemain atau metanding
• Gending pemapak, dimainlan untuk menyambut pemain yang telah setuju
berain atau saat persiapan permainan.
• Gending pemangkep, dimainkan untuk mengiri permainan
Sebelum permainan dimulai gamelan peresean tersebut dibunyikan
sebagai

30
pengumuman mengundang penonton. Kemudian kedua pekembar mulai
ngumbang atau menantang. Cara ngumbang yaitu ende diangkat memayungi
kepala dan penjalin digerak-gerakkan sambil menari yang disebut ngecak.
Kedua pekembar yang ngumbang mendomenstrasikan peresean dengan
memukul-mukul ende. Maksud ngumbang adalah merangsang calon pemain.
Jika desa peserta banyak, maka mata angin tidak hanya empat, tetapi bisa
sampai delapan. Setiap suku desa satu mata angin. Pemilihan lawan disebut
nanding berdasarkan usia, besar kecil, ketenaran dan sebagainya. Apabila
pemain membalik ende bisa punya arti tidak berani, bisa berarti minta lawan
lainnya.
Setelah didapat yang cocok dan pakaian (seperti pakaian belanjakan)
dan lain-lain siap, maka dilemparkan dua buah penjalin dan keduanya berebut.
Sebelum ende dan penjalin diangkat tidak boleh ada pihak memukul. Kalau
keduanya mengangkat ende dan penjalin barulah pertarungan dimulai. Pukul
memukul terjadi diiringi gamelan disertai sorak penonton. Permainan terus
ada kecuali ada yang cop. Alasan cop: pemain jatuh, alat lepas, pakaian lepas
dan dihentikan oleh pekembar. Setelah ditarungkan, permainan istirahat dan
dilanjutkan. Jika tidak ada yang kalah maka pekembar menyatakan sapih
(seri). Penentuan pemenang sama dengan permainan belanjakan. Permainan
peresean ini hamper sama teknisnya dengan permainan makare di Bali.
d) Permainan selodor

Selodor pada umumnya adalah sebuah permainan grup yang terdiri dari dua
grup, di masing-masing tim terdiri dari 3 sampai 5 orang. Selodor/main macan

31
termasuk salah satu permainan tradisional Sasak. Permainan ini adalah
permainan untuk mengadu ke lincahan dalam bermain. Jika si pemain tidak
lincah pada saat bermain itu akan mengakibatkan pemain cepat kalah karena
mudah tertangkap oleh lawan. Permainan ini sebenarnya tidak hanya ada di
Lombok akan tetapi permainan ini juga ada di daerah lain hanya saja
pemberian namanyaa saja yang kadang berbeda. Pada umumnya permainan
ini diperuntukkan untuk anak- anak dan kerap kali dimainkan pada malam
hari di saat terang bulan. Permainan ini biasanya bertujuan untuk mengisi
waktu senggang ana-anak pada malam hari di saat terang bulan. Cara
Permainan Permainan selodor bisa di lakukan perseorangan dan juga bisa
perkelompok. Tehnik permainan perseorangan yang pertama masing-masing
pemain melakukan “hompimpa” bertujuan untuk melihat siapa yang kalah.
Pemain yang kalah di saat “hompimpa” harus menjaga garis yag sudah dibuat.
Sebelum permainan di mulai pemain membuat garis, garis itu bertujuan untuk
membatasi daerah yang harus dilintasi oleh pemain. Setelah garis dibuat
pemain yang kalah harus menjaga garis tersebut dan pemain yang lain
mencoba untuk melewati garis. Akan tetapi aturannya adalah pemain tidak
boleh terkena oleh penjaga garis tersebut jika terkena maka dia yang kalah
dan harus menjaga garis. Begitulah yang dilakukan para memain secara terus
menerus. Selanjutnya adalah permainan yang menggunakan kelompok. Cara
permainannya hampir sama. Salah satu dari anggota kelompok maju sebagai
perwakilan dari kelompok. Setelah perwakilan maju mereka melakukan “sut”
kelompok yang kalah dalam “sut” merekalah yang harus menjaga garis. Kali
ini garis yang dibuat tidak hanya satu garis melainkan harus sesuai dengan
anggota masing-masing kelompok. Jika anggota satu kelompok 5 orang maka
garis yang dibuat harus berjumlah lima garis. Disetiap garis-garis itulah
mereka menjaga. Perminan berkelompok ini sedikit lebih sulit dibandingkan
dengan permainan perseorangan. Jika perseorangan garis yang dilewati
hanyalah satu sedangkan permainan selodor berkelompok pemain harus

