Anda di halaman 1dari 78

TUGAS KELOMPOK

MUATAN LOKAL(BUDAYA MELAYU RIAU)


MERANGKUM MATERI KELOMPOK 1 SAMPAI 15

DOSEN PENGAMPUH: Dr. Nurmalinda, S. Kar., M. Pd

NAMA KELOMPOK 6:
MUTIARA NUZULUL FITRI(216710317)
NADIA OKTAVIONA(216710463)
NELY FAUZIAH(216710482)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENDRATASIK
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, penulis dapat menyelesaikan
tugas makalah Muatan Lokal(Budaya Melayu Riau) yang berjudul “MERANGKUM MATERI
MUATAN LOKAL KELOMPOK 1 SAMAPI 15”. Penulis sadari masih banyak sekali
kekurangan yang terdapat dalam makalah ini,semoga hal ini tidak menghalangi penulis untuk
terus berkarya. Penulis berharap dimasa yang akan datang,penulis dapat membuat makalah yang
lebih baik lagi.
Didalam penyusunan makalah ini,penulis mengucapkan terimakasih kepada ibu Dr. Nurmalinda,
S. Kar., M. Pd, selaku dosen pengampu Muatan Lokal(Budaya Melayu Riau) yang telah
membimbing penulis menyelesaikan tugas makalah ini. Tak lupa juga penulis mengucapkan
terimakasih kepada orang tua dan temen-teman yang telah mendukung,semoga dengan
dukungannya dapat menambah kemampuan penulis dimasa yang akan datang.
Penulis berharap tugas makalah ini dapat mendatangkan inspirasi bagi pembaca dan memberi
manfaat agar lebih meningkatkan kesadaran untuk membaca.

Pekanbaru, 11 Januari 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang............................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Pembelajaran Muatan Lokal Budaya Melayu Riau......................................3
B. Nilai-Nilai dan Asas Sejati Melayu Riau...................................................................3
C. Alam dan Kearifan Ekologis Melayu.........................................................................13
D. Kesantunan Dalam Bahasa Melayu............................................................................19
E. Hakekat dan Kaidah Huruf Arab Melayu..................................................................23
F. Bahasa Melayu Berkias..............................................................................................25
G. Budaya Daerah Kuantan Sengingi.............................................................................31
H. Muatan Lokal Daerah Kabupaten Indragiri Hulu......................................................45
I. Budaya Daerah Indragiri Hilir...................................................................................47
J. Budaya Melayu Daerah Bengkalis.............................................................................50
K. Budaya Melayu Daerah Rohul...................................................................................51
L. Budaya Melayu Daerah Rokan Hilir..........................................................................53
M. Budaya Melayu Daerah Siak......................................................................................59
N. Budaya Melayu Daerah Pekanbaru............................................................................64
O. Budaya Melayu Daerah Pelalawan............................................................................67
BAB III PENUTUPAN
A. Kesimpulan................................................................................................................... 73
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 74

iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Bahasa Melayu merupakan bahasa yang menjadi akar dari bahasa Indonesia. Meskipun
demikian, dalam perjalanan dan perkembangannya, bahasa Melayu yang sekarang menjadi
bahasa Indonesia itu telah mengalami perubahan dibandingkan dengan bahasa Melayu yang
menjadi akarnya. Prijana dalam pidatonya pada Kongres Bahasa Indonesia yang diadakan
tahun 1954 di Medan berkata: “Bahasa Indonesia tumbuh dari bahasa Melayu, tetapi bahasa
Indonesia tidak sama lagi dengan bahasa Melayu. Bahkan bahasa Indonesia bukan sama,
tetapi bukan pula berlainan juga dengan bahasa Melayu” (Tarigan 2011: 84).
Ki Hajar Dewantara dalam Kongres Bahasa Indonesia I tahun 1938 di Solo menyatakan
bahwa,
“Jang dinamakan „Bahasa Indonesia‟ jaitoe bahasa Melajoe jang soenggoehpoen pokoknja
berasal dari „Melajoe Riau‟ akan tetapi jang soedah di tambah, dioebah atau dikoerangi
menoeroet kepeloean zaman dan alam baharoe, hingga bahasa itoe laloe moedah dipakai oleh
rakjat diseloeroeh Indonesia; pembaharoean bahasa Melajoe hingga menjadi bahasa
Indonesia itoe haroes dilakoekan oleh kaoem ahli jang bealam baharoe, ialah alam
kebangsaan Indonesia” (Kridalaksana, 2009: 1).
Meskipun bahasa Indonesia dijadikan sebagai bahasa nasional yang pemakaiannya mencakup
seluruh masyarakat di Indonesia, namun bahasa daerah tetap digunakan sebagai sarana
komunikasi sehari-hari di daerah yang bersangkutan. Menurut Alwi dalam Sugono dan
Abdul Rozak (2001:400), ada beberapa fungsi dari bahasa daerah, yaitu sebagai lambang
kebanggaan daerah; lambang identitas daerah; alat perhubungan di dalam keluarga dan
masyarakat. Daerah; sarana pendukung kebudayaan daerah; dan sebagai pendukung bahasa
dan sastra daerah. Ditinjau dari segi hubungan bahasa daerah dan bahasa Indonesia, Alwi
dalam Sugono dan Abdul Rozak (2001:40) menyatakan bahwa ada empat fungsi yang
diemban oleh bahasa daerah, yaitu:
a) bahasa daerah sebagai pendukung bahasa nasional,
b) bahasa daerah sebagai bahasa pengantar pada tingkat permulaan sekolah
dasar,

iv
c) bahasa daerah sebagai sumber kebahasaan untuk memperkaya bahasa
Indonesia, dan
d) bahasa daerah sebagai pelengkap bahasa Indonesia di dalam
penyelenggaraan pemerintahan daerah.
Selanjutnya, Alwi dalam Sugono dan Abdul Rozak (2001:40) menyatakan
bahwa
antaranya sudah punah karena tidak ada pemakainya, sehingga bahasa daerah yang masih
digunakan berjumlah 669. Salah satu bahasa daerah di Indonesia adalah bahasa Melayu di
Riau.
Menutur Hamidy (1994: 12) bahasa Melayu di Riau memiliki enam dialek, yaitu: 1) dialek
Melayu masyarakat terasing, 2) dialek Melayu Petalangan, 3) dialek Melayu Pasir
Pengarayan (Rokan), 4) dialek Melayu Kampar, 5) dialek Melayu Rantau Kuantan, dan 6)
dialek Melayu Kepulauan Riau. Lebih lanjut Hamidy (1994:16) menyatakan bahwa dialek
Melayu kepulauan Riau disebut juga dengan dialek Riau-Johor, sebab kerajaan Riau, Johor,
Pahang, dan Lingga pernah bergabung dalam satu kerajaan yaitu kerajaan Melayu sebelum
dibagi dua oleh Belanda dan Inggris dalam perjanjian London tahun 1824. Dialek ini disebut
dialek Melayu Riau-Lingga (setelah perjanjian London) yang daerah kekuasaannya meliputi
pesisir pantai Timur Sumatera sampai ke pulau-pulau Natuna dan Anambas di Laut Cina
Selatan.

v
BAB 2
PEMBAHASAN

A. KELOMPOK 1: Konsep pembelajaran muatan local melayu riau

A.    LATAR BELAKANG


Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah
kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur
yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian,
bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan
dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis.
Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan
menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.
Pada hakikatnya setiap orang berbudaya dan memiliki kebudayaannya sendiri. Di Indonesia
sendiri seperti yang kita ketahui memiliki beragam kebudayaan disetiap daerahnya. Setiap orang
yang berbudaya pasti menunjukkan siapa jati dirinya bahwa darimana ia berasal. Jelas bahwa
budaya menunjukkan siapa seseorang sebenarnya dihadapan orang lain, dan setiapnya memiliki
ciri khas masing-masing.
Didalam makalah ini, penulis berusaha menjelaskan mengenai salah satu kebudayaan yang
ada di Indonesia tersebut yakni Kebudayaan Melayu, khususnya budaya Melayu yang ada
didaerah Kabupaten Kepulauan Meranti (Selatpanjang). Kabupaten yang terletak pada bagian
pesisir timur pulau Sumatera. Batas wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti adalah sebagai
berikut :
         Utara : Selat Melaka dan Kabupaten Bengkalis
         Selatan : Kabupaten Siak dan Kabupaten Pelalawan
         Barat : Kabupaten Bengkalis
         Timur : Kabupaten Karimun dan Provinsi Kepri.
Sebagaimana penjelasan sang pakar budaya Melayu mengatakan bahwa orang Melayu
menetapkan identitasnya dengan tiga ciri pokok, yaitu berbahasa Melayu, beradat-istiadat
Melayu, dan beragama Islam. Apakah ketiga hal pokok diatas juga terdapat dan tertanam
dikehidupan masyarakat didaerah Selatpanjang? Dalam makalah ini, penulis akan mencoba
menjawab dan menguraikan hal-hal yang berkaitan dengan masalah tersebut.

A.  PEMAHAMAN TERHADAP BUDAYA MELAYU


1.      Pengertian Budaya
Seperti yang dijelaskan diatas sebelumnya bahwa Budaya adalah suatu cara hidup yang
berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke
generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik,
adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Budaya juga merupakan suatu
pola hidup menyeluruh. Budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Budaya adalah suatu
perangkat rumit nilai-nilai yang dipolarisasikan oleh suatu citra yang mengandung pandangan
atas keistimewaannya sendiri.”Citra yang memaksa” itu mengambil bentuk-bentuk berbeda
dalam berbagai budaya seperti “individualisme kasar” di Amerika, “keselarasan individu
dengan alam” d Jepang dan “kepatuhan kolektif” di Cina.

vi
Indonesia memiliki banyak suku bangsa dengan perbedaan-perbedaan kebudayaan, yang
tercermin pada pola dan gaya hidup masing-masing. Menurut Clifford Geertz, di Indonesia
terdapat 300 suku bangsa dan menggunakan kurang lebih 250 bahasa daerah. Budaya adalah
suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki oleh sebuah kelompok dan diwariskan dari
generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama
dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan dan karya seni Koentjaraningrat
(1958 : 181). Berikut merupakan hal-hal yang berhubungan dengan kebudayaan Melayu Riau,
khususnya didaerah Selatpanjang:
1.  Sistem Kekerabatan dalam Budaya Melayu Riau.
Dalam hal ini kebudayaan erat hubungannya antara kebudayaan dengan masyarakat
dinyatakan dalam kalimat, “masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama dan
menghasilkan  kebudayaan, sehingga tidak ada masyarakat yang tidak menghasilkan
kebudayaan. Sebaliknya tidak ada kebudayaan tanpa masyarakat sebagai wadah dan
pendukungnya”. Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi Kebudayaan adalah sarana
hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat (1980 : 30). Dari beberapa pendapat di atas bisa kita
ambil kesimpulan bahwa Kebudayaan adalah sesuatu yang dapat mempengaruhi tingkat
pengetahuan dan  meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam  pikiran manusia,
kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan dan kebudayaan adalah benda-benda
yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-
benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi,
sosial, religi, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan
kehidupan bermasyarakat.
Pada garis besarnya sistem kekerabatan dalam masyarakat suku-suku bangsa Indonesia
memakai sistem kekerabatan bilateral, yaitu sistem kekerabatan yang mendasarkan garis
keturunan dari ayah dan garis ibu secara berimbang. Anak-anak yang lahir dapat masuk ke dalam
kerabat ayahnya dan kerabat ibunya secara bersama-sama. Sistem inilah yang banyak berlaku
pada kebudayaan daerah di Indonesia. Sebagian kecil kebudayaan daerah dalam sistem
kekerabatan unilateral matrilineal, yaitu sistem kekerabatan yang hanya berdasarkan garis ibu
saja (contoh masyarakat Melayu Riau). Kebudayaan daerah lainnya memakai sistem kekerabatan
unilareal patrineal, yaitu sistem kekerabatan yang berdasarkan garis ayah saja. Lain halnya
sistem kekerabatan didaerah Selatpanjang khususnya masyarakat melayu banyak diantaranya
menggunakan sistem kekerabatan unilareal patrineal. Berbanding terbalik dengan daerah Riau
lainnya yang menggunakan sistem kekerabatan unilateral matrilineal.
2.  Sistem Perkawinan dalam Budaya Melayu Riau.
Perkawinan merupakan salah satu fase kehidupan manusia yang bernilai sakral dan amat
penting. Dibanding dengan fase kehidupan lainnya, fase perkawian merupakan fase yang sangat
penting dan spesial. Perhatian pihak-pihak yang berkepentingan dengan upacara tersebut akan
banyak yang tertuju padanya, mulai dari memikirkan proses akad nikah, persiapannya, upacara
pada hari pernikahannya, hingga setelah upacara usai digelar.
Adat pernikahan dalam budaya Melayu Riau terkesan agak rumit karena banyak tahapan
yang harus dilalui. Perkawinan dalam pandangan melayu harus mendapat restu dari kedua orang
tua serta mendapat pengakuan resmi dari masyarakat. Yang pada dasarnya, Islam juga
mengajarkan hal yang demikian. Dalam upacara adat melayu Riau, rangkaian upacara
perkawinan dilakukan secara terperinci dan tersusun rapi. Yang mana keseluruhan rangkaian itu
wajib dilaksanakan oleh pasangan calon pengantin beserta keluarganya.

vii
Dalam pandangan budaya melayu, kehadiran keluarga, sedara-mara, tetangga dan
masyarakat di majelis perkawinan tujuannya adalah untuk mempererat tali silaturahim dan
memberikan kesaksian beserta doa atas perkawinan yang dilangsungkan. Perkawian yang
dilakukan tidak berdasarkan adat istiadat melayu setempat ( kab. Kep. Meranti) menyebabkan
masyarakat tidak merestuinya. Bahkan akan menimbulkan perkataan-perkataan kurang
menyenangkan dari masyarakat, mulai dari dugaan seperti perzinaan dan lain sebagainya. Untuk
itulah, perkawinan hendaknya dilakukan menurut adat istiadat yang berlaku dalam masyarakat.
-     Proses perkawinan
Ketika seorang lelaki dan perempuan hendak menikah tentu diawali dengan proses yang
panjang. Proses paling awal menuju perkawinan yang dimaksud adalah penentuan siapa jodoh
yang cocok untuk dirinya yang mana dalam adat Melayu hal itu disebut dengan merisik atau
meninjau. Setelah jodoh yang dipilih itu sesuai, maka dilanjutkan dengan merasi, yaitu proses
mencari tahu apakah jodoh yang dipilih itu cocok (serasi) ataukah tidak. Jika kedua tahapan
tersebut sudah dilalui dengan baik dan semestinya, maka kemudian dapat dilanjutkan dengan
proses melamar, meminang dan bertunangan. Setelah bertunangan, maka proses perkawinan
dapat segera dilakukan. Proses-proses tersebut ialah sebagai berikut :
MERISIK ATAU MENINJAU
Yaitu proses dimana salah satu keluarga atau seseorang diutus oleh pihak calon pengantin
pria untuk meneliti atau mencari informasi mengenai salah satu keluarga keluarga lain yang
mempunyai anak gadis. Tugas yang diamatkan adalah untuk mengetahui apakah anak gadis
tersebut dapat dilamar, atau belum mempunyai ikatan dengan orag lain. Selain itu, utusan akan
melakukan pembicaraan tentang kemungkinan pihak pria untuk melamar. Utusan tersebut
tentunya menanyakan berapa mas kawin/mahar dan persyaratan apa saja yang diminta oleh
keluarga wanita. Adat merisik biasanya dilakukan oleh pihak calon pengantin pria, sedangkan
adat meninjau dilakukan oleh kedua belah pihak. Kegiatan meninjau dilakukan adalah untuk
mengetahui tempat asal calon yang akan dinikahi.
MERASI
Kegiatan merasi untuk saat ini jarang dilakukan oleh masyarakat melayu. Karena pada arti
sebenarnya, Merasi adalah kegiatan meramal atau menilik keserasian antara kedua calon
pasangan yang dijodohkan. Kegiatan ini biasanya dilakukan oleh seorang perantara seorang ahli
yang sudah biasa bertugas melakukan proses perjodohan. Pencari jodoh tersebut akan
memberikan pendapatnya apakah pasangan yang dimaksud tersebut serasi atau tidak. Pada
masyarakat dahulu, proses ini sangat penting untuk dilakukan karena akan sangat mempengaruhi
kehidupan rumah tangga calon pengantin dimasa depan agar tidak terjadi perceraian, musibah
dan lain sebagainya.
Namun perlahan-lahan proses itu sudah jarang dilakukan oleh masyarakat melayu khususnya
masyarakat di selatpanjang. Semenjak berkembangnya zaman, proses itu ditinggalkan oleh
masyarakat setempat. Menurut pendapat yang ada, pada zaman dulu proses itu dilakukan karena
dulu tidak adanya proses pacaran antara lelaki dan perempuan yang semestinya sudah
mengetahui serasi atau tidaknya hubungan mereka. Namun sekarang istilah pacaran sudah
melekat bagi calon pasangan pengantin dan kurangnya kepercayaan tentang musibah, perceraian
dan lain sebagainya, sehingga perlahan-lahan proses merasi di Selatpanjang menghilang dengan
sendirinya.
MEMINANG
Meminang dalam istilah Melayu sama dengan melamar. Acara ini diselenggarakan pada hari
yang telah disepakati bersama, setelah melalui penentuan hari baik menurut perhitungan adat

viii
serta orangtua. Pihak keluarga calon pengantin pria yang dipimpin oleh keluarga terdekat akan
melaksanakan lamaran secara resmi kepada keluarga calon pengantin wanita. Biasanya acara
meminang ini diungkapkan dengan berbalas pantun. Secara tradisi, pihak keluarga pria
membawa sejumlah tepak sirih-paling sedikit 5 buah; terdiri dari tepak pembuka kata, tepak
merisik, tepak meminang, tepak ikat janji, tepak bertukar tanda dan beberapa tepak pengiring.
BERINAI
Biasanya berlangsung pada suatu hari atau satu malam sebelum acara akad nikah. Melalui
serangkaian adat, calon pengantin wanita didudukan di depan pelaminan. Rangkaian acara ber-
inai diawali dengan pemasangan inai oleh para tetua-tetua yang ada didaerah setempat,
dilanjutkan dengan para sanak keluarga yang ada. Akan tetapi sebelum acara berinai dimulai
sebagian dari keluaraga mempelai wanita mengantarkan inai yang telah dibuat kerumah
mempelai pria untuk melakukan hal serupa.
Keesokan harinya, dirumah mempelai wanita diadakan upacara beranda, yaitu upacara
mencukur bulu halus yang ada di wajah calon pengantin wanita, yang di pimpin oleh mak
andam. adapun media untuk berandam adalah :
1.pisausilet
2.kainputih2meter
3.kelapatua
4.jerukpurut
5.telurayamkampung
6.bungakenangadanbungamawar
7. lilin
Upacara berandam juga dilanjutkan dengan tepuk tepung tawar oleh tetua-tetua wanita yang
hadir diacara tersebut. Setelah dilakukan upacara berandam besok hari nya baru dilanjutkan
upacara pernikahan yaitu pembacaan ijab kabul.
MENIKAH
Pada hari yang telah ditentukan, calon mempelai pria diantar oleh rombongan keluarga
menuju ke tempat kediaman calon pengantin wanita. Biasanya calon mempelai pria berpakaian
pakaian adat melayu kurung pengantin layaknya Raja sehari dan memakai tanjak (semacam topi
untuk mempelai pria). Kedatangan keluarga mempelai pria sambil membawa mahar atau mas
kawin, tepak sirih adat, barang hantaran atau seserahan yang telah disepakati sebelumnya. Selain
itu, juga menyertakan barang-barang pengiring lainnya seperti kue-kue dan buah-buahan. Prosesi
berikutnya adalah pelaksanaan akad nikah.
Diselatpanjang tepatnya, pelaksanaan akad nikah biasanya dilaksanakan pada malam hari.
Setelah rombongan mempelai pria datang beserta rombongan mereka disambut langsung masuk
kedalam rumah mempelai wanita. Acara dimulai dengan upacara tukar-menukar tepak sirih dan
juga memakan sirih yang disediakan dari masing-masing mempelai. Kemudian dilanjut dengan
acara ijab qobul oleh pengantin pria dan upacara tepuk tepung tawar oleh para tetua lelaki
maupun perempuan dari pihak mempelai laki-laki dan perempuan. Setelah acara selesai,
pengantin pria beserta rombongan kembali lagi ke rumah untuk mempersiapkan acara bersanding
keesokan harinya.
BERSANDING
Upacara ini dilaksanakan setelah resmi akad nikah. Prosesi bersanding merupakan acara
resmi bagi kedua pengantin akan duduk di atas pelaminan yang sudah dipersiapkan. Terlebih
dahulu pengantin wanita didudukan di atas pelaminan, dan menunggu kedatangan pengantin
pria. Kehadiran pengantin pria diarak dengan upacara penyambutan dan berbalas pantun.

ix
Rangkaian prosesi bersanding yakni acara penyambutan pengantin pria, Hampang Pintu,
Hampang Kipas, dan Tepung Tawar. Kehadiran pengantin pria beserta rombongan pengiring
dalam jumlah cukup banyak, terdiri dari :
- Barisan Pulut Kuning beserta hulubalang pemegang tombak kuning.

- Wanita (Ibu) pembawa Tepak Sirih


.
- Wanita (Ibu) pembawa beras kuning (Penabur).

- Pengantin pria berpakaian lengkap

- Dua orang pendamping mempelai pria, mengenakan pakaian adat Teluk Belanga.

- Pemegang payung kuning.

- Orang tua mempelai pria.

- Saudara-saudara kandung pengantin pria.

- Kerabat atau sanak famili.


Kedatangan rombongan disambut pencak silat dan Tarian Penyambutan. Di pintu gerbang
kediaman mempelai wanita, dilaksanakan ritual saling tukar Tepak Sirih dari kedua pihak
keluarga mempelai, sambil berbalas menaburkan beras kuning. Selanjutnyua, dilakukan acara
‘Hempang Pintu’ (berbalas pantun) oleh kedua juru bicara pengantin. Saat itu, pihak keluarga
mempelai perempuan telah menghempang kain sebagai ‘penghalang’ didepan pintu tempat
upacara. selendang baru akan dibuka setelah pihak mempelai pria terlebih dulu menyerahkan
Uncang (kantong pindit) kepada pihak pengantin wanita. Ritual ini disebut sebagai ‘Hempang
Pintu’. sesampainya di depan pelaminan, pihak mempelai pria kembali dihadang oleh pihak
mempelai wanita. selanjutnu dilaksanakan berbalas pantun, yang intinya pihak pria meminta ijin
bersanding dipelaminan bersama pengantin wanita. Setelah menyerahkan uncang (kanong pindit)
berisi uang, maka kain penghalang dibuka, dan mempelai pria siap bersanding di pelaminan.
Kedua mempelai duduk di pelaminan, selanjutnya dilaksanakan upacara Tepung Tawar.
TEPUK TEPUNG TAWAR
Ritual adat ini merupakan ungkapan rasa syukur dan pemberian doa harapan kepada kedua
mempelai, yang dilakukan oleh para sesepuh keluarga dan tokoh adat. Dengan cara menepukan
daun-daunan (antara lain daun setawar, sedingin, ganda rusa, sirih, hati-hati, sijuang, dan
setetusnya) yang diikat jadi satu dan telah dicelup ke air harum serta beras kunyit sangrai, lalu
ditepukan kepada kedua mempelai. Kelengkapan pnabur ini biasanya menggunakan bahan
seperti beras basuh, beras putih, beras kunyit, ataupun beras kuning serta bunga rampai.
Kesemua bahan ini digunakan tentunya mengandung makna mulia. Sesuai tradisi, sesepuh seusai
nmelakukan tepuk tepung tawar akan mendapatkan bingkisan berupa ‘bunga telur’ yakni berupa
bunga yang dibuat dari kertas diikatkan pada sebatang lidi yang telah disertai telur diikat benang
merah, sebagai ungkapan terimakasih dari pihak pengantin. Namun sesuai perkembangan zaman,
ungkapan terimakasih atau souvenir tersebut kini diubah bentuk maupun jenisnya, disesuaikan
dengan kemajuan zaman maupun kondisi kelurga mempelai.
MAKAN NASI HADAP-HADAPAN

x
Upacara ini dilakukan di depan pelaminan. Hidangan yang disajikan untuk upacara ini
dibuat dalam kemasan seindah mungkin. Yang boleh menyantap hidangan ini selain kedua
mempelai adalah keluarga terdekat dan orang-orang yang dihormati. Dalam upacara ini juga
biasanya lazim diadakan upacara pembasuhan tangan pengantin laki-laki oleh pengantin wanita
sebagai ungkapan pengabdian seorang istri terhadap suaminya.
BERDIMBAR ATAU MANDI TAMAN
Seusai acara bersanding, keesokan harinya diadakan acara Mandi Berdimbar. Biasanya
dilaksanakan pada sore atau malam hari. Mandi Berdimbar ini dilaksanakan di depan halaman
rumah yang dipercantik dengan hiasan-hiasan dekoratif khas Melayu. Ritual ‘memandikan’
kedua mempelai ini cukup meriah, karena juga disertai acara saling menyemburkan air.
Undangan yang hadir pun bisa ikut basah, karena seusai menyirami pengantin kemudian para
undangan biasanya juga akan saling menyiram. Ritual tersebut kini sudah mulai jarang
dilakukan.
3.      Sistem Pembagian Warisan Didalam Budaya Melayu
Adat Melayu mengatakan bahwa orang Melayu menetapkan identitasnya dengan tiga ciri pokok,
yaitu:
         Berbahasa Melayu
         Beradat istiadat Melayu, dan
         Beragama Islam
Dari ungkapan ketiga hal diatas dapat disimpulkan secara umum bahwa sistem pembagian
warisan didalam suku melayu ialah berdasarkan hukum Islam, sebagaimana diutarakan diatas
sebelumnya bahwa Budaya Melayu sangat menjunjung tinggi agama Islam. Maka dari itu, sistem
pembagian warisan didasari oleh hukum-hukum yang terdapat didalam ajaran Islam. Didaerah
selatpanjang juga menerapkan sistem yang demikian.
4.      Bahasa Melayu, Pakaian Adat, Tarian Melayu Riau Dan Lainnya
         PAKAIAN ADAT MELAYU
Bagi orang Melayu, pakaian selain berfungsi sebagai penutup aurat dan pelindung tubuh dari
panas dan dingin, juga menyerlahkan lambang-lambang. Lambang-lambang itu mewujudkan
nilai-nilai terala (luhur) yang dijunjung tinggi oleh masyarakatnya.
Dengan bersebatinya lambang-lambang budaya dengan pakaian, kedudukan dan peran
pakaian menjadi sangat mustahak dalam kehidupan orang Melayu. berbagai ketentuan adat
mengatur tentang bentuk, corak (motif), warna, pemakaian, dan penggunaan pakaian.
Ketentuan-ketentuan adat itu diberlakukan untuk mendidik dan meningkatkan akhlak orang yang
memakainya.
Pakaian Melayu dari ujung kaki sampai ke ujung rambut ada makna dan gunanya.
”Semuanya dikaitkan dengan norma sosial, agama, dan adat-istiadat sehingga pakaian
berkembang dengan makna yang beraneka ragam. Makna pakaian melayu juga dikaitkan dengan
fungsinya, yaitu pakaian sebagai penutup malu, pakaian sebagai penjemput budi, dan pakaian
sebagai penolak bala.
Pada kaum laki-laki terdapat tiga jenis pakaian adat melayu. Pertama, baju melayu cekak
musang yang terdiri dari celana, kain dan songkok. Baju ini biasa digunakan pada acara-acara
keluarga seperti kenduri.
Kedua baju melayu gunting cina, baju ini biasa digunakan dalam sehari-hari dirumah untuk
mengadakan acara yang tak resmi. Dan ketiga, baju melayu teluk belanga, baju ini terdiri dari
celana, kain sampin dan penutup kepala atau songkok.

xi
Sedang pakaian kaum perempuan ada dua yaitu pertama baju kurung, yang terdiri atas kain,
baju dan selendang. Selendang dipakai dengan lepas di bahu dan biasanya tak melingkar di leher
pemakai. Dan kedua, baju kebaya labuh, ynag terdiri atas kain, baju dan selendang.
         SENI
Songket adalah salah satu kerajinan budaya melayu yang berupa kain tenun yang biasanya
dipakai pada acara-acara formal. Songket dapat digunakan oleh wanita maupun pria. untuk
membuat songket dibutuhkan alat tenun  yang pada umumnya masih dibuat secara tradisional
atau dikerjakan secara manual dengan menggunakan tangan dan kaki.
         TARIAN
Menurut wawancara khusus dengan Daryudi (Seorang ahli musik lokal di Medan)
A
menyebutkan rentak dibagi dalam:

 Rentak Langgam, metrik 4/4 dengan kecepatan Andante, contoh lagu Makan Sirih, Kuala
Deli, Patah Hati

 Rentak Inang, metrik 4/4 dengan kecepatan Moderato, sejenis Rumba, contoh lagu Mak
Inang Pulau Kampai, Mak Inang Lenggang, Mak Inang Selendang. Seperti diketahui
bahwa Inang dalam kerajaan berarti Dayang-dayang

 Rentak Joget, metrik 2/4, jadi cepat seperti Allegro. Contoh lagu Tanjung Katung,
Selayang Pandang

 Rentak Zapin, metrik 6/8, dengan kecepatan Moderto, dan istilah Zapin diambil dari
bahasa Arab yang berarti derap kaki, disini petikan gambus sangat menonjol. Contoh
lagu Zapin Sri Gading, Zapin Sayang Serawak.

