Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

BAHASA INDONESIA
HAKIKAT SEJARAH BAHASA INDONESIA DAN KEDUDUKAN
SERTA FUNGSI BAHASA INDONESIA
DOSEN PENGAMPUH : ABDUL MUTTALIB

Di
S
U
S
U
N

OLEH :

SUNARJO A0222506

KEHUTANAN I 2022
UNIVERSITAS SULAWESI BARAT
FAKULTAS PERTANIAN DAN KEHUTANAN
2022/2023
DAFTAR ISI
HALAMANSAMPUL.............................................................................................................................i

KATA PENGANTAR............................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG.....................................................................................................................1


1.2. RUMUSAN MASALAH.................................................................................................................1
1.3. TUJUAN PENULISAN...................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A. SEJARAH BAHASA INDONESIA..................................................................................................2


2.1. BAHASA INDONESIA SEBELUM KEMERDEKAAN...............................................................2
2.2. BAHASA INDONESIA SETELAH KEMERDEKAAN................................................................5
2.3. GARIS WAKTU PERESMIAAN EJAAN......................................................................................6

B. KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA.................................................................7

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN...................................................................................................................................9
B. SARAN................................................................................................................................................9
C. DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................10
KATA
PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi maha penyayang.Puji Syukur penyusun
panjatkan atas kehadirat Allah SWT karna dengan Ridha-nya,Makalah yang berjudul “Hakikat Sejarah
Bahasa Indonesia dan Kedudukan Serta Fungsi Bahasa Indonesia”ini dapat di selesaikan tepat waktu.

Penyusunan makalah ini dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah untuk hakikat sejarah bahasa
indonesia dan kedudukan serta fungsi bahasa Indonesia. Semoga dengan menyelesaikan makalah ini dapat
menjadi manfaat bagi penyusun khusus dan bagi pembaca pada umumnya.

Selama penyusunan makalah ini,penyusun mendapatkan bantuan dari berbagai sumber sehingga
dapat melancarkan proses penyelesaiannya.Untuk itu penyusun menyampaikan terima kasih kepada pihak
yang telah berkontribusi dalam penyusunan makalah ini
Terlepas dari semua itu,penyusun menyadari bahwa penyusun makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu,penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna menyempurnakan makalah
ini di masa depan yang akan datang
BAB I
PENDAHULUAN

   1.1. Latar Belakang


Indonesia adalah negara yang beraneka ragam suku, budaya, dan bahasa. Membahas tentang bahasa,
Bahasa Indonesia adalah alat komunikasi umum yang paling penting dalam mempersatukan seluruh rakyat
bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia merupakan bahasa Melayu yang dijadikan sebagai bahasa resmi dan
bahasa persatuan Republik Indonesia. Melalui perjalanan sejarah yang panjang, bahasa Indonesia telah
mencapai perkembangan yang luar biasa, baik dari segi jumlah pemakainya, maknanya maupun dari segi
kosa kata dan segi tata bahasanya.
Diera  modern ini, bahasa Indonesia telah berkembang secara luas bukan hanya di Indonesia tetapi
juga di luar Indonesia, dan menjadi salah satu kebanggaan Indonesia atas prestasi tersebut. Sehingga Bahasa
Indonesia masuk dalam kelompok mata kuliah di setiap Perguruan Tinggi.
Mahasiswa peserta Mata Kuliah Bahasa Indonesia perlu disadarkan akan kenyataan keberhasilan ini
dan ditimbulkan kebanggaannya terhadap bahasa Nasional kita yaitu Bahasa Indonesia. Karena kemahiran
berbahasa Indonesia bagi para mahasiswa merupakan cerminan dalam tata pikir, tata laku, tata ucap dan tata
tulis berbahasa Indonesia dalam konteks akademis maupun konteks ilmiah. Sehingga Mahasiswa kelak akan
menjadi insan terpelajar bangsa Indonesia yang akan terjun ke dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
sebagai pemimpin dalam daerahnya masing-masing. Sehingga mahasiswa diharapkan kelak dapat
mengajarkan warga Indonesia yang masih belum mengetahui banyak tentang bahasa Indonesia tentang arti
penting bahasa yang sebenarnya sehingga nantinya akan menjadi warga Negara yang dapat memenuhi
kewajibannya di mana pun mereka berada dan dengan siapa pun mereka bergaul di wilayah Negara kesatuan
republik Indonesia tercinta ini. Kemudian mahasiswa hendaknya dapat menyadari akan pentingnya sejarah,
fungsi dan kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara dan bahasa nasional.