32
melewati garis sesuai banyak anggota dalam satu kelompok. Sangsi dalam
permainan ini juga berlaku, berdasarkan dari kesepakatan para pemain
sebelum permainan dimulai.
8. BAHASA

Bahasa Sasak dipakai oleh masyarakat Pulau Lombok, provinsi Nusa


Tenggara Barat. Bahasa ini mempunyai gradasi sebagaimana bahasa Bali dan
bahasa Jawa. Bahasa Sasak serumpun dengan bahasa Sumbawa.
Bahasa Sasak mempunyai dialek-dialek yang berbeda menurut wilayah, bahkan
dialek di kawasan Lombok Timur kerap sukar dipahami oleh para penutur Sasak
lainnya. Sebagai contoh, kawasan antar rukun warga (RW) yang hanya berjarak
500 meter sudah memiliki dialek yang sangat berbeda.
Bahasa Sasak biasanya dibagi menjadi lima dialek:
Kuto-Kute (Utara)
Ngeto-Ngete (Timur laut)

Meno-Mene (Tengah) side = kamu


Ngeno-Ngene (Timur tengah, tampi aseh = terima kasih
Barat tengah) kaken = makan
Meriaq-Mriku (Selatan tengah). kanggo = memakai
Beberapa kosakata bahasa Sasak iku, tie = itu
aku = aku balé = rumah
tiang = saya baruq = baru saja

33
kodeq = kecil kereng = sarung
beleq = besar mele = mau
tangkong/kelāmbi = baju pire = berapa
mbé = mana mesaq = sendiri
sai = siapa tindok = tidur
pacu = rajin bangket = sawah
lekaq, ajaq = bohong kebon = kebun
tetu = benar tanduran = halaman
ore = berantakan kayun = mau
brembe = bagaimana midang = ngapel
ceket = pandai beraye = pacar
ndeq = tidak berayean = pacaran
tokol = duduk bekelor = makan (di ucapkan untuk
nganjeng = berdiri orang yang lebih tua karena lebih
merarik = nikah sopan)
dedare = gadis uiq/rubin = kemarin
bebalu = janda lemak = besok
papuk nine = nenek nani = sekarang
papuk mame = kakek laeq = dahulu/dulu
nine = perempuan bareh = nanti.
mame = laki-laki

34
35
9. KEINDAHAN ALAM/OBJEK WISATA
1. Pantai Senggigi

Pantai Senggigi adalah suatu nama yang diambil dari nama seorang putri
dalam legenda rakyat Lombok. Pantai ini merupakan suatu Kawasan utama
wisata di Lombok yang pengembangan dimulai tahun 1980. Pantai Senggigi
ini berada di Jl. Raya Senggigi, kecamatan batu layar, Lombok barat. Untuk
masuk ke pantai Senggigi membayar tiket sebesar 15 ribu. Jam operasional
pantai Senggigi 24 jam.

2. Gili Kedis

Gili kedis berada di Desa sekotong tengah, kecamatan sekotong, Lombok


barat. Hal yang menarik di gili ini adalah ombaknya tidak ada persis seperti

36
danau dan masih bersih dan alami. Bentuk gili kedis ini seperti bentuk jantung
atau lambang cinta. Keindahan trumbu karangnya masih terjaga. Si satu sisi
terdapat pasir putih yang lembut dengan ombak yang relative tenang.
Sedangkan disisi lainnya, terdapat bebatuan yang tergerus oleh ombak. Untuk
kesana bisa menggunakan perahu dengan biaya 200 ribu untuk 1 perahu
dengan isi maksimal 10 orang. Di gili kedis juga kita bisa melakukan
camping. Serta terdapat pohon-pohon rindang dan 2 ayunan. Disini juga bisa
melakukan snorkling.
3. Taman Narmada

Taman narmada merupakan salah satu taman terbesar di nusa tenggar


barat. Yang terletak di Jl. Raya narmada, lembuak, kecamatan narmada,
Lombok barat. Taman narmada dibangun oleh Raja Anak Agung Ngurah
Karang Asem pada tahun 1727 M, sebagai tempat upacara pakelem yang
diselenggarakan setiap purnama ke lima tahun Caka. Taman narmada juga
digunakan sebagai tempat peristirahatan raja pada musim kemarau. Nama
taman ini diambil dari sebuah anak sungai gangga yang suci di india yaitu
sungai narmadanadi. Nama narmada digunakan untuk menamai nama mata air
dan sebuah sungai di tempat tersebut, lama-kelamaan nama tersebut
digunakan untuk penyebut pura dan keseluruhan kompleks taman narmada.