         MUSIK

Asal Awal Musik Melayu dari Qasidah dan Gurindam

Dengan melihat ke belakang, awal Musik Melayu berakar dari Qasidah yang berasal sebagai
kedatangan dan penyebaran Agama Islam di Nusantara pada tahun 635 - 1600 dari Arab, Gujarat
dan Persia, sifatnya pembacaan syair dan kemudian dinyanyikan. Oleh sebab itu, awalnya syair
yang dipakai adalah semula dari Gurindam yang dinyanyikan, dan secara berangsur kemudian
dipakai juga untuk mengiringi tarian.
Pada waktu sejak dibuka Terusan Suez terjadi arus migrasi orang Arab dan Mesir masuk
Hindia Belanda tahun 1870 hingga setelah 1888, mereka membawa alat musik dan bermain
musik Gambus. Pengaruh ini juga bercampur dengan musik tradisional dengan syair Gurindam
dan alat musik tradisional lokal seperti gong, serunai, dlsb.
Kemudian sekitar tahun 1940 lahir Musik Melayu Deli, tentu saja gaya permainan musik ini
sudah jauh berbeda dengan asalnya sebagai Qasidah, karena perkembangan masa ini tidak hanya
menyanyikan syair Gurindam, tetapi sudah jauh berkembang sebagai musik hiburan nyanyian
dan pengiring tarian khas Orang Melayu pesisir timur Sumatera dan Semenanjung Malaysia.
         Bahasa Melayu Riau
Dapat dikatakan bahwa bahasa Melayu Riau memang masih jauh dari ancaman kematian
atau kepunahan. Bahasa Melayu Riau masih digunakan secara lisan ataupun tulis, baik dengan

xii
aksara Latin maupun dengan aksara Arab Melayu. Tradisi tulis juga telah menghasilkan naskah
yang kaya, baik yang bersifat sastra maupun nonsastra, yang merupakan dokumentasi yang dapat
dijadikan rujukan. Selain itu, jumlah penutur yang tergolong besar agaknya juga tidak menyusut
drastis dalam hitungan 100 tahun. Apalagi pada praktiknya, penggunaan bahasa Melayu Riau
menjadi suatu kewajiban untuk keperluan-keperluan tertentu, terutama dalam upacara-upacara
adat.
Keadaan dan masalah yang dihadapi bahasa Melayu Riau dewasa ini sudah banyak
diungkapkan dalam berbagai diskusi, baik dalam bentuk tulisan maupun lisan, di forum
akademik maupun nonakademik. Di satu sisi, dari waktu ke waktu muncul keprihatinan (baik
dari pakar, pemerhati, maupun pecinta bahasa Melayu) akan menyusutnya jumlah penutur dan
pemakaian bahasa Melayu Riau serta menyurutnya minat masyarakat mempelajari bahasa
Melayu Riau. Salah satu penyebab “terpinggirkannya” bahasa Melayu dalam “pergaulan
keseharian” masyarakat Melayu Riau, terutama generasi mudanya, adalah kekurangmampuan
bahasa Melayu Riau untuk memenuhi kebutuhan penuturnya dalam kehidupan bermasyarakat
dan bernegara. Dengan kondisi seperti itu ada kecenderungan penutur “lari” ke bahasa lain,
biasanya bahasa kedua (bahasa Indonesia), sebagai wahana penyampai gagasan yang
memungkinkan komunikasi berjalan lebih lancar. Jika bahasa kedua yang dipilih adalah bahasa
yang lebih dominan —misalnya, jumlah penuturnya lebih besar atau fungsi pemakaiannya lebih
luas—pergeseran itu dapat berlangsung sangat intens. Dalam banyak kasus kematian bahasa,
dominasi bahasa besar menjadi faktor penting.
5.      PANTANG LARANG DALAM BUDAYA MELAYU
Pantang Larang Orang Melayu Tradisional
Pantang Larang Orang Melayu Tradisional merupakan kepercayaan masyarakat Melayu
zaman lampau berkaitan dengan adat dan budaya warisan nenek moyang. Kebanyakan adalah
bertujuan untuk mendidik masyarakat agar mengamalkan nilai-nilai murni dalam kehidupan.
Apa yang disebut bukan untuk dipercayai tetapi untuk dihayati mesej yang tersembunyi di
sebalik  pantang larang yang telah diperturunkan secara lisan sejak zaman berzaman. 

 Pantang Larang Wanita Hamil


1.      Dilarang bergaduh dengan ibu mertua, dikhuatiri mengalami kesulitan ketika melahirkan anak.
2.      Dilarang makan sotong, dikhuatiri menghadapi masalah ketika bersalin. Anak mungkin
tercerut tali pusatnya.
3.      Dilarang mencerca atau melihat sesuatu yang ganjil, dikhawatrikan akan kenan.
Pantang Larang Ke Atas Lelaki
1.Dilarang bersiul dalam rumah, nanti ular masuk.
2.Dilarang mengintai orang mandi, nanti mata ketumbit.
3.Dilarang ketawa waktu Maghrib, nanti datang hantu.
Pantang Larang Bayi
1.      Bayi tak boleh ditegur jika badan gemuk, cuma katakan ‘semangat’ kerana ditakuti menjadi
kurus.
2.      Dilarang memicit mulutnya, nanti tiada selera makan.
3.      Kain lampin tak boleh direndam, nanti kembung perut.

Pantang Larang Ketika Makan


1.      Makan pisang kembar, akan beranak kembar.
2.      Makan sisa anak, anak akan degil.

xiii
3.      Makan dalam pinggan sumbing, dapat anak bibir sumbing.
Pantang Larang Ke Atas Perempuan

1.      Dilarang menyanyi di dapur, nanti kahwin orang tua.


2.      Pantang bangun lewat, nanti sukar mendapat jodoh.
3.      Dilarang bercakap dalam tandas, nanti mata ketumbit

B.     GENERASI MUDA MENANGGAPI KEBUDAYAAN MELAYU

“Generasi muda adalah generasi yang diharapkan.”


 
Kalau boleh dikatakan secara gamblang atau terbuka, sebagian generasi muda mencintai
kebudayaannya dan sebagian lagi acuh terhadap perkembangan kebudayaannya sendiri.
Ungkapan diatas sebenarnya mencerminkan bagaimana seharusnya sikap seseorang terhadap diri
dan lingkungannya (termasuk budaya). Sebagai generasi penerus mereka berkewajiban
setidaknya mengenali dan memahami kebudayaannya masing-masing, terutama generasi muda
melayu Riau.
Jika ditinjau lebih spesifik lagi, kita mencoba melihat generasi muda yang berada di
Selatpanjang, Kabupaten Kepulauan Merant. Untuk saat ini merekaa cukup baik mengenal,
memahami dan mempertahankan kebudayaan Melayu khususnya. Sebagian dari mereka masih
mengetahui bagaimana cara berpantun, bersajak, membaca gurindam, bersyair, menyanyi lagu
melayu, bermain alat musik melayu seperti gambus dan lain sebagainya.
Tidak itu saja, bahasa melayu yang menjadi bahasa dominan disana pun sampai sekarang
masih terus dipakai baik disekolah, dipasar, bahkan dipemerintahan. Mengapa demikian? Hal ini
tentu saja karena hampir 90% penduduk disana merupakan keturunan melayu sedangkan sisanya
merupakan suku pendatang seperti suku tionghoa, suku minang dan batak. Namun hal itu tidak
mudah, karena setidaknya bahasa cina, minang dan batak sedikit banyaknya mempengaruhi
penggunaan bahasa disana. Meskipun demikian, generasi muda disana masih mempertahankan
kebudayaan Melayu yang merupakan budaya paling dominan disana.
Kepedulian mereka generasi muda masih bisa dilihat dengan besarnya partisipasi mereka
dalam melestarikan kebudayaan Melayu. Mereka senantiasa ikut berpastisipasi dalam kontes
ataupun perlombaan yang diadakan di kota Selatpanjang tersebut. Sebut saja acara kemeriahan
ajang melestarikan budaya Melayu seperti kontes menyanyi lagu melayu, gurindam, sajak,
bersyair, tarian serampang dua belas dan lain sebagainya. Besarnya minat yang ikut serta dalam
acara tersebut seperti anak-anak sekolah mulai dari tingkat SD hingga SMA dan ikut
berpastisipasinya masyarakat untuk menyaksiakan langsung acara tersebut membuktikan bahwa
secara tidak langsung generasi tua dan muda bekerja sama dalam hal melestarikan kebudayaan
Melayu khususnya. Tidak hanya Melayu saja, penulis yakin setiap budaya lainnya juga
melakukan hal yang sama dalam mempertahankan keaslian budaya masing-masing.
Hal ini tentu tidak mudah karena pengaruh luar dan dampak globalisasi juga melanda
generasi muda di Selatpanjang. Namun penulis percaya bahwa generasi muda juga bisa
memilah-milih pengaruh asing yang masuk kedalam kebudayaannya. Bahkan jika dimanfaatkan
kedalam hal positif, pengaruh asing dan globalisasi tersebut juga memberikan manfaat yang baik
pula nantinya terhadap kebudayaan asli penduduk setempat.

xiv
Dengan demikian, setiap orang memiliki caranya tersendiri untuk melestarikan kebudayaan
yang mereka miliki. Bahkan setiap orang lebih akan maju dengan budayanya jika dimanfaatkan
dengan sebaik mungkin. 
C.    GENERASI MUDA MEMPERTAHANKAN BUDAYA MELAYU

“Perubahan bukan dimulai dari masa, tapi dimulai dari segelintir orang, yaitu anak-anak muda
yang menamakan dirinya sebagai agen of change atau agen perubahan.”

Mungkin ungkapan diatas cukup sesuai jika diutarakan kepada generasi muda sekarang.
Bahwasanya dizaman sekarang, sebagian orang melupakan jati dirinya sebagai seorang yang
berbudaya. Masuknya pengaruh budaya asing dari luar tanpa adanya proses filter yang baik
mengakibatkan sebagian orang lupa akan kebudayaannya sendiri. Hal itu merupakan salah satu
faktor mengapa kebudayaan asli sulit untuk dipertahankan.
Permasalahannya sekarang adalah apakah generasi muda dapat mempertahankan
kebudayaan asli mereka (disini:_budaya melayu) meskipun menghadapi pengaruh globalisasi
yang sedang marak-maraknya saat ini? Jawaban dari pertanyaan tersebut akan terjawab jika
generasi muda setidaknya ada rasa bangga dan cinta kepada kebudayaan mereka sendiri. Jika
mereka sudah ada rasa banga makan dengan mudahnya mereka akan melestarikan budaya yang
mereka miliki.
Tidak itu saja, faktor lingkungan menjadi salah satu faktor penting untuk mereka generasi
muda melestarikan kebudayaannya. Mengapa demikian? Kita dapat mengambil contoh, di
sekolah misalnya. Sekolah menjadi salah satu wadah yang cukup menguntungkan bagi generasi
muda mengetahui, mempelajari dan melestarikan kebudayaannya. Sekolah tentu saja
mengenalkan budaya yang sesuai dengan tempat tinggalnya. Misalkan di Selatpanjang, budaya
yang dominan disana adalah budaya Melayu. Sekolah berusaha mengenalkan budaya melayu
kepada siswa-siswanya dengan cara memberikan pelajaran khusus mengenai budaya melayu.
Selain itu, setiap sekolah memiliki wadah ekstrakurikuler yang mengedepankan budaya melayu,
misalnya adanya sanggar yang didalamnya terdapat orang-orang yang dikenalkan dan
diterjunkan langsung untuk mengetahui dan melestarikan kebudayaan melayu, seperti: tarian,
nyanyian, musik, pantun, puisi, teater dan lain sebagainya. Disana mereka secara tidak langusng
diperkenalkan dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan kebudayaan melayu, Hal ini
membuktikan bahwa lingkungan juga mengambil peranan penting terhadap eksisnya sebuah
budaya atau tidak.
Sekarang jelaslah bahwa generasi muda siap menjaga, melestarikan dan mempertahankan
kebudayaan (budaya melayu) dengan memaksimalkan faktor-faktor pendukung yang disebutkan
diatas. Tentunya hal ini tidak mudah, karena banyak rintangan dan penghalang yang masih
berada diluar sana, contohnya adalah pengaruh Globalisasi yang terus-menerus berkembang
dikalangan anak-anak hingga dewasa. Kuncinya adalah sejak dini seseorang harus menanamkan
rasa hormat, bangga dan cintanya terhadap kebudayaannya sendiri. Hal itu sudah menjadi
semangat bagi generasi tua yang begitu mengharapkan kebudayaan yang sempat mereka jaga
akan diteruskan oleh generasi muda berikutnya.

xv
B. KELOMPOK 2: Nilai-nilai asas jati diri

1.1 PENGERTIAN NILAI-NILAI ASAS JATI DIRI


"Ja: diri'' sering disamakan pengertiannya denga:n "identitas" (bahasa Inggris:identity).
misalnya, terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:417), sebagai berikut:
iden.ti.tas n ciri-ciri atau keadaan khusus seseorang; jati diri [...dst.]
beridentitas v mempunyai identitas.
Berdasarkan takrif yang diberikan kamus baku tersebut, dapat dikatakan bahwa
himpunan ciri-ciri atau tanda-tanda khusus sekumpulan orang dalam suatu kaum, puak,
suku, dan bangsa adalah identitas kaum, puak, suku, dan bangsa tersebut. Takrif di atas
cenderung hanya merujuk pada sisi-sisi luaran.
Beda dengan takrif Melayu tentang jati diri. Tenas Effendy (2013: 111) menakrifkan
"jati diri'' sebagai nilai-nilai luhur yang melekat dan mendarah-daging dalam diri seseorang,
suatu kaum, puak, suku, dan bangsa. Ia menjadi acuan, pedoman, pegangan, landasan yang
dipakai terns menerus, serta tercermin dari perilaku dan sikap seseorang, kaum, puak, suku,
dan bangsa dalam menjalankan hidup dan kehidupannya sehari-hari; siang dijadikan tongkat
dan malam dijadikan suluh. Nilai-nilai asas jati diri Melayu itu ditanamkan melalui apa yang
disebut sebagai tunjuk ajar Melayu.
'Tunjuk ajar' ialah pernyataan dalam bahasa khas, yang mengemukakan petuah, nasehat,
amanah, petunjuk, pengajaran dan suri teladan untuk mengarahkan manusia kepada
kehidupan yang benar dan baik. Atau, dalam pengertian keagamaan, membawa manusia ke
jalan yang lurus dan diridhoi Allah, yang berkahnya menyelamatkan manusia dalam
kehidupan di dunia dan akhirat
Kandungan (isi) 'tunjuk ajar' Melayu berpaksi pada ajaran Islam, norma-norma sosial,
serta tafsir budaya yang disimpul-simpai melalui hubungan timbal-balik yang mendalam
antara manusia Melayu dengan lingkungan luasnya.
Tingkat persebatian kehidupan orang Melayu dengan Islam dapat disimak dari tunjuk ajar
Melayu yang amat banyak mengandung nilai-nilai luhur ajaran Islam, serta anjuran dan
dorongan agar setiap insan Melayu hendaklah hidup dengan penuh takwa kepada Allah,
Tuhan Yang Maha Esa.
1.2 Macam Nilai-nilai asas jati diti

1. Menyukuri Nikmat-Nya
Karunia Allah wajib dimanfaatkan untuk kepentingan umat. Orang tua-tua mengatakan
"kalau menyadari nikmat Allah, tolong menolong tidak berkilah'' dan "bila
tahu nikmat Allah, tentu hidupnya tidak serakah': Sikap orang Melayu yang mensyukuri
nikmat Allah dapat disimak dari ungkapan berikut:
Apa tanda Melayu jati, Nikmat Allah ia syukuri

xvi
Apa tanda Melayu jati, Nikmat yang ada ia syukuri
Apa tanda Melayu jati, Mensyukuri nikmat sepenuh hati
Tunjuk ajar Melayu menganjurkanagar setiap anggota masyarakat tahu dan mau
mensyukuri nikmat yang dikaruniakan Allah kepadanya. Mensyukuri nikmat Allah, rezeki.
Apa tanda orang beriman, akan bertambah dan bersih. Selain itu dengan mensyukuri nikmat
seseorang akan terhindar dari sifat-sifat loba dan tamak, jauh dari sifat serakah dan kufur
nikmat, serta terhindar dari berbagai keburukan lainnya. Dalam ungkapan dikatakan, "siapa
hidup mensyukuri nikmat, hidup matinya beroleh rahmat:' Di dalam ungkapan lain
mengatakan, "siapa bersyukur, terhindar dari kufur" dan" siapa mensyukuri nikmat Allah,
hidup matinya tiada menyalah''. Orang tua-tua mengatakan, bahwa nikmat Allah tidak dapat
dihitung oleh makhluk-Nya.
Bagi orang Melayu, mensyukuri nikmat Allah tidak dapat ditawar-tawar. Orang yang tidak
bersyukur atas karunia Allah dianggap kufur (paling tidakkufur nikmat) dan tak tahu diri.
Oleh karenanya, semua orang harus mensyukuri nikmat yang diterimanya serta
memanfaatkannya untuk keselamatan diri, keluarga, dan masyarakatnya. Dalam ungkapan
dikatakan, "dengan nikmat Allah hidup berfaedah'', "siapa yang memanjangkan karunia
Tuhan, hidup matinya dalam beriman'', dan "siapa memanjangkan karunia Allah, dunia
akhirat beroleh berkat'
orang Melayu juga melarang orang yang mementingkan diri sendiri dan tidak
memikirkan orang lain yang membutuhkan bantuannya. Dalam ungkapan dikatakan, "rizki
pantang sendiri, harta jangan membawa celaka': Dalam ungkapan lain ditegaskan, "rizki
jangan dibawa mati': Ungkapan lain mengingatkan supaya karunia dan nikmat yang
diberikan Allah jangan sampai membawa kebinasaan, baik bagi dirinya maupun bagi
masyarakat, bangsa, dan negaranya. Ungkapan itu berbunyi, "rizki jangan mematikan, harta
jangan membutakan, nikmat jangan menyesatkan': Kunci dari kebermanfaatan harta,
karunia, dan nikmat yang dilimpahkan oleh Allah kepada makhluk-Nya adalah kesadaran
orang mensyukuri semua karunia itu dan memanfaatkannya untuk kepentingan diri, kaum,
masyarakat, bangsa, dan negaranya secara ikhlas.
2. Ketaatan Kepada Ibu dan Bapa
Ketaatan ibu dan bapa yang disebut "mentaati orang tua-tua'' amat diutamakan dalam
kehidupan orang Melayu. Orang tua-tua mengatakan, "Siapa taat ke orang tuanya, di dunia
selamat, akhirat pun mulia': Sebaliknya, barang siapa durhaka kepada ibu dan bapanya,
bukan saja disumpahi oleh masyarakat, tetapi akan disiksa di akhirat kelak. Sastra lisan
Melayu amat banyak mengisahkan keburukan anak durhaka yang hidupnya berakhir dengan
malapetaka dan kemalangan. Sebaliknya, banyak pula diceritakan kisah kemuliaan anak
yang taat kepada orang tuanya. Di dalam tunjuk ajar Melayu, banyak pula ungkapan yang
berkaitan dengan keutamaan mentaati ibu dan bapa, sebagai acuan
Di dalam kehidupan orang Melayu, "orang yang dituakan'' atau pemimpin amatlah
penting. Karenanya, pemimpin wajib dihormati, ditaati, dan dipatuhi sepanjang ia
menjalankan kewajibannya dengan baik dan benar.

3. Taat Setia Kepada Pemimpin,maka Ungkapan adat Melayu

xvii
bertuah rumah ada tuanya, bertuah negeri ada pucuknya elok kampung ada tuanya, elok
negeri ada rajanya Ungkapan ini menunjukkan, bahwa dalam kehidupan mausia, baik di
lingkungan kecil (rumah tangga) sampai kepada masyarakat luas, haruslah ada "tua'' nya,
yakni ada pemimpinnya. Tanpa pemimpin, kerukunan dan kedamaian di dalam rumah
tangga atau masyarakat tidak akan terjamin.
Pendurhakaan terhadap pemimpin sejati menjadi pantangan besar dan dianggap
mencorengkan arang di kening keluarga dan masyarakat. Di dalam ungkapan adat dikatakan,
"siapa durhaka kepada pemimpinnya, aibnya tidak terbada-bada'' atau "siapa mendurhakai
yang dirajakannya, di sanalah tempat ia binasa': Acuan pantang mendurhaka ini ditujukan
kepada pendurhakaan pemimpin yang terpuji, adil, dan benar, bukan terhadap pemimpin
yang "menyalah'', zalim, dan sebagainya. Hal ini tercermin dalam ungkapan, "raja adil raja
disembah, raja zalim raja disanggah': Jadi, hanya pemimpin yang adil dan benar-benar
sempurna wajib ditaati, sedangkan pemimpin yang zalim haruslah disanggah, dilawan,
disingkirkan, atau setidak-tidaknya diberiperingatan dan teguran. Anjuran yang berkaitan
dengan ketaatan terhadap pemimpin antara lain tertuang dalam butir-butir tunjuk ajar
berikut:
adat rumah ada tuanya
adat kampung ada penghulunya adat negeri ada rajanya

tua rumah membawa hikmah tua penghulu menghapus malu tua raja tegak daulatnya

tua disebut membawa tuah tua tidak tersia-sia tua


ada tunjuk ajarnya
tua umur tua pengalaman tua tempat minta petuah tua teluk timbunan kapar

tua tanjung pumpunan angin tua dituakan orang ramai tua ditinggikan seranting
tua didahulukan selangkah

4. keadilan dan kebenaran


keadilan dan kebenaran adalah kunci menegakkan tuah dan marwah, mengangkatharkat
dan martabat, serta mendirikan daulat dan kewibawaan. Keadilan dan kebenaran tidak dapat
ditawar-tawar, karena semuanya acuan mengenai kehidupan, pemerintahan, dan sikap
hidupnya mengacu pada sikap adil dan benar. Oleh karenanya, pemimpin yang dianggap
tidak adil dan menyimpang dari kebenaran wajib diingatkan, disanggah, atau diganti.
Hukum yang adil wajib ditegakkan demi terwujudnya masyarakat yang adil dan makmur.
Kebenaran wajib didirikan demi terlaksananya syarak dan sunnah, petuah dan amanah,
ketentuan adat lembaga, dan sebagainya. Orang Melayu berani mati untuk membela
kebenaran. Orang tua-tua mengatakan, "takut karena salah, berani karena benar': Untuk
mengetahui dan memahami sejauh mana orang Melayu menjunjung tinggi keadilan dan
kebenaran dapat disimak dari untaian ungkapan tunjuk dan ajarnya di bawah ini:
apa tanda Melayu jati, memhela keadilan herani mati apa tanda Melayu jati,
menegakkan yang henar tahan mati apa tanda Melayu jati,
menegakkan yang henar jatinya diri apa tanda Melayu jati,
adil dan henar dipegang mati apa tanda Melayu jati,
adil dan henar pelita hati apa tanda Melayu jati,
adil menghukum, henar mengkaji apa tanda Melayu hertuah,

xviii
adil dan henar menjadi tuah apa tanda Melayu hertuah,
adil dan henar menegakkan marwah apa tanda Melayu hertuah, memhela keadilan tiada
lengah
apa tanda Melayu hertuah, mendirikan yang henar tahan dilapah apa tanda Melayu
hertuah,
adil dan henar tempat hertanah
apa tanda Melayu herhudi, adil dan henar tempat herdiri apa tanda Melayu terpuji, adil
dan henar ia taati

5. Ikhlas dan Rela Berkorban


Sifat ikhlas dan rela berkorban menjadi sifat yang diutamakan dalam kehidupan orang
Melayu. Orang tua-tua mengatakan, bahwa dengan bersifat ikhlas, setiap pekerjaan akan
menjadi amal saleh yang diridhoi Allah. Dengan sifat ikhlas dan rela berkorban, rasa
kesetiakawanan sosial akan semakin tinggi, mengakar, dan kemudian membuahkan
persaudaraan sejati. Bagi orang Melayu yang bersifat terbuka dan berbaik sangka, sifat
ikhlas dan rela berkorban sudah ditanamkan sejak dini kepada anak cucunya. Itulah
sebabnya mengapa kebanyakan orang Melayu senang membantu dan berbuat baik dan budi.
Sikap itu dilakukan tanpa mengharapkan imbalan. Mereka sudah diajar dan dilatih sejak dini
untuk rela dan ikhlas dalam menolong sesama umat, dalam berbuat kebajikan, dan lain
sebagainya. Sikap ini menyebabkan kebanyakan orang Melayu mau berbagi harta, hutan
tanah, milik, dan sebagainya dengan berbagai pihak luar atau pendatang. Dari sikap inilah
kemudian banyak pendatang yang diterima menjadi anggota masyarakat Melayu, menjadi
kaum kerabat dan sahabat handai, yang selanjutnya menyatu dan membentuk masyarakat
yang majemuk.

6. Kerja Keras, Rajin, dan Tekun


Bekerja keras, rajin, dan tekun menjadi kewajiban setiap anggota masyarakat. Orang tua-
tua mengatakan, bahwa kejayaan Melayu di tentukan oleh ketekunan dan kesungguhan
mereka dalam bekerja. Dalam ungkapan dikatakan, "kalau Melayu hendak berjaya, bekerja
keras dengan sesungguhnya'', "siapa rajin, hidup terjamin'', atau "siapa tekun, berdaun
rimbun'
Di dalam tunjuk ajar Melayu, keutamaan bekerja keras, tekun, dan tabah cukup banyak
disebutkan. Orang tua-tua Melayu juga menegaskan, bahwa pekerjaan yang baik dan benar
ialah pekerjaan yang halal, yakni pekerjaan yang tidak menyalahi ajaran Islam, adat, dan
norma-norma sosial masyarakatnya. Mereka menyebutkan, bahwa pekerjaan yang sesuai
dengan ajaran Islam, adat istiadat, dan ketentuan ketentuan yang berlaku adalah pekerjaan
yang harus dicari dan dilakukan sepenuh hati. Hasil dari pekerjaan ini diyakini menjadi
"darah daging" yang dapat membawa kebaikan dan kebahagiaan atau membawa berkah bagi
kehidupan ukhrawi. Sebaliknya, apapun bentuk dan jenis pekerjaan yang menyimpang atau
menyalahi ketentuan agama, adat, dan sebagainya, maka pekerjaan itu tidak dibenarkan dan
dianggap akan membawa kebinasaan.
Dalam kehidupan Melayu tradisional, acuan ini sejak dini sudah diajarkan kepada anak
anak mereka. Anak kemenakan dan anggota masyarakat dilatih untuk mampu bekerja keras,
mampu menghadapi tantangan, dan mampu melewati halangan, sehingga mereka menjadi
manusia-manusia tangguh.

xix
Orang tua-tua Melayu dengan tegas menyebutkan pulamapa saja yang dianggap
sebagai "kerja menyalah'' yang dipantangkannya. Mereka juga menjelaskan akibat buruk
dari "kerja menyalah'' ini, baik bagi diri pelakunya maupun bagi masyarakat, bangsa, dan
negaranya. Di dalam ungkapan dikatakan: yang disebut kerja menyalah: menyalahi syarak
beserta sunnah menyalahi adat dengan lembaga menyalahi undang dengan hukumnya
menyalahi petuah dengan amanahnya menyalahi tunjuk dengan ajarnya menyalahi soko dan
pusaka

7. Percaya diri dan mandiri


Di dalam tunjuk ajar melayu dikatakan pula;' apa tanda orang yang bijak, di kaki sendiri
ianya tegak': Orang tua-tua menjelaskan, bahwa dapat hidup mandiri, setiap anggota
masyarakat harus mendidik anak-anaknya sejak dini ke arah sikap hidup mandiri dan
percaya diri. Dalam ungkapan dikatakan, "supaya besar dapat tegak, sejak kecil hendaklah
pinak'', yang artinya bila anak kemenangan mereka mampu berdiri sendiri dan percaya diri,
maka sejak kecil hendaklah ditanamkan nilai-nilai luhur yang dapat membentuk kepribadian
anak ke arah yang di inginkan itu. Dalam ungkapan lain dikatakan, "supaya dapat berdiri
sendiri, sejak kecil petunjuk diberi" atau "supaya tidak menyusahkan orang, tunjuk dan ajar
jangan kurang'.

8. Tahu Malu
Malu adalah sifat yang dijunjung tinggi oleh orang Melayu. Orang tua-tua mengatakan,
"kalau malu sudah hilang, hidupnya sama dengan binatang': Dalam tunjuk ajar Melayu, sifat
malu adalah cermin moral. Malu yang dimaksud disini adalah malu berbuat kejahatan, malu
melakukan pekerjaan tercela, malu berkata kasar, malu menyombong, malu menipu, malu
berkhianat, malu berdurhaka, malu menjilat, malu mengambil muka, malu merampas hak
orang lain, malu berbuat semena-mena, malu melepaskan kewajiban dan tanggung jawab
Merujuk pada acuan tersebut, maka orang Melayu melarang malu di jalan kebaikan dan
menyuruh untuk malu berbuat keburukan.
Dalam kehidupan orang Melayu, orang yang tidak beraib malu amatlah hina. Orang ini
dianggap amat rendah, hina, dan dapat disamakan dengan hewan. Oleh karenanya, orang
Melayu berusaha memelihara sifat malu sepanjang hayatnya.