1.2. Rumusan Masalah 


Adapun rumusan masalah yang akan kita bahas dalam makalah ini yaitu:
   1.      Bagaimana sejarah perkembangan bahasa Indonesia?
   2.      Bagaimana kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia?

1.3. Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan makalah ini ialah :
   1.      Untuk mengetahui sejarah perkembangan bahasa Indonesia.
   2.      Untuk mengetahui kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A.  Sejarah Bahasa Indonesia


Para ahli sependapat bahwa cikal bakal bahasa Indonesia adalah bahasa melayu kuno yang dalam
perkembangannya kemudian melahirkan sejumlah dialek regional dan dialek sosial yang tersebar luas di
wilayah Asia Tenggara. Selain itu, bahasa melayu yang menurut para pakar (Blust 1983,1984, Nothofer
1996, Collins 2005) berasal dari wilayah Kalimantan Barat telah pula melahirkan dua dialek/ragam politis,
yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Malaysia, disamping dua ragam politis lain yaitu bahasa Melayu di
Singapura dan bahasa Melayu di Brunei Darussalam.
Bukti bahwa bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu kuno adalah adanya sejumlah prasasti yang di
temukan di pulau Sumatera, Pulau Bangka, Semenanjung Malaya (wilayah Malaysia sekarang) dan di Pulau
Jawa. Prasasti-prasasti itu ditulis dengan menggunakan huruf pallawa, yakni aksara yang dibawah oleh
orang-orang Hindu ke Indonesia. Ada juga, menurut Teeluw(1961) prasasti yang ditulis dengan huruf Arab,
dan ini tentunya prasasti yang dibuat sesudah masuknya agama Islam ke Indonesia. Menurut Kridalaksana
(1991) sudah ada 18 buah prasasti yang sudah teridentifikasi dan besar kemungkinan akan bertambah lagi.
   Sebagai contoh sebagai contoh bentuk bahasa melayu kuno berikut dikutipkan bagian dari sebuah prasasti
yang telah ditranslitrasi kedalam huruf latin.
   Nipahat di welanya yang wala griwijaya kaliwatmanapik yang bhumi jaya tida bhakti ka griwajaya.
            Secara harfiah artinya: Dipahat di waktunya yang tentara sriwijaya telah menyerang tanah jawa tidak
takluk ke sriwijaya
   Makna sebenarnya: Dipahat pada waktu tentara sriwijaya telah menyerang tanah jawa yang tidak takluk
pada sriwijaya
   Dari kutipan tersebutdapat dikenali sejumlah kata yang hingga yang kini masih biasa digunakan. Kata kata
itu adalah pahat, di, yang, wala(bala) bhumi(bumi), tida(tidak), bhakti (bakti), dan ka (ke).
Kata wala menjadi bala dimana fonem [w] berubah menjadi [b] adalah perubahan yang umum dan biasa.
Ada contoh lain, yaitu watu menjadi batu dan wankai menjadi bangkai. Fonem [bh] menjadii [b] pada kata
bhumi dan bhakti adalah juga perubahan yang biasa terjadi begitupun fonem[a] berubah menjadi [e] pada
kata ka juga merupakan peubahan yang biasa ada contoh lain, yaitu kata tantara menjadi tentara dan kata
karena menjadi kerana (dalam bahasa Melayu kini).