4. Pantai Bangko-Bangko

37
Pantai Bangko-Bangko merupakan salah satu pantai yang terletak di
kawasan wisata Sekotong yang mashur dengan pesona pantainya. Pantai nan
indah ini tepatnya terletak di Jl. Putih, Batu Putih Sekotong Tengah,
Kecamatan Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat. Pantai ini memiliki karakter
pasir putih yang halus, ombak yang cukup besar. Pantai bangko-bangko
menjadi salah satu spot surfing terfavorit di pulau Lombok dan cukup popular
dikalakan peselancar lokal maupun mancanegara karena tipe ombak yang
tidak mudah pecah hingga tepian. Pantai bangko-bangko merupakan salah
satu dari 10 spot surfing dengan ombak terganas menurut International
Surfing Association. Waktu terbaik untuk mengunjungi pantai bangko-bangko
adalah sekitar bulan Mei-Oktober. Dimana pada bulan-bulan tersebut terjadi
pasang surut gelombang yang cukup berongga yang mampu membuat
gulungan ombak sepanjang 300 meter dengan ketinggian ombak berkisar
hingga 3 meter sehingga membuat para peselancar ingin menaklukkannya.
Daya tarik pantai bangko-bangko tidak hanya sebagai spot surfing saja..
Keindahan lain yang tidak kalah menarik adalah wisata trekking dan peristiwa
di kawasan Taman Wisata Alam Bangko-Bangko seluas 2.169 hektar area.
Rimba Taman Wisata Alam Bangko-Bangko termasuk dalam tipe ekosistem
hutan pantai, hutan musim dataran rendah, dan hutan mangrove. Berbagai
jenis fauna yang jarang dijumpai masih terjaga habitannya seperti elang
bendol, ayam hutan, raja udang, koakiu, kupu-kupu troces helena, eleng laut,
dan jenis fauna lainnya.

38
5. Sesaot

Desa sesaot, kecamatan narmada, Lombok barat.Salah satu keindahan yang


dimiliki oleh wisata yang satu ini yakni di tengah-tengah hutan terdapat
Sungai Aiq Nyet dengan batu kali besar. Mata air sungai berasal dari Gunung
Rinjani sehingga membuat air sungai di hutan ini menjadi lebih jernih, dingin,
dan segar. Tiket untuk masuk ke wisata sesaot yakni sebesar Rp5.000 yang
sudah termasuk tiket masuk wisata, dan parkir kendaraan dengan jam
kunjungan dari pagi hingga sore hari. Pemerintah Kabupaten Lombok Barat
membangun dan mengemas lokasi ini menjadi taman wisata “Aik Nyet”,
dimana dalam bahasa Indonesia Aik Nyet artinya Air Dingin. Jadi, air yang
ada di hutan ini baik itu air terjun maupun tempat pemandian masih sangat
asli dan dingin seperti namanya.
6. Gili Air

Gili Air berada paling timur dibandingkan dengan dua gili yang berada di
dekatnya, yakni Gili Trawangan dan Gili Meno. Lokasi Gili Air paling dekat

39
dengan Pulau Lombok. Berada di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang,
Kabupaten Lombok Utara. Gili Air merupakan salah satu tempat yang sangat
cocok untuk melakukan diving atau snorkeling. Untuk menuju Gili Air,
pengunjung dapat menempuh perjalanan menggunakan boat dari pelabuhan
Bangsal dengan jarak tempuh sekitar 25 menit dengan biaya sebesar
Rp.8.000-Rp.25.000 per orang tergantung jenis boat yang digunakan. Untuk
jadwal penyeberangan pada pagi hari sekitar pukul 08.30 dan sore hari.
Apabila ingin berkeliling pulau Gili Air dengan menggunakan sepeda, di pulai
ini terdapat juga fasilitas penyewaan sepeda dengan harga Rp.30.000.
Tentunya dengan harga tersebut anda sudah bisa seharian mengelilingi pulau
Gili Air dengan sepeda sewaan tersebut.