9. Rendah Hati
Salah satu sifat terpuji dalam budaya Melayu lainnya adalah sifat rendah hati. Sikap ini
secara turun temurun dikekalkan dalam kehidupan mereka sebagai jati dirinya. Konon,
istilah "Melayu" itu pun berasal dari "melayukan diri", yakni merendahkan hati, berlaku
lemah lembut, dan berbuat ramah tamah. Oleh karenanya, orang Melayu umumnya menjauhi
sifat angkuh, mengelakkan sombong dan pongah, menghindari berkata kasar, dan tidak mau
membesarkan diri sendiri.
Orang tua-tua mengatakan, "adat Melayu merendah selalu': "Merendah'' yang dimaksud
di sini ialah merendahkan hati, bermuka manis, dan berlembut lidah, tidak "rendah diri" atau
pengecut. Sifat rendah hati adalah cerminan dari kebesaran hati, ketulusikhlasan, tahu diri,
dan menghormati orang lain.
Dengan sifat "rendah hati'' ini orang Melayu lazim terlihat sederhana, baik dalam
berpakaian maupun dalam kelengkapan rumah tangganya. Sifat ini merupakan kebalikan
dari sifat yang suka memamerkan kekayaan.

xx
10. Sifat Perajuk
Sifat perajuk adalah cerminan dari sifat lemah semangat, rendah hati, berpikiran sempit,
pemalu, cepat putus asa, dan tidak memiliki keberanian serta harga diri. Orang Melayu amat
memantangkan anggota masyarakatnya memiliki sifatperajuk. Dalam tunjukajar
Melayuamatbanyak ungkapan yang melarang anggota masyarakatnya menjadi perajuk dan
menggambarkan berbagai keburukan sifat perajuk itu. Dalam kehidupan sehari-hari, sifat
perajuk dianggap hina dan tidak bertanggung jawab. Selain dijadikan bahan ejekan, bahan
cemooh, dan dilecehkan, orang perajuk lazim tidak diikutsertakan dalam berbagai kegiatan.
Orang perajuk, sadar atau tidak, akan tersingkir dari kehidupan masyarakatnya. Orang tua-
tua mengatakan, "orang perajuk mati hanyut", "orang perajuk hidupnya teruk'', atau "orang
perajuk mati terpuruk'
pucuk putat batangnya bungkuk di bawah bukit tumbuh menjemba buruklah sifat orang
perajuk
salah sedikit lari ke rimba
apalah tanda batang keduduk bila dipatah tunas tak tumbuh apalah tanda orang perajuk
bila disanggah lari menjauh
apalah tanda batang keduduk tumbuh di bukit berbunga ungu apalah tanda orang perajuk
hatinya sempit aka/ pun beku
apalah tanda pindang terubuk kuahnya banyak perisa rasanya apalah tanda orang perajuk
olahnya banyak lemah jiwanya

11. Tahu Diri


Pada hakikatnya yang dimaksud dengan sifat "tahu diri" dalam acuan budaya Melayu adalah
kesadaran diri pribadi terhadap hakikat hidup, tujuan hidup, akhir hidup, serta berbagai hak
dan kewajiban yang harus dipenuhinya, baik sebagai bagian masyarakat maupun sebagai
hamba Allah. Orang tua-tua mengatakan, orang tahu diri memiliki kesadaran tinggi dalam
hidupnya. Dengan tahu diri, ia akan tahu menempatkan diri dalam pergaulan berumah
tangga maupun bermasyarakat. Orang tahu diri akan berkelakuan terpuji, karena ia telah
memahami kekurangan dan kelebihan dirinya dan orang lain. Orang yang tahu diri sadar
akan tanggung jawabnya, baik tanggung jawab terhadap diri, keluarga, masyarakat, maupun
bangsa dan negaranya.
Dalam kehidupan sehari-hari, orang yang tahu diri akan memperlihatkan kelakuan yang
terpuji, menunjukkan budi pekerti mulia, rendah hati, mentaati agama, beriman, bertenggang
rasa, suka menolong, rajin bekerja, jujur, dan setia, dan sebagainya yang secara keseluruhan
memperlihatkan perilaku yang baik. Di dalam tunjuk ajar Melayu, keutamaan dan kelebihan
orang yang tahu diri ini digambarkan dalam ungkapan sebagai berikut:

apa tanda melayu jati, tahu kepada diri sendiri


tahu syarak dan sunnah Nabi tahu asal mula jadi
tahu hidup akan mati
tahu pelabuhan tempat berhenti tahu jalan yang akan diteliti tahu hidup membalas budi
tahu setia mentaati janji

xxi
C. KELOMPOK 3: Alam dan kearifan ekologis melayu riau
Berbicara alam melayu, kita seperti berada dalam surga kebudayaan. Orang melayu menjadikan
segala sesuatu yang berada dekat dengan kehidupannya sebagai marwah yang telah terpahat
dalam diri. Menjaga keseimbangan, menciptakan ikatan, juga bahkan menjalain hubungan yang
harmonis dan menjadi contoh satu diantara beberapa yang dekat dengan kehidupannya.
1. Konsep Kearifan Orang Melayu
Secara aetimologi kearifan bermakna bijaksana, cerdik dan pandai dalam melakukan sesuatu
tindakan atau perbuatan serta di dasari oleh keilmuan. Kearifan orang melayu terbentuk
kecerdasan dan empirik melalui dialogis denan alam dan gagasan-gagasan yang berkembang
kemudian. Bagaimanapun, agama islam telah menjadi arus utama penepis dari pengetahuan
empiric dan dialog-dialog tersebut.
2. Ekologis Dan Proses Kebudayaan
Ekologi merupakan faktor determinan setiap proses kebudayaan. Faktor-faktor ekologis
itu di antaranya beroperasi dalam relasi, yaitu:
1. Pertama, kepatuhan referensial menimbulkan kebudayaan yang bergerak mengikuti gerak
ekologis yang given.
2. Kedua, resiprokal wujud dalam alam lingkungan dieksplorasi, ditelisik, dibaca dan diakrabi,
diposisikan sebagai subyek tempat berbagi kognisi, emosi, dan keperluan-keperluan, berbagi
berkah (alam terkembang jadi guru).
3. Ketiga,obyektif-eksploitatif dalam lingkungan dijadikan obyek untuk hal-hal yang memusat
pada keperluan praktis-pragmatis manusia (antroposentris).
3. Ekologi Fisik di Riau
a. Hutan
Hutan merupakan satu elemen penting dalam pembentukan kebudayaan masyarakat melayu.
Selain sebagai bentuk kebesran sang Maha Esa Pencipta, hutan merupakan sumber kehidupan
bagi semua makhluk.
b. Tanah
Masyarakat melayu mengenal hutan kelompok menjadi milik kelompok, kaun atau masyarakat
tertentu yang lazim disebut “tanah wilayah” atau tanah ulayat yang diatur oleh hokum adat dan
dihormati oleh hukum Negara.
c. Sungai
Berbagai prosesi kehidupan orang Melayu merujuk ke sungai misalnya ritual dan upacara –turun
mandi ,berbual ditepian mandi (mencari jodoh untuk anak atau keponakan),mandi berlimau,dan
lain sebagainya,mencari penghidupan,mobilitas interelasi,upacara kematian dan lain
sebagainya.Bagi mereka rusak sungai samalah dengan cerminan rusaknya negeri.

xxii
d.Rawa
Disebut rawa (dalam musim pancaroba) apabila digenangi air. Rawa juga hampir sama seperti
sungai di pedesaan banyak sekali orangnya menyebutnya dengan rawa.
e.Tasik
Sebutan danau,kawasan berair yang luas dan dikelilingi tanah (daratan). Danau terbagi menjadi 2
yaitu lactic atau lingkungan perairan tawar yang tidak bergerak,dan lotic yaitu lingkungan air
tawar yang bergerak
f.Selat
Biasanya selat menghubungkan antara dua wilayah lautan yang besar. Sama hal dengan
sungai,selat bagi orang Melayu juga sangat amat penting
g. Laut
Laut dapat didefinisikan sebagai kumpulan air asin dalam jumlah yang banyak dan luas,air yang
menggenangi dan membagi daratan atas benua dan pulau.
4. Keanekaragaman Hayati
1. Flora
Flora adalah segala macam jenis tumbuhan atau tanaman yang memiliki klasifikasi dan juga ciri-
cirinya yang ada di Indonesia berdasarkan persebarannya
2. Fauna
Keseluruhan kehidupan hewan suatu habitat,daerah,atau starta geologi tertentu,dunia hewan.
5.Alam dalam Pandangan Budaya Melayu Riau
1 Alam sebagai Ruang Hidup Sesama Makhluk Hidup
Dalam dunia Melayu, ruang kehidupan (lebensraum atau living space) dikatakan sebagai saujana
-hamparan luas sejauh mata memandang atau sepemandangan mata jauhnya yang dijaga dalam
adat dikungkung oleh negeri. Sebagai unsur pembentuk alam, dalam adat-budaya Melayu, hutan
tanah adalah ruang kehidupan komunal, dengan urutan fungsinya masing-masing Ruang (space)
kehidupan itu membentuk satuan wilayah tradisional yang distribusikan secara umum (dan
bervariasi) ke dalam lanskap tempat (place).
2 Alam Terkembang Jadi Guru
 menyiratkan bahwa segala sesuatu yang tersaji di alam semesta ini merupakan anugerah Tuhan
yang dapat dijadikan sebagai pedoman dalam tatanan hidup bermasyarakat.
6 Kearifan Hubungan Manusia dan Alam
Dalam ungkapan Tunjuk Ajar Melayu, Tenas Effendy memaparkan dalam bentuk pantun
"banyak periuk dijerang orang//periuk besar tudungnya hitam//banyak petunjuk dikenang

xxiii
orang//tunjuk ajar mengandung alam," bahwa orang Melayu belajar dari alam semesta. Kiranya,
berpantanglah seseorang jika berlaku merusak alam. Dari ungkapan ini, didapat simpulan bahwa
Orang Melayu memandang alam sebagai ruang hidup yang sangat diperhatikan.
1. Kepatuhan
Hukum adat demikian menciptakan kepatuhan orang Melayu terhadap penggunaan alam
lingkungan. Di hutan adat, seseorang yang menebang kayu harus mendapat persetujuan negeri
dan harus menanam kayu sejenis terlebih dahulu sebelum menebang Peruntukan kayu.
2. Dialogik
Adalah ilmu tentang seni berbicara secara dialog, di mana dua orang atau lebih berbicara atau
mengambil bagian dalam satu proses pembicaraan. Keterbukaan orang Melayu dalam menjaga
alam lingkungannya telah berlangsung lama. Dialog antara manusia dengan alam lingkungannya
tergambar dalam berbagai cara orang Melayu memanfaatkan alam dan memeliharanya. Pada
kegiatan menumbai misalnya, orang Melayu tidak membunuh lebah yang melindungi madu di
sarangnya. Mereka menempatkan lebah sebagai binatang yang patut dijaga dan disanjung.
7. Kearifan Melayu dalam Pemanfaatkan Alam lingkungan
1 Pembagian Ruang
Ruang kehidupan (alam lingkungan) orang Melayu sangat berbeda dengan konsep desa yang
diterjemahkan negara Indonesia. Berdasarkan filosofi wilayah adat, pada umumnya ruang terbagi
5 lanskap fungsi yaitu:
1.Tanah kampung untuk tempat permukiman dan pemakaman
2.Tanah dusun:tanah untuk kebun dan tanaman keras atau pohon yang memerlukan waktu lebih
dari satu tahun seperti karet, durian, nangka, petai, manggis dan sebagainya.
3.Tanah peladangan untuk menanam ladang padi, ubi kayu dan tanaman semusim lainnya.
4. Wilayah pencadangan: areal yang dicadangkan untuk keperluan di masa depan.
5. Rimba/rimbolimbo/hutan: yang terdiri dari rimba kepungan sialang, hutan larangan, rimba
simpanan dan rimbo gano. Rimba bagi masyarakat adat dianggap pusat keseimbangan yang
menghubungkan antara alam bawah dan alam atas (magi/ transendensi), di mana manusia
terhubung dengan leluhurnya (ancestral domain).
2 Teknik Berladang
a. Membuka hutan
b. Menebas semak-semak
c. Menebang pohon-pohonya
d. Menutuh

xxiv
e. Meladang
f. Membakar
g. Memerun
h. Memebersihkan atau meratakan tanahnya
i. Teknik dan pilihan tanaman kebun
1.8 Ekologi Sosial Melayu di Riau
1 Lanskap Tempat Hidup
 Secara umum, tempat hidup Orang Melayu terbagi dalam 3 lanskap sosial
a. Pedalaman/hulu, yaitu kawasan yang dihuni oleh kelompok-kelompok kecil dalam
iktan kekerabatan/perkauman yang ketat dan terbatas
b. Kampung, yaitu kawasan yang dihuni oleh gabungan berbagai kelompok kekerabatan
(kaum) yang saling berinteraksi
c.Bandar, yaitu kawasan yang secara sostal bercampur, bukan hanya di dalam pengertian
puak, tapi juga "bangsa" yang satu sama lain telah berinteraksi
2 Sungai pada Alam Melayu
a. Hulu
Permulaan sungai. Makna "hulu" bertentangan dengan hilir. yang bermakna ujung
sungai. Faktor lingkungan menyebabkan pertumbuhan permukiman negeri-negeri.'Hulu'
dan 'orang hulu' ialah dua perkataan yang berunsur sindiran yang bermaksud orang yang
tidak maju atau ketinggalan zaman.
b. Hilir
Bagian sungai yang mengarah ke pantai. Kawasan hilir sungai biasanya dipenuhi
pohon bakau dan pohon tropis lain yang tumbuh di tepi laut. Sebagian lagi dibersihkan
untuk penanaman padi.
c. Baruh
Istilah ini sebagai penunjuk arah dalam budaya Melayu di Riau. Baruh adalah
lawan dari istilah darat.
d. Darat
Sebutan untuk tanah yang tidak digenangi oleh air, bisa dihuni dan dijadikan
tempat tingal.

xxv
D. KELOMPOK 4: Kesantunan dalam bahasa melayu
A. Sejarah asal usul bangsa Melayu
Dalam buku Sejarah Melayu disebutkan bahwa bahasa Melayu adalah nama sebuah sungai di
Sumatera Selatan yang mengalir di sekitar bukit Si Guntang dekat Palembang. Guntang adalah
tempat kemunculan pertama dari tiga raja yang datang ke dunia Melayu. Mereka adalah
keturunan raja-raja Melayu di Palembang (Singapura, Malaka dan Johor), Minangkabau dan
Tanjung Pura. Pada abad ke-18, William Marsden menyebutkan bahwa dalam percakapan
sehari-hari, penyebutan ras Melayu sama dengan penyebutan bangsa Moor di India dalam arti
ketaatan mereka terhadap Islam. Dikatakan bahwa orang Melayu datang dari Yunnan ke
Kepulauan Melayu melalui tiga gelombang utama, yaitu Negritos, Proto-Melayu, dan Deutero-
Melayu. Gelombang pertama dikenal dengan Negrito yang diperkirakan sudah ada sejak 8000
sebelum Masehi. Dan pada gelombang kedua dikenal sebagai Melayu-Proto yang terjadi sekitar
2500 tahun sebelum Masehi. Sekitar 1500 tahun sebelum Masehi, datang gelombang ketiga yang
dikenal sebagai Melayu-Deutro. Mereka mendiami daerah subur di pesisir dan lembah Asia
Tenggara. Kehadiran mereka menyebabkan orang-orang Proto-Melayu seperti Jakun, Mahmeri,
Jahut, Temuan, Biduanda dan beberapa kelompok kecil lainnya pindah ke pedalaman. Dengan
demikian, Melayu-Deutro ini adalah komunitas Melayu yang ada saat ini.
1. Orang Negrito
Orang Negrito adalah penghuni awal Kepulauan Melayu, diyakini berasal dari kelompok
Austronesia di Yunnan. Dari orang Negrito telah turun orang Semang yang memiliki ciri-ciri
fisik kulit gelap, rambut keriting, mata bulat, hidung lebar, bibir penuh, dan ukuran tubuh
pendek, keturunan dari Suku Asli di semenanjung Malaysia, Dayak di Sarawak dan Batak di
Sumatera.
2. Proto melayu
Peradaban orang-orang proto-Melayu ini lebih maju dari beberapa orang Negrito. Proto-Melayu
telah pandai membuat alat-alat pertanian, membuat barang pecah belah, dan perhiasan. Hidup
mereka disebut Neolitik atau Zaman Batu Baru. Ada kesamaan lain antara Proto-Melayu dan
orang Negrito, yang dikenal sebagai Negosiddek Orang Melayu, yang sebagian besar terdapat di
pulau yang dikenal dengan nama Pinang.
3. Deutro melayu
Mereka diberi nama Melayu-Deutro dan memiliki peradaban yang lebih maju dari pendahulunya.
Melayu-Deutro sudah mengenal budaya logam. Mereka telah menggunakan alat berburu dan
bertani yang terbuat dari besi, dan mereka disebut Zaman Logam. Mereka hidup di tepi pantai
dan tersebar hampir di seluruh nusantara Melayu. Kedatangan Deutro-Melayu itu sendiri
mengakibatkan migrasi proto-Melayu ke pedalaman sesuai dengan cara hidup mereka yang
pindah tempat.
B. Kesantunan dalam bahasa melayu
1. Budaya Melayu

xxvi
Beragam naskah ditempatkan di beberapa wilayah yang dipandang sebagai pusat sastra melayu
di nusantara sebagai warisan budaya orang melayu.Kesusastraan melayu masuk ke nusantara
khususnya Palembang beriringan dengan penyebaran agama Islam. Sebelumnya, wilayah ini
dipengaruhi oleh agama Hindu-Budha. Namun kehadiran Islam di nusantara dengan
perdagangan dari bangsa luar masuk ke Indonesia khususnya Palembang mengenalkan
masyarakat tradisi tulis dan kesusastraan melayu. Orang-orang Melayu lama gemar menulis
karya sastra seperti syair. Bagi masyarakat melayu lama syair digunakan sebagai media yang
dianggap efektif untuk menyampaikan pesan penutur kepada lawan tutur atau pembaca ataupun
pendengar pada saat syair dilantunkan. Syair Siti Zubaidah menjadi salah satu247 cerita yang
dituliskan dalam bentuk syair.
2. Kesantunan berbahasa
Tindak tutur yang dilakukan dalam bentuk kalimat performatif oleh Austin (1962) dikutip Chaer
(2010:27) dirumuskan sebagai tiga buah tindakan yang berbeda, yaitu
a) Tindak tutur lokusi,
b) Tindak tutur ilokusi, dan
c) Tindak tutur perlokusi.
Tindak tutur ilokusi selain menyatakan sesuatu juga menyatakan tindakan melakukan sesuatu.
Tindak tutur perlokusi adalah tindak tutur yangmempunyai pengaruh atau efek terhadap lawan
tutur atau orang yang mendengar tuturan itu (Chaer, 2010:27—28). Tindak tutur dibedakan atas
tindak tutur langsung dan tidak langsung. Tindak tutur langsung sama seperti tindak tutur lokusi
yang menyatakan sesuatu secara langsung. Sedangkan tindak tutur tidak langsung yang
menyatakan suatu tuturan dengan tidak apa adanya tetapi dalam bentuk tuturan lain.
3. Teori kesantunan berbahasa
Dalam mengungkapkan suatu hal kepada lawan tutur harus menggunakan bahasa yang baik dan
sopan. Rahardi (2010:93—117) mengemukakan kesantunan pragmatik imperatif linguistik
terdapat 12 jenis, yaitu sebagai berikut:
1) Pragmatik Imperatif Suruhan dapat ditandai dengan pemakaian penanda
kesantunan coba
2) Pragmatik Imperatif Permintaan penanda kesantunan tolong dengan makna
mohon .
3) Pragmatik Imperatif Permohonan yaitu yang mengandung makna permohonan,
biasanya ditandai dengan mohon
4) Pragmatik Imperatif Desakan (ayo, mari, harap, harus)
5) Pragmatik Imperatif bujukan (tolong) diungkapkan dengan penanda ayo atau mari
6) Pragmatik Imperatif Imbauan dengan penanda kesantunan harap dan mohon
7) Pragmatik Imperatif Persilaan (silakan)

xxvii
8) Imperatif ajakan ditandai dengan pemakaian penanda kesantunan mari atau ayo.
9) Pragmatik imperatif permintaan izin ditandai dengan penanda kesantunan mari
dan boleh
10) Pragmatik imperatif mengizinkan ditandai dengan kesantunan silakan.
11) Pragmatik imperatif harapan ditunjukkan dengan penanda kesantunan harap dan
semangat
12) Pragmatik Imperatif Anjuran dengan penanda kesantunan hendaknya dan
sebaiknya.

4. Kesantunan dalam berbhasa melayu


Tepak emas di dulang suasa, Tekat seraga sri perkasa Hendak mengenal orang berbangsa, Lihat
kepada budi dan bahasa Tekat seraga sri perkasa, Merak mengigal ragam pusaga Lihat kepada
budi dan bahasa, Rusak bahasa cederalah bangsa dalam upaya untuk mencapai beradab dan
sopan itu, seseorang harus mengetahui ilmu wa al-kalam (pengetahuan dan bahasa/percakapan).
Ilmu wa al-kal meliputi syarat-syarat sebagai berikut:

a) al-himmat berarti kuat kehendak


b) al-mudarasah berarti mengulang-ulang
c) al-muhafazat berarti menghafal
d) muzakarah berarti berbincang untuk mengingat ingat
e) mutala'at berarti menelaah atau berpikir kembali sebelum berkata-kata
ditentukan apakah ia tergolong orang yang santun atau tidak? Tindakan kebahasaan yang
dikatakan santun itu, antara lain meliputi:
1) bercakap : adat bercakap mengandung adab
2) berbual : adat berbual mengandung akal
3) berbicara : adat berbicara berkira-kira
4) berbisik : adat berbisik berbaik-baik
5) berujar : adat berujar bertunjuk ajar
6) berutur : adat bertutur menuruti alur
7) berbincang : adat berbincang menuruti undang
(Tenas Effendy, 2010: 21-22)

E. KELOMPOK 5: Hakekat dan kaidah huruf arab melayu

Penjelasan kaidah arab melayu


Pada 1940-an, Za'ba alias Zainal Abidin bin Ahmad (1895-1973), menyusun kaidah penulisan
Jawi (Arab Melayu), untuk kebutuhan tulis-baca di semua madrasah di Malaysia. Kemudian
pada tahun 1986, Dewan Bahasa dan Pustaka (DBP) Malaysia merampungkan penyusunan Ejaan
Jawi Yang Disempurnakan (EJYD). Ciri-cirinya adalah:

xxviii
⋄ Mengklaim bahwa landasan yang digunakan ialah Jawi Za'ba (1941-1949). Proses
penyempurnaan terhadap Jawi Za'ba itu dilakukan dengan lima kegiatan, yaitu;
mengekalkan yang sudah kemas, melengkapkan yang kurang, mengadakan yang tiada,
menjelaskan yang kabur, dan mengemaskan yang longgar.

⋄ Menyatakan bahwa konvensyen Tulisan Jawi (1984) itu "bukan sistem ejaan Jawi yang
benar dan bahkan sama sekali menyimpang dari sistem ejaan yang disusun Za'ba".

⋄ Menyimpulkan bahwa EJYD lebih sempurna dari Jawi Za'ba, berupa "pembaikan" pada
tata cara penulisan dan "tambahan" bentuk/lambang huruf "V" yang disifatkan sebagai
penyempurna sistem ejaan lama.
Hasil EJYD itu pun merambah ke beberapa rantau Melayu, tidak terkecuali di Riau. Berkat
kreatifitas dan pengetahuan seadanya, beberapa orang di Riau pun mulai membuat kreasi kaidah
sendiri berbasis EJYD. Lebih hebat lagi, Pemerintah Provinsi Riau kemudian membentuk tim
penetapan kaidah pada tahun 1995, kemudian dilanjutkan pada tahun 2010 melalui Biro Kesra
Sekdaprov Riau. Hasilnya sungguh mengejutkan, bahwa kaidah ala Riau itu akhirnya rampung,
tapi hanya dapat dibaca oleh orang Riau saja, dan itupun hanya bagi tim penyusunnya saja.
Pengertian arab melayu
Arab-Melayu adalah tulisan yang menggunakan aksara/huruf Arab (hijaiyah) dengan bahasa
Melayu. Tulisan Arab-Melayu itu muncul bersamaan dengan penyebaran Islam ke tanah Melayu,
yaitu sejak masa Kerajaan Samudera Pasai di Aceh dan menyebar ke Kerajaan Melayu-Islam.
Hal itu diperkenalkan oleh ulama para penyebar Islam dengan menulis ajaran ajaran Islam
termasuk melalui karya-karya kesusastraan Melayu-Islam, seperti hikayat, syair, dan sebagainya.
Aksara Arab-Melayu merupakan salah satu tulisan kuno yang digunakan oleh masyarakat
Melayu. Kemunculannya terkait secara langsung dengan kedatangan agama Islam ke Nusantara.
Pada awalnya, bahasa Melayu ditulis dengan menggunakan huruf Sansekerta, baru kemudian
pada abad ke-14 mengalami perubahan menggunakan huruf Arab atau dikenal sebagai huruf
Hijaiah. Dalam sejarah peradaban Islam, tulisan yang dikenal ulama adalah tulisan yang
digunakan dalam Kitab Suci Al-Qur'an, yaitu tulisan Arab dalam bahasa Arab. Tulisan Arab-
Melayu disebut sebagai tulisan Jawi dalam bahasa Melayu modern. Pada awalnya, tulisan Jawi
adalah tulisan resmi bagi negara Brunei Darussalam. Baru dalam perkembangannya, tulisan ini
mulai digunakan secara meluas di Malaysia, Filipina, dan Indonesia. Alasan penamaan Jawi
belum menemukan titik jelas karena banyak perbedaan pendapat dan belum diketahui secara
pasti oleh siapa aksara Arab Melayu diciptakan. Menurut Saidi (2003:20), istilah Jawi' berasal
dari penyebutan orang Arab terhadap kemenyan Jawa dan juga dinyatakan bahwa Jawa dahulu
digunakan sebagai nama tempat yang mengacu kepada pulau Jawa dan Sumatra. Dapat
disimpulkan bahwa sistem tulisan atau aksara sudah ada sejak zaman Nabi Idris dengan argumen
bahwa setiap ada yang menulis tentu ada sistem tulisan yang harus ditulis. Namun tidak dapat
dijelaskan aksara apa yang ditulis oleh beliau saat itu. Selanjutnya, sejarah Aksara atau sistem
tulisan Arab-Melayu di Nusantara adalah bermula semenjak bangsa Melayu menerima agama
Islam. Jika dikaitkan dengan masa masuknya agama Islam di Nusantara maka adanya huruf Arab
Melayu bermula sekitar tahun 1200 M/1300 M. (Shofwani, 2005: 9).

xxix
Tulisan Arab Melayu pada hakikatnya adalah tulisan yang menggunakan Aksara Arab ditambah
Aksara Non Arab dengan tidak berharakat seperti ; fathah,katsrah,dhommah,tasydid dan
sebagainya.Huruf Arab Melayu juga memiliki enam aksara tambahan yang tidak dimiliki oleh
huruf hijaiyah.
Berikut huruf huruf arab melayu :
Indonesia :
a=‫ا‬
b=‫ب‬
c=‫چ‬
d= ‫د‬
e = ‫اي‬
f= ‫ف‬
g= ‫ڬ‬
h= ‫ه‬
I= ‫ا‬
j= ‫ج‬
k= ‫ق‬
l= ‫ل‬
m= ‫م‬
n= ‫ن‬
o= ‫او‬
p= ‫ڤ‬
q= ‫ق‬
r= ‫ر‬
s= ‫س‬
t= ‫ت‬
u= ‫او‬
v= ‫ۏ‬
w= ‫و‬
x= ‫ايكس‬    
y= ‫ي‬
z= ‫ذ‬
ng= ‫ڠ‬
ny= ‫ڽ‬

6AksaraTambahan

cha: ‫(چ‬ha dengan titik 3)


nga: ‫ڠ‬ (ain dengan titik tiga)
pa: ‫ڤ‬ (fa dengan titik 3)
ga: ‫ڬ‬ (kaf dengan titik)

xxx
va: ‫ۏ‬ (wau dengan titik)
nya : ‫( ڽ‬nun dengan titik 3)
Penulisan Arab Melayu
Penulisan huruf Arab Melayu dapat dirumuskan menjadi 15 kaidah
Kaidah ke-1: setiap suku kata yang diawali dan diakhiri dengan konsonan, cukup dituliskan
konsonannya (tidak diberi saksi).
Contoh :
Tem-pat : ‫تمفت‬
Ham-pir : ‫ھمفر‬
Kaidah ke-2 :
a)Suku kedua dari berbagai hidup berbunyi “a”, mendapat saksi alif ( ‫) ا‬, tetapi suku
pertama dari belakang hidup berbunyi “a” tidak mendapat saksi.
Contoh :
ba-dan : ‫با د ن‬
ka-lam: : ‫کا لم‬
b) Suku kedua dari belakang hidup berbunyi “e” dan suku pertama dari belakang berbunyi
“a”, maka suku kesatu dari belakang mendapat alif saksi.2
Contoh :
ke-ra: ‫کرا‬
re-da: ‫ردا‬
Kaidah ke-3 : bila suku pertama dan kedua terdiri dari vokal i, o, dan ai, maka huruf atau
konsonan Arab itu diberi saksi“yak” (‫)ي‬.
Contoh :
ki-ri : ‫کیري‬
mi-ni : ‫میني‬
Kaidah ke-4 : bila suku pertama dan atau kedua hidup berbunyi “o”, “u”, dan “au” ditulis
dengan wau (‫ )و‬saksi
Contoh :
ro-da : ‫رود‬
lu-bang : ‫لوبع‬

xxxi
Kaidah ke-5 : bila suku terakhir berbunyi “wa”, ditulis dengan huruf wau (‫ )و‬dan alif (‫)ا‬.
Contoh :
bah-wa : ‫بھوا‬
ke-ce-wa : ‫کچیوا‬
Kaidah ke-6: bila huruf awal pada suku kata pertama terdiri dari vokal, maka :
a) Kalau vokal itu terus diikuti dengan konsonan, maka dituliskan alif saja.
Contoh :
an-tar : ‫انتر‬
in-tan: ‫انتن‬
b)Kalau suku kata pertama itu berbunyi “a” saja ditulis alif. dengan
Contoh :
a-bang : ‫ابع‬
- Kalau suku kata pertama berbunyi ”i” atau “e” ditulis dengan huruf alif dan yak.
Contoh :
i-par : ‫ایفر‬
e-dar : ‫اید ر‬
- Kalau suku kata pertama berbunyi“o” dan “u” ditulis dengan alif dan wau.
Contohnya : u-bah : ‫اوبھ‬
Kaidah ke-7 : bila suku kata satu dengan yang lain berbentuk “a-i” dan tanda hamzah di atas
wau sesudah alif saksi untuk bentuk “a-u”.
Contoh :
ka-il : ‫کایل‬
Kaidah ke-8 :bila suku kata satu dengan yang lain berbentuk “i-a”, maka penulisannya
dengan cara menghubungkan huruf yak dengan huruf sesudahnya (atau boleh dengan
memberikan tanda alif gantung di atas yak).
Contoh :
ki-an : ‫کین‬

Kaidah ke-9 : bentuk “u-a” harus dinyatakan dengan huruf alif sesudah huruf wau.
Contoh : bu-at : ‫وات‬ppppppppppppppppppppppppppp‫ب‬

Kaidah ke-10 : bentuk “i-u” dinyatakan dengan memberikan huruf wau sesudah yak,.
Contoh : li-ur : ‫و ر‬ppppppppppppppppppppppppppp‫لی‬

Kaidah ke-11 : bentuk “u-i” dinyatakan dengan huruf wau dan yak.