2.1. Bahasa Indonesia sebelum kemerdekaan


     Pada dasarnya Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Pada zaman Sriwijaya, bahasa Melayu
dipakai sebagai bahasa penghubung antar suku di Nusantara dan sebagai bahasa yang di gunakan dalam
perdagangan antara pedagang dari dalam Nusantara dan dari luar Nusantara.Membahas tentang sejarah
perkembangan bahasa indonesia sebelum merdeka tidak terjadi dalam suatu waktu yang singkat, tetapi
mengalami proses pertumbuhan berabad-abad lamanya.
Alasan dipilihnya bahasa Melayu sebagai bahasa nasional adalah sebagai berikut:
a. Bahasa Melayu telah berabad-abad lamanya dipakai sebagai lingua franca (bahasa perantara atau bahasa
pergaulan dibidang perdagangan) di seluruh wilayah Nusantara.
b. Bahasa Melayu mempunyai struktur sederhana sehingga mudah dipelajari, mudah dikembangkan
pemakaiannya, dan mudah menerima pengaruh luar untuk memerkaya dan menyempurnakan fungsinya.

2
c. Bahasa Melayu bersifat demokratis, tidak memperlihatkan adanya perbedaan tingkatan bahasa berdasarkan
perbedaan status sosial pemakainya, sehingga tidak menimbulkan perasaan sentimen dan perpecahan.
d. Adanya semangat kebangsaan yang besar dari pemakai bahasa daerah lain untuk menerima bahasa Melayu
sebagai bahasa persatuan.
e. Adanya semangat rela berkorban dari masyarakat Jawa demi tujuan yang mulia.

Bahasa Melayu adalah bahasa kebangsaan Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura. Bahasa Indonesia
yang berkedudukan sebagai bahasa kebangsaan dan bahasa resmi Negara Republik Indonesia merupakan
sebuah dialek bahasa Melayu, yang pokoknya dari bahasa Melayu Riau (bahasa Melayu dari provinsi Riau,
Sumatera, Indonesia). Agaknya terlalu sederhana untuk mengatakan bahwa Bahasa Indonesia berasal dari
bahasa Melayu Riau. Orang-orang lupa bahwa bahasa Melayu Riau hanyalah merupakan satu dialek dari
sekian banyak dialek Melayu yang lain.Diatas semua ini sudah terkenal di seluruh Nusantara suatu bahasa
perhubungan, suatulingua Franca yang disebut dengan Melayu Pasar. Melayu Pasar inilah yang merupakan
faktor yang paling penting untuk di terimanya.
Nama Melayu mula-mula digunakan sebagai nama kerajaan tua di daerah Jambi di tepi sungai Batanghari,
yang pada pertengahan abad ke-7 ditaklukkan oleh kerajaan Sriwijaya. Selama empat abad, kerajaan ini
berkuasa di daerah Sumatera Selatan bagian Timur dan di bawah pemerintahan raja-raja Syailendra bukan
saja menjadi pusat politik di Asia Tenggara, melainkan juga menjadi pusat ilmu pengetahuan.
Untuk mengikuti pertumbuhan bahasa Indonesia dari awal mula terdapatnya faktor-faktor historis hingga
sekarang, baiklah kita mengikuti beberapa perkembangan berikut.

a. Masa Prakolonial
    Walaupun bukti-bukti tertulis masih kurang, dapat di pastikan bahasa yang di pakai oleh kerajaan
Sriwijaya pada abad VII adalah bahasa Melayu. Perkembangan dan pertumbuhan bahasa Melayu tampak
lebih jelas dari berbagai peninggalan–peninggalan bersejarah misalnya: Tulisan yang terdapat pada batu
Nisan di Minye Tujoh, Aceh pada tahun 1380 M, Prasasti Kedukan Bukit, di Palembang, pada tahun 683,
Prasasti Talang Tuo, di Palembang, pada tahun 684, Prasasti Kota Kapur, di Bangka Barat, pada tahun 686,
Prasasti Karang Brahi Bangko, Merangi, Jambi, pada tahun 688.
Walaupun bukti tertulis hampir tidak ada, dengan adanya bermacam-macam dialek Melayu yang tersebar
di seluruh Nusantara seperti dialek Melayu Ambon, Larantuka, Kupang Betawi, dan Manado, dapatlah
dipastikan bahwa bahasa Melayu sudah mengalami penyebaran seluas itu.
Dalam kesusastraan Tiongkok terdapat berita-berita tentang musafir-musafir Cina yang bertahun-tahun
tinggal di kota-kota Indonesia. Mereka mempergunakan bahasa penduduk asli yang disebut Kwu’un Lun. I
Tsing yang belajar di Sriwijaya pada akhir abad VII juga menggunakan bahasa itu.

