Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

KEBUDAYAAN LOMBOK DAN MANADO

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kebudayaan Indonesia

Dosen Pengampu: Dr. Hendra Rustantono, M. Pd

Kelompok 5:

Noviyana Putri (21842071015)

M. Amar Ma’ruf Fahri (21842071020)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPS

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITASNISLAM RADEN RAHMAT MALANG

2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr,Wb

Alhamdulillah segala puja dan puji syukur saya sampaikan kehadirat Allah
SWT, atas segala rahmat dan kenikmatannya sehingga kami dari kelompok 5
dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Kebudayaan Lombok
dan Manado", yang mana makalah ini untuk memenuhi tuntutan tugas mata
kuliah kebudayaan indonesia yang diberikan oleh Bapak. Hendra Rustantono,
M.Pd dengan harapan makalah ini bisa menjadi salah satu pertimbangan dalam
penilaian semester ganjil dimata kuliah Kebudayaan Indonesia.

Dalam penyusunan makalah ini kami merasa jelas masih jauh dari
sempurna dan masih banyak kekurangan baik secara teknis penulisan maupun isi
dari materi, mengingat akan keterbatasan dalam pengetahuan. Besar harapan kami
bagi pembaca kritik dan saran untuk menyempurnakan pembuatan makalah ini.

Kami sampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya pada pihak-


pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini dan rekan-rekan yang
telah mau berbagi referensi makalah. Terutama kepada Dosen pembimbing yang
telah meluangkan waktu dan memberikan masukan kepada kami, sehingga tugas
kami dapat terselesaikan dengan baik.

Wassalamu’alikum Wr.Wb

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia memiliki beraneka ragam budaya lokal yang dapat dijadikan


sebagai aset yang tidak dapat disamakan dengan budaya lokal negara lain. Budaya
lokal yang dimiliki Indonesia berbeda-beda pada setiap daerah. Tiap daerah
memiliki ciri khas budaya masing-masing, seperti rumah adat, pakaian adat,
tarian, alat musik, ataupun adat istiadat yang dianut. Kekhasan budaya lokal yang
dimiliki setiap daerah di Indonesia memiliki kekuatan tersendiri. Kekhasan
budaya lokal tersebut merupakan budaya bangsa yang mewakili identitas negara
Indonesia. Hal tersebut dapat dijadikan kekuatan untuk dapat memperkokoh
budaya bangsa di mata internasional. Untuk itu, budaya lokal harus tetap dijaga
serta diwarisi dengan baik agar budaya bangsa tetap kokoh.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja kebudayaan yang berada di Lombok?


2. Apa saja kebudayaan yang berada di Manado

1.3 tujuan

1. Untuk mengetahui kebudayaan di Lombok


2. Untuk mengetahui kebudayaan di Manado
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kebudayaan Lombok

2.1.1 Letak Geografis

Provinsi NTB terdiri atas 2 (dua) pulau besar yaitu Pulau dan Pulau
Sumbawa dan ratusan pulau-pulau kecil. Dari 280 pulau yang ada, terdapat 32
pulau yang telah berpenghuni. Luas wilayah Provinsi NTB mencapai 20.153,20
km2 . Terletak antara 115 46' - 119 5' Bujur Timur dan 8 10' - 9 5' Lintang
Selatan. Luas Pulau Sumbawa mencapai 15.414,5 km2 (76,49 %) atau 2/3 dari
luas Provinsi NTB, dan luas Pulau Lombok hanya mencapai 1/3 saja. Pusat
pemerintahan Provinsi NTB terdapat di Kota Mataram Pulau Lombok. Selong
merupakan kota yang mempunyai ketinggian paling tinggi, yaitu 166 mdpl
sementara Taliwang terendah dengan 11 mdpl. Kota Mataram sebagai tempat
Ibukota Provinsi NTB memiliki ketinggian 27 mdpl.

Satu di antara dua puluh enam provinsi di Nusantara adalah Nusa


Tenggara Barat. Provinsi ini terletak di antara Provinsi Bali dan Provinsi Nusa
Tenggara Timur Dulu ketiga provinsi tu disebut Kepulauan Sunda Kecil. Provinsi
Nusa Tenggara Barat yang luasnya sekitar 20.154 kilometer persegi terdiri atas
dua pulau besar, yakni Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa Luas Pulau Lombok
5.180 kilometer persegi atau sekitar sepertiga dari luas Pulau Sumbawa.