Contoh :
ku-il : ‫و یل‬ppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp‫ک‬
bu-ih : ‫و یھ‬ppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp‫ب‬

xxxii
Bentuk “o-i” juga dapat memakai cara tersebut, misal :
bo-ing : ‫بو یع‬
Kaidah ke-12 :Awalan me,ber, per, pe, ter, di, se, ke, ku, dan kau tidak menimbulkan perubahan
ejaan, penulisannya dengan merangkaikan saja. Untuk awalan se, ke, dank u, bila
dirangkaikan dengan sesuatu kata yang diawali oleh vokal penulisannya dengan cara
menambahkan atau menggantikan alif dengan hamzah.

Contoh :
Mengambil : ‫معمبل‬
Terlepas : ‫رلفس‬ppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp‫ت‬

Kaidah ke-13: partikel lah, kah, tah dan pun penulisannya tidak mengubah ejaan (tinggal
merangkaikan).
Contoh :
baca-lah : ‫ا چلھ‬pppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp‫ب‬

Penulisannya “pun” tidak mengikuti kaidah ke-1 Yaitu (‫ )فن‬Melainkan dengan ditambahkan wau
saksi (‫ون‬pppppppppppp‫)ف‬, penulisan partikel ini mengalami perkecualian

Kaidah ke-14 :tentang bentuk (klitik) kan, ku, mu, dan nya.
1) Bila suku kata terakhir diawali dan diakhiri oleh konsonan, maka penulisannya tidak
mengalami perubahan ejaan.
Contoh : Tanamkan : ‫تانمکن‬
2) Suku kata terakhir berbunyi “ai” dan “au” tidak mengalami perubahan ejaan.
Contoh :
tu-pai : ‫و في‬pppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp‫ت‬
Tupaiku : ‫توفیکو‬
2) Suku kata terakhir berbunyi “ai” dan “au” tidak mengalami perubahan ejaan.
Contoh :
ker-Bau : ‫کربو‬
Kerbaunya : ‫وث‬pppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp‫کرب‬
3) Suku terakhir terdapat sebuah vokal, perangkaian dengan akhiran itu mengubah ejaan.
Contoh :
bu-ku : ‫بوکو‬
bukumu : ‫بکومو‬
Kata yang sudah berakhiran an, i, dan kan tidak mengalami perubahan ejaan jika dirangkaikan
dengan imbuhan yan lain.
Contoh : pergaulan-nya : ‫فرکاؤلنث‬
Kaidah ke-15 : perihal akhiran an dan i.

Kata yang huruf terakhirnya konsonan berubah ejaan.


Contoh :
ta-nam—ta-na-(mi):‫انم‬pppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp‫ ت‬--- ‫انمي‬pppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp‫ت‬
Kata yang huruf terakhirnya terdiri dari ‫ا‬perubahan ejaan, dan penulisannya disertai dengan
xxxiii
huruf hamzah.
Contoh :
su-ka : ‫و ک‬pppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp‫س‬
kesuka-an : ‫کأن‬pppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp‫کس‬
su-ka : ‫و ک‬pppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp‫س‬
kesuka-an : ‫کأن‬pppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp‫کس‬
3). a) Kata yang huruf terakhirnya terdiri dari vokal “u” mengalami perubahan ejaan dan
penulisannya disertai dengan penambahan huruf alif.
Contoh :
ra-mu : ‫رامو‬ —
ramu-an : ‫رموان‬
b) Akhiran imerubah ejaan bila disambung dengan vokal “u”, penulisannya dirangkaikan saja.
Contoh :
ra-mu : ‫—رامو‬
ramu-i : ‫وي‬pppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp‫رم‬

4).Vokal “i” bersambung dengan akhiran an mengubah ejaan, penulisannya dengan cara
merangkaikan saja atau dengan menambah alif gantung.
Contoh :
gali :‫الي‬ppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp‫—ک‬
galian : ‫کلین‬
5) Akhiran an dan i mengubah ejaan bila disambung dengan diftong ai dan au, tetapi
penulisannya ke dalam huruf Melayu a dan i, a dan u dipisahkan menjadi suku baru.
Contoh :
Pakai : ‫اکي‬pppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp‫—ف‬
Pakaian : ‫این‬pppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp‫فک‬

6) Akhiran an dan i tidak mengubah ejaan bila suku kata satu dengan yang lain vokal : a/u atau
a/i atau yang memakai hamzah.
Contoh :
Laut : ‫الؤت‬
Kail : ‫کایل‬

F. KELOMPOK 6: BAHASA MELAYU BERKIAS


2.1 PERKEMBANGAN BAHASA MELAYU
Penelusuran dan perkembangan bahasa Melayu bisa dimulai dari pengamatan beberapa inskripsi
(batu bertulis) atau prasasti yang merupakan bukti sejarah keberadaan bahasa Melayu di
kepulauan Nusantara. Prasasti-prasasti ini mengungkapkan sesuatu dengan menggunakan bahasa
Melayu. Prasasti-prasasti ini antara lain:
1. Kedukan Bukit (683 M),
2. Talang Tuwo (684 M),

xxxiv
3. Kota Kapur (686 M),
4. Karang Brahi (686 M),
5. Gandasuli (832 M),
6. Bogor (942 M), dan
7. Pagaruyung (1356)
Pada beberapa prasasti ini banyak dijumpai tulisan Melayu Kuno yang bahasanya merupakan
campuran antara bahasa Melayu Kuno dan bahasa Sansekerta, antara lain:
– Prasasti Kedukan Bukit yang ditemukan di tepi Sungai Tatang di Sumatera Selatan, yang
bertahun 683 Masehi atau 605 Saka ini dianggap prasasti yang paling tua, yang memuat nama
Sriwijaya.
– Prasasti Talang Tuwo, bertahun 684 Masehi atau 606 Saka, menjelaskan tentang konstruksi
bangunan Taman Srikestra yang dibangun atas perintas Hyang Sri-Jayanaca sebagai lambang
keselamatan raja dan kemakmuran negeri. Prasasti ini juga memuat berbagai mantra suci dan
berbagai doa untuk keselamatan raja.
– Prasasti Kota Kapur di Pulau Bangsa dan prasasti Karang Brahi di Kambi, keduanya bertahun
686 Masehi atau 608 Saka, isinya hampir sama, yaitu permohonan kepada Yang Maha Kuasa
untuk keselamatan kerajaan Sriwijaya, agar menghukum para penghianat dan orang-orang yang
memberontak kedaulatan raja. Juga berisi permohonan keselamatan bagi mereka yang patuh,
taat, dan setia kepada raja Sriwijaya.
Dari berbagai prasasti tersebut yang berasal dari zaman Sriwijaya, bisa disimpulkan bahwa
bahasa Melayu Kuno pada zaman itu telah berperan sebagai lingua franca. Bahkan ada
kemungkinan bahasa Melayu sudah digunakan sebagai bahasa resmi pada zaman Sriwijaya.
Kesimpulan ini diperkuat oleh keterangan I Tsing tentang bahasa Sansekerta dan bahasa Melayu
(diistilahkan Kw’en Lun) memegang peranan penting dalam kehidupan politik dan keagamaan di
Sriwijaya. Selain dari berbagai prasasti tersebut, terdapat pula beberapa catatan yang bisa
dijadikan sebagai sumber informasi tentang asal-usul bahasa Melayu. Sejarah kuno negeri Cina
juga turut membuktikan tentang keberadaan bahasa Melayu tersebut. Pada awal masa
penyebaran agama Kristen, pengembara-pengembara Cina yang berkunjung ke Kepulauan
Nusantara menjumpai adanya berbagai lingua franca yang mereka namai Kw’en Lun di Asia
Tenggara. Salah satu di antara Kw’en Lun itu oleh I Tsing diidentifikasi di dalam Chronicle-nya
sebagai bahasa Melayu.
Peristiwa Traktat London (Perjanjian London) 1824 antara pemerintah Inggris dan Belanda
merupakan tonggak sejarah yang sangat penting. Sebab, pada traktat itu berisi kesepakatan
pembagian dua wilayah, yaitu: Semenanjung Melayu dan Singapura beserta pulau-pulau
kecilnya menjadi kekuasaan kolonial Inggris; dan Kepulauan Nusantara (Kepulauan Sunda
besar: pulau-pulau Sumatera, Jawa, sebagian Borneo/kalimantan, dan Sulawesi; Kepulauan
Sunda kecil: pulau-pulau Bali, Lombok, Flores, Sumbawa, Sumba, sebagian Timor, dan lain-
lain; Kepulauan Maluku dan sebagian Irian) menjadi kekuasaan kolonial Belanda. Oleh karena
itu, perkembangan bahasa Melayu ini dapat dikelompokkan menjadi dua periode, yaitu:

xxxv
1. Periode sebelum Traktat London
2. Periode sesudah Traktat London
Era Kerajaan Sriwijaya (abad ke-7 sampai dengan abad ke-11 M)
Sebagai kerajaan maritim, Sriwijaya mengalami masa kejayaan relatif cepat karena lokasinya
yang sangat strategis di Selat Malaka, suatu pusat perdagangan penting selama berabad-abad
lamanya. Banyak saudagar dari timur dan barat serta dari Kepulauan Nusantara bertemu dan
mengadakan transaksi dagang. Tentu saja bahasa Melayu, atau semacam bahasa Melayu kuno,
menjadi bahasa para saudagar itu. Itulah sebabnya bahasa Melayu menjadi bahasa resmi
Kerajaan Sriwijaya. Dengan demikian, Kerajaan Sriwijaya merupakan pusat kegiatan manusia
dan pusat administrasi kerajaan dan daerah-daerah taklukannya. Selain itu, Sriwijaya juga
merupakan pusat pendidikan, kebudayaan, dan keagamaan. Menurut Mees, Sriwijaya mendirikan
suatu perguruam tinggi Buddha yang mahasiswanya datang dari semua penjuru kawasan yang
dikuasainya. Beberapa dari mahasiswa bahkan datang dari kerajaan-kerajaan Champa dan
Kamboja. Bahasa pengantar pada perguruan tinggi dan pusat-pusat pendidikan lainnya adalah
bahasa melayu kuno atau lingua franca Kw’en Lun.

Era Kerajaan-kerajaan Melayu (abad ke-12 sampai dengan abad ke-19 M)


Pemakaian bahasa Melayu yang dipengaruhi bahasa Sansekerta telah mendominasi Kerajaan
Sriwijaya. Hal ini jelas terlihat pada berbagai prasasti yang ditemukan pada berbagai tempat di
Sumatra. Tetapi, dalam era berikutnya, yaitu era Kerajaan-kerajaan Melayu yang muncul dari
abad ke-12 sampai dengan abad ke-19 Masehi, bahasa yang dipakai tidak lagi dipengaruhi oleh
bahasa Sansekerta. Raja-raja yang berkuasa pada saat itu berketurunan Melayu. Pada era
Kerajaan-kerajaan Melayu ini, penyebaran bahasa Melayu mengalami perkembangan yang
sangat pesat. Kedatangan orang-orang Eropa yang ikut mempergunakana bahasa Melayu sebagai
lingua franca tidak hanya membantu penyebaran bahasa itu secara ekstensif melainkan juga
menaikkan statusnya sebagai bahasa yang memiliki “norma supraetnik”, melebihi norma etnik
bahasa-bahasa daerah lainnya yang ada di Kepulauan Nusantara. Pigafetta yang mendampingi
Magelhaens di dalam pelayarannya yang pertama mengelilingi dunia, berhasil menyusun glosari
(kamus) pertama bahasa Melayu ketika kapalnya berlabuh di Tidore tahun 1521 M. Glosari
Pigafetta yang sederhana ini menunjukkan bahwa bahasa Melayu yang berasal dari Indonesia
bagian barat telah menyebar ke bagian timur Kepulauan Nusantara pada waktu itu. Bahkan, pada
tahun 1865 pemerintah kolonial Belanda mengangkat bahasa Melayu sebagai bahasa resmi
kedua mendampingi bahasa Belanda. Hal ini mengisyaratkan bahwa peranan bahasa Melayu
sebagai lingua franca tidak dapat diabaikan begitu saja.
Pada tahun 1581, Jan Huygen van Linschoten, seorang pelaut Belanda yang berlayar ke
Indonesia, menulis di dalam bukunya Itinerarium Schipvaert naar Oost ofte Portugaels Indiens
bahwa bahasa Melayu adalah bahasa yang dipergunakan oleh banyak orang timur, dan bahwa
barang siapa yang tidak mengerti bahasa itu akan berada dalam keadaan seperti orang Belanda
(dari zaman yang sama) yang tidak mengerti bahasa Perancis. Pada akhir abad ke-17, sewaktu
Francois Valentyn di Malaka, ia menulis buku berjudul Oud en Nievw Oostindien II Del V
tentang bahasa Melayu. Dalam buku tersebut dinyatakan bahwa bahasa Melayu telah terbukti
menjalankan fungsinya sebagai alat komunikasi dan lingua franca yang penting di Malaka.

xxxvi
Valentyn seorang pendeta dan ahli sejarah berbangsa Belanda dalam penulisan buku sebanyak
enam jilid menjelaskan sejarah dan skenario kota pelabuhan di Kepulauan Melayu. Sebagian
penjelasannya adalah:
“Bahasa mereka, yaitu bahasa Melayu … bukan saja digunakan di pantai-pantai Tanah Melayu,
melainkan juga di seluruh India dan di negeri-negeri sebelah timur. Di mana-mana pun bahasa
ini dipahami oleh setiap orang. Bahasa ini bagaikan bahasa Perancis atau bahasa Latin di Eropa,
atau senacan bahasa perantara di Itali atau di Levent. OLeh karena banyaknya bahasa ini
digunakan, maka seseorang yang mampu bertutur dalam bahasa Melayu akan dapat dipahami
orang baik dalam negeri Persia maupun Filipina.”
Kerajaan Melayu Bintan-Tumasik (abad ke-12 sampai dengan abad ke-13 M)
Segera setelah Kerajaan Bintan didirikan di Pulau Bintan keadaan memaksa raja memindahkan
ibu kota kerajaannya ke Pulau Tumasik (sekarang Singapura). Beberapa tahun kemudian,
Tumasik dikuasai oleh Kerajaan Majapahit dari Jawa. Ibu kota, sekali lagi, harus dipindahkan ke
Malaka. Daerah-daerah tempat perpindahan ini masih termasuk daerah Riau dan bahasa Melayu
dipergunakan di daerah itu sebagai bahasa ibu. Diperkirakan bahwa perpindahan pusat
kekuasaan itu terjadi antara tahun 1100 M sampai dengan tahun 1250 M. Sayang sekali tak ada
catatan tertulis yang dapat dijadikan sumber acuan mengenai peran bahasa Melayu selama era
Bintan-Tumasik ini. Jadi, apakah bahasa Melayu yang dipergunakan pada sub-era ini ada
hubungannya dengan bahasa Melayu pada era Kerajaan Sriwijaya tidak dapat diketahui dengan
pasti. Banyak ahli bahasa dan orientalis menganggap bahwa bahasa Melayu era Kerajaan
Sriwijaya adalah semacam bahasa Melayu kuno seperti yang ditunjukkan oleh berbagai prasasti
abad ke-7 M. Salah satu ahli bahasa Umar Junus, bersikap agak ragu tentang hubungan antara
bahasa Melayu kuno dengan bahasa Melayu Riau. Tetapi, dengan adanya bahasa Melayu Bintan-
Tumasik yang merupakan suatu bentuk bahasa peralihan antara kedua bahasa itu, maka keraguan
Junus hilang dengan sendirinya. Terlebih lagi ada asumsi yang mengatakan bahwa suatu bahasa
kini merupakan perkembangan bahasa masa lampau. Dengan demikian, asumsi bahwa ada
hubungan antara bahasa Melayu kuno dan bahasa Melayu era Kerajaan Sriwijaya benar adanya.
Kerajaan Melayu Riau (abad ke-14 sampai dengan abad ke-19 Masehi)
Pada pembahasan ini perlu kiranya dibedakan dengan jelas antara bahasa Melayu era Kerajaan
Sriwijaya dan bahasa Melayu dari sub-era Kerajaan Riau. Seperti disinggung sebelumnya bahwa
bahasa Melayu era Kerajaan Sriwijaya sangat dipengaruhi oleh bahasa Sansekerta. Karena sifat
kekunoannya itu, banyak ahli bahasa menyebut bahasa pada era Kerajaan Sriwijaya itu sebagai
bahasa Melayu Kuno. Sementara itu, bahasa Melayu pada sub-era Kerajaan Riau atau Kerajaan
Melayu Riau sama sekali tidak dipengaruhi oleh bahasa Sansekerta dan memiliki ciri khas
tersendiri, yaitu Riau. Oleh sebab itu, bahasa ini disebut “bahasa Melayu Riau”. Terdapat tiga
periode dalam era ini, seperti diuraikan berikut ini.
Kerajaan Malaka (abad ke-14 sampai dengan abad ke-15 M)
Seperti telah dikatakan sebelumnya, tentara kerajaan Majapahit yang menyerang Kerajaan
Tumasik memaksa Raja Tumasik memindahkan pusat kekuasaannya ke Malaka. Adat-istiadat
dan bahasa yang dibawa dari Tumasik dipertahankan, dan mulai saat itu dan seterusnya bahasa
Melayu Riau berkembang dan tersebar ke hampir seluruh penjuru Semenanjung Malaya.

xxxvii
Kerajaan Malaka berkibar selama hampir 100 tahun. Lokasinya yang berada di pintu gerbang
Selat Malaka, yaitu rute lalu lintas pelayaran yang ramai dan penting yang menghubungkan
antara Asia Timur dan Asia Barat, antara Asia Timur dan Eropa, antara Samudra India dan Laut
Cina Selatan, dan antara Samudra India dan Samudra Pasifik, Malaka merupakan pelabuhan
yang paling sibuk di kawasan Asia Tenggara pada waktu itu. Pada peralihan abad ke-15, Malaka
juga menjadi pusat penyebaran agama Islam. Dengan demikian, Malaka menjadi pusat dua
kegiatan, yaitu perkembangan dan penyebaran bahasa Melayu, dan penyebaran ajaran agama
Islam. Sebenarnya, kedua kegiatan ini terlaksana secara bersamaan, sebab para guru dan
pengajar agama Islam, dalam melaksanakan misinya, mengikuti perjalanan para pelaut dan
pedagang, mempergunakan bahasa Melayu. Pada tahun 1511, misionaris Portugis menyerang
dan menaklukkan Malaka yang memaksa dipindahkannya pusat kedua kegiatan tersebut. Pusat
perkembangan dan penyebaran bahasa Melayu, dan penyebaran ajaran agama Islam dipindahkan
ke Johor. Meskipun Malaka dijadikan oleh Portugis sebagai pusat penyebaran agama Kristen,
namun peran sebagai pusat pengembangan dan penyebaran bahasa Melayu tetap berlangsung.
Berkat orang Portugis, penggunaan bahasa Melayu tidak terbatas hanya di kawasan Asia
Tenggara saja, melainkan meluas ke pusat-pusat perdagangan di India dan Cina Selatan. Sebagai
bukti, Ar-Raniri, seorang pengarang dan teolog Islam yang lahir dan besar di India telah
menguasai bahasa Melayu dengan baik ketika ia tiba di Aceh tahun 1637. Hal ini hanya mungkin
apabila bahasa Melayu telah banyak dipergunakan di Gujarat pada masa itu. Bahasa Melayu juga
menyebar ke benua Eropa dalam abad ke-16. Karena bahasa Malayulah yang dipergunakan oleh
para raja atau pangeran Melayu ketika berkomunikasi dengan raja Portugis. Pada waktu yang
sama, St. Francis Xavier mempergunakan bahasa Melayu untuk mengajak penduduk Maluku
memeluk agama Kristen. Xavier sendiri mengatakan bahwa bahasa Melayu merupakan bahasa
yang dimengerti oleh hampir setiap orang.
Periode Kerajaan Johor (abad ke-16 sampai dengan abad ke-17 M)
Dengan ditaklukkannya Malaka oleh Portugis pada tahun 1511, kegiatan kerajaan itu
dipindahkan ke Johor, suatu daerah di sebelah selatan Malaka di Semenanjung Malaya.
Lokasinya tidak sebaik lokasi Malaka dalam hal pengembangan dan penyebaran bahasa Melayu
dan ajaran agama Islam. Meskipun demikian, periode Kerajaan Johor telah menyumbangkan
sesuatu yang amat berharga, yaitu mempertahankan bentuk bahasa Melayu Malaka. Di Malaka,
nama bahasa Melayu Malaka masih tetap dipergunakan, tetapi unsur-unsur bahasa Portugis
banyak ditambahkan ke dalam bahasa tersebut sehingga pantas disebut “bahasa pidgin”. Bahasa
Melayu Malaka sebelum penaklukan Portugis sangat berbeda dengan bahasa Melayu Malaka
setelah Malaka dikuasai Portugis. Bahasa Malayu Johorlah yang mempertahankan ciri-ciri khas
bahasa Melayu Malaka sebelum penaklukan Portugis.
Bahasa Melayu Johor memegang peran penting di dalam penyebarluasan agama Islam ke bagian
timur Kepulauan Nusantara. Kesusastraan Melayu dari abad ke-16, dan bahkan sampai abad ke-
17, sangat dipengaruhi oleh ajaran dan pemikiran Islam. Bahasa Melayu Johor sangat berjasa di
dalam penyebaran ajaran agama Islam di Kepulauan Nusantara, bahkan di kawasan Asia
Tenggara.
Periode Kerajaan Riau-Lingga (abad ke-18 sampai dengan abad-19 M)
Pada tahun 1719 Raja Kecil, dari Istana Kerajaan Johor, dipaksa memindahkan pusat
kekuasaannya ke Ulu Riau, di Pulau Bintan, salah satu pulau yang bergabung dalam Kepulauan

xxxviii
Riau. Pemindahan ini merupakan permulaan dari suatu periode dalam pengembangan dan
penyebaran bahasa Melayu, yaitu periode Kerjaan Riau dan Lingga. Dalam periode inilah bahasa
Melayu memperoleh ciri ke-Riau-annya, dan bahasa Melayu Riau inilah yang merupakan cikal
bakal bahasa Nasional Indonesia yang dicetuskan pada Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928.
Periode Kerajaan Riau dan Lingga tercatat mulai tahun 1719, ketika didirikan oleh Raja Kecil,
sampai dengan tahun 1911, ketika kerajaan itu dihapus oleh Pemerintah Kolonial Belanda.
Selama keberadaan kerajaan ini hampir 200 tahun lamanya, ada tiga momentum yang penting
sekali bagi perkembangan dan persebaran bahasa Melayu Riau, yaitu tahun 1808, ketika Raja Ali
Haji lahir; tahun 1857, ketika Raja Ali Haji menyelesaikan bukunya yang berjudul Bustanul
Katibin, suatu tatabahasa normatif bahasa Melayu Riau; dan tahun 1894, ketika percetakan
Mathba’atul Riauwiyah atau Mathba’atul Ahmadiyah didirikan. Pengoperasian percetakan
Mathba’atul Riauwiyah ini sangat penting karena melalui buku-buku dan pamflet-pamflet yang
diterbitkannya, bahasa Melayu Riau tersebar ke daerah lain di Kepulauan Nusantara
Perkembangan Bahasa Melayu Sesudah Traktat London
Sesudah Traktat London ditandatangani antara pemerintah Inggris dan Belanda, pemisahan
antara Bahasa Melayu versi Riau dan Johor semakin nyata. Bahasa Melayu versi Johor di
Semenanjung Malaya dan Singapura berkembang, tetapi tidak sepesat perkembangan versi
bahasa Melayu Riau di Kepulauan Nusantara. Bahasa Melayu Riau mengalami perkembangan
yang sangat pesat. Hal ini disebabkan oleh masyarakat pribumi yang bersifat multi-etnik yang
mempunyai bahasa daerah sendiri-sendiri. Di samping itu, bahasa Melayu yang sejak dulu
menjadi lingua franca meningkat statusnya menjadi bahasa yang memiliki norma supra-etnik
dikuasai oleh hampir semua orang yang suka berlayar atau bepergian ke mana-mana.
Perkembangan bahasa Melayu versi Johor di Semenanjung Melaya dan Singapura tidak sepesat
dengan perkembangan bahasa Melayu versi Riau di Kepulauan Nusantara. Hal ini disebabkan
oleh berbagai faktor, di antaranya politik bahasa yang dianut oleh Inggris. Pemerintah Kolonial
Inggris mengakui adanya empat bahasa resmi, yaitu bahasa Melayu, bahasa Mandarin, bahasa
Tamil, dan bahasa Inggris. Keempat bahasa itu dipergunakan sebagai bahasa pengantar pada
lembaga-lembaga pendidikan. Umumnya, bahasa Inggris paling dominan dipergunakan sebagai
bahasa pengantar. Keadaan kebahasaan seperti digambarkan di atas berlangsung sampai dengan
terbentuknya Negara Persekutuan Tanah Melayu pada tahun 1956. Peristiwa ini kemudian
disusul dengan terbentuknya Negara Malaysia, yang mencakup Serawak dan Sabah. Setelah
kemerdekaan dicapai, bahasa Melayu di negara tersebut mulai memerankan fungsinya sebagai
bahasa resmi, bahasa negara, bahasa nasional, dan mengalami perkembangan yang cukup pesat.
Sampai saat ini bahasa Melayu, baik yang sekarang menjadi bahasa Indonesia di Indonesia,
bahasa Melayu di Malaysia, bahasa Melayu Baku di Brunai, dan bahasa nasional di Singapura,
tetap berkembang dan menjalankan fungsinya sebagai alat komunikasi secara efektif. Bahkan,
secara de facto telah berperan sebagai bahasa komunikasi luas di Asia Tenggara. Saat ini yang
diperlukan adalah pengakuan dari dunia internasional melalui PBB bahwa bahasa Melayu
merupakan salah satu bahasa yang layak dipakai sebagai bahasa komunikasi internasional atau
dunia. Apabila harapan ini tercapai, berarti secara de jure bahasa Melayu akan semakin terangkat
derajatnya.
2.2 BAHASA MELAYU BERKIAS
Orang Melayu menggunakan ungkapan-ungkapan khas dalam bahasa Melayu setempat, seperti
petatah-petitih petitih, peribahasa dan lainnya. Penggunaan bahasa berkias ini didasarkan cara
xxxix
pandang khas orang Melayu terhadap bahasa dan penggunaan lambang-lambang sosial bahasa.
Pada bagian ini akan dibahas pandangan orang Melayu terhadap bahasa dan lambang sosial
budaya.
1. Pandangan terhadap bahasa
Orang Melayu Riau cenderung berfifkir metaforik dalam kehidupan sosial dalam arti
mengatakan sesuatu secara tidak langsung menyebutkan sasaran. Hal ini berhubungan sikap
santun, Pemalu dan ragam emosi yang suka menghindar dari pertikaian. Jika dikatakan secara
langsung maka dikhawatirkan akan menyinggung perasaan orang. Sesuatu yang kasar hanya
layak untuk hewan sesuai dengan peribahasa “ kerbau tahan palu, manusia tahan kias”. Hal ini
menyebabkan bahasa Melayu kaya dengan ungkapan-ungkapan khas. Ada yang disebut dengan
pepatah, yaitu ungkapan yang digunakan untuk mematahkan ungkapan lawan bicara, ada
peribahasa yaitu bahasa yang dihaluskan, adalagi ibarat yakni perumpamaan dan bidal.
Ungkapan-ungkapan khas itu sangat sering digunakan oleh orang-orang Melayu untuk
meningkatkan dan tunjuk ajar. Ungkapan-ungkapan khas tersebut antara lain :
A. Pepatah, adalah peribahasa yang mengandung nasihat atau ajaran. Dalam pengertian lain
pepatah adalah kiasan yang tetap dan dinyatakan dalam kalimat selesai. Orang Melayu yang
mampu mengungkapkan pepatah-petitih adalah orang yang kenyang asam garam kehidupan.
Karenanya orang yang sering menggunakan pepatah-petitih ini adalah orang yang patut-patut
seperti, pemuka adat, alim ulama, batin, dan kaum cendekiawan.
Hancur badan dikandung tanah,
Budi baik dikenang jua
Maknanya jangan melupakan budi baik seseorang
B. Peribahasa, adalah kalimat lengkap yang menggunakan keadaan atau kelakuan seseorang
dengan mengambil perbandingan dengan alam sekitar.selain pepatah orang Melayu juga
menggunakan kalimat tidak dengan arti sebenarnya, seperti peribahasa dan sering menggunakan
perbandingan dengan alam sekitarnya. Tujuan menggunakan peribahasa adalah lawan bicara
tidak tersinggung oleh ucapan kita, disamping itu juga kesantunan dalam berbicara dengan orang
lain.
Contoh peribahasa :
Sekepal menjadi gunung, setitik menjadi laut
Maknanya adalah perkara kecil yang dibesar-besarkan atau sesuatu yang sedikit yang bisa
dibesarkan.
C. Pantun, adalah puisi lama yang terikat oleh syarat-syarat tertentu ( jumlah baris, jumlah suku
kata, persajakan dan isi ), pantun dibagi menjadi :
a. Berdasarkan isi
1. Pantun anak-anak