b. Masa Kolonial
    Ketika orang-orang Barat sampai di Indonesia pada abad ke XVI, mereka menghadapi suatu kenyataan,
yaitu bahasa Melayu merupakan suatu bahasa resmi dalam pergaulan dan bahasa perantara dalam
perdagangan (lingua franca). Hal ini dapat di buktikan dari beberapa kenyataan berikut. Seorang Portugis
bernama Pigafetta, setelah menjunjung Tidore, menyusun semacam daftar kata pada tahun 1522; berarti
sebelum itu bahasa Melayu sudah tersebar sampai Kepulauan Maluku.

3
Baik bangsa Portugis maupun bangsa Belanda yang datang ke Indonesia mendirikan sekolah-sekolah.
Mereka terbentur pada soal bahasa pengantar. Usaha-usaha untuk memakai bahasa Portugis atau bahasa
Belanda sebagai bahasa pengantar selalu mengalami kegagalan. Demikianlah pengakuan seorang Belanda
yang bernama Danckaerts dalam tahun 1631. Ia menyatakan bahwa kebanyakan sekolah di Maluku itu
kebanyakan memakai bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar. Kegagalan di dalam memakai bahasa-
bahasa Barat itu memuncak dengan keluarnya suatu keputusan pemerintah kolonial, KB 1871 No. 104, yang
menyatakan bahwa pengajaran di sekolah-sekolah Bumi Putra, kalau tidak digunakan bahasa Melayu, di
berikan dalam bahasa daerah.

c. Masa Pergerakan Kemerdekaan


Dengan lahirnya Budi Utomo pada tahun 1908 sebagai penggerakan kemerdekaan, terasa sangat
diperlukan suatu bahasa untuk mengikat bermacam-macam suku bangsa di Indonesia. Pergerakan yang
besar dan hebat hanya dapat berhasil kalau semua rakyat diikutsertakan. Untuk itu mereka mencari suatu
bahasa yang dapat dipahami dan dipakai semua orang.

Pada mulanya memang sulit untuk menentukan bahasa mana yang akan menjadi bahasa persatuan. Tiap
perhimpunan pemuda, apakah Jong Java, Jong Sumatra atau Jong Ambon, lebih suka menggunakan bahasa
daerahnya sendiri. Budi Utomo, misalnya lebih menekankan kebudayaan dan bahasa Jawa. Hal-hal ini
dirasakan sangat menghambat persatuan dan kesatuan yang hendak dicapai.
Mengingat kesulitan-kesulitan untuk mempersatukan berbagai suku bangsa di Indonesia, pada tahun 1926
Jong Java merasa perlu mengakui suatu bahasa daerah sebagai media penghubung pemuda-pemudi
Indonesia. Bahasa melayu dipilih sebagai bahasa pengantar. Pemuda-pemudi di Sumatra sudah lebih dulu
menyatakan dengan tegas hasrat mereka agar bahasa Melayu Riau, yang juga disebut Melayu Tinggi, diakui
sebagai bahasa persatuan. Walaupun dengan adanya hasrat yang tegas ini, sebagai majalah Jong Java dan
Jong Sumatranen Bond masih ditulis dalam bahasa Belanda.
Perlu pula dicatat jasa beberapa Surat kabar yang turut menyebarluaskan bahasa Melayu, seperti
Bianglala, Bintang Timoer, Kaum Moeda, dan Neratja. Disamping pengaruhnya yang sangat besar dalam
perkembangan bahasa Melayu, media tersebut sekaligus menjadi penghubung dan tempat latihan bagi putra-
putri Indonesia untuk mengutarakan berbagai macam masalah.
Dengan adanya bermacam-macam faktor seperti disebutkan diatas, akhirnya tibalah saat diadakan Kongres
Pemuda Indonesia di Jakarta, yaitu pada tanggal 28 Oktober 1928. Sebagai hasil yang paling gemilang dari
kongres itu, diadakan ikrar bersama yang terkenal dengan nama Sumpah Pemuda, yang berbunyi:

Kami poetera dan poeteri Indonesia


mengakoe bertoempah darah satoe,
Tanah Air Indonesia.
Kami poetera dan poeteri Indonesia
mengakoe berbangsa satoe,
Bangsa Indonesia.
Kami poetera dan poeteri Indonesia
Mendjoendjoeng bahasa persatoean,
Bahasa Indonesia.

4
2.2. Bahasa Indonesia Setelah Kemerdekaan
Sehari setelah proklamasi kemerdekaan, tanggal 18 Agustus 1945, dalam UUD 1945 ditetapkanlah
bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara pada pasal 36. Pada tanggal 19 Maret 1947”bahasa Negara adalah
bahasa Indonesia”. Penggunaan Ejaan Republik (Ejaan Soewandi) diresmikan menggantikan Ejaan van
Ophuysen yang berlaku sejak tahun 1901.
Ejaan Van Ophuysen ditetapkan pada tahun 1901 dan diterbitkan dalam sebuah buku Kitab Logat
Melajoe. Sejak ditetapkannya itu, ejaan Van Ophuysen pun dinyatakan berlaku. Sesuai dengan namanya
ejaan itu disusun oleh Ch.A.Van Ophuysen, yang dibantu oleh Engku Nawawi gelar Soetan Ma’moer dan
Moehammad Taib Soetan Ibrahim. Sebelum ejaan Van Ophuysen disusun para penulis pada umumnya
mempunyai aturan sendiri-sendiri dalam menuliskan konsonan, vokal, kata, kalimat, dan tanda baca. Oleh
karena itu, sistem ejaan yang digunakan pada waktu itu sangat beragam. Terbitnya ejaan Van Ophuysen
mengurangi kekacauan ejaan yang terjadi pada masa itu.

Beberapa hal yang cukup menonjol dalam Ejaan Van Ophuysen antara lain sebagai berikut :
1.    Huruf y ditulis dengan j, misalnya:
Sayang → Sajang
Yakin →Jakin
Saya →Saja
2.    Huruf u ditulis dengan oe, misalnya::
Umum →Oemoem
Sempurna →Sempoerna
3.    Huruf k pada akhir kata atau suku kata ditulis dengan tanda koma diatas, misalnya:
Rakyat → Ra’yat
Bapak → Bapa’
Rusak → Rusa’
4.    Huruf j ditulis dengan dj, misalnya :
Jakarta→ Djakarta
Raja → Radja
Jalan → Djalan
5.    Huruf c ditulis dengan tj, misalnya :
Pacar → Patjar
Cara → Tjara

Ejaan Republik ialah ejaan baru yang disusun oleh Mr. Soewandi. Penyusunan ejaan baru dimaksudkan
untuk menyempurnakan ejaan yang berlaku sebelumnya yaitu ejaan Van Ophuysen juga untuk
menyederhanakan sistem ejaan bahasa Indonesia. Pada tanggal 19 Maret 1947, setelah selesai disusun ejaan
baru itu diresmikan dan ditetapkan berdasarkan surat keputusan menteri pendidikan, pengajaran, dan
kebudayaan Republik Indonesia Nomor 264/Bhg.A, tanggal 19 Maret 1947. Ejaan baru itu diresmikan
dengan Nama Ejaan Republik.
Ejaan Repubik lazim disebut Ejaan Soewandi karena Nama itu disesuaikan dengan Nama orang yang
memprakarsainya. Seperti kita ketahui, Soewandi merupakan Nama Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan
Kebudayaan ketika ejaan itu disusun oleh karena itu, kiranya wajar jika ejaan yang disusunnya juga dikenal
sebagai Ejaan Soewandi.