2.1.2 Kesenian

Nusa Tenggara Barat merupakan provinsi di Indonesia yang letaknya ada


di bagian Barat Kepulauan Sunda Kecil, dekat dengan Bali dan NTT. Ini
merupakan salah satu provinsi yang kerap dijadikan destinasi wisata oleh
wisatawan karena keindahan alamnya yang memukau. Tidak hanya alam, sisi seni
budaya provinsi NTB pun menarik untuk dilihat. Salah satunya adalah tari-tarian.
Merangkum beberapa sumber, VOI perkenalkan beberapa tarian khas NTB yang
akan membuat Anda semakin mengagumi keberagaman budaya Indonesia.
1. Tari Gandrung Lombok
Tarian yang paling banyak disajikan saat ada acara dan upacara adat.
Apabila dilihat secara sekilas tarian yang satu ini cukup mirip dengan seni
tari gandrung yang banyak ditampilkan juga di daerah Banyuwangi.
2. Tari Gendang Beleq
ari Gendang Beleq yang sesuai dengan namanya mengisahkan dan
menyuguhkan tarian dari seorang penabuh gendang. Untuk gendang yang
digunakan tentu saja memakai gendang beleq khusus yang dibuat oleh
masyarakat daerah setempat supaya menghasilkan tabuhan sesuai dengan
irama dari tari itu sendiri.
3. Tari Lengo
Tarian peninggalan Kerajaan Bima yang pernah berkuasa di NTB. Tari
Lenggo biasa dipentaskan di kantor pemerintahan untuk menjamu tamu
resmi. Tarian ini ditarikan oleh empat orang perempuan dan empat orang
laki-laki menggunakan pakaian adat tradisional Kota Bima, yaitu Baju
Bodo.
4. Tari Wura Bongi Monca
tarian menabur beras kuning yang kerap kali dijadikan sebagai hiburan,
untuk acara-acara adat Bima. Tari Wura Bongi Monca dimainkan empat
sampai enam orang gadis dengan gerakan lemah gemulai, untuk menarik
perhatian para tamu yang datang ke tanah Bima.
2.1.3 Sistem Masyarakat
Suku Sasak pada masa lalu secara sosial-politik, digolongkan dalam dua
tingkatan sosial utama, yaitu golongan bangsawan yang disebut perwangsa dan
bangsa Ama atau jajar karang sebagai golongan masyarakat kebanyakan.
Golongan perwangsa ini terbagi lagi atas dua tingkatan, yaitu bangsawan tingi
(perwangsa) sebagai penguasa dan bangsawan rendahan (triwangsa). Bangsawan
penguasa (perwangsa) umumnya menggunakan gelar datu. Selain itu mereka juga
disebut Raden untuk kaum laki-laki dan Dendauntuk perempuan. Seorang Raden
jika menjadi penguasa maka berhak memakai gelar datu. Perubahan gelar dan
pengangkatan seorang bangsawan penguasa itu umumnya dilakukan melalui
serangkaian upacara kerajaan.
Bangsawan rendahan (triwangsa) biasanya menggunakan gelar lalu untuk
para lelakinya dan baiquntuk kaum perempuan. Tingkatan terakhir disebut jajar
karang atau masyarakat biasa.Panggilan untuk kaum laki-laki di masyarakat
umum ini adalah loq dan untuk perempuan adalah le. Golongan bangsawan baik
perwangsa dan triwangsa disebut sebagai permenak. Para permenak ini biasanya
menguasai sejumlah sumber daya dan juga tanah. Ketika Kerajaan Bali dinasti
Karangasem berkuasa di Pulau Lombok, mereka yang disebut permenak
kehilangan haknya dan hanya menduduki jabatan pembekel (pejabat pembantu
kerajaan).
Pola kekerabatan yang dalam tradisi suku sasak disebut Wiring Kadang ini
mengatur hak dan kewajiban anggota masyarakatnya. Unsur-unsur kekerabatan ini
meliputi Kakek, Ayah, Paman (saudara laki-laki ayah), Sepupu (anak lelaki
saudara lelaki ayah), dan anak-anak mereka. Wiring Kadang juga mengatur
tanggung jawab mereka terhadap masalah-masalah keluarga; pernikahan, masalah
warisan dan hak-kewajiban mereka. Harta warisan disebut pustaka dapat
berbentuk tanah, rumah, dan juga benda-benda lainnya yang merupakan
peninggalan leluhur. Orang-orang Bali memiliki pola kekerabatan yang hampir
sama disebut purusa dengan harta waris yang disebut pusaka.
2.1.4 Kepercayaan
Boda adalah nama dari kepercayaan asli Suku Sasak, beberapa
menyebutnya Sasak Boda. Walapun ada kesamaan pelafalan dengan Buddha,