xl
2. Pantun percintaan
3. Pantun nasihat
4. Pantun agama
5. Pantun teka-teki
6. Pantun Jenaka

b. Ciri-ciri pantun
1. Terdiri dari sejumlah baris yang selalu genap yang merupakan satu kesatuan yang disebut
bait.
2. Setiap baris terdiri dari empat kata yang dibentuk dari 8-12 suku kata (umumnya sepuluh
kata)
3. Separo bait pertama sampiran, separo berikutnya isi
4. Persajakan antara sampiran dan isi selalu paralel ( aib-ab atau abu-abc atau And-abcd atau
as-aa)
5. Beralun dua
Contoh :
Pantun Nasehat
Kayu cendala di atas batu
Sudah diikat dibawa pulang
Adat dunia memang begitu
Benda yang buruk memang terbuang
Pantun Jenaka
Burung terbang memakai topi
Terbang keawan seperti mimpi
Tertawa hati karena geli
Melihat kuda asyik bernyanyi
Pantun Muda Mudi
Gigi taring seperti macan

xli
Tajam menggigit sakit sekali
Pergi ke taman untuk kencan
Kencan bareng lelaki berdasi
D. Jenis-jenis Pantun
Dikutip dari buku Bahasa Indonesia Jilid 1 karya Agus Trianto, jenis-jenis pantun dibagi ke
dalam 4 kelompok, yaitu pantun dua baris, pantun empat baris, pantun enam baris dan pantun
berkait. Masing-masing jenis dibagi lagi ke dalam beberapa bentuk. Simak penjelasannya di
bawah ini.
1. Pantun Dua Baris
Pantun dua baris cukup sering digunakan oleh banyak orang. Baris pertama berisi sampiran
sedangkan baris kedua adalah isi.
Contoh dari pantun dua baris, yaitu:
Dulu parang sekarang besi
Dulu sayang sekarang benci
2. Pantun Empat Baris
Pantun empat baris merupakan pantun yang paling sering digunakan dan banyak dipelajari.
Pantun ini dibagi ke dalam 8 bentuk, yaitu:
a. Pantun Anak-anak
Sesuai dengan namanya, pantun anak-anak berhubungan dengan dunia anak. Adapun contoh dari
pantun anak-anak, yaitu:
Mari kita menebas kebun
Ambil goni isikan padi
Mari kita berbalas pantun
Sambil bernyanyi senangkan hati
b. Pantun Jenaka
Pantun jenaka merupakan pantun yang mengandung humor dan lelucon, berikut contohnya.
Ada belang di buah salak
Kelat rasa mulut tak gusar
Siapa yang tak ingin tergelak
Melihat kera ikut ke pasar

xlii
c. Pantun Sukacita
Pantun sukacita berarti pantun yang isinya mengungkapkan kebahagiaan.
Contohnya:
Ramai orang gegap gempita
Menepuk gendang dengan rebana
Alangkah besarnya hati beta
Mendapat baju dan celana
d. Pantun Kiasan
Pantun kiasan adalah pantun yang berisi perumpamaan ataupun kata-kata bijak.
Contohnya:
Apa guna sambal tumis
Kalau tak dicampur asam belimbing
Apa guna lama menangis
Tidaklah penuh telaga kering
e. Pantun Nasihat
Pantun nasihat merupakan pantun yang mengandung petuah atau pesan moral.
Contohnya:
Ikan nila dimakan berang-berang
Katak hijau melompat ke kiri
Jika berada di rantau orang
Baik-baik membawa diri
f. Pantun Dukacita
Sesuai dengan namanya, pantun dukacita berarti pantun yang berisi kesedihan.
Contohnya:
Besar buahnya pisang batu
Kalau dimakan kesat rasanya
Saya ini anak piatu

xliii
Sanak saudara tidak punya
g. Pantun Budi Pekerti
Pantun budi pekerti merupakan pantun yang berisi pesan-pesan untuk bersikap baik terhadap
sesama.
Contohnya:
Apa guna berkain batik
Kalau tidak berbaju kasa
Apa guna berwajah cantik
Kalau tidak berbudi bahasa
h. Pantun Agama
Pantun agama berisi nasihat-nasihat mengenai agama.
Contohnya:
Bunga indah banyak yang gugur
Harum melati terbayang-bayang
Menangis mayat di pintu kubur
Teringat badan tidak sembahyang
3. Pantun Enam Baris
Pantun enam baris juga dikenal dengan sebutan talibun. Pada baris 1-3 merupakan sampiran,
sedangkan baris 4-6 adalah isi.
Contohnya:
Kota Lukut tempat semayam
Raka Haji datang mengepung
Banyak pedati ikut bersama
Jangan ikut tabiat ayam
Bertelur sebiji riuh sekampung
Mengagung bukti sebesar hama
4. Pantun Berkait

xliv
Yang terakhir ada pantun berkait. Pantun ini merupakan rangkaian pantun yang sambung-
menyambung, biasanya pada larik kedua dan keempat bait pertama muncul lagi sebagai larik
pertama dan ketiga bait berikutnya. Tujuannya yaitu untuk menunjukkan keterkaitan antar
pantun, berikut contoh dari pantun berkait.
Tumbuh benalu di bunga Cina
Tumbuh padi menjadi ilalang
Makan tak lalu tidur tak lena
Hati sungguh ingatkan tuan

Tumbuh padi menjadi ilalang


Ilalang tertanam di pintu kota
Hati sungguh ingatkan tuan
Tuan tidak kenangkan saya

Ilalang tertanam di pintu kota


Teluk lipat airnya biru
Tuan tidak kenangkan saya
Tuan dapat kasih baru

G. KELOMPOK 7: BUDAYA KUANTAN SINGINGI


Kuantan singingi (disingkat Kuansing) adalah sebuah kabupaten di Provinsi Riau, Indonesia. Ibu
kotanya adalah teluk kuantan. Kabupaten kuangsing disebut pula dengan rantau kuantan atau
sebagai daerah perantauan orang-orang minangkabau (Rantau nan Tigo Jurai). Dalam
kehidupan sehari-hari, masyarakat kuansing menggunakan budaya dan adat istiadat minangkabau
serta bahasa minangkabau yang mempunyai kemiripan dan persamaan dengan Bahasa
tetangganya yaitu bahasa minangkabau, sumatera Barat. Kabupaten ini berada dibagian barat
daya provinsi riau dan merupakan pemekaran dari kabupaten indragiri hulu. Beragam budaya
yang ada dikuantan singingi sangat dilestarikan oleh masyarakat. Diantaranya yaitu :
Budaya Pacu Jalur
Budaya Perahu baganduang
Budaya Perkandangan

xlv
Randai Kuantan
1.Budaya Pacu Jalur
Merupakan sebuah perlombaan mendayung di sungai dengan menggunakan sebuah
perahu panjang yang terbuat dari kayu pohon. Panjang perahu ini bisa mencapai 25 hingga
40 meter dan lebar bagian tengah kira-kira 1,3 m s/d 1,5 m, dalam bahasa penduduk
setempat, kata jalur berarti perahu. Setiap tahunnya, sekitar tanggal 23-26 agustus,
diadakan festival pacu jalur sebagai sebuah acara budaya masyarakat tradisional
Kabupaten Kuantan singingi, Riau bersamaan dengan perayaan Hari Kemerdekaan
Republik Indonesia.
Pacu jalur biasanya dilakukan di sungai Batang Kuantan. Hal ini tak lepas dari
catatan panjang sejarah, Sungai Batang Kuantan yang terletak antara kecamatan Hulu
Kuantan di bagian hulu dan Kecamatan Cerenti di hilir, telah digunakan sebagai jalur
pelayaran sejak awal abad ke -17. Dan disungai ini pulalah perlombaan pacu jalur
pertama kali dilakukan. Sedangkan, arena lomba pacu jalur bentuknya mengikuti aliran
Sungai Batang Kuantan, dengan panjang lintasan sekitar 1 km yang ditandai dengan enam
tiang pancang.
2. Budaya Perahu Baganduang
Tradisi ini merupakan salah satu produk budaya yang merupakan kearifan lokal yang
harus dijaga dan dilestarikan oleh masyarakatanya, agar tidak hilang begitu saja karena
perkembangan zaman.
Tradisi Budaya perahu baganduang ini mempunyai makna simbolik artefak yaitu :
1.Makna simbolik kubah
2.Makna simbolik tanduk kerbau
3.Makna simbolik Ani-Ani
4.Makna simbolik Labu-Labu
5.Makna simbolik cerano
6.Makna simbolik payung

Selain makna tradisi perahu baganduang ini juga mempunyai nilai-nilai diantaranya yaitu :
1.Nilai agama
2.Nilai sosial
3.Nilai seni
3. Budaya Pekandangan

xlvi
Budaya Pekandangan merupakan warisan budaya masyarakat kuantan singingi dalam
beternak kerbau yang sudah berlangsung turun temurun sejak awal kemerdekaan. Pekandangan
kerbau artinya peternak membuat kandang kolektif berdekatan atau bersebelahan dengan
kandang yang lain pada lokasi tertentu yang diibaratkan seperti pada perumahan nasional. Sistem
pengembalaan ternak (kerbau dan sapi) dipengaruhi antara lain oleh sistem pola pertanian
terutama ladang dan sawah dikabupaten tersebut.
1. Kubangan kerbau
2. Proteksi gigitan serangga
3. Pohong pelindung
4. Kayu mati koro sebagai api unggun
5. Kayu tore sebagai pelindung api unggun
6. Penggunaan kotoran kerbau yang masih basah sebagai camouran api unggun untuk
menghemat bahan bakar kayu
7. Pengetahuan tentang kerbau tidak kenyang
8. Penganan atau tambul (snack) tanpa pengawet konji anak lobah
9. Mendawai

4. Randai Kuantan
Randai kuantan merupakan seni teater rakyat asal kuantan singingi yang cukup terkenal
hingga saat ini. Di tahun 2016, pertunjukan seni ini masuk dalam warisan budaya tak benda
(WBTB) ditingkat nasional. Randai dalam bahasa kuantan singingi juga sering dikaitkan
dengan kata “berandai-andai”. Sebab dalam penampilan pertunjukan, seseorang sering
tampil sebagai sosok diluar dari siapa dirinya. Seolah-olah sedang berandai-andai menjadi
orang lain.
Dalam randai kuantan terdapat susunan acara penampilan, diantaranya yaitu :
1.Pembukaan
2.Pemandu
3.Bercerita
4.Istirahat
5.Penutup

xlvii
H. KELOMPOK 8:
BUDAYA DAERAH INHU
Kabupaten Indragiri Hulu atau sering disingkat Inhu adalah sebuah kabupaten yang terletak
di Provinsi Riau, Indonesia. Penduduknya terdiri dari suku Melayu di hilir dan
rumpun Minangkabau di hulu, terutama di kecamatan Peranap, Batang
Paranap, Kelayang dan Rakit Kulim. Kabupaten Indragiri Hulu merupakan salah satu kabupaten
di Provinsi Riau yang masih memiliki komunitas suku terasing, yaitu Suku Talang Mamak yang
mendiami kecamatan Rakit Kulim, Rengat Barat, Batang Cenaku, Seberida dan Batang
Gansal.Indragiri hulu memilik beragam budaya yang sangat dilestarikan oleh masyarakat.
Budaya Dan tradisi Yang Ada Di Indragiri Hulu
 Budaya Tari Rentak Bulian
 Budaya Nandung
 Budaya Gawai Gedang Talang Mamak
 Budaya Pangke Gombak Upacara Adat Khitanan
Tari Rentak Bulian
Tari Rentak Bulian diperkirakan sudah ada sekitar tahun 1982 dan berkembang sampai saat
sekarang ini. Tari Rentak Bulian merupakan sebuah gambaran kecil dan singkat dari sebuah
upacara ritual pengobatan penyakit pada masyarakat Suku Talang Mamak Indragiri Hulu. Hal ini
mencerminkan bahwa masyarakat Suku Talang Mamak masih mempercayai hal-hal gaib.
Terlihat dari paham yang dianut masyarakat Suku Talang Mamak yang masih menggunakan
ritual gaib guna mengusir roh-roh jahat dengan menggunakan upacara Bulean. Bulean adalah
salah satu acara pengobatan tradisional yang cukup sakral. pengobatan ini sangat dikenal oleh
masyarakat Suku Talang Mamak.
Manfaat pengobatan bulian
Pengobatan Bulean diadakan untuk :
a. Mengobati sakit menular yang melanda desa ketumbuhan, panas dingin, demam dan penyakit
lainnya.
b. Memberi makan binatang buas yang mengamuk.
c. Betimbang salah melanggar adat.
d. Membuang sumbang membuang sial dari desa karena ada yang berbuat salah
e. Mengangkat Kumantan yang baru atau pimpinan yang baru.
f. Membuang pantang membersihkan tempat kumantan, karena terpantang, karena salah satu dari
keluarga yang ada dirumah meninggal dunia.
Musik pengiring yang digunakan:

xlviii
Ketok-ketok, tambur, kerincing pada kaki penari, gendang.
Budaya Nandung
Nandung sendiri memiliki gambaran sebagai Alunan Kalimat yang sangat singkat dengan Nada
Pengucapan yang cenderung bersyair,Nandung merupakan warisan Negara Indonesia.. Dalam
tiap bait-bait nandung di atas, jelas bahwa budaya nandung mengandung nilai-nilai Islami dalam
pembentukan akhlak karimah anak bangsa. Muatan penanaman nilai-nilai tauhid dan aqidah
yang Dalam perkembangan lebih lanjut, isi pantun ini kemudian dipilih dan dipadatkan dengan
kalimat-kalimat yang mengandung pengajaran dan nasihat, diselingi dengan tahlil antara tiap bait
dan dinyanyikan dengan irama yang menyerupai irama syair.
Contoh Nandung:
Contoh syair nandung:
 Laa Ilaaha Illallaah. Allahlailah lahaillallah. Nabi Muhammad nak sayang, pesuroh Allah.
Nandunglah dinandung ke pantainye nandi. Orang begajah nak sayang, due beranak (Bahtaram.
IB, 2004: 30).

tercantum dalam bait nandung benar, secara eksplisit mengingatkan kita bahwa pentingnya
membuka kehidupan anak dengan kalimat Laa Ilaaha Illallaah. 
Hal ini juga ditegaskan dengan
sabda Nabi saw: “Dari Ibnu Abbas ra dari Nabi saw bersabda: “Bacakanlah kepada anak-anak
kamu kalimat pertama dengan Laa Ilaaha Illallaah” (HR. Al-Hakim).
Budaya Gawai Gedang Talang Mamak
Di daerah aliran batang Indragiri bermukim Orang Talang Mamak yang masih memegang teguh
tradisi nenek moyangnya. Kelompok masyarakat ini tergolong Melayu Tua (Proto Melayu) yang
merupakan orang asli Indragiri Hulu. Dalam kehidupan sosial masyarakat, mereka sangat tunduk
kepada pucuk suku atau Batin. Begitu juga dalam hal adat istiadat perkawinan. Batin menjadi
saksi penting bagi masyarakat yang hendak menikah. Dan perayaan nikah kawin tersebut
dirangkai dalam suatu upacara besar yang dikenal dengan Gawai Gedang atau helat yang besar.
Gawai sendiri memiliki pengertian sebagai pesta perkawinan dalam bentuk gotong-royong
(kebersamaan) dalam mewujudkannya. Masyarakat Talang Mamak melakukan begawai untuk
maksud merayakan ikatan pernikahan warga kelompoknya.
Budaya Pangke Gombak Upacara Adat Khitanan
Pangke Gombak (memotong rambut) merupakan suatu tradisi masyarakat Riau khususnya di
Peranap Kabupaten Indragiri Hulu yang dilaksanakan pada acara khitanan yang menggunakan
adat. Pangke Gombak merupakan suatu bagian dari rangkaian khitanan adat melayu. Proses
Pangke Gombak ini dilakukan pada malam hari yang mana  kegiatan ini dilaksanakan oleh para
tetua adat, tokoh-tokoh adat, ulama, serta sanak keluarga baik dari Ayah maupun Ibu dari Anak
yang di khitankan. Sebelum acara Pangke Gombak dilaksanakan, pada siang hari pengantin kecil

xlix
(anak yang berkhitan) terlebih dulu diarak keliling kampung untuk menjemput tabak dengan cara
di dulang dengan berjalan kaki dan diiringi dengan musik tradisional seperti rebana. Setelah
tabak dijemput dirumah Mak Bako (saudara perempuan Ayah) kemudian pengantin kecil pun
kembali ke kediaman untuk menerima tamu undangan yang hadir hingga acara Pangke Gombak
dilaksanakan. Pelaksanaan acara adat seperti ini biasanya dilakukan sebelum sang Anak di khitan
(sunat).

I. KELOMPOK 9: BUDAYA DAERAH INHIL


Kabupaten Indragiri Hilir adalah sebuah kabupaten yang terletak diprovinsiriau,
indonesia.Ada beberapa kebiasaan yang sekarang telah menjadi kebudayaan di inhil.Tak hanya
itu makanan khas nya juga di kenal diseluruh dunia.

1.Pacu SampanLeper

Sampan Leper adalah sampan yang dikendarai ketika kondisi air pada keadaan surut,
sehingga untuk mengendarai sampan tersebut harus di dayung di atas lumpur. Jika umumnya
mendayung sampan di atas air yang sedang pasang tidak memerlukan banyak tenaga, berbeda
dengan sampan leper, untuk menggerakkan sampan di atas lumpur tentunya lebih banyak
menguras tenaga.Lahirnya sampan Leper karena kondisi alam. Kawasan Pekan Arba merupakan
tempat rekreasi bagi mayarakat Kota Tembilahan, karena lokasinya ini berdekatan dengan Kota
Tembilahan. Dari segi bentuk, sampan leper ini merupakan perahu yang memiliki ukuran 1 x 3
meter dengan lantai dasar yang memiliki permukaan pipih dan datar. Pesertanya ada putra, ada
putri, dan ada pula
yang double dan double campur. Sebenarnya dalam menentukan pelaksanaan pacu sampan leper
ini tak mudah karena harus berdasarkan perhitungan alam, yang tidak dapat diadakan sesuai
keinginan, yakni melihat kondisi pasang surut air di Sungai Indragiri

2.Kebudayaan kesenian musik “Berdah”

Tradisi “Berdah” (Beredah) di Kecamatan Mandah Kabupaten Inhil Riau ini tidak bisa
dipisah kan dari Tanah Daik Lingga. Berdah merupakan seni islami yang hampir merata di
daerah Riau, yakni berupa pembacaan riwayat Nabi Muhammad SAW yang dibawa secara
bersenandung dengan diiringi pukulan rebana. Biasanya, ketika kisah menceritakan nabi masuk
kota Madinah, maka seniman berdah berdiri sebagai tanda memberi hormat kepada nabi.
menjelaskan kepada kita untuk menjauhkan apa yang menjadi larangan agama, dan mengerjakan
apa yang menjadi suruhan agama.
Kalau untuk di Mandah ini, beredah terkadang berpungsi juga untuk mengamankan buaya
dilaut, biar tidak mengganas. Tetapi tidak menggunakan gendang, hanya dibacakan saja. Ini
sudah diamalkan dibeberapa tempat di daerah sini. Selain itu untuk peringatan 1 Muharram dan
anak-anak yang khitan. ” Kesenian ini biasanya digelar ketika ada acara pernikahan dan acara
penting lainnya

3. Madihin di Indragiri Hilir Riau, Seni Puisi Lama Sarat akan Nasihat

l
Madihin merupakan sejenis puisi lama dalam sastra Indonesia, karena Madihin menyajikan
syair-syair dan pantun nasehat yang berakhiran sama.Secara umum, Madihin atau Bermadihin,
yang artinya seni bertutur kata menggunakan syair-syair dan pantun naseihat tentang kehidupan.
Syair ini sendiri dilantunkan dalam bahasa Banjar oleh satu hingga empat orang, sambil bermain
alat musik yang dinamakan Tarbang.Kesenian yang mengandalkan kemahiran dan kecermatan,
dalam mengolah syair dan pantun yang sesuai dengan kondisi penontonnya.Di Tembilahan
Kabupaten Indragiri Hilir Provinsi Riau, kesenian ini sudah menjadi tradisi bagi masyarakat
keturunan Banjar.Kesenian ini biasanya di tampilkan pada acara-acara tertentu, seperti malam
sebelum pesta pernikahan, khitanan dan lain sebagainya.Sayangnya, belakangan ini kesenian
khas ini sudah mulai memudar di Kabupaten Indragiri Hilir Provinsi Riau.
Dalam  proses  pementasan Madihin terdiri    dari    4    (empat)    tahap,    yaitu
pembukaan,  pembacaan  syair  atau  pantun penghormatan  kepada  penonton  (Batabi),
pembacaan  syair  atau  pantun  yang  sesuai dengan    tema    pementasan    (Mamacah Bunga),
dan penutup. Berikut syair dalam musik Madihin:[21.45, 4/12/2022] Ririn Noviana: Contoh  
syair   atau   pantun yang dilantunkan adalah sebagai berikut:“Masaaaa terbuka aaaa terbuka  
aaaa itulah  Madihin(sapaan  hangat  sekaligus kata pembuka)Assalamualaikum dulu   saya  
sampaikan (assalamualaikum dulu saya sampaikan)Waalaikumsalam ku berupa jawaban
(waalaikumsalam saya beri jawaban)

2. Batabi adalah   melantunkan   syair atau   pantun   yang   berisi   penghormatan kepada    
penonton,    pengantar,    ucapan terimakasih,   dan   permohonan   maafjika terdapat  kesalahan
atau  kekeliruan  dalam pergelaran. Contohnya sebagai berikut:“Jadi  malam  ini  langsung  kita
bawakan (jadi malam ini langsung kami berikan)Sebelum   madihin   punya   kami   punya
aturan. Kemana     hajak     sebagai     permulaan (dimana saja sebagai awal)Kamu pangantin
kami beri panghormatan (kalian pengantin kita beri penghormatan)Sebelum  kami  berdua
membawa  madihin ini(sebelum kita berdua memulai madihin ini)Dengan    selamat    dulu    
saya    ucapkan (ucapan selamat saya sampaikan)
3. Mamacah BungaMamacah bunga adalah melantunkan   syair   atau   pantun   sesuai
dengan     isi     tema     yang dibawakan. Contohnya adalah sebagai
berikut:“Baampik....Barataan (bertepuk tangan....semuanya)Babulik    kaawal    papantunan
(kembali keawal pantun-pantunan)Handak    dipacaya makna sasampiran (mau dipercaya kata
yang di ucapkan)Supaya panuntun.
4. PenutupPementasan bamadihin ditutup dengan   melantunkan   syair   dan  
pantunkesimpulan  dari  tema  yang  disampaikan sambil   memberi   penghormatan   kepada
penonton dan       memohon pamit. Contohnya adalah sebagai berikut:“Tarimakasih ulun
sampaikan (terimakasih saya sampaikan)Kepada    hadirin    sabarataan (kepada hadirin
semuanya)

4. Laksa Makanan Khas Tembilahan Indragiri Hilir

Laksa adalah makanan yang berbentuk seperti mie, tetapi laksa bentuknya lengket atau
menyatu satu sama lain sehingga tentu saja berbeda dengan mie pada umumnya. Laksa juga
termasuk kuliner khas tembilahan atau Makanan Khas Tembilahan yang sering diburu oleh
wisatawan. Ciri khas dari masakan laksa adalah kuahnya yang sangat lezat. Laksa atau Lakse
kuah adalah makanan khas Inhil yang berbahan dasar ikan laut yang masih segar.Tampilan Lakse
kuah cukup unik karena bentuk mie atau laksanya mirip dengan sanggul yang diletakkan pada

li
daun kemangkuk. Selain itu, kuahnya enak karena terbuat dari bahan dasar santan dan rempah-
rempah yang dicampur dengan ikan tongkol yang sudah dihaluskan.
Makanan ini sangat disarankan jika berkunjung ke wilayah indragiri hilir.

5. Tradisi Pengantin Sahur

Kenapa dikatakan pengantin bencong karena pelakon pengantin wanitanya diperankanoleh laki-
laki. Dua orang laki-laki didandani layaknya pengantin laki-laki dan pengantin perempuan
dengan menggunakan baju kebaya dan jas tahun 80an yang kemudian berjalan keliling desa
dengan diiringi musik yang dihasilkan dari bunyi ember-ember bekas yang dipukul-pukul
dengan harmoni dan . Pelakon atau pemeran pengantin wanita pada pengantin sahur pertama
kalinya lakonlah oleh bapak Syaiful Rahman. Beliau adalah merupakan salah satu pegiat seni
di desa Pulau Palas pada zaman itu. musikalisasi yang baik sehingga asik untuk didengarkan.
Pengantin bencong ini kemudian berubah nama menjadi “Pengantin Sahur” karena mengingat
waktu acara bagerakan pengantin bencong ini memang dilakukan pada waktu sahur. Pengantin
Sahur berawal dari beberapa masyarakatnya yang merasa kesunyian atau tidak ada hiburan di
desa ini.

1. Persiapan Pelaksanaan Pengantin


Sahur Beberapa hal yang perlu dipersiapkan dalam pengantin sahur adalah Gerobak, alat music
dari botol kaca bekas, ember bekas, bambu), jas hitam, baju kebaya, sepatu, lampu terongkeng
dan pelepah daun kelapa.