5
Ejaan yang terakhir yang berlaku sampai sekarang adalah Ejaan yang disempurnakan. Ejaan ini
diresmikan pada tahun 1972.
Sebelum EYD, Lembaga Bahasa dan Kesusastraan, (sekarang Pusat Bahasa), pada tahun 1967
mengeluarkan Ejaan Baru (Ejaan LBK). Ejaan Baru pada dasarnya merupakan lanjutan dari usaha yang
telah dirintis oleh panitia Ejaan Malindo. Para pelaksananya pun di samping terdiri dari panitia Ejaan LBK,
juga dari panitia ejaan dari Malaysia. Panitia itu berhasil merumuskan suatu konsep ejaan yang kemudian
diberi nama Ejaan Baru. Panitia itu bekerja atas dasar surat keputusan menteri pendidikan dan kebudayaan
no.062/67, tanggal 19 September 1967.
Pada 23 Mei 1972, sebuah pernyataan bersama ditandatangani oleh Menteri Pelajaran Malaysia Tun
Hussein Onn dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, Mashuri. Pernyataan bersama tersebut
mengandung persetujuan untuk melaksanakan asas yang telah disepakati oleh para ahli dari kedua negara
tentang Ejaan Baru dan Ejaan Yang Disempurnakan. Pada tanggal 16 Agustus 1972, berdasarkan Keputusan
Presiden Nomor 57 Tahun 1972, berlakulah sistem ejaan Latin bagi bahasa Melayu ("Rumi" dalam istilah
bahasa Melayu Malaysia) dan bahasa Indonesia. Di Malaysia, ejaan baru bersama ini dirujuk sebagai Ejaan
Rumi Bersama (ERB). Pada waktu pidato kenegaraan untuk memperingati Hari Ulang Tahun Kemerdakan
Republik Indonesia yang ke XXVII, tanggal 17 Agustus 1972 diresmikanlah pemakaikan ejaan baru untuk
bahasa Indonesia oleh Presiden Republik Indonesia. Dengan Keputusan Presiden No. 57 tahun 1972, ejaan
tersebut dikenal dengan nama Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD). Ejaan tersebut
merupakan hasil yang dicapai oleh kerja panitia ejaan bahasa Indonesia yang telah dibentuk pada tahun
1966. Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan ini merupakan penyederhanaan serta penyempurnaan
dari pada Ejaan Suwandi atau ejaan Republik yang dipakai sejak bulan Maret 1947.
Selanjutnya pada tanggal 12 Oktober 1972, Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan menerbitkan buku "Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan" dengan penjelasan kaidah penggunaan yang lebih luas. Setelah itu, Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan dengan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tanggal 27 Agustus 1975 Nomor
0196/U/1975 memberlakukan "Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan" dan
"Pedoman Umum Pembentukan Istilah".

2.3. Garis Waktu Peresmian Ejaan


1.    Tahun 1901 ejaan yang digunakan ejaan van ophuijsen
2.    Ejaan republik diresmikan 1947
3.    Berdasarkan Putusan Presiden No.57, Tahun 1972, diresmikan pemakaian Ejaan Bahasa Indonesia.
Departemen pendidikan dan Kebudayaan menyebarkan buku kecil yang berjudul Pedoman Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan.
4.    Tahun 1975 dikeluarkan Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD) dan Pedoman
Umum Pembentukan Istilah oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat putusannya No.
0196/1975.
5.    Lima tahun sekali, Ejaan Bahasa Indonesia senantiasa disempurnakan hingga sekarang melalui Kongres
Nasional Bahasa Indonesia dengan motor penggerak Pusat Bahasa.
6.    Pada tahun 1987 kedua pedoman tersebut direvisi. Edisi revisi dikuatkan dengan Surat Putusan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan No. 0543a/U/1987, tanggal 9 September 1987.
7.    Di era kesejagatan kini, Bahasa Indonesia dipelajari di berbagai Perguruan Tinggi nasional dan internasional.
6
B. Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia memiliki kedudukan yang sangat penting yang tercantum di dalam:
1.  Ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928 dengan bunyi, “Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa
persatuan, bahasa Indonesia”.
2.  Undang- Undang Dasar RI 1945 Bab XV (Bendera, Bahasa, dan lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan)
Pasal 36 menyatakan bahwa “Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia”.
Maka kedudukan Bahasa Indonesia sebagai:
1.    Bahasa Nasional
Kedudukannya berada diatas bahasa-bahasa daerah. Hasil Perumusan Seminar Politik Bahasa Nasional
yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 25-28 Februari 1975 menegaskan bahwa dalam kedudukannya
sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai:
a.    Lambang kebanggaan Nasional.
Sebagai lambang kebanggaan Nasional bahasa Indonesia memancarkan nilai-nilai sosial budaya luhur
bangsa Indonesia. Dengan keluhuran nilai yang dicerminkan bangsa Indonesia, kita harus bangga,
menjunjung dan mempertahankannya. Sebagai realisasi kebanggaan terhadap bahasa Indonesia, harus
memakainya tanpa ada rasa rendah diri, malu, dan acuh tak acuh. Kita harus bangga memakainya dengan
memelihara dan mengembangkannya.