7. Gili Meno

Gili Meno adalah pulau terkecil diantara 3 Gili di Nusa Tenggara Barat.
Terletak di antara Gili Trawangan dan Gili Air, pulau sepanjang 2 km. Gili
Meno berukuran kecil sehingga hanya diperlukan waktu kurang dari 2 jam
untuk mengitari seluruh sisi pulau. Kapal berangkat dari Gili Trawangan ke
Gili Meno setiap hari dari jam 9.30 pagi hingga 4 sore dengan biaya
Rp23.000. Kapal berangkat dari jam 8.30 hingga 3 sore dengan biaya
Rp25.000. Perjalanan menyeberang pulau hanya memakan waktu 20 menit.
beberapa aktivitas yang bisa kamu lakukan di Gili Meno diantaranya adalah
snorkeling dan diving. Ada banyak hewan laut yang bisa diamati di perairan
Gili Meno seperti penyu, Moray eels, stingrays, dan cattlefish. juga pusat

40
penangkaran untuk melihat bagaimana cara melindungi penyu dan
menetaskan telurnya.

8. Gili Trawangan

Gili Trawangan merupakan pulau terbesar dari tiga pulau lain yang berada
di sisi ujung pulau Lombok. Dua pulau kecil lainnya bernama gili meno dan
gili air. Selain karena banyaknya transportasi public dari pelabuan bangsal,
tiket public boat hanya Rp. 15.000 sekali jalan dari pelabuhan. Trawangan
juga satu-satunya gili yang ketinggiannya di atas permukaan laut cukup
signifikan. Dengan panjang 3 km dan lebar 2 km. Aktivitas yang populer
dilakukan para wisatawan di Trawangan adalah scuba diving, snorkeling,
bermain kayak, dan berselancar. Ada juga beberapa tempat bagi para
wisatawan belajar berkuda mengelilingi pulau. Di Gili Trawangan juga kita
dapat melihat kesenian bela diri tradisional yang bernama presean atau stick
fighting yang biasanya dipertontonkan disekitar pasar seni Gili Trawangan.
Sarana transportasi yang disewakan oleh masyarakat setempat untuk para
wisatawan adalah sepeda cidomo, kereta kuda sederhana yang umum
dijumpai di Lombok. Kelebihan Gili Trawangan dibandingkan dengan pantai
lain adalah kita dapat menikmati sunset dan juga sunrise sekaligus di pantai

41
ini. Hal ini terjadi karena Gili Trawangan memiliki pantai yang menghadap
timur dan menghadap barat, dan jaraknya tidak terlalu jauh.

10. MAKANAN TRADISIONAL


1. Sate bulayak

Sate bulayak adalah sate khas Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat,
yang terbuat dari daging sapi, jeroan, dan daging ayam, sate bulayak sekilas
tak begitu berbeda dengan sate kebanyakan. Namun, keunikan sate ini justru
terdapat pada bulayak. Bulayak adalah lontong yang dibuat dengan bungkus
lilitan daun aren atau enau. Daun dililit secara spiral. Tujuannya, agar saat
dibuka, bulayak akan terbuka secara memutar sehingga mudah menyantapnya.
Ukuran bulayak lebih kecil ketimbang lontong biasa. Hal itu membuat tekstur
bulayak lembut dengan aroma khas daun aren. Ciri khas lain sate bulayak
ialah bumbu kacang yang menjadi saus sate. Bumbu kacang sate bulayak
terbuat dari kacang tanah yang telah disangrai, ditumbuk, lalu direbus
bersama santan juga bumbu-bumbu, seperti ketumbar, jintan, bawang, dan
cabai. Hasilnya, saus kacang legit, dengan rasa yang pedas. Citarasa bumbu
sate bulayak sedikit mirip kari.
2. Plecing kangkung

42
Plecing kangkung adalah masakan khas Indonesia yang berasal dari
Lombok. Plecing kangkung terdiri dari kangkung yang direbus dan disajikan
dalam keadaan dingin dan segar dengan sambal tomat, yang dibuat dari Cabai
rawit, garam, terasi dan tomat, dan kadang kala diberi tetesan jeruk
limau.Makanan khas Lombok ini punya citarasa pedas yang nikmat dan bikin
melek. Plecing kangkung juga dikenal di Bali. Namun, penyajiaan plecing
kangkung di Bali sedikit berbeda. Di Lombok, plecing kangkung dibuat dari
kangkung air yang ditanam dengan metode tertentu sehingga punya batang
besar yang renyah, berbeda dari kangkung darat yang biasa ditemui di
pasaran. Jika di Lombok kangkung plecing disajikan dengan sambal pedas, di
Bali kangkung plecing disajikan bersama sambal pedas dan siraman kuah
pindang.