2. Pelaksanaan Pengantin Sahur


Pelaksanaan pengantin sahur dimulai pada jam 01.00 dini hari hingga jam 4 subuh. Jam 01.00
mulai berkumpul di pasar Pulau Palas dan kemudian disandingkan

3. Setelah Pelaksanaan
Pengantin sahur biasanya selesai berarak sekitar jam 04.00 subuh. Karena biasanya di desa Pulau
Palas kebanyakan orang makan sahur sekitar jam segitu. Setelah berarak membangunkan orang
sahur. Pengantin sahur dan rombongan kembali ke pasar

Fungsi Pengantin Sahur pun bukan hanya sekedar untuk mengajak atau membangunkan orang
untuk bersahur tapi ada juga fungsi tambahan diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Membangunkan orang sahur saat bulan Ramadan
b.Hiburan bagi masyarakat dan menjadi eksistensi bagi desa
c.Perlombaaan kreatifitas bagi Pemuda dalam merancang pelaminan dan segala hal yang
berhubungan dengan event organizer

Untuk perlakonan tidak ada hal yang signifikan sebab Pengantin Sahur tidak ada
berlakon. Maksudnya walaupun yang menjadi pengantin kedua-duanya adalah sama-sama laki-
laki tetapi yang memerankan perempuannya tidak perlu berlakon seperti pengantin wanita.
Cukup diam di pelaminan yang ada di gerobak dan terkadang yang memerankan mempelai
wanita ada juga yang menghisap rokok. Setiap rentang waktunya pengantin sahur selalu diminati
dan selalu diramaikan oleh para warga. Dari yang hanya menggunakan alat-alat yang sederhana.

lii
J. KELOMPOK 10: Budaya daerah bengkalis
A. LAMPU COLOK BENGKALIS
tradisi lampu colok di daerah Bengkalis terbuat dari potongan bambu yang diberi lubang,
bamboo-bambu diisi dengan minyak tanah dan sumbu dari perca kain atau pun dari tali goni
(obor) yang berfungsi sebagai penerang jalan bagi warga yang akan membayar Zakat fitrah
ke rumah masyarakat atau Pak Lebai. Pemasangan lampu colok ini juga berfungsi sebagai
penerang jalan bagi masyarakat menuju masjid atau surau. Konon ceritanya masyarakat di
Kabupaten Bengkalis meyakini kalau para arwah leluhur menjelang malam lebaran akan
berkunjung ke sanak saudara. Untuk itulah perlu adanya penerangan di halaman rumah dan
jalan agar para arwah tidak tersesat. Seiring waktu dan perkembangan zaman, pada sekitar
tahun 1980an tradisi lampu colok di Bengkalis mengalami perubahan dan kemajuan yang
cukup pesat, terutama dari bahan pembuatannya. Hal ini terjadi setelah kaleng-kaleng
minuman mudah untuk didapatkan. Jika dahulu colok hanya dibuat dari sebatang bambu
yang dipotong-potong dan diberi lubang agar mudah untuk meletakkan sumbu-sumbu serta
tempat untuk mengisi minyak lalu dicacak atau ditanam disepanjang jalan dan halaman
rumah saja, kini sudah berkembang dengan menggunakan kaleng minuman bekas agar dalam
mengerjakannya lebih efisien dan mudah untuk membuat sebuah kreasi. Kini, lampu colok di
Bengkalis sudah menggunakan tiang kayu yang dirakit menjadi sebuah menara tempat
meletakkan colok-colok yangterbuat dari kaleng-kaleng dengan berbagai model dan bentuk
kreasi seperti miniature masjid, lafaz Allah, ayat suci Al-quran dan berbagai bentuk gambar
menarik lainnya sesuai dengan keinginan dan kreatifitas. Meskipun pembuatan colok di
Bengkalis sudah mengalami kemajuan yang pesat, namun makna, nilai-nilai serta fungsinya
masih terpelihara dan terjaga. Meskipun colok-colok di Bengkalis sudah menggunakan
kaleng-kaleng namun hingga sekarang masyarakat bengkalis ada juga yang masih
menggunakan bambu sebagai penerangan di halaman rumah dan di jalan-jalan.
FUNGSI, MAKNA DAN NILAI-NILAI.
Tradisi lampu colok mempunyai fungsi, makna dan nilai-nilai yang mendalam, seperti
semangat gotong-royong dan kebersamaan serta terciptanya silaturrahmi antar sesama warga
masyarakat, solidaritas, nilai moral, dan nilai seni. Banyak tunjuk ajar dan makna filosofi
yang tertuang disebalik keindahan cahaya lampu colok dan kemegahannya
B. Tradisi Resepsi Pernikahan
Kalau kebanyakan orang memilih akhir pekan untuk mengadakan resepsi pernikahan, warga
Kabupaten Bengkalis memiliki tradisi menyelenggarakan pesta pernikahan tepat pada hari
kerja, yaitu Senin sampai Jumat. Banyak yang tidak tahu sejak kapan tradisi ini dimulai.
Setiap pesta pernikahan yang diselenggarakan di Bengkalis selalu ramai oleh para tamu yang
hadir pada saat jam istirahat kerja. "Di Bengkalis ini, pesta pernikahan biasanya dimulai
sekitar pukul 11.30 WIB sampai selesai. Mungkin, karena mayoritas pegawai maka setiap
pesta diramaikan pada saat jam kerja," ungkap Darwis, dilansir dari kanal Regional
Liputan6.com. Darwis yang juga Pegawai Negeri di Pemerintahan Kabupaten Bengkalis
mengaku tidak mengetahui sejak kapan tradisi pelaksanaan pernikahan tidak dilakukan pada
hari libur. "Kalau pestanya dilakukan di hari Minggu, berkemungkinan tamu yang hadir

liii
sedikit. Karena biasanya akhir pekan itu, biasanya banyak saudara kita yang berlibur ke luar
Bengkalis," tutur Darwis.
C. Makanan khas bengkalis
Bubur Lambuk Makanan jenis Bubur sudah sangat populer di telinga masyarakat
Indonesia. Kuliner jenis ini biasanya digunakan sebagai alternatif pengganti nasi. Dari
sabang sampai merauke, makanan tersebut hampir sama, yaitu memiliki tekstur lembut
dan lembek, serta berwarna putih dengan berbagai topping di atasnya. Akan tetapi, Bubur
Lambuk yang menjadi makanan khas Bengkalis ini memiliki citarasa yang sangat
berbeda dari bubur lain pada umumnya.

alat musik kompang dari bengkalis

Kompang (Jawi: ‫( کومڤڠ‬ialah sejenis alat muzik tradisional berupa gegendang bagi
masyarakat Melayu dalam kepulauan Nusantara. Selain itu, kompang juga kadangkala
digunakan oleh suku Bajau di pesisir Sabah, Malaysia, meskipun tidak termasuk dalam
tradisi asli mereka. Ia tergolong dalam kumpulan alat muzik gendang. Kulit kompang
biasanya diperbuat daripada kulit kambing betina, namun mutakhir ini, kulitnya juga
diperbuat dari kulit lembu, kerbau malah getah sintetik. Kompang Bengkalis Riau
merupakan salah satu tradisi muzik yang menggunakan kompang sebagai medium
penjanaan bunyi muzik. Kompang Bengkalis Riau dipercayai berasal dari Kampung
Jawa, Muar, Johor, Malaysia. Jenis kompang ini telah berkembang sejak tahun 40-an lalu
di bumi Bengkalis, Riau, Indonesia apabila seorang tokoh muzik yang bernama Pak
Maun yang pulang dari Muar, Johor ke Bengkalis. Pak Maun lalu dikatakan mengajar
alunan muzik kompang kepada abangnya iaitu Muhammad Ali. Apabila ilmu ini
diperturunkan ke Muhammad Ali, Pak Maun telah berpindah ke daerah Bantan Tua, iaitu
sebuah kampung dipanggil Resam. Bermula dari situ, permainan alat muzik Kompang
Bengkalis Riau mula berkembang secara aktif. Bunyi yang berlainan dihasilkan dengan
membezakan cara bukaan tapak tangan. Bunyi 'bum' di perolehi dengan tepukan di sisi
kompang dan tapak tangan dikuncup/rapat. Bunyi 'pak' di perolehi dengan tepukan di
tengah kompang dengan jari tangan yang terbuka.Cara memalu kompang ialah dengan
menepuk kulit kompang dengan bahagian jarijari atau tapak tangan mengikut rentak.
Kompang biasanya dimainkan semasa perarakan, kenduri dan upacara-upacara tradisi
lain.[1]Paluan kompang terbahagi kepada 2 bahagian iaitu: Paluan tradisi, paluan di mana
memukul kompang sambil menyanyi ataupun bersyair dalam versi Arab ataupun bahsa
Melayu klasik,paluan moden, di mana paluan tersebut diselitkan dengan gerakan ataupun
tarian.

K. KELOMPOK 11: Budaya daerah rohul


A. Sejarah Kabupaten Rokan Hulu
Kabupaten Rokan Hulu merupakan sebuah kabupaten hasil pemekaran Kabupaten
Kampar yang berdiri pada tanggal 12 Oktober 1999 berdasarkan kepada UU Nomer 53 tahun
1999 dan UU No. 11 tahun 2003 tentang perubahan UU No 53 Tahun 1999 dan UU No 11 tahun
2003 tentang perubahan UU RI No 53 tahun 1999, yang diperkuat dengan Keputusan Mahkamah
Konstitusi No . 010/PUU-1/2004, tanggal 26 Agustus 2004. Dahulu daerah Rokan Hulu disebut

liv
Rantau Rokan atau Luhak Rokan Hulu karena merupakan daerah perantauan orang-orang
Minangkabau pada masa lalu (Rantau nan Tigo Jurai). Pada masa itu diistilahkan sebagai
‘Teratak Air Hitam’ yakni Rantau Timur Minangkabau di sekitar Kampar dan Kuantan sekarang.
Daerah-daerah tersebut meliputi daerah alur sungai menuju hilir dari sungai-sungai besar yang
mengalir ke Pesisir Timur.

Di sekitar daerah perbatasan bagian Timur dan Tenggara, bermukim pula sedikit Suku
Melayu yang memiliki adat istiadat dan bahasa daerah mirip dengan tetangganya di Rokan Hilir
dan Bengkalis. Namun di sekitar Rokan Hulu sebelah Utara dan Barat Daya, ditemukan
penduduk asli yang memiliki kedekatan sejarah dengan etnis Rumpun Batak di daerah Padang
Lawas di Provinsi Sumatera Utara

Sejarah Kabupaten Rokan Hulu Zaman Penjajahan Belanda


Sebelum kemerdekaan yakni pada masa penjajahan Belanda, wilayah Rokan Hulu terbagi
atas dua daerah:

• Wilayah Rokan Kanan yang terdiri dari Kerajaan Tambusai, Kerajaan


Rambah dan Kerajaan Kepenuhan.
• Wilayah Rokan Kiri yang terdiri dari Kerajaan Rokan IV Koto, Kerajaan
Kunto Darussalam serta beberapa kampung dari Kerajaan Siak (Kewalian negeri Tandun
dan kewalian Kabun)

B. Sejarah Kabupaten Rokan Hulu Zaman Pasca Kemerdekaan RI


Setelah kemerdekaan, daerah-daerah yang dijadikan landscape oleh Belanda dan Jepang tersebut
dijadikan sebagai satu daerah Kecamatan. Sebelum menguatnya isu pemekaran daerah di
Indonesia pada tahun 1999, Rokan Hulu tergabung dalam Kabupaten Kampar, Riau. Kabupaten
Rokan Hulu resmi didirikan pada tanggal 12 Oktober 1999 berdasarkan UU Nomor 53 tahun
1999 dan UU No 11 tahun 2003.
Geografis
 1. Sebelah Utara : Kabupaten Padang Lawas Utara dan kabupaten Labuhanbatu.
 2. Sebelah Selatan : Kabupaten Kampar
 3. Sebelah Timur : Kabupaten Bengkalis dan Kabupaten Rokan Hilir
 4. Sebelah Barat : Kabupaten Pasaman dan Kabupaten Pasaman Barat.
 5. Ibukota Kabupaten Rokan Hulu adalah Pasir Pengarayan yang berjarak sekitar
180 KM dari Ibukota Provinsi, Pekanbaru. Selain Pasir Pengarayan, kota utama di Rohul
adalah ujung batu. Di kabupaten Rokan Hulu terdapat beberapa sungai, 2 diantaranya
adalah sungai yang cukup besar yaitu Sungai Rokan Kanan dan Sungai Rokan Kiri.
C. Kesenian Dan Kebudayaan Daerah Rohul
DIKIE

lv
BURDAH
KOBA
BERZANJI
GAMBUS
MARHABAN

L. KELOMPOK 12: BUDAYA DAERAH ROHIL


A. Sejarah Rokan Hilir
Rokan Hilir dibentuk dari tiga kenegerian, yaitu negeri Kubu, Bangko dan Tanah Putih.
Negeri-negeri tersebut dipimpin oleh seorang Kepala Negeri yang bertanggung jawab kepada
Sultan Siak. Distrik pertama didirikan Hindia Belanda di Tanah Putih pada saat menduduki
daerah ini pada tahun 1890. Setelah Bagansiapiapi yang dibuka oleh pemukim-pemukim
Tionghoa berkembang pesat, Belanda memindahkan pemerintahan kontrolir-nya ke kota ini pada
tahun 1901. Bagansiapiapi semakin berkembang setelah Belanda membangun pelabuhan modern
dan terlengkap untuk mengimbangi pelabuhan lainnya di Selat Malaka hingga Perang Dunia I
usai. Setelah kemerdekaan Indonesia, Rokan Hilir digabungkan ke dalam Kabupaten Bengkalis,
Provinsi Riau.
Bekas wilayah Kewedanaan Bagansiapiapi yang terdiri dari Kecamatan Tanah Putih, Kubu
dan Bangko serta Kecamatan Rimba Melintang dan Kecamatan Bagan Sinembah kemudian pada
tanggal 4 Oktober 1999 ditetapkan oleh Pemerintah Republik Indonesia sebagai kabupaten baru
di Provinsi Riau sesuai dengan Undang-Undang Nomor 53 tahun 1999 dengan ibukota
Bagansiapiapi. Indonesia dikenal memiliki berbagai ritual atau semacam upacarayang dilakukan
untuk menghindarkan daerahnya dari berbagai bencana. Berbagai ritual itu, salah satunya
dilandasi dengan ajaran agama, seperti di wilayah Kabupaten Rokan Hilir yang dikenal dengan
Ratib Kerambai.

Tradisi tahunan Ratib Kerambai yang dilakukan pada hari ketiga usai Idul Fitri atau setiap 3
Syawal kembali dilaksanakan oleh masyarakat di Kecamatan Kubu, Kabupaten Rokan Hilir,
Provinsi Riau.
Ratib Kerambai atau sering disebut masyarakat setempat atib keambai merupakan tradisi yang
dipercayai masyarakat sebagai ritual tolak bala, yang dilaksanakan di atas perahu
dengan menyusuri sungai di Kubu menuju arah laut. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI), makna ratib ialah puji-pujian atau doa kepada Tuhan yang diucapkan
berulang-ulang. Sesuai namanya, dalam ritual ini masyarakat Kubu membacakan ayat-ayat suci
Alquran guna mencegah bala dan musibah datang ke tanah Kubu.

Sekretaris Dewan Pengurus Harian Majelis Tinggi Kerapatan Empat Suku Melayu
Kenegerian Kubu, Zuhaifi, Rabu, menjelaskan tradisi ini telah dilakukan sejak 1940-an, saat
terjadinya berbagai bala dan musibah di Kenegerian Kubu, salah satunya kolera yang

lvi
menyebabkan banyak masyarakat yang meninggal tiap harinya. Ritual ini dilakukan atas
petunjuk dari Tuan Guru Syekh Abdul Wahab Rokan.
Awal ratib dilakukan di salah satu makam keramat Tuan Syekh Haji Abdullah Pasai yang datang
dari Pasai dan merupakan salah satu keturunan Baginda Rasulullah MuhammadSAW.
Diceritakannya, beliau datang ke Kubu pada tahun 1890-an bersama saudaranya, Datuk Jenggot.
Mereka merupakan alim ulama yang menyebarkan Islam di Kenegerian Kubu.
Lokasi makam tersebut dinamakan Rambai. Dinamai demikian sebab penyebar agama Islam
tersebut selalu berteduh di bawah pohon rambai. Ia duduk dan bertafakur atau juga mencari
tempat yang penduduknya masih banyak melakukan kemungkaran untuk diajak kembali ke jalan
yang benar.
Saat berbagai bala terjadi pada 1940-an, Syekh Abdul Wahab Rokan mengarahkan murid-
muridnya melakukan ritual Ratib Kerambai. Hulu sungai yang terdapat makam keramat tersebut
menjadi tempat bertolaknya ritual yang dipimpin mursyid-mursyid yang paham akan proses
tolak bala tersebut. "Intinya tradisi ini bertujuan untuk menolak bala di Kenegerian Kubu. Dulu
prosesnya dilakukan dengan mendayung sampan dari hulu sungai hingga ke tanjung pulau. Pada
tahun 1980-an baru masyarakat mengenal sampan boat," ucap Zuhaifi. Diceritakan Zuhaifi, ritual
ini pernah tak diadakan selama dua tahun berturut-turut karena banjir yang cukup besar di daerah
sekitar makam. Karena hal itu, banyak bala dan musibah yang datang kala itu.

"Oleh karena itu kami membentuk majelis tinggi kerapatan empat suku Melayu Kenegerian
Kubu, dimana empat suku yang membentuk Kenegerian Kubu ini bergabung menjadi satu,"
terang pria bergelar Encik Wira Siak ini. Lanjutnya, ritual ini bukanlah ajang untuk dijadikan
tontonan. Ratib Kerambai tidak boleh ditonton dan perempuan tak boleh ikut serta dalam ritual
ini, sekalipun gadis kecil. Ini merupakan pantangan dan larangan sedari dulu.
B. Suku Melayu Rokan Hilir
Suku Melayu Rokan Hilir adalah komunitas suku Melayu yang mendiami kabupaten Rokan
Hilir di provinsi Riau.Dahulu daerah Melayu Rokan Hilir terdiri dari 3 wilayah kenegerian,
yaitu negeri Kubu, Bangko dan Tanah Putih. Ketiga negeri ini lah yang disebut sebagai Melayu
Rokan Hilir, yang membentuk komunitas dan budaya yang terpusat di Rokan Hilir ini. Negeri-
negeri tersebut dipimpin oleh seorang Kepala Negeri yang bertanggung jawab kepada Sultan
Siak.
Pada awalnya Belanda mendirikan distrik di daerah Tanah Putih pada tahun 1890, tapi di
daerah lain pemukim-pemukim dari etnis Tionghoa mendirikan kota Bagansiapiapi. Ternyata
kota Bagansiapiapi berkembang pesat, akhirnya Belanda memindahkan pemerintahan distriknya
ke kota Bagansiapiapi ini, dan membangun pelabuhan modern dan terlengkap pada masa itu
untuk mengimbangi pelabuhan lain di Selat Malaka bersamaan dengan masa Perang Dunia I.
Setelah Belanda meninggalkan Indonesia, daerah Rokan Hilir ini dimasukkan ke dalam
kabupaten Bengkalis.
Dalam sejarah masa lalu suku Melayu Rokan Hilir ini pada masa dahulu banyak terlibat
hubungan dengan masyarakat Tionghoa. Terlihat dari beberapa peninggalan budaya Tionghoa di
wilayah suku Melayu Rokan Hilir ini.Suku Melayu Rokan Hilir mayoritas adalah penganut
agama Islam. Agama Islam menurut mereka adalah agama bangsa Melayu. Karena itu banyak
tradisi dan adat budaya suku Melayu Rokan Hilir yang disesuaikan dengan budaya dan ajaran

lvii
Islam. Tapi walaupun begitu mereka masih melakukan beberapa ritual animisme, yang terlihat
pada beberapa mereka telah beragama Islam, beberapa tradisi animisme masih tetap dilakukan.
Mereka percaya dengan hal-hal gaib, dan melakukan beberapa ritual animisme.
C. Tradisi Ritual Budaya Suku Melayu Rokan Hilir
Ritual Semah Laut (Ritual Pemujaan laut),.suatu tradisi ritual suku Melayu Rokan Hilir di
daerah Panipahan Rokan Hilir. Ritual ini ditemukan juga di daerah Bengkalis dan Tembilahan
serta daerah lain terutama di pesisir. Ritual Semah Laut ini dilakukan oleh para nelayan yang
dipimpin oleh Bathin, mereka menggunakan pakaian khas berwarna kuning, dan ritual diiringi
mantra yang dikemas dalam lagu serta diiringi bunyi gendang, gong dan alat musik tradisional
lainnya. Tujuan Ritual Semah Lautt, agar hasil tangkapan ikan nelayan dapat banyak. Mereka
meyakini di laut banyak dihuni oleh makhluk halus yang biasa disebut mambang (hantu lat atau
jin), mambang ataupun jin ini dianggap dapat mendatangkan bahaya bagi para pelaut atau
nelayan. Dan untuk menghindari makhluk halus ini maka diadakanlah suatu upacara yang
dikenali sebagai Semah Laut.
Dalam ritual Semah Laut ini, peserta ritual Semah Laut memperagakan beberapa gerakan ilmu
bela diri dan mereka saling bersilat, dan biasanya ada peserta yang mengalami kesurupan karena
dirasuki oleh makhluk halus.
Ritual Bakar Tongkang adalah wisata budaya unggulan provinsi Riau dari kabupaten Rokan
Hilir (Rohil). Ritual Bakar Tongkang telah menjadi wisata nasional bahkan internasional. Ritual
Bakar Tongkang adalah upacara tradisional masyarakat Tionghoa di ibukota kabupaten Rokan
Hilir yakni Bagansiapiapi.Ritual Bakar Tongkang merupakan kisah pelayaran masyarakat
keturunan Tionghoa yang melarikan diri dari si penguasa Siam pada abad ke-19. Di dalam kapal
yang dipimpin Ang Mie Kui, terdapat patung Dewa Kie Ong Ya dan lima dewa, di mana
panglimanya disebut Tai Sun Ong Ya. Patung -patung dewa ini mereka bawa dari tanah
Tiongkok , dan menurut keyakinan mereka bahwa dewa tersebut akan memberikan keselamatan
dalam pelayaran, hingga akhirnya mereka menetap di Bagansiapiapi.Untuk menghormati dan
mensyukuri kemakmuran dan keselamatan yang mereka peroleh dari hasil laut sebagai mata
pencaharian utama masyarakat Tionghoa Bagansiapiapi , maka mereka membakar wangkang
(tongkang) yang dilakukan setiap tahun. Sedangkan prosesi sembahyang dilaksanakan pada
tanggal 15, 16 bulan 5 tahun Imlek.
Menurut cerita, bahwa Ritual Bakar Tongkang adalah ritual pemujaan untuk memperingati
hari ulang tahun Dewa Kie Ong Ya (Dewa Laut). Upacara ini memiliki ciri khas tersendiri dan
tidak ditemui di daerah lain di Indonesia.Pada masa pemerintahan Soeharto, tradisi ritual ini
sempat dilarang, tapi kemudian diaktifkan kembali pada masa pemerintahan Gus Dur sampai
sekarang ini.Masyarakat suku Melayu Rokan Hilir, hidup pada bidang pertanian. Mereka
menanam padi di lahan sawah. Jagung dan ubi juga menjadi tanaman utama mereka, dan
berbagai jenis sayur-sayuran serta buah-buahan. Bagi masyarakat suku Melayu yang tinggal di
daerah pesisir, biasanya menjalani profesi sebagai nelayan. Mereka menangkap ikan pada saat
tertentu, tergantung kondisi alam yang sudah diperkirakan. Sedangkan sisanya menjadi pedagang
dan buruh.
C. Balai Lembaga Adat Melayu Rokan Hilir

Balai Lembaga Adat Melayu Rokan Hilir ini merupakan tempat pembuatan tenun songket di
Kota Bagansiapiapi. Arsitekturnya unik dan memiliki ciri khas Melayu. Balai Lembaga Adat
lviii
Melayu Rokan Hilir  ini berlokasi di Batu 6 Bagansiapiapi di sekitarnya juga terdapat museum
lain yakni museum Muslim,  Museum Tionghoa Bagan Siapi-api, Museum ikan Bagan Siapi-
api dan Museum sejarah Rokan Hilir.
E. Budaya Masakan dan Permainan Tradisional Kabupaten Rokan Hilir
1. Masakan Tradisional.
Rokan hilir memiliki berbagai aneka masakan yang sangatterkenal.Salah satunya di
kecamatan Tanah putih. Ibukota kecamatan Tanah Putih terdapat di derah Sedinginan.Beberapa
desa yang termasuk ke dalam kecamatan Tanah Putih adalah Sedinginan,Sintong,Ujung
Tanjung,Bangko Pusako,Sekeladi,Teluk Megan dan Rantau Bais.
Wisata kuliner di daerah Tanah Putih akan memanjakan lidah Anda.Indonesia yang terkenal
sebagai penghasil banyak rempah-rempah,mempengaruhi secara dominan kepada
jenismasakannya.Namun demikian,masing-masing daerah punya cita rasa sendiri-sendiri dalam
urusan mencampur baurkan rempah-rempah ini pada masing-masing masakannya,sehingga akan
terasa beda dilidah.Namun, tetap memperkaya khasanan masakan nusantara. Beberapa makanan
dan minuman dari Kabupaten Rokan hilir ini misalnya saja roti jala,konde Cik Puan dan Batu
Permata di Sungai Rokan,Sambal Janda Mengamuk,dan Soto Mak Long Tekejut. Terdengar unik
nama minuman dan makanan tersebut.Namun kalau dicermati,penamaan tersebut menjadi
identitas dari cita rasa bumbunya.
Sambal Janda Mengamuk misalnya,merupakan identifikasi dari bumbu asam dan pedas,sehingga
di lidah terasa mengejutkan seperti layaknya seorang janda yang sedang mengamuk dibakar
api cemburu.Atau Soto Mak Long Tekejut.Kata terkejut atau tekejut dalam bahasa setempat
sangat jelas menggambarkan bagaimana komposisi bumbu yang didominasi asam-pedas khas
Melayu ini.
Kabupaten Rokan hilir termasuk daerah yang memiliki banyak makanan khas yang bercita
rasa tinggi.Beberapa di antaranya telah dikenal secara luas misalnya campa cahang asam
kandih,pendang ikan kawan,asam podeg dagiang, gulai alo-alo,gulai jangek torong,dan pok asam
limbek. Kata-kata "asam" dalam masakan-masakan tersebut menjadi ciri bahwa masakanan khas
Kabupaten Rokan Hilir ini memang cenderung asam-pedas.
2. Budaya Permainan Tradisional Kabupaten Rokan Hilir
Permainan rakyat di kabupaten Rokan hilir banyak terdapat di Di Kecamatan Tanah Putih,seperti
Gasing,Galah panjang,Patuk Lele,Guncang Calung,Kaki Anggau(Egrang),Pacu Sampan,dan
masih banyak lagi permainan rakyat yang merupakan sumber wisata daerah yang perlu
dilestarikan
a. Gasing
Gasing terbuat dari kayu,biasanya masyarakat Tanah Putih membuat Gasing tersebut dari kayu
Tempuyan,Loban, Temonsu,dan lainlainnya.Karna kayu ini dianggap kuat dan tidak mudah
pecah jika diadu atau di mainkan.Permainan gasing dimainkan 2-6 orang dengan cara membagi
atas 2 kelompok.
b. Galah panjang

lix
Permainan ini di mainkan dengan cara membuat garis persegi empat dengan menarik garis dari
sisi tengah persegi empat tersebut dari atas ke bawah dan dari kiri ke kanan,permainan ini
dilakukan dengan cara menjaga garis tersebut supaya tidak dilewati pemain lain.Permainan ini di
mainkan 3-4 orang dalam satu kelompok.
c. Patuk lele
Permainan ini menggunakan objek kayu yang di potong-potong dengan ukuran 10-
15 Cm.Kayu tersebut terbagi dua,yakni satu kayu panjang yang berukuran ± ½ meter dan
satunya lagi kayu berukuran lebih pendek (10-15 cm).Kayu panjang tersebut digunakan untuk
memukul kayu berukuran 10-15 Cm tersebut dengan cara menancapkannya ditanah lalu dipukul
kelompok yang satu.Sedangkan kelompok satunya harus menjaga kayu tersebut jangan sampai
ke tanah.Kayu tersebut harus ditangkap agar mendapatkan nilai tinggi di dalam permainan
tersebut.
d. Guncang Galung (Kaleng)
Permainan ini sangat disukai oleh anak-anak. Karena yang "locak"(menjaga kaleng) harus
menjaga kaleng tersebut agar tidak kedahuluan oleh orang yang bersembunyi.Anak yang
menjaga "calung" tersebut di dalam lingkaran yang telah di tetapkan.Setelah calun diletakkan di
lingkaran tersebut maka anak yang jaga harus mencari anak yang bersembunyi. Calung tersebut
harus dijaga agar anak yang bersembunyi tidak mendapatkan terlebih dahulu calung tersebut
yang akan dilemparkannya jauh-jauh.Sehingga anak yang jaga harus mengambil calung tersebut
untuk ditempatkan pada lingkaran yang ditetapkan tadi.
e. Kaki anggau(enggrang)
Biasanya "kaki anggau" ini dibuat dari buluh (bambu).Namun biasa juga dibuat
dari kayu.Kaki panjang atau lebih dikenal dengan kaki anggau atau engrang ini merupakan
permainan anak-anak. Mereka berlomba kecepatan mencapai finish untuk memperoleh
juara.Bahkan di lombakan juga siapa yang paling lama diatas "kaki anggau" tersebut.
f. Pacu Sampan
  Permainan ini biasanya diadakan pada Saat 17 Agustus atau hari kemerdekaan RI. Tapi
sayangnya dalam beberapa tahun terakhir ini event tersebut tak pernah diadakan lagi di tanah
putih.
F. Tempat wisata di Rokan Hilir
Rokan Hilir dikenal sebagai Negeri Seribu Kubah, julukan ini muncul karena di Kabupaten
Rokan Hilir terdapat banyak bangunan yang beratap kubah, tetapi bangunan tersebut bukanlah
sebuah masjid. Rokan Hilir merupakan sebuah Kabupaten yang terletak di Provinsi Riau.
Kabupaten Rokan Hilir mempunyai beberapa tempat wisata seperti Pulau Jemur, Bakar
Tongkang, Danau Napangga, Batu Belah Batu Betangkup, Pulau Tian, Desa Rantau Bais, dan
masih banyak lagi. Akan tetapi, dari beberapa tempat wisata tersebut masih banyak masyarakat
setempat yang belum mengetahui keberadaan tempat wisata tersebut, karena disebabkan oleh
kurangnya perhatian dari pemerintah setempat seperti terkendalanya akses transportasi yang sulit
untuk ditempuh karena jalanan yang masih berupa timbunan tanah merah, sehingga ketika pada
waktu musim hujan menyebabkan jalanan becek dan sulit untuk dilalui.