b.    Lambang Identitas Nasional.


Sebagai lambang identitas nasional, bahasa Indonesia merupakan lambang bangsa Indonesia. Berarti bahasa
Indonesia akan dapat mengetahui identitas seseorang, yaitu sifat, tingkah laku, dan watak sebagai bangsa
Indonesia. Kita harus menjaganya jangan sampai ciri kepribadian kita tidak tercermin di dalamnya. Jangan
sampai bahasa Indonesia tidak menunjukkan gambaran bangsa Indonesia yang sebenarnya.

c.   Alat pemersatu berbagai masyarakat yang berbeda-beda latar belakang sosial budaya dan bahasanya.
Dengan fungsi ini memungkinkan masyarakat Indonesia yang beragam latar belakang sosial budaya dan
berbeda-beda bahasanya dapat menyatu dan bersatu dalam kebangsaan, cita-cita, dan rasa nasib yang sama.
Dengan bahasa Indonesia, bangsa Indonesia merasa aman dan serasi hidupnya, karena mereka tidak merasa
bersaing dan tidak merasa lagi ‘dijajah’ oleh masyarakat suku lain. Karena dengan adanya kenyataan bahwa
dengan menggunakan bahasa Indonesia, identitas suku dan nilai-nilai sosial budaya daerah masih tercermin
dalam bahasa daerah masing-masing. Kedudukan dan fungsi bahasa daerah masih tegar dan tidak bergoyah
sedikit pun. Bahkan, bahasa daerah diharapkan dapat memperkaya khazanah bahasa Indonesia.

d.    Alat penghubung antarbudaya antardaerah.