3. Sate tanjung

43
Sate tanjung adalah satu jenis sate yang diolah dari daging ikan sate ini
bisa kamu jumpai di Kecamatan Tanjung, Lombok Utara, Nusa Tenggara
Barat. Rasa gurih dari daging dan santan serta bumbu rempah-rempah yang
pedas sangat nikmat. Campuran rempah-rempah dan ikan yang dibakar ini
membuat sangat nikmat, dan sedikit hangat. Bahan Sate Tanjung biasanya
berasal dari ikan Cakalang atau ikan Langoan. Jika Cakalang sedang langka,
maka pedagang akan menggunakan ikan Langoan. Sate ini awalnya
merupakan sajikan saat acara keagamaan atau acara roah/hajatan. Tapi seiring
waktu kelezatan Sate Tanjung semakin populer. Makanan ini kemudian
menjadi sajian kuliner khas yang dijual warga Tanjung. Di Tanjung, beberapa
pedagang sate merupakan usaha turun temurun. Pedagang sate saat ini
merupakan generasi kedua.

4. Ares

44
Sayur Ares masakan ini adalah masakan khas suku sasaklombok yang
terbuat dari santan dan bisanya berisi Kedebong pisang muda,dan campuran
daging, Rasa sayu ares ini sangat unik yaitu rasa,manis dan gurih tidak hanya
rasa yang unik tetapi memiliki cerita atau sejarah juga Menurut penduduk
suku sasak,sayaur ares ini di temukan oleh Loq Ares,beliau menemukan
makanan ini di kala musim kering panjang yang melanda pulau lombok pada
masa lampau sehingga menyebabkan banyak hewan ternak mati kelaparan,
Namun di antara hewan ternak yang mati tersebuat ada sapi yang masih
bertahan dengan memakan kedebong pisang muda,lalu Loq Ares mencoba
mengabil kedebong pisang itu dan memotongnya kecil-kecillalu di masaknya
dengan bumbum yang ada di dapur,Karena rasanya enak dan bisa di konsumsi
maka resep makanan ini di turunkan turun temurun dari generasi ke
generasi,Hingga sekarang masyrakat pulau lombok khususnya suku sasak
masih tetap menjaga kelestarian makanan ini.
5. Beberuq

45
Beberuk terung merupakan sambal khas Lombok. Jika dilihat sekilas,
beberuk terung seperti lalapan yang dipotong-potong kemudian dicampur
sambal uleg. Beberuk terong merupakan makanan khas Lombok yang terbuat
dari lalapan terong dan kacang panjang dengan sambal tomat yang pedas.
Karena hidangan ini tergolong dalam lalapan, maka biasanya semua bahan itu
dihidangkan mentah-mentah.Beberapa bumbu beberuk terung adalah cabai
rawit, bawang putih, dan bawang merah.
6. Jajan bantal

jajan Bantal atau juga disebut dengan jajan Tekel. Jajan tradisional ini
dinamakan Bantal mungkin karena bentuknya yang seperti Bantal. Jajan
Bantal terbuat dari beras ketan putih yang di kukus sampai matang. Di Pulau
Jawa, nama Kue ini biasa disebut dengan Kue Lepet karena dari bahan utama

46
antara kedua kue ini sama yakni menggunakan beras ketan. Masyarakat Pulau
Lombok sendiri, menyebutnya dengan Kue Bantal karena tampilannya yang
mirip dengan piranti tidur. Meski bahan utama Kue Lepet dan Kue Bantal
sama dan tampilannya mirip tetapi kedua kue tersebut tidak sama. Perbedaan
yang mencolok adalah pada isinya, jika Kue Lepet hanya berisikan beras
ketan, berbeda dengan Kue Bantal yang di bagian tengah ketan berisi kacang
merah atau buah pisang. Pada awalnya, jajanan khas Lombok ini merupakan
kuliner tradisional yang hanya diproduksi pada saat Ramadhan, menjelang
Idul Fitri dan Idul Adha. Desa Gapuk menjadi desa pertama sekaligus yang
masih mempertahankan produksi Kue Bantal hingga saat ini. Ketika itu, Kue
ini hanya dijual sekitar Desa Gapuk pada saat Ramadhan, menjelang Idul Fitri
dan Idul Adha.
7. Poteng jaje tujak