lx
1. Pulau jemur
Salah satu tempat wisata di Kabupaten Rokan Hilir adalah Pulau Jemur. Pulau Jemur
terletak di Kecamatan Pasir Limau Kapas, dengan jarak tempuh kurang lebih 45 mil dari Ibukota
Kabupaten Rokan Hilir dan 45 mil dari negara tetangga yaitu Malaysia. Pulau Jemur terkenal
dengan panorama alam seperti pantai berpasir putih dan sebagai habitat penyu hijau. Namun,
kekurangan dari tempat wisata ini adalah akses masyarakat untuk berkunjung masih terkendala
karena disebabkan tidak adanya akses transportasi darat selain menggunakan transportasi laut.
Sehingga menyebabkan masyarakat belum bisa berkunjung dan menikmati keindahan alamnya.
2. Ritual Bakar Tongkang
Selain itu, tempat wisata yang menarik minat wisatawan adalah ritual Bakar Tongkang
yang dilakukan oleh salah satu lapisan masyarakat Rokan Hilir, yakni masyarakat tionghoa.
Ritual Bakar Tongkang ini setiap tahunnya selalu dirayakan oleh masyarakat tionghoa yang
berada di Rokan Hilir tepatnya di pusat Ibukota Bagansiapiapi. Uniknya dari perayaan ini, tidak
hanya masyarakat tionghoa saja yang ikut merayakannya. Tetapi sebagian besar masyarakat
setempat yang bukan orang tionghoa juga ikut menyaksikan sebagai bentuk toleransi antar
sesama umat manusia.
3. Danau Napangga
Destinasi tempat wisata selanjutnya adalah Danau Napangga. Danau Napangga terbentuk secara
alami oleh tumbuh-tumbuhan serta pepohonan yang ada disekitar dan kondisi air di danau ini
sangat jernih. Selain itu, danau ini sebagai habitat ikan arwana sumatera dan ikan khayangan.
Namun, dari beberapa tempat wisata yang telah disebutkan di atas, masih terdapat kendala
diantaranya adalah kurang terlihat dan dikenalnya tempat wisata tersebut. Hal ini disebabkan
karena kurangnya kegiatan promosi oleh masyarakat sekitar sehingga menyebabkan banyak dari
kalangan masyarakat lain yang belum mengetahui keberadaan tempat wisata tersebut. Oleh
karena itu, mari kita tingkatkan rasa kepedulian terhadap alam wisata yang ada di Kabupaten
Rokan Rokan Hilir agar lebih terlihat keberadaannya dan bisa menjadi sektor wisata yang
membuat Kabupaten Rokan Hilir bisa lebih dikenal oleh daerah lain.
G. Alat Musik Rohil
Gembang merupakan alat musik yang terbuat dari kayu angau. Disebut juga dengan
calempong tapi terbuat dari kayu. Benda ini sudah ada sejak zaman dulu sebelum calempong
berbentuk besi atau tembaga seperti sekarang. Benda ini sudah ada sejak zaman dulu sebelum
calempong berbentuk besi atau tembaga seperti sekarang. Dengan ukuran tertentu, gembang
yang terdiri dari enam tangga nada (do, re, mi, fa, so, la), menimbulkan nada yang asyik apalagi
menceritakan tentang sejarah masa lalu.

lxi
M. KELOMPOK 13: BUDAYA DAERAH SIAK
A. Makanan Khas Siak
1. Bolu Kemojo
Bolu kemojo merupakan makanan khas Siak yang berwujud kue bolu. Bolu kemojo berasal
dari Pekanbaru. Dahulu, bolu kemojo hanya dikonsumsi untuk penduduk Siak, tetapi sejalannya
waktu, bolu kemojo banyak dijual di toko-toko kue dan pusat oleh-oleh.
Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat bolu kemojo adalah tepung terigu, margarin,
gula pasir, vanili bubuk, telur, santan, air perasan daun suji, dan garam. Cara membuatnya
dengan menggabungkan bahan-bahan sampai rata, lalu tuang adonan ke dalam cetakan yang
sudah dipanaskan, lalu panggang dengan oven 45-50 menit.
2. Roti Jala Kari Ayam
Roti jala kari ayam merupakan makanan khas Siak. Roti jala mirip dengan roti canai. Roti
canai berasal dari India yang merantau sampai ke tanah Siak dan membagi kebudayaan mereka
termasuk makanan. Roti canai berbentuk persegi yang sangat tipis, sesudah itu dilipat dan
dipanggang menggunaan minyak.
Perbedaan roti canai dengan roti jala adalah bentuk rotinya, sedangkan untuk bumbu-bumbu
yang digunakan membuat adonan hampir sama. Roti jala disajikan dengan tambahan kuah kari
ayam.
3. Asidah
Asidah merupakan makanan khas Siak yang diadaptasi dari makanan yang berasal dari
Arab, namun jika dibandingkan antara asidah arab dan asidah khas Siak rasanya akan berbeda.
Tidak hanya rasa, penyajian asidah khas Siak terbilang sangat unik dan menarik.
Masyarakat Siak biasanya menyajikan asidah dengan bentuk seperti bunga mawar, jambu,
daun, dan berwujud bulat.
4. Kue Bangkit
Kue bangkit atau biasa penduduk Siak menyebutnya kue bangket adalah kue khas dari Siak
yang banyak ditemukan di Malaysia dan Indonesia. Di Indonesia, kue bangkit tepatnya dapat
ditemukan di Riau, Jambi, dan Sumatera Barat.
Warna kue bangkit adalah berwarna putih dan diberi hiasan di atasnya dengan noktah yang
berwarna merah. Tekstur kue bangkit yang halus dan empuk membuat kue bangkit ini sangat
lezat saat dikunyah. Anak-anak banyak yang menyukai kue bangkit karena rasanya yang manis.
5. Cencaluk
Cencaluk merupakan makanan khas Siak yang terbuat dari udang. Udang yang digunakan
untuk membuat cencaluk adalah udang geragau, namun sekarang ini udang geragau susah untuk
didapatkan karena udang geragau hanya ditemukan di waktu-waktu tertentu saja.
Makanan cencaluk ini melewati proses yang panjang sebelum siap untuk disajikan.
Cencaluk menggunakan udang geragau yang dihaluskan dan dicampur dengan bumbu rempah
yang sangat khas. Tekstur makanan cencaluk nyaris sama bersama dengan bubur.
6. Lempok Durian
Lempok durian merupakan makanan khas Siak. Lempok durian tidak hanya ditemukan di
Riau saja, tapi dapat juga ditemukan di daerah Palembang, Samarinda, dan pontianak. Tentu saja
lempok durian di setiap daerah mempunyai ciri khas masing-masing.
Lempok durian khas Siak menggunakan daging buah durian yang dicampur dengan sedikit
gula pasir. Gula pasir yang dicampur memiliki tujuan yaitu supaya durian lebih awet. Dengan
dicampurkannya gula, lempok durian bisa awet lebih dari 4 bulan kecuali disimpan di dalam
lemari es.

lxii
Cara memasaknya cukup mudah, setelah durian dicampur dengan gula lalu dimasak dengan
menggunakan kuali dengan api sedang hingga adonan tidak lengket. Setelah itu, adonan
dibungkus gunakan plastik dan siap untuk dinikmati.

B. Tari Zapin
Tarian Zapin merupakan salah satu tarian tradisional melayu yang berasal dari bahasa Arab
“Zaffan” yang artinya penari dan “alzafin” yang artinya gerak kaki. Perjalanan zapin dari
indonesia tiada lain karena adanya proses islamisasi yang dilakukan para pedagang arab. Zapin
arab berkembang di indonesia bersama dengan proses islamisasi berbagai penjuru termasuk
indonesia yang terkenal dengan penghasil rempah- rempah sehingga menarik minat para
pedagang untuk datang ke indonesia.
Zapin merupakan kesenian yang keberadaannya diakui oleh masyarakat setempat, zapin
hidup dan berkembang dinusantara karena merupakan warisan masa lampau yang berpengaruh
dalam kehidupan bermasyarakat, sebagaimana yang tadi dikatakan pada awal bahwa kebenaran
zapin tidak terlepas dari proses islamisasi nusantara. Salah satu negara yang dimasuki bangsa
arab adalah siak melalui perkawinan yakni ketika Sultan Siak ke empat yakni Sultan Alamudin
syah menerima menantu seorang laki- laki dari keturunan arab.
Pada mulanya tarian ini adalah sebagai tarian hiburan di Istana Kerajaan Siak. Tarian Zapin
dapat ditemukan pada helat perkawinan, khitanan, syukuran, pesta desa, sampai peringatan hari
besar Islam. Penari zapin hanya dilakukan oleh laki-laki, diiringi musik ensamble yang terdiri
dari pemain marwas, gendang, suling, biola, acordion, dumbuk, harmonium dan vokal. Dan
pakaian yang digunakan para penari zapin adalah pakaian melayu yang longgar agar lebih mudah
bergerak, dan biasanya digunakan baju kurung melayu. Gerak tari Zapin diinspirasikan dari
kegiatan manusia dan alam lingkungan. Misalnya titi batang, anak ayam patah, siku keluang, sut
patin, pusing tengah, alif dan lainnya.

Filosofi gerak tari zapin :


 Filosofi alif sembah: Berdiri lurus seperti alif, sembah duduk bersimpuh bermakna
sebagai pembuka, sikap hormat, dan bersopan santun.
 Ragam alif: digunakan sebagai pemula tarian zapin, akan tetapi disugguhkan pada acara
biasa bukan pada helat resmi seperti menyambut tamu kehormatan, menari dihadapan sultan
maupun raja dan pengantin.
 Filosofi siku keluang : menggambarkan gerakan siku-siku yang jelas dan tegas
mengandung makna memiliki semangat dalam kehidupan,kejelasan dan ketegasan sikap dalam
bertindak
 Filosofi anak ayam patah: bermakna memiliki kedisiplinan tinggi, kesungguhan
berpendirian tegus dan kejujuran.filosofi ini diambil dari ayam patah kaki yang sedang berjalan.
Estetikanya adalah supaya indah dipandang dan cantik dan ada kemauan keras untuk motivasi
kehidupan yang sempurna.
 Filosofi pusing angin: yang dipelajari dari angin, karena angin datangnya tidak satu arah,
ada yang dari barat, timur, selatan dan utara.
 Filosofi sut mundur: mengumpamakan orang yang sedang berjalan berhenti sejenak lalu
melakukan gerakan mundur dengan langkah yang teratur dan pasti sesuai hitungannya.
 Filosofi pecah delapan pusing: kehidupan manusia sehari hari berputar seperti roda,ada
kala diatas ada kala dibawah, sehingga kehidupan itu tidak pernah tetap. Sebab semua yang
diciptakan tuhan semua berubah dan tidak pernah abadi.

lxiii
 Filosofi mintak tahto: Melambangkan dimana penari apabila sudah merasa letih maka
penari akan memberi gerakan minta tahto, sehingga pemusik akan mengerti, maka pemusik akan
memberi kode untuk penari bisa berhenti. tanda minta berhenti menari zapin, tanda ini dilakukan
dengan 3 kali sembah ini bermakna sebagai menyampaikan rasa hormat terakhir.
 Pada saat menari zapin tangan kiri tidak digerakkan filosofinya adalah diambil dari
zaman dahulu anak-anak pergi belajar mengaji dimalam hari, kitab alqur’an nya dikepit ditangan
kiri dan tangan kanan memegang obor.

C. Tradisi Masyarakat Siak


1. Sedekah Bumi
Meski sudah berpindah ke Provinsi Riau lewat program transmigrasi di era Presiden
Soeharto, masyarakat beretnis Jawa masih teguh menjaga adat istiadat dari kampungnya. Salah
satunya, di Kampung Lubuk Tilan, Kecamatan Dayun, Siak.
Adat istiadat yang dimaksud adalah 'sedekah bumi', dimana budaya ini merupakan bentuk
dari rasa syukur mereka terhadap apa yang Allah SWT berikan dalam memanfaatkan hasil bumi.
Sedekah Bumi adalah kegiatan untuk mengungkapkan rasa syukur kepada Allah atas hasil
bumi yang melimpah. Kegiatan ini masih banyak dijumpai pada masyarakat di daerah pedesaan,
khususnya di Kampung Lubuk Tilan yang kehidupannya ditopang dari sektor pertanian.
Sedekah Bumi ini menjadi sarana ucapan terima kasih warga setempat kepada Allah atas
segala karunia yang diberikan. Seluruh penduduk berkumpul dengan penuh suka cita untuk
mengungkapkan rasa terima kasih mereka melalui berbagai kegiatan keagamaan.
Bagi masyarakat Jawa khususnya para kaum petani, tradisi sedekah bumi mempunyai makna
yang mendalam. Selain mengajarkan rasa syukur, tradisi sedekah bumi juga mengajarkan pada
kita bahwa manusia harus hidup harmonis dengan alam semesta.
Sedekah Bumi di Kampung Lubuk Tilan dengan yang di daerah jawa terjadi sedikit
perbedaan, yakni soal penentuan waktu. Di Pulau Jawa, masyarakat biasanya melaksanakan
Sedekah Bumi pada Bulan Muharram (Syuro), sedangkan di kampung Lubuk tilan mereka
melaksanakan sedekah bumi pada Bulan Syawal.
Sedekah bumi dilaksanakan setiap satu tahun sekali, untuk tanggal dan bulan pelaksanaan
sedekah bumi ditentukan dengan melihat dari kalender Jawa. Biasanya, sedekah bumi diadakan
pada Bulan Syuro di hari Selasa Kliwon, jika tidak terdapat hari Selasa Kliwon, maka akan
dilaksanakan pada hari Jum’at Kliwon.
Jika tetap tidak ada pada juga, maka akan dilaksanakan di hari apapun, yang terpenting pada
hari berunsur kliwon.
Sedekah bumi dilaksanakan di salah satu persimpangan jalan yang dihadiri oleh tokoh
masyarakat, tokoh agama, serta masyarakat Lubuk Tilan dengan melakukan do’a dan dzikir
bersama. Setiap masyarakat biasanya membawa makanan yang nantinya akan dimakan bersama
setelah pembacaan do’a.

2. Ghatib Beghanyut
Ghatib Beghanyut berasal dari kata ghatib yang berarti dzikir, dan beghanyut yang berarti
hanyut dengan menggunakan perahu. Ghatib beghanyut adalah suatu kegiatan dzikir di atas
perahu dan berhanyut seiring arus sungai. Ghatib beghanyut ini dilakukan sejumlah jamaah
masjid, mushalla serta warga muslim di daerah Siak, Mempura (di Kabupaten Siak Sri
Indrapura), dan di kecamatan Bukitbatu (di Kabupaten Bengkalis). Tradisi ghatib beghanyut

lxiv
merupakan bentuk ritual tolak bala dengan mendengungkan do'a dan dzikir di atas permukaan air
sungai.
Ritual ini bertujuan agar seseorang maupun masyarakat yang ada di daerah tertentu terhindar
dari sial, penyakit, kejadian-kejadian buruk. Konsep tolak bala dalam kepercayaan lama
bertujuan menghindar sial atau kecelakaan lebih diinstitusikan meneruskan beberapa ritual.
Apabila terjadi suatu malapetaka, ia lebih merupakan upacara yang dilakukan berjadwal. Dalam
suatu ungkapan Melayu dikatakan: tolak bala menolak segala petaka menolak segala celaka
menolak segala yang berbisa supaya menjauh dendam kesumat supaya menjauh segala yang
jahat supaya menjauh kutuk dan laknat supaya setan tidak mendekat supaya iblis tidak melekat
supaya terkabul pinta dan niat supaya selamat dunia akhirat.
Dulu pada zaman kesultanan Siak, ada suatu perkampungan terkena wabah penyakit
menular (sampar). Maka untuk mengatasi masalah ini, seluruh ulama dikumpulkan untuk
melaksanakan ritual ghatib (zikir). Dimulai malam hari setelah Shalat Isya dengan berjalan
berkeliling kampung diikuti semua lapisan masyarakat membawa obor sebagai penerangan.
Setelah menyelesaikan perjalanan berkeliiling kampung, dilanjutkan berzikir di atas Sungai
Jantan ketika air surut agar masyarakat dapat pulang dengan selamat serta untuk mengusir bala
keluar menuju kearah laut, sehingga terusirlah semua wabah bencana dari kampung itu.
Tradisi ini sempat hilang dimakan zaman, setelah beberapa tahun pemerintah berusaha
mengangkat kembali tradisi warisan leluhur ini di tahun 2012 yang hingga kini menjadi agenda
rutin tahunan dengan tujuan pengenalan dan pelestarian budaya sekaligus penggalakan destinasi
wisata religius di Kabupaken Siak. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Ghatib Beghanyut dilakukan
malam hari setelah shalat isya pada setiap bulan safar. Bertempat di Sungai Jantan (Siak) dengan
kedalaman yang dulunya mencapai 30 meter (namun kini tinggal sekitar 18 meter karena
pendangkalan sungai).
Kegiatan ini dimulai dari Pelabuhan Lasdap hingga ke Feri Penyebrangan Belantik, Desa
Langkai, Siak. Menggunakan feri, serta 30 perahu mesin, dengan kapasitas untuk 1 perahu mesin
di isi 10 orang. Tahap persiapan, petang sebelum ghatib beghanyut dilaksanakan, seluruh peserta
dan masyarakat dengan mengenakan pakaian serba putih melaksanakan ziarah ke makam sultan
yang terletak di Kecamatan Siak, tepatnya di samping Masjid Syahbuddin. Mereka juga berdoa
dan berzikir bersama di sana dipimpin oleh ulama ataupun penghulu. Pada adat istiadat di Siak
Sri Indrapura, kepala suku yang bergelar penghulu masih dihormati sebagai tata cara untuk
menjaga adat setempat. Biasanya, seorang penghulu dibantu sangko penghulu, malim penghulu
dan lelo penghulu. Ada juga batin, dengan kedudukan yang sama dengan penghulu tapi memiliki
hak atas hasil hutan yang tidak dimiliki penghulu. Batin dibantu tongkat, monti dan antan-antan.
Pada perhelatan Ghatib Beghanyut, perangkat adat hingga orang kaya dilibatkan untuk
mengikuti proses menolak bala. Warga menggunakan pakaian khas membuktikan rasa antusias
untuk ikut menjaga kelestarian budaya Melayu di Siak. Ziarah makam ini merupakan rangkaian
dari kegiatan ghatib beghanyut. Sementara itu puluhan sampan dan kapal sudah berjejer rapi di
tepian sungai Siak. Dalam perencanaan dan persiapannya, kegiatan ini sengaja dilaksanakan
ketika air sungai sedang surut, tujuannya agar semua masyarakat dapat pulang dengan selamat.
Tahap pelaksanaan, setiap orang yang mengikuti ritual Ghatib Beghanyut yang dikhususkan
untuk kaum laki-laki ini mengambil posisinya masing-masing dengan dipimpin oleh seorang
ulama dengan lantunan-lantunan dzikir; Allahuakbar. Allahuakbar. Allahuakbar. Seorang ulama
bertakbir diikuti oleh seluruh masyarakat. Baik yang naik sampan atau hanya menyaksikan dari
tepian. Senja semakin kelam, tapi tepian semakin menawan. Apalagi ketika bergema di atas
Sungai Jantan. Sambil berzikir di atas sampan yang terus berjalan mengelilingi sungai, seluruh

lxv
warga berzikir. Dalam hati berharap agar segala persoalan terbuang ke arah laut. Sudah pasti,
selain berharap pahala dari Allah SWT, juga berharap perlindungan dari segala bencana.
Prosesi Ghatib Beghanyut dulunya disertai dengan tabur bunga dan persembahan sesajen ke
sungai, namun dengan seiring masuknya ajaran islam ke daerah siak, hal itu kini ditinggalkan
karena dinilai mengacu pada sesuatu yang syirik.
Dalam ungkapan melayu dikatakan:
Sampai ke arus yang berdengung
Kalau tali boleh diseret
Kalau rupa boleh dilihat
Kalau rasa boleh dimakan
Itulah adat sebenar adat
Adat turun dari syarak
Dilihat dengan hukum syariat
Itulah pusaka turun-temurun
Warisan yang tak putus oleh cencang
Yang menjadi galang lembaga
Yang menjadi ico dengan pakaian
Yang digenggam di peselimut
Adat yang keras tidak tertarik
Adat lunak tidak tersudu.
Penutupan Setelah selesai berkeliling kampung melalui Sungai Jantan, kegiatan itu pun
diakhiri dengan makan bersama lalu ditutup dengan doa. Lagi-lagi khalifah dan kadam yang
memimpin masyarakat. Ada pembukaan, ada penutupan. Ada permulaan pasti ada yang diakhiri.
Keberadaan Ghatib Beghanyut memang baru digalakkan kembali secara meriah pada tiga tahun
terakhir ini sebagai upaya agar tradisi masyarakat asli itu tak hilang dimakan zaman. Meskipun
Ghatib Beghanyut kini dilakukan lebih sebagai ajang wisata atau sebuah rutinitas biasa, masih
banyak warga percaya pelaksanaannya tetap bisa melindungi negeri dari berbagai bencana dan
penyakit.

3. Ziarah Kubur Setelah Shalat Id


Masyarakat Desa Sam Sam Kecamatan Kandis Kabupaten Siak memiliki tradisi usai Shalat
Id langsung melakukan ziarah kubur ke makam sanak famili dan keluarga yang telah meninggal
dunia.
Tradisi ini telah berlangsung lama atau sudah turun temurun dilakukan oleh masyarakat
setempat sehingga setiap tahunnya masyarakat setempat berziarah kubur. Hal ini dilakukan agar
mengingatkan tentang kematian.
Tradisi ini merupakan khasanah budaya daerah yang harus dilestarikan, sesuai dengan
komitmen Pemerintah Daerah saat ini yang sedang mempromosikan pariwisata religi dan halal di
Kabupaten Siak. 
Ziarah kubur adalah suatu kegiatan yang sudah ada sejak zaman dahulu, ziarah kubur sudah
menjadi kebiasaan umat muslim di seluruh penjuru negeri ini sehingga masyarakat melakukan
ziarah kubur untuk mengingatkan tentang kematian.
Dengan adanya ziarah kubur masyarakat setempat bisa juga untuk saling bersilaturahmi
sesama umat muslim agar kegiatan ziarah kubur sampai pada generasi penerus/pengganti
masyarakat setempat.

lxvi
Masyarakat Desa Sam Sam Kecamatan Kandis Kabupaten Siak bangga dengan adanya
kegiatan ziarah kubur, sebagai bentuk bahwasanya masyarakat setempat masih mengikuti tradisi,
budaya serta norma yang berlaku menurut ajaran agama Islam.
Ziarah kubur dilakukan di setiap tempat pemakaman yang ada di sekitaran Kandis
Kabupaten Siak. Kebiasaan masyarakat di desa ini, usai shalat id langsung berbondong-bondong
ke pemakaman setempat melaksanakan ziarah kubur.

N. KELOMPOK 14: BUDAYA DAERAH PEKANBARU

2.1. Sejarah Kota Pekanbaru

Pekanbaru Menurut versi sejarah, pada masa silam kota ini hanya berupa dusun kecil yang
dikenal dengan sebutan Dusun Senapelan, yang dikepalai oleh seorang Batin (kepala dusun).
Dalam perkembangannya, Dusun Senapelan berpindah ke tempat pemukiman baru yang
kemudian disebut Dusun Payung Sekaki, yang terletak di tepi Muara Sungai Siak. Perkembangan
Dusun Senapelan ini erat kaitannya dengan perkembangan Kerajaan Siak Sri Indrapura.
Pada masa itu, raja Siak Sri Indrapura yang keempat, Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah,
bergelar Tengku Alam (1766-1780 M.), menetap di Senapelan, yang kemudian membangun
istananya di Kampung Bukit berdekatan dengan Dusun Senapelan (di sekitar Mesjid Raya
Pekanbaru sekarang). Tidak berapa lama menetap di sana, Sultan Abdul Jalil Alamudin Syah
kemudian membangun sebuah pekan (pasar) di Senapelan, tetapi pekan itu tidak berkembang.
Usaha yang telah dirintisnya tersebut kemudian dilanjutkan oleh putranya, Raja Muda
Muhammad Ali di tempat baru yaitu di sekitar pelabuhan sekarang.
Kota Pekanbaru memiliki beberapa bangunan dengan ciri khas arsitektur Melayu diantaranya
bangunan Balai Adat Melayu Riau yang terletak di jalan Diponegoro, Bangunan ini terdiri dari
dua lantai, di lantai atasnya terpampang beberapa ungkapan adat dan pasal-pasal Gurindam Dua
Belas karya Raja Ali Haji sastrawan keturunan Bugis. Pada bagian kiri dan kanan pintu masuk
ruangan utama dapat dibaca pasal 1–4, sedangkan pasal 5–12 terdapat di bagian dinding sebelah
dalam ruangan utama. Kemudian di jalan Sudirman terdapat Gedung Taman Budaya Riau,
gedung ini berfungsi sebagai tempat untuk pagelaran berbagai kegiatan budaya dan seni Melayu
Riau dan kegiatan-kegiatan lainnya. Sementara bersebelahan dengan gedung ini terdapat
Museum Sang Nila Utama, merupakan museum daerah Riau yang memiliki berbagai koleksi
benda bersejarah, seni, dan budaya. Museum ini menyandang nama seorang tokoh legenda dalam
Sulalatus Salatin, pendiri Singapura. Selanjutnya Anjung Seni Idrus Tintin salah satu ikon
budaya di Kota Pekanbaru, merupakan bangunan dengan arsitektur tradisional, menggunakan
nama seorang seniman Riau, Idrus Tintin, dibangun pada kawasan yang dahulunya menjadi
tempat penyelengaraan MTQ ke-17.
Pada kawasan Senapelan terdapat Masjid Raya Pekanbaru yang sebelumnya dikenal dengan
nama Masjid Alam, dibangun sekitar abad ke-18 dengan gaya arsitektur tradisional dan
merupakan masjid tertua di Kota Pekanbaru. Sementara tradisi Petang Megang disaat memasuki
bulan Ramadan telah dilakukan sejak masa Kesultanan Siak masih tetap diselenggarakan oleh
masyarakat Kota Pekanbaru.

lxvii
2.2. Tradisi Unik Dan Menarik Umat Islam Dipekanbaru

1. Petang Megang
Masyarakat Pekanbaru memiliki tradisi Petang Megang untuk memanjatkan rasa syukur dan
kebahagian mereka karena bertemu dengan bulan puasa tahun itu. Petang Megang memiliki
istilah lain yaitu “Petang Belimau” yang artinya mandi air jeruk limau di sore hari.
Tradisi Petang Megang atau Petang Belimau ini biasanya dilakukan dalam sebuah arak-
arakan warga sekitar, tokoh agama, pemimpin adat, dan pejabat daerah. Dengan iringan kesenian
Kompang atau alat musik tradisional khas Melayu Riau, arak-arakan pun berjalan menuju lokasi
upacara Petang Megang dilangsungkan. Di tepi Sungai Siak, prosesi mandi “belimau” dilakukan
pada 10 anak kecil dan remaja. Para tokoh agama dan pejabat daerahlah yang diberi kehormatan
untuk memandikan kesepuluh anak tersebut. Campuran air dalam bak air mandi tidak hanya
perasan jeruk limau, tetapi juga harum-haruman dari bunga dan daun 7 rupa.
2. Berinai Curi
Tradisi Riau yang satu ini sangat unik. Dilakukan sehari atau dua hari menjelang hari
pernikahan sepasang calon pengantin, peralatan berinai (bahan pacar Cina atau Henna yang
digunakan untuk melukis kuku dan punggung tangan calon mempelai wanita) harus “dicuri”
(diambil secara diam-diam) dari rumah calon mempelai wanita.
Makna dari ritual ini adalah menolak bala atau malapetakan bagi sang mempelai wanita dan
membuat wajahnya kian bercahaya saat hari pernikahan tiba. Pemakaian bahan inai pada
punggung tangan dan kaki calon mempelai wanita sendiri tidak hanya untuk mempercantik
riasan pengantin, namun juga dipercaya dapat menjauhkan pengantin dari kemalangan dan
gangguan jin jahat.
3. Tepuk Tepung Tawar
Tepuk Tepung Tawar merupakan akulturasi budaya antara orang Melayu dengan agama
Hindu. Pada umumnya tradisi ini diadakan pada hari istimewa, seperti pernikahan, khitanan, dan
kelahiran. Prosesinya sendiri melibatkan kegiatan menaburkan beras tabur. Tepuk tepung tawar
adalah salah satu upacara suci masyarakat Melayu, terutama di daerah Riau. Upacara ini
dilakukan sebagai wujud rasa syukur masyarakat Melayu setelah mereka merasakan nikmat dari
Tuhan dan sebagai permohonan doa restu kepada Yang Maha Kuasa agar mendapat keselamatan
dan keberkahan.
Prosesi tepuk tepung tawar harus dilakukan dengan orang yang paham dalam tradisi tersebut.
Upacara ini dilakukan dengan menepuk-nepukkan bedak pada punggung telapak tangan dan
merenjis-renjiskan (memercikkan) air mawar pada orang yang akan ditepuk tepung tawari.
Urutan merenjis digambarkan dalam bentuk lamalif (‫ )ﻻ‬yang bermakna “Allah Berkehendak”.
Acara tepuk tepung tawar dilanjutkan dengan menaburkan bunga-bunga rampai, beras putih, dan
beras kuning (beras yang telah diwarnai menggunakan kunyit) ke seluruh badan orang yang
ditepung tawari. Isinya berupa beras kunyit dicampur beras putih basuh dan bunga tujuh rupa,
seperti melati, mawar, dan bunga rampai. Maknanya adalah pemberian doa restu dan berkah
untuk kelancara acara utama

2.3. Kesenian Adat Tradisional Riau Pekanbaru


Kesenian yang ada di Riau kebanyakan terpengaruh dari sejarahnya. Kebudayaan yang ada
disini memiliki ciri khas sebagai kebudayaan Melayu.
1. Zapin

lxviii
Tarian Zapin adalah salah satu tarian rumpun melayu. Kata zapin sendiri berasal dari bahasa
arab yaitu ”Zappan” yang artinya penari dan ”Al Zapin” yang berarti gerak kaki. Tarian ini
kental dengan pengaruh budaya arab ini bisa anda nikmati kalau mengunjungi kepulauan Lingga.
Biasanya ditampilkan di acara-acara tertentu atau pegelaran budaya. Tarian zapin memiliki
banyak ragam gerak tariannya, walaupun pada dasarnya gerakan dasar zapinnya sama, dan pada
prinsipnya tarian ini bersifat edukatif namun di tampilkan dengan kemasan yang menghibur.
Syair-syair lagunya cukup kental dengan nuansa dakwah islam. Musik penggiringnya terdiri dari
dua alat utama yaitu alat musik petik gambus dan tiga buah alat musik tabuh berupa gendang
kecil yang kerap disebut marwas.