Boda tidak memiliki kesamaan dan hubungan dengan Buddhisme. Orang Sasak
yang menganut kepercayaan Boda tidak mengenal dan mengakui Sidharta
Gautama (Sang Buddha) sebagai figur utama. Agama Boda orang Sasak ini justru
ditandai dengan penyembahan roh-roh leluhur mereka sendiri dan juga percaya
terhadap berbagai.
Kerajaan Majapahit masuk ke Lombok dan membawa serta budayanya.
Hindu-Buddha Majapahit pun kemudian dikenal oleh Suku Sasak. Di akhir abad
ke 16 hingga abad ke 17 awal perkembangan agama Islam menyentuh pulau
Lombok. Salah satunya karena peran Sunan Giri. Setelah perkembangan Islam,
kepercayaan Suku Sasak sebagian berubah dari Hindu menjadi penganut Islam.
Berdasarkan sistem kepercayaan Suku Sasak pada masa-masa selanjutnya,
kemudian dapat diklasifikasikan tiga kelompok utama; Boda, Wetu Telu, dan
Islam (Wetu Lima).
2.2 Kebudayaan Manado
Kota Manado atau Menado adalah ibu kota dari provinsi Sulawesi Utara,
Indonesia. Kota Manado memiliki 11 kecamatan serta 87 kelurahan dan desa.
Manado terletak di Teluk Manado, dan dikelilingi oleh daerah pegunungan serta
pesisir pantainya merupakan tanah reklamasi yang dijadikan kawasan
perbelanjaan, Kota ini memiliki 408.354 penduduk pada Sensus 2010, sehingga
menjadikannya kota terbesar kedua di Pulau Sulawesi setelah Kota Makassar.
Jumlah penduduk di Manado diperkirakan (berdasarkan Januari 2014) adalah
430.790 jiwa dan bertambah menjadi 476.910 jiwa per tanggal 30 Juni 2022,
berdasarkan data Kementerian Dalam Negeri tahun 2022, dengan kepadatan 2.934
jiwa/km.
Kata Manado sendiri disebutkan dengan berbagai nama. Penamaan
Manado merujuk pada kemiripan nama seperti "manadu", maupun dalam tulisan
atau kata yang berbeda dengan satu lokasi atau tempat yang sama, atau dalam
makna yang sama. Nama "manadu" sebagai informasi awal Kota Manado sebagai
suatu lokasi, ditemukan dalam tulisan Valentijn (1724) yang tertera dalam peta
laut yang dibuat Nicolaus Desliens tahun 1541 dan peta laut yang dibuat oleh
Laco tahun 1590. Tulh Valentijn menjelaskan kata "manadu" sebagai suatu lokasi
dengan pulau karang di lepas pantai yang berada di depan kota Manado. Sejak
tahu 1862, pulau karang yang dimaksud disebut dengan nama Pulau Manado Tua.
Istilah "manadu" ini diperoleh dalam lafal dan sebutan orang Eropa terhadap
pulau karang berkaitan dengan bahasa Tombulu, yakni dengan kata "mana-undou"
Kata ini berarti orang yang datang dari jauh atau orang dari kejauhan atau di
kejauhan
2.2.1 Letak geografis
Kota Manado terletak di ujung jazirah utara pulau Sulawesi, pada posisi
geografis 124°40′- 124°50' BT dan 1°30' 1°40' LU. Iklim di kota ini adalah iklim
tropis dengan suhu rata-rata 24° - 27 °C. Curah hujan rata-rata 3.187 mm/tahun
dengan iklim terkering di sekitar bulan Agustus dan terbasah pada bulan Januari.
Intensitas penyinaran matahari rata-rata 53% dan kelembaban nisbi +84 %.
Luas wilayah daratan adalah 16.253 hektare. Manado juga merupakan kota
pantai yang memiliki garis pantai sepanjang 18,7 kilometer. Kota ini juga
dikelilingi oleh perbukitan dan barisan pegunungan. Wilayah daratannya
didominasi oleh kawasan berbukit dengan sebagian dataran rendah di daerah
pantai. Interval ketinggian dataran antara 0-40% dengan puncak tertinggi di
gunung Tumpa. Wilayah perairan Kota Manado meliputi pulau Bunaken, pulau
Siladen dan pulau Manado Tua. Pulau Bunaken dan Siladen memiliki topografi
yang bergelombang dengan puncak setinggi 200 meter. Sedangkan pulau Manado
Tua adalah pulau gunung dengan ketinggian ± 750 meter. Sementara itu perairan
teluk Manado memiliki kedalaman 2-5 meter di pesisir pantai sampai 2.000 meter
pada garis batas pertemuan pesisir dasar lereng benua. Kedalaman ini menjadi
semacam penghalang sehingga sampai saat ini intensitas kerusakan Taman
Nasional Bunaken relatif rendah. Jarak dari Manado ke Tondano adalah 28 km, ke