Poteng Jaje Tujak adalah makanan sejenis tape yang diolah menjadi makanan
ringan. Makanan ini biasanya disajikan saat lebaran tiba.Nama poteng jaje
tujak sendiri memiliki arti jajanan tape yang ditumbuk. Jajanan enak ini terdiri
dari dua sajian, yakni poteng atau tape yang terbuat dari ketan putih dan jaje
tujak atau tetel yang diolah dari campuran ketan putih, ketan hitam, dan
kelapa yang ditumbuk hingga halus. Sepintas, tampilan warna hijau pada
poteng mirip dengan tape ketan khas Magelang. Namun, jaje tujak khas
Lombok ini disajikan dalam potongan berbentuk kotak. Pembuatan poteng
memerlukan cukup banyak waktu, karena harus melalui proses fermentasi

47
terlebih dahulu selama kurang lebih tiga hari. Sedangkan untuk jaje tujak
sendiri dikukus selama dua kali, sebelum dan sesudah dicampur dengan
parutan kelapa. Pembuatan jaje tujak juga biasanya menunggu poteng matang
terlebih dahulu. Bahan untuk membuat poteng biasanya terdiri dari beras
ketan putih, tape, daun saga, gula pasir, air, dan pisang untuk
membungkusnya. Sedangkan bahan untuk membuat jaje tujak biasanya terdiri
dari beras ketan putih, beras ketan hitam, kelapa parut, dan garam
secukupnya.

8. Bebalung

Bebalung merupakan sebutan untuk hidangan khas Lombok dengan


kuah yang menggenang. Hidangan ini tampak seperti sup namun dengan
bumbu yang lebih kompleks sehingga rasanya lebih kaya. Tak sedikit yang
mengira bebalung yaitu makanan seperti halnya gulai atau soto daging.
Tampilan bebalun mirip dengan gulai dan soto, tapi bebalung justru
mempunyai makna alias berbeda dengan yang banyak dipikirkan oleh orang
kebanyakan. Makanan khas Lombok ini dalam bahasa Sasak berarti “tenaga”.

48
Karenanya masyarakat setempat mengartikan setelah makan bebalung akan
semakin bertenaga dan menumbuhkan vitalitas. Bebalung terbuat dari tulang
iga sapi atau kerbau yang dicampur dengan racikan bumbu yang terdiri dari
cabe rawit, bawang putih, bawang merah, lengkuas, dan kunyit ditambah jahe
agar rasa pedas cabenya memiliki ciri khas tersendiri. Selain itu tambahkan
sedikit garam dan asam agar masakan lebih awet. Racikan bumbu semacam
ini oleh masyaralat Sasak disebut sebagai ragi rajang.

PENUTUP

A. Kesimpulan

Suku sasak merupakan suku asli yang berasal dari pulau Lombok.
Sebagian besar masyarakat sukusasak menganut agama islam. Suku sasak
memiliki banyak keberagaman baik dari bahasa, adat istiadat, kepercayaan seperti
suku-suku lainnya. Kearifan local yang dimilikin suku sasak masih bias kita
jumpai sampai saat ini seperti upacara kelahiran, upacara pernikahan, upacara
kematian, permaian tradisional, makanan tradisional dan lainnya. Kearifan local
yang dimiliki suku sasak menjadi daya tarik bagi para wisatawan. Seperti Gili
trawangan, pantai Bangko-Bangko, pantai Senggigi dan masih banyak tempat
wisata lain yang tak kalah menarik untuk dikunjungin. Kearifan local yang
dimiliki suku sasak merupakan bentuk yang tidak dapat dipisahkan dari pulau
Lombok.

B. Saran

49
Kita sudah mengetahui bahwa suku sasak kaya akan ragam tradisi
kebudayaannya. Oleh karena itu penting bagi kita untuk melestarikan kekayaan
tradisi budaya tersebut. Agar suatu saat tidak punah atau tergeser oleh
perkembangan zaman.