Manfaat bahasa Indonesia dapat dirasakan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan bahasa Indonesia seseorang
dapat saling berhubungan untuk segala aspek kehidupan. Bagi pemerintah, segala kebijakan dan strategi
yang berhubungan dengan ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, dan kemanan mudah
diinformasikan kepada warga. Apabila arus informasi antarmanusia meningkat berarti akan mempercepat
peningkatan pengetahuan seseorang. Apabila pengetahuan seseorang meningkat berarti tujuan pembangunan
akan cepat tercapai.
7
2.    Bahasa Negara (Bahasa resmi Negara Kesatuan Republik Indonesia)
Dalam Hasil Perumusan Seminar Politik Bahasa Nasional yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 25
s.d. 28 Februari 1975 dikemukakan bahwa di dalam kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia
berfungsi sebagai:
a.   Bahasa resmi kenegaraan.
Bukti bahwa bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi kenegaraan adalah digunakannya bahasa Indonesia
dalam naskah proklamasi kemerdekaan RI 1945. Mulai saat itu bahasa Indonesia digunakan dalam segala
upacara, peristiwa serta kegiatan kenegaraan.
b.   Bahasa pengantar resmi dilembaga-lembaga pendidikan.
Bahasa Indonesia dipakai sebagai bahasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan mulai dari Taman
Kanak-Kanak sampai dengan Perguruan Tinggi. Untuk memperlancar kegiatan belajar mengajar, materi
pelajaran yang berbentuk media cetak hendaknya juga berbahasa Indonesia. Hal ini dapat dilakukan dengan
menerjemahkan buku-buku yang berbahasa asing. Apabila hal ini dilakukan, sangat membantu peningkatan
perkembangan bahasa Indonesia sebagai bahasa ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek).
c.    Bahasa resmi di dalam perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan serta pemerintah.
Bahasa Indonesia dipakai dalam hubungan antarbadan pemerintah dan penyebarluasan informasi kepada
masyarakat. Sehubungan dengan itu hendaknya diadakan penyeragaman sistem administrasi dan mutu media
komunikasi massa. Tujuan penyeragaman dan peningkatan mutu tersebut agar isi atau pesan yang
disampaikan dapat dengan cepat dan tepat diterima oleh masyarakat.
d.   Bahasa resmi di dalam pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan serta teknologi
modern.
Kebudayaan nasional yang beragam yang berasal dari masyarakat Indonesia yang beragam pula. Dalam
penyebarluasan ilmu dan teknologi modern agar jangkauan pemakaiannya lebih luas, penyebaran ilmu dan
teknologi, baik melalui buku-buku pelajaran, buku-buku populer, majalah-majalah ilmiah maupun media
cetak lain, hendaknya menggunakan bahasa Indonesia. Pelaksanaan ini mempunyai hubungan timbal-balik
dengan fungsinya sebagai bahasa ilmu yang dirintis lewat lembaga-lembaga pendidikan, khususnya di
perguruan tinggi.
8
BAB III
PENUTUP

A.   Kesimpulan
Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Republik Indonesia sebagaimana disebutkan dalam Undang-
Undang Dasar RI 1945, Pasal 36”bahasa Negara adalah bahasa Indonesia”. Sejarah bahasa Indonesia telah
tumbuh dan berkembang sekitar abad ke VII dari bahasa Melayu yang sejak zaman dahulu sudah
dipergunakan sebagai bahasa perhubungan. Bukan hanya di Kepulauan Nusantara, melainkan juga di
seluruh Asia Tenggara.
Awal penciptaan Bahasa Indonesia sebagai jati diri bangsa bermula dari Sumpah Pemuda pada tanggal
28 Oktober 1928, diumumkanlah penggunaan Bahasa Indonesia sebagai bahasa untuk Negara Indonesia
pascakemerdekaan. Secara yuridis, baru tanggal 18 Agustus 1945 bahasa Indonesia secara resmi diakui
keberadaannya dan ditetapkan dalam UUD 1945 pasal 36.
Ada beberapa ejaan yang pernah diguankan di Indonesia, antara lain ejaan Van Ophuysen, ejaan republik,
dan ejaan yang masih digunakan sampai sekarang yaitu ejaan yang disempurnakan atau biasa disingkat
EYD.

Kedudukan sebagai Bahasa Nasional:


1.            Lambang kebanggaan Nasional
2.            Lambang Identitas Nasional
3.            Alat pemersatu
4.            Alat penghubung antarbudaya
Kedudukan sebagai Bahasa Negara :
1.            Bahasa resmi kenegaraan
2.            Bahasa pengantar resmi lembaga pendidikan
3.            Bahasa resmi di dalam perhubungan dan pembangunan
4.            Bahasa resmi kebudayaan dan IPTEK

B.     Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, kedepannya penulis akan lebih fokus
dan detail dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber-sumber yang lebih banyak yang
tentunya dapat di pertanggung jawabkan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca.
9
DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 2013. Pembinaan Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineke Cipta.


Pamungkas, Sri. 2012. Bahasa Indonesia dalam Berbagai Perspektif. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Tim Penyusun. 2013. Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Bahasa Indonesia. Makassar: Badan
Pengembangan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah
http://materi-mata-kuliah.blogspot.co.id/2014/09/sejarah-kedudukan-dan-fungsi-bahasa-indonesia.html
yayuhidayah.blogspot.com
10

Anda mungkin juga menyukai