Bitung 45 km dan ke Amurang 58 km.
2.2.2 Sistem Kepercayaan
Agama yang dianut adalah Kristen Protestan, Islam, Katolik, Hindu,
Buddha dan Konghucu. Berdasarkan data Kementerian Dalam Negeri tahun 2020,
jumlah persentasi penduduk yang beragama Kristen 68,27% dimana Protestan
63,06% dan Katolik 5,21%. Kemudian sebagian besar lain beragama Islam
30,84%, Buddha 0,65%, Hindu 0,18% dan Konghucu 0,06%. Meski begitu
heterogennya, namun masyarakat Manado sangat menghargai sikap hidup toleran,
rukun, terbuka dan dinamis. Karenanya kota Manado memiliki lingkungan sosial
yang relatif kondusif dan dikenal sebagai salah satu kota yang relatif aman di
Indonesia. Sewaktu Indonesia sedang rawan-rawannya disebabkan goncangan
politik sekitar tahun 1999 dan berbagai kerusuhan melanda kota-kota di
Indonesia. Kota Manado dapat dikatakan relatif aman. Hal itu tercermin dari
semboyan masyarakat Manado yaitu Torang samua basudara yang artinya "Kita
semua bersaudara.
2.2.3 Sistem Kependudukan
Saat ini penduduk kota Manado dominan berasal dari suku Minahasa
(38,4%), karena wilayah Manado merupakan berada di tanah atau daerah
Minahasa. Penduduk asli Manado adalah sub suku Tombulu dilihat dari beberapa
nama kelurahan di Manado yang berasal dari bahasa Tombulu, misalnya: Wenang
(Pohon Wenang/Mahawenang - bahan pembuat kolintang), Tumumpa (turun),
Mahakeret (Berteriak), Tikala Ares (Walak Ares Tombulu, di mana kata 'ares'
berarti dihukum), Ranotana (Air Tanah), Winangun (Dibangun), Wawonasa
(wawoinasa - di atas yang diasah), Pinaesaan (tempat persatuan), Pakowa (Pohon
Pakewa), Teling (Bulu/bambu untuk dibuat peralatan), Titiwungen (yang digali),
Tuminting (dari kata Ting-Ting: Lonceng, kata sisipan -um- berarti menunjukkan
kata kerja, jadi Tuminting: Membunyikan Lonceng), Pondol (Ujung), Wanea (dari
kata Wanua: artinya negeri), dll.; sedangkan daerah Malalayang adalah suku
Bantik, suku bangsa lainnya yang ada di Manado saat ini yaitu suku Sangir
(21,82%), suku Gorontalo (16,31%), suku Jawa (5,81%), suku Mongondow
(1,77%) serta suku-suku lainnya seperti suku Arab, suku Babontehu, suku Talaud,
suku Tionghoa, suku Siau dan kaum Borgo. Karena banyaknya komunitas
peranakan arab, maka keberadaan Kampung Arab yang berada
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Provinsi NTB terdiri atas 2 (dua) pulau besar yaitu Pulau dan Pulau
Sumbawa dan ratusan pulau-pulau kecil. Dari 280 pulau yang ada, terdapat 32
pulau yang telah berpenghuni. Luas wilayah Provinsi NTB mencapai 20.153,20
km2 . Terletak antara 115 46' - 119 5' Bujur Timur dan 8 10' - 9 5' Lintang
Selatan. Luas Pulau Sumbawa mencapai 15.414,5 km2 (76,49 %) atau 2/3 dari
luas Provinsi NTB, dan luas Pulau Lombok hanya mencapai 1/3 saja. Pusat
pemerintahan Provinsi NTB terdapat di Kota Mataram Pulau Lombok
Kota Manado atau Menado adalah ibu kota dari provinsi Sulawesi Utara,
Indonesia. Kota Manado memiliki 11 kecamatan serta 87 kelurahan dan desa.
Manado terletak di Teluk Manado, dan dikelilingi oleh daerah pegunungan serta
pesisir pantainya merupakan tanah reklamasi yang dijadikan kawasan
perbelanjaan, Kota ini memiliki 408.354 penduduk pada Sensus 2010, sehingga
menjadikannya kota terbesar kedua di Pulau Sulawesi setelah Kota Makassar
DAFTAR PUSTAKA

Azizan, M. (2016, Mei 16). SEJARAH DAN TRADISI SUKU SASAK, LOMBOK NTB.
Dipetik Januari 06, 2023, dari iap-sekolah.com: http://50202794.siap-
sekolah.com/2016/05/16/sejarah-dan-tradisi-suku-sasak-lombok-ntb/
#.Y7e9FXZBzIU

Redaksi, T. (2022, Maret 06). Tarian NTB dan Keberagaman Budaya Disertai dengan
Foto Menarik dari Berbagai Sumber. Dipetik januari 06, 2023, dari
voi.id/lifestyle/141908: https://voi.id/lifestyle/141908/tarian-ntb-dan-
keberagaman-budaya-disertai-dengan-foto-menarik-dari-berbagai-sumber

Anda mungkin juga menyukai