DAFTAR PUSTAKA
Abidatun, Zainiya. (2021). “TRAVELUPDATE: Cuma Rp 15 Ribu, Icip Lezatnya
Sate Ikan Legendaris di Tanjung Lombok Utara”. [Online]. Tersedia:
https://travel.tribunnews.com/2021/04/01/travelupdate-cuma-rp-15-ribu-icip-
lezatnya-sate-ikan-legendaris-di-tanjung-lombok-utara. [10 April 2021]
Azizah, Nuril. 2021. "Tradisi Bulan Ramadan di Indonesia, Menyambut Ibadah
Puasa". https://travelingyuk.com/tradisi-menyambut-ramadan-di-indonesia/289182/
diunduh pada 10 April 2021 pukul 14:32 WITA
Cahyana, Ludhy. 2019. "Unik, Perang Topat: Tanpa Amarah Namun Penuh
Perdamaian". https://www.google.com/amp/s/travel.tempo.co/amp/1283083/unik-
perang-topat-tanpa-amarah-namun-penuh-perdamaian diunduh pada 10 April 2021
pukul 14:10 WITA.

Cerita Dongengku, "Cerita Dongeng Sasak Kisah Raja Kuripan, http://ceritadongeng-


ku.blogspot.com/2015/11/cerita-dongeng-sasak-kisah-raja-kuripan.html?m=1,
(diakses 11 April 2021)
Dongeng Cerita Rakyat, "Cerita Rakyat Nusa Tenggara Barat Putri Mandalika",
https://dongengceritarakyat.com/cerita-rakyat-nusa-tenggara-barat-putri-
mandalika/, diakses 11 April 2021)

50
Dongeng Cerita Rakyat, "Kumpulan-Kumpulan Cerita Rakyat Legenda Doyan
Nada", https://www.google.com/amp/s/dongengceritarakyat.com/kumpulan-
kumpulan-cerita-rakyat-legenda-doyan-nada/ , (diakses 11 April 2021)
First Lombok tour, “Berwisata Selancar Di Pantai Bangko-Bangko”,
https://firstlomboktour.com/wisata-pantai/berwisata-selancar-di-pantai-bangko-
bangko-lombok, (diakses 10 April 2021)
Gabriella, Yana. (2020). "Resep Beberuk Terung Khas Lombok, Sambal Isi
Sayuran". [Online]. Tersedia:
https://www.kompas.com/food/read/2020/10/11/180800775/resep-beberuk-terung-
khas-lombok-sambal-isi-sayuran. (diakses 11 April 2021)
Indonesian traveler, “pesona hutan lindung sesaot di pulau Lombok”,
https://indonesiatraveler.id/pesona-hutan-lindung-sesaot-di-pulau-lombok/,
(diakses 10 April 2021)
Komunikasi Wisata. "Mengenal Bahasa Sasak NTB".
https://gpswisataindonesia.info/mengenal-bahasa-sasak-ntb/, diunduh pada 10
April 2021 pukul 17:51 WITA.
Merah putih, “Pedas Nikmat Plecing Kangkung,
https://merahputih.com/post/read/pedas-nikmat-plecing-kangkung [10 April 2021]
Merah putih, “Sate Bulayak Sajian Lontong Unik Khas Nusa Tenggara Barat,
https://merahputih.com/post/read/sate-bulayak-sajian-lontong-unik-khas-nusa-
tenggara-barat, (diakses 10 April 2021)
NTB Mesir, "Cerita Rakyat Cupak Gurantang",
http://www.ntbmesir.net/2020/03/cerita-rakyat-cupak-dan-gurantang.html?m=1,
(diakses 11 April 2021)
Pagitrans, “Gili Air Lombok”, https://www.pagitrans.com/gili-air-lombok/, (diakses
10 April 2021)
Said, Nur Hidayat. 2019. "Inilah 5 Adat dan Ritual Unik dari Pulau Lombok".
https://www.google.com/amp/s/rakyatku.com/read/152364/inilah-5-adat-dan-
ritual-unik-dari-pulau-lombok/amp, diunduh pada 10 April 2021 pukul 13:44
WITA.

Supardan, Ali. 2014. "KEHAMILAN, KELAHIRAN, PERNIKAHAN, DAN


KEMATIAN DIDALAM BUDAYA ADAT SASAK".
https://supardan103.blogspot.com/2014/02/kehamilan-kelahiran-pernikahan-
dan.html?m=1, diunduh pada 10 April 2021 pukul 11:32 WITA.
Travel Okezone. “gili meno destinasi yang indah untuk menyepi”,
https://travel.okezone.com/read/2020/06/29/406/2238160/gili-meno-destinasi-
yang-indah-untuk-menyepi, (diakses 10 April 2021)

51
52

Anda mungkin juga menyukai