2.4. Tempat Wisata Riau Pekanbaru


4. Danau Buatan Khayangan
Tak hanya berfungsi sebagai saluran irigasi, Danau Khayangan juga populer sebagai salah
satu destinasi wisata di Pekanbaru. Di Danau Khayangan, pengunjung bisa mengelilingi danau
dengan menggunakan sampan atau speedboat, dan para pengunjung juga dapat mendaki bukit di
sekitar danau.
5. Perpustakaan Soeman H.S
Layaknya sebuah pusat perbelanjaan modern, perpustakaan Soeman H.S dapat dikatakan
sebagai perpustakaan termegah di Pekanbaru. Keindahan dari perpustakaan ini tidak hanya
dinilai dari bentuk bangunan gedung yang seperti buku sedang dibuka, namun juga karena
fasilitas yang ditawarkan lengkap, yaitu WiFi, buku-buku edisi baru, komputer, ruangan ber-AC,
dan lain-lain. Tak heran tempat ini kerap dijadikan tujuan wisata kota Pekanbaru.
6. Riau Fantasi
Menjadi taman rekreasi terbesar di Sumatera, Riau Fantasi berdiri di lahan seluas 6,5 hektar.
Hal yang menjadikan Riau Fantasi tempat wisata Pekanbaru yang unik karena dipisahkan antara
wahana basah dan wahana kering. Di wahana basah terdapat beberapa jenis kolam, sedangkan di
wahana kering ada bermacam- macam wahana yang menguji adrenalin seperti kora-kora, wave
blaster, dan lain lain.
7. Rumah Singgah Tuan Kadi
Menjadi salah satu peninggalan sejarah milik Sultan Kerajaan Siak Sri Indrapura, Rumah
Singgah Tuan Kadi terkenal sebagai tempat wisata sejarah Pekanbaru. Tempat wisata sejarah ini
menjadi ramai juga dikarenakan faktor tempat yang berdekatan dengan Sungai Siak.

2.5. Rumah Adat Riau Pekanbaru

1. Balai Salaso Jatuh


Rumah Adat yang pertama adalah Balai Salaso Jatuh. Bagi masyarakat Riau pasti mereka
tahu betul tentang arti dari nama bangungan yang bernama “balai salaso jatuh” tersebut. Makna
Balai saliva jatuh pada dasarnya adalah bangunan yang berawal dari Riau, yang digunakan untuk
musyawarah dan kegiatan- kegiatan bersama lainnya. Jadi bisa di sangkal itu balai tempo tidak
bekerja untuk rumah pribadi. Tapi bangungan ini di gunakan untuk keperluan forum
musyawarah dan juga kegiatan umum lainnya. Sesuai dengan fungsi yang di miliki balai salaso
jatuh itu sendiri, bangunan ini memiliki sebutan-sebutan lain yang juga dikenal di kalangan
masyarakat sekitarnya. Seperti contohnya balai panobatan, balirung sari, balai karapatan dan

lxix
masih banyak juga yang lain. Tapi akhir-akhir ini fungsi bangunan di ganti oleh rumah penghulu
atau masjid.

2. Rumah Melayu Atap Lontik


Rumah adat Riau yaitu Rumah Melayu Atap lontik atau yang kerap disebut dengan
rumah lancangn atau pancalang. Rumah ini juga berawal dari Kabupaten. Kampar Provinsi Riau.
Di kenal dengan sebutan bebas atau pancalang Karena rumah ini memiliki hiasan yang ada di
dinding depan rumah dengan bentuk perahu. Dari kejauhan rumah ini akan terlihat seperti
rumah-rumah perahu yang biasa di buat oleh penduduk. Selain itu disebut juga sebutan dengan
lancing dan pancalang karena rumah ini juga disebut dengan lontik. Karena rumah ini juga
memiliki atap parabung yang meletik ke atas. Terwujudnya rumah adat ini, karena di dasarinya
oleh sebuah pengaruh dari budaya Minangkabau. Penyebab sebagian besar rumah ini juga
terletak di daerah yang berbatasan langsung dengan Sumatra Barat. Salah satu dari keunikan
rumah adat ini adalah, anak rumah tangga yang di dukung 5 atau bilangan ganjil lainnya.
3. Rumah Adat Riau Salaso Jatuh Kembar
Rumah Adat Riau Salaso Jatuh Kembar. Rumah ini memiliki bentuk yang mirip dengan balai
salaso dewasa. Jika balai salaso lebih di fungsikan untuk kegiatan musyawarah atau kegiatan
bersama lainnya. Sementara jika rumah ini masih di gunakan untuk keperluan masing-masing
individu. Karena rumah ini memiliki desain rumah seperti rumah panggung yang berbentuk
persegi panjang. Karena rumah ini memiliki dua selaras ruang lebih tinggi dari lantainya.
4. Rumah Melayu Lipat Kajang
Rumah Khas Adat Riau yaitu Rumah Melayu Lipat Kajang, yang bermula dari Kepulauan
Riau. Di pasang dengan lipat kajang sebab rumah ini memiliki desain yang menyerupai bentuk
perahu. Ujung atas bangunan rumah tersebut melengkung ke atas dan sering disebut dengan lipat
kejang atau pohon jerambah oleh masyarakat sekitar. Rumah adat saaat ini jarang atau tidak lagi
di gunakan oleh para penduduk Riau. Karena Salah satu alasan mengapa menciptakan arsitektur
ini merupakan konsep atau arsitektur bangunan dari Negara Barat. Dan masyarakat
memperhatikan bentuk bangunan lebih sederhana dan lebih mudah di bangun.
8. Rumah Melayu Atap Limas Potong
Rumah Melayu Atap Limas Potong. Selain itu rumah adat salaso, rumah adat ini juga sering
di gunakan oleh masyarakat Riau. karena sebagian besar masyarakat Riau berasal dari suku adat
melayu. Rumah ini memiliki atap yang terdiri dari suka bangun limas yang terpotong. Rumah ini
juga termasuk dalam kelompok rumah panggung. Panggung pada rumah ini memiliki satu koma
lima meter dari permukaan tanah. Dan luasnya bukan rumah ini tergantung pada kebutuhan dan
keinginan si pemilik.

O. KELOMPOK 15: BUDAYA DAERAH PELALAWAN


A. Makanan khas pelalawan
1. Gulai Ikan Patin
Kuliner dan makanan khas Pangkalan Kerinci Pelalawan selanjutnya adalah Gulai Ikan
Patin. Cara pembuatan Gulai Ikan Patin sama seperti membuat gulai. Rasa dari Gulai Ikan Patin
ini khas dengan rasa asam pedas yang dijamin bikin nagih dan tak terlupakan.
Tampilan dan bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat kuliner khas Pelalawan yang
satu ini sama seperti gulai pada umumnya. Cita rasa gulai ikan patin adalah asam sedikit pedas

lxx
dan gurih yang lezat. Sangat cocok untuk dikonsumsi bersama dengan nasi hangat.
2. Gulai Ikan Baung
Rupanya gulai menjadi hidangan yang paling digemari di Pelalawan. Terbukti tak hanya
gulai ikan patin saja yang wajib kamu cicipi, tapi ada juga gulai ikan baung yang juga terkenal
akan kelezatannya.
Untuk membuat gulai ikan baung yang nikmat, mula-mula ikan baung yang telah dimasak
terlebih dahulu dimasukkan ke dalam kuali bersama dengan santan dan tunggu hingga matang.
Cita rasa gurih dari gulai ikan baung dipastikan bisa membuatmu nambah porsi.
3. Gulai Umbut Rotan
Tergolong unik dan tak biasa, hidangan yang satu ini bernama gulai umbut rotan. Jika menu
gulai sebelumnya menggunakan ikan sebagai bahan utama, pada hidangan ini bahan utamanya
berasal dari rotan muda atau yang biasa disebut sebagai umbut rotan.Tak hanya itu saja. Untuk
melengkapi kelezatannya, masyarakat setempat juga kerap menambahkan ikan salai ke dalam
gulai ini.
4. Kerupuk Atom
Kerupuk Atom bentuknya bulat lonjong seperti atom. Kerupuk dengan nama unik ini
banyak diproduksi oleh usaha rumahan. Kerupuk atom cocok dijadikan camilan atau bisa
ditaburkan ke nasi untuk lauk makan. makanan khas dari pelalawan riau yang satu ini
mempunyai cita rasa yang gurih dan enak, nama kuliner ini adalah kerupuk atom. nama yang
unik ini di ambil dari berntuknya bulat lonjong seperti atom.
sudah banyak masyarakat yang membuat kerupuk ini, akan tetapi tidak begitu banyak.
kerupuk atom ini sangat cocok untuk camilan makanan atau bisa di taburkan ke dalam nasi
sebagai pelengkap yang membuat selera anda meningkat. kerupuk ini banyak di jual di pinggir
jalan dan bisa di jadikan oleh oleh. anda juga bisa membuatnya di rumah, di bawah ini sudah
kami sajikan resep kerupuk atom dari ikan tenggiri yang menggugah selera.
5. Keripik Nanas
makanan khas dari pelalawan riau yang satu ini agak sedikit asing karena terbuat dari
nanas yang biasanya di bikin selai, nama makanan ini yaitu keripik nanas. keripik nanas
mempunyai cita rasa yang gurih dan nikmat, cocok sekali di bawa pulang buat oleh oleh. nanas
mempunyai mineral dan vitamin yang baik bagi tubuh manusia terutama vitamin A dan C.
banyak sekali olahan dari buah ini seperti dodol nanas, jenang nanas, manisan nanas, selai nanas,
keripik nanas serta sari buah nanas. keripik nanas adalah salah satu olahan nanas yang
mempunyai banyak penggemar, merupakan makanan sehat berupa makanan ringan yang sudah
cukup matang dengan pengolahan yang cukup sederhana, cara ini bisa anda praktekkan
meskipun anda pemula.
6. Air mato bejando
minuman khas Kabupaten Pelalawan ini banyak dijumpai setiap acara pesta, menjamu
tamu, hingga setiap bulan Ramadan sebagai minuman berbuka puasa.Meski tidak terlalu terkenal
di luar Kabupaten Pelalawan, namun minuman air mato bejando ini ternyata mengharumkan
nama kabupaten tersebut sampai ke tingkat nasional.
Sebuah kelapa yang masih muda dibuka kulitnya dan diambil air maupun isinya,
dituangkan ke dalam gelas. Kemudian air kelapa muda itu dicampur dengan selasih, madu, serta
jeruk hingga siap dihidangkan untuk diminum. Rasanya yang manis, asam, dan sedikit pahit
sangat segar diminum ketika haus.

lxxi
B. Tari Zapin
Tari Zapin Pecah Dua Belas adalah merupakan tari zapin khas budaya Kabupaten
Pelalawan, Provinsi Riau. Tarian ini sudah dikenal sejak tahun 1811-1945 di Desa Pelalawan.
Konon, tari zapin ini berasal dari daerah Johor (Malaysia saat ini) dan dibawa oleh para
pedagang Muslim ke Pelalawan.
Zapin sendiri merupakan tarian yang lebih banyak menekankan gerakan kaki dan tangan.
Tarian zapin dahulunya hanya dimainkan oleh para lelaki, tetapi saat ini penyajian tarian ini
sudah banyak dilakukan secara berpasangan antara pria dan wanita.
Zapin Pecah Dua Belas biasanya ditampilkan di acara-acara istana, acara keagamaan,
pernikahan dan sebagainya. Tarian ini biasanya diiringi dengan alat musik marwas dan gambus.
Sama seperti zapin pada umumnya, Zapin Pecah Dua Belas ini juga lebih menekankan pada
gerakan kaki.
Posisi tangan kiri membentuk siku-siku dan dirapatkan di sisi dada sebelah kiri serta jari
tangan digenggam sejajar dengan dada. Posisi tangan kanan bergerak sesuai dengan gerak kaki
yang dilangkahkan. Tari ini ditarikan berpasangan dan maksimal 3 (tiga) pasang penari yang
hanya menggunakan pola lantai sederhana dan tidak menggunakan properti. Pada ragamnya
banyak menggunakan gerakan kaki sehingga gerakan tangan akan mengikuti badan karena
tumpuannya hanya pada kaki.
Instrumen musik yang digunakan adalah Gambus dan Marwas. Gambus yang dimainkan
hanya satu buah, gambus mulai dimainkan dari awal pertunjukkan tari Zapin Pecah Dua Belas
hingga akhir pertunjukkan tari tersebut. Gambus terbuat dari batang cempedak, bagian bawah
diberi rongga dan ditutup dengan kulit kambing dan memiliki senar.
Sedangkan Marwas yang dimainkan dalam mengiringi tari Zapin terdiri dari empat buah
marwas, yang dimainkan oleh empat orang pemain. Marwas terbuat dari batang nangka atau
batang kelapa serta dilengkapi dengan kulit kambing sebagai penutup kedua sisi yang berfungsi
untuk dipukul.
Filosofil gerak tari zapin :
Nilai-nilai atau konsep seni dan budaya masing-masing kelompok etnis memiliki estetika
yang berbeda-beda. Estetika gerak tari Zapin ini terlihat pada geraknya yang halus, memiliki
keteraturan, dan pada awal dan akhir tari ada ragam gerak salam (hormat). Ciri-ciri tersebut
mempertegas bahwa tari ini merupakan tari masyarakat istana (tari klasik). Menurut Hadi (2005:
62) apabila memperhatikan pelembagaan tari dalam masyarakat istana, maka gambaran kita
cendrung bahwa pelembagaan itu mempunyai nilai estetika tinggi. Seni tari istana dengan
patronase raja mampu mewujudkan nilai-nilai yang halus (politesse) dan selesai (finesse),
sehingga dapat disebut tari klasik.
Pecahan gerak tari Zapin ini saling terkait satu sama lain. Ragam geraknya memiliki gerak yang
mengalir, tak terputus anatara rangkaian ragam yang satu dengan yang lainnya. Gerakan tubuh
penari antara tangan kaki dan badan juga menghasilkan harmonisasi. Harmonisasinya secara
tekstual menghasilkan „tiruan‟ alam Pelalawan, yaitu ombak Bononya.
C. Tradisi Masyarakat Pelalawan

lxxii
1. Togak Tonggol
Togak tonggol merupakan tradisi menegakkan tonggol kebesaran pebatinan dan suku
pada masyarakat adat Petalangan di Kecamatan Langgam, Kabupaten Pelalawan, Riau yaitu
wilayah yang berada di bawah naungan Datuk Rajo Bilang Bungsu. Tonggol terbuat dari kain
persegi empat yang pada bagian bawahnya berjumbai-jumbai. Tonggol dimiliki oleh perangkat
adat yaitu batin, penghulu, dan ketiapan (pembantu batin, induk suku). Masing-masing memiliki
tonggol dengan warna-warna khas yang membedakan satu dengan lainnya. Hampir semua warna
boleh dijadikan warna dasar tonggol, kecuali warna kuning yang merupakan warna kebesaran
Sultan.
Pada tonggol-tonggol tersebut dapat dihias dengan warna-warna lain, seperti yang ada pada
foto di atas. Warna-warna yang dipakai dalam tonggol antara lain warna-warna yang memiliki
makna adat, yaitu: 1) Hitam yang melambangkan adat, 2) Putih yang melambangkan alim ulama
(agama), 3) Kuning yang melambangkan raja, 4) Hijau melambangkan rakyat.
Tonggol diwariskan secara turun temurun dan menjadi alat kebesaran bagi pebatinan dan
pesukuan. Setiap tonggol disimpan di rumah suku (rumah soko) karena setiap tonggol adalah
milik suku. Sebagai alat kebesaran adat, tonggol juga bermakna marwah. Oleh karena itu, tradisi
Togak Tonggol tidak hanya bermakna menegakkan alat kebesaran, tetapi juga menegakkan
marwah.
Tegaknya tonggol juga menjadi penanda bahwa anak-kemenakan yang berada dalam
lindungan datuk adat berada dalam hubungan yang harmonis dan tidak ada ketegangan. Hal ini
disebabkan setiap tonggol tidak berada di tangan datuk adat, batin atau ketiapan, melainkan
berada di rumah suku (pihak perempuan). Apabila hubungan antara datuk adat dan anak-
kemenakan tidak harmonis akan sulit untuk mengeluarkan tonggol dari rumah soko. Seorang
batin atau ketiapan yang tidak dapat menegakkan tonggolnya bermakna ia sebagai pemimpin
suku tidak dapat melindungi anak-kemenakan dan bagi orang Petalangan sangat memalukan.
Tonggol utama yang harus ditegakkan yaitu tonggol Datuk Rajo Bilang Bungsu, pemimpin
seluruh pebatinan di wilayah Langgam. Apabila tonggolnya tidak dapat ditegakkan karena satu
atau lain hal, maka tradisi Togak Tonggol tidak dapat dilaksanakan.
Sebagai alat kebesaran dan marwah, tonggol tidak dapat ditegakkan setiap saat dan harus
ditegakkan dengan memenuhi syarat-syarat adat. Oleh karena itu, tradisi Togak Tonggol erat
terkait dengan tegaknya marwah, karena di sinilah datuk adat (batin dan ketiapan) sebagai ninik-
mamak memperlihatkan dukungan dan kebersamaan anak-kemenakan yang dinaunginya.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk melaksanakan upacara Togak Tonggol
dinyatakan dalam dari pepatah adat berikut ini “apobilo kebesaran itu nak naik, balai talintang,
agung totangkuik, kambing tabebek, silat tari dimainkan”, artinya ada tiga syarat utama Togak
Tonggol yaitu:
Menyediakan balai atau tempat acara gondang ogung; Menyediakan seekor kambing;
Pencak silat. Menurut kepercayaan setempat, apabila ketiga syarat tersebut tidak dipenuhi akan
mengundang bencana. Namun, seiring perkembangan zaman, syarat tersebut dianggap berat
sehingga tradisi ini pun mulai jarang dilaksanakan oleh masyarakat untuk keperluan pribadi.
Kini di wilayah naungan Datuk Rajo Bilang Bungsu, tradisi Togak Tonggol telah menjadi
acara rutin tahunan yang didukung oleh pemerintah daerah. Waktu pelaksanannya menjelang
bulan Ramadhan disejalankan dengan tradisi Balimau Potang Mogang. Pesertanya adalah
pebatinan dan ketiapan yang berada di wilayahnya.

lxxiii
Tujuan tradisi Togak Tonggol menurut Datuk Rajo Bilang Bungsu adalah: 1) untuk
menjalin silaturahmi antara batin dengan batin, ketiapan dengan ketiapan (pemuka adat
Petalangan), beserta seluruh anak-kemenakan; 2) mempererat hubungan antara adat dengan
pemerintah; 3) untuk memperlihatkan budaya dan adat di Kecamatan Langgam. Ketiga tujuan ini
diterjemahkan di dalam seluruh rangkaian penyelenggaraan Togak Tonggol.

2. Mandi Balimau
Mandi Balimau Sultan. Bertempat di Kawasan Istana Sayap Kecamatan Pelalawan
Kabupaten Pelalawan Propinsi Riau.
Rangkaian acara yang dimulai dengan arak arakan pengawal kerajaan dimana raja pewaris
kerajaan pelalawan yakni Sultan Pelalawan, Assyaidis Syarif Kamaruddin Haroen memulai
kegiatan dengan mengambil wudhu di kolam sungai nago yang merupakan kolam yang dipakai
oleh para raja kerajaan pelalawan kemudian dilanjutkan dengan shalat zuhur berjamaah. Usai
menunaikan salat zuhur berjamaah, kemudian dilanjutkan ziarah makam raja-raja Pelalawan
tepatnya di belakang Masjid Hibbah. Ziarah dipimpin lansung oleh Sultan Pelalawan.
Pada kesempatan itu sultan mengajak seluruh peziarah untuk sering melakukan ziarah dan
membaca surat yasin, selalu beribadah, menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah
SWT.Usai memberikan tauziah, Sultan Pelalawan memimpin jalannya tahlil dan pembacaan doa.
Pemerintah Kabupaten Pelalawan yang diwakili oleh Wakil Bupati H.Zardewan turut hadir
dalam kegiatan prosesi mandi balimau sultan. Usai melaksanakan shalat zuhur dan ziarah
kemakan raja pelalawan Sultan Pelalawan, Assyaidis Syarif Kamaruddin Haroen memimpin dan
menjamu makan siang Wakil Bupati H.Zardewan, Ketua Lembaga Adat Melayu Pesisir, Ketua
Lembaga Adat Melayu Petalangan, Tokoh Lembaga Adat,Paguyuban,Tokoh Agama,Tokoh
Masyarakat,Kepala OPD,Pemangku adat ,ninik, mamak ,masyarakat yang hadir dalam prosesi
kegiatan budaya yang menjadi tradisi turun temurun dari Kerajaan Pelalawan yang berdiri di
negeri amanah yang memiliki semboyan Tuah Negeri Seiya Sekata.
Mengakhiri ritual mandi balimau sultan diakhiri dengan prosesi penyiraman mandi balimau
yang langsung dipimpin oleh sultan pelalawan , Assyaidis Syarif Kamaruddin Haroen .
Menurut penghulu koto pelalawan sekaligus ketua panitia Edi Hanafi mandi balimau
sultan adalah tradisi turun temurun dari para leluhur kerajaan pelalawan yang pernah berdiri di
Kabupaten Pelalawan ini dimana Istana Sayap Pelalawan merupakan situs peninggalan kerajaan
yang masih berdiri megah, kegiatan ini harus dimulai terlebih dahulu dari daerah lainnya karena
pelalawan adalah salah satu negeri yang memiliki kerajaan yang besar di wilayah nusantara
Indonesia.

3. Tradisi Bajikei
Tradisi Bajikei sudah menjadi rentetan adat perkawinan masyarakat tempat
hingga saat ini. Bagi masyarakat tempatan tradisi tersebut akan menjadi sebuah
kemestian dalam acara pernikahan anak, cucu, kemenakan mereka. Hal ini tentu
cukup berasalan, selain mereka mencintai budaya mereka sendiri, di dalam Tradisi
Bajikei terdapat nilai-nilai berguna dan bermanfaat bagi ke dua calon memperlai
dalam mengharungi bahtera rumah tangga anak, cucu, keponakan mereka.
Metode yang diguanakan dalam penelitian ini adalah metode kulatatif dengan pendekatan
deskriptif. Metode penelitian kualitatif disebut juga penelitian naturalistik atau juga penelitian
etnografi karena pada awalnya banyak digunakan untuk penelitian antropologi budaya. Objek
material pada penelitian ini adalah tradisi Bajikei.

lxxiv
Sedangkan yang menjadi objek formal pada penelitian ini adalah masyarakat Desa Kuala
Tolam Kecamatan Pelalawan Kabupaten Pelalawan yang memiliki tradisi Bajikei. Ada beberapa
karakteristik nilai yang berkaitan dengan tradisi malam
Bajikei, yaitu nilai sosial, nilai agama, nilai adat, dan nilai tradisi. Tradisi Bajike
merupakan sebuah tradisi yang bernafas ke-Islaman. Dimana pada acara tersebut
dibacakan teks yang berupa doa yang diperuntukkan kedua mempelai agar mereka menajalani
kehidupan berkeluarga yang langgeng hingga anak cucu. Tradisi Bajikei ini biasanya
dilaksanakan di malam hari selepas shalat Isa hingga sebelum azan subuh. Selama semalam
suntuk mereka akan melakukan tradisi tersebut penuh dengan suka cita dalam menyampai pesan-
pesan penuh hikmah untuk kedua mempelai. Dan pada prosesi tersebut biasanya tuan rumah
menyediakan makanan-makanan tradisonal daerah setempat .

BAB III
PENUTUP

lxxv
A. KESIMPULAN
Orang Melayu menggunakan ungkapan-ungkapan khas dalam bahasa Melayu setempat,
seperti petatah-petitih petitih, peribahasa dan lainnya. Penggunaan bahasa berkias ini didasarkan
cara pandang khas orang Melayu terhadap bahasa dan penggunaan lambang-lambang sosial
bahasa. Pada bagian ini akan dibahas pandangan orang Melayu terhadap bahasa dan lambang
sosial budaya. Bahasa Melayu sudah digunakan sejak berabad-abad lamanya menjadi bahasa
antar pulau di Kepulauan Hindia yaitu bahasa yang paling banyak digunakan dalam perdagangan
dan pers. Kedua, bahasa Melayu tidak mengenal tingkat tinggi rendah seperti bahasa Jawa.
Ketiga, bahasa Melayu itu sederhana dalam pembentukan kata-kata dan kalimatnya, sehingga
tidak sulit untuk dipelajari dan dapat dikembangkan dengan cepat karena bahasa itu lincah dan
mudah menyerap unsur asing. Jika dikembangkan maka untuk dunia pendidikan pribumi akan
dibebaskan dari tekanan berat bahasa Belanda dan tidak akan bergantung kepada bahasa
Belanda, bangsa Indonesia akan lebih berkepribadian Indonesia dan akan berpengaruh positif
bagi perkembangan bahasa-bahasa di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA
https://drive.google.com/file/d/1QO5WcWPzDfvIzQu2tm4tmLUTVaIzEE4U/view

lxxvi
Braginsky. 1998. Yang Indah, Berfaedah, dan Kamal: Sejarah Sastra Melayu dalam Abad 7-19.
Jakarta: INIS.
Ensiklopedia Budaya Bengkalis. 2017. Bengkalis: Pemerintah Kabupaten Bengkalis.
Hasan Junus, dkk.. 1996. Raja Ali Haji dan Karya karyanya, Pekanbaru: Pusat Pengajian Bahasa
dan Kebudayaan Melayu-Unri
Tenas  Effendy.  2010.  Tunjuk  Ajar  Melayu.
Yogyakarta: Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu dan AdiCita.
Effendy, Tenas. 2010. Tunjuk Ajar Melayu. Yogyakarta: Balai Kajian dan Pengembangan
Budaya Melayu dan AdiCita.
Hamidy, UU. 2000. Masyarakat Adat Kuantan Singingi. Pekanbaru: UIR Press.
Hamidy, UU. 2002. Riau Doeloe-Kini dan Bayangan
Masa Depan. Pekanbaru: UIR Press.
Rahman, Elmustian, dkk.. 2012. Ensiklopedia Kebudayaan Melayu Riau. Pekanbaru: Pusat
Penelitian Kebudayaan dan Kemasyarakatan Universitas Riau.
Kang, Yonhee. 2005. Untaian Kata Leluhur marjinalitas, emosi, dan kuasa kata-kata magi di
kalangan orang Petalangan Riau. Pekanbaru: Pusat Penelitian Kebudayaan dan Kemasyarakatan
Universitas Riau.
https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbkepri/perkembangan-bahasa-melayu/

http://soreksatuberbagi.blogspot.com/2018/09/bahasa-melayu-berkias.html?m=1

https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbkepri/perkembangan-bahasa-melayu/

https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6252526/mengenal-jenis-jenis-pantun-lengkap-
dengan-contohnya

Wikipedia.2008.Pacu Jalur.Kuantan Sengingi.


Arman, Dedi.2018.Mengenal Perahu Baganduang, WBTB Dari Kuansing Riau.
Sa Am,Zulfan.Arlizon Raja.2011.Kearifan Lokal Dalam Budaya Pekandangan Di Kabupaten
Kuantan Sengingi.
Riau Magazine.2017.Randai Kuantan-Seni Budaya Orang Kuantan Sengingi.
http://eprints.uny.ac.id/22872/1/SKRIPSI%20ANNISA%20SATRIATI_11209241005.pdf
https://id.wikipedia.org/wiki/Budaya

lxxvii
http://regionalinvestment.bkpm.go.id/newsipid/commodityarea.php?ia=1402&ic=2512
http://www.riaudailyphoto.com/2011/04/tari-rentak-bulian.html#sthash.HK52gCVe.dpuf
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Nandung_Indragiri_Hulu
https://journal.uny.ac.id/index.php/imaji/article/view/18297
https://www.ranahriau.com/berita-2170-sejarah-dan-budaya-asli-pekanbaru.html
https://pariwisataindonesia.id/budaya-dan-sejarah/3-tradisi-unik-dan-menarik-umat-islam-di-
pekanbaru/
https://mahasiswa.yai.ac.id/v5/data_mhs/tugas/2044190022/0184_15_MAKALAH
%20KEANEKARAGAMAN%20PROVINSI%20RIAU.pdf
https://www.idntimes.com/food/diet/sinta-listiyana-2/kuliner-khas-pelalawan-c1c2
https://tribunpekanbarutravel.tribunnews.com/amp/2021/05/28/kisah-sedih-dibalik-air-mato-
bejando-minuman-khas-pelalawan-yang-raih-juara-iii-dalam-api-2020
https://www.riaumagz.com/2021/03/tari-zapin-pecah-dua-belas-kebudayaan.html?m=1
https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbkepri/tradisi-togak-tonggol-pelalawan/
https://diskominfo.pelalawankab.go.id/Berita/detail/tradisi-mandi-balimau-sultan-kazanah-
budaya-masyarakat-pelalawan-dalam-menyambut-bulan-suci-ramadhan
https://lib.fib.unilak.ac.id/index.php?p=show_detail&id=5553

lxxviii

Anda mungkin juga menyukai