Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah pembelajaran Bahasa
Indonesia Dosen pembimbing Dr. La Ode Sahidin, S.Pd., M.Hum.
Disusun :
NIM : C1F123079
SEMESTER : 1 (SATU)
Tujuan dari pendidikan tinggi adalah mewujudkan manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, terampil, kompeten, dan berbudaya untuk kepentingan
bangsa. Terkait dengan tujuan tersebut, mata kuliah Bahasa Indonesia perlu
dikembangkan untuk tujuan yang lebih khusus.
Yang dimaksud tujuan khusus ini adalah mampu mengarahkan pada
mahasiswa untuk memiliki rasa kebangsaan dan bela negara yang tinggi. Hal
tersebut dilakukan sebab banyak ditemukan turunnnya rasa nasionalisme
mahasiswa dengan mulai ditinggalkannya nilai-nilai kebangsaan dan bela negara.
Penyusun sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi pembaca. Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih
banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3
3.1 Kesimpulan............................................................................................................17
3.2 Saran......................................................................................................................17
ii
BAB I
PENDAHULUAN
ii
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan kita bahas dalam makalah ini yaitu:
1. Bagaimana sejarah perkembangan bahasa Indonesia?
2. Bagaimana kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia?
3. Bagaimana ejaan yang disempurnakan?
4. Bagaimana kalimat efektif?
ii
BAB II
PEMBAHASAN
ii
Makna sebenarnya: Dipahat pada waktu tentara sriwijaya telah menyerang
tanah jawa yang tidak takluk pada sriwijaya
Dari kutipan tersebut dapat dikenali sejumlah kata yang hingga yang kini
masih biasa digunakan, Kata-kata itu dalah pahat, di, yang, wala(bala)
bhumi(bumi), tida(tidak), bhakti (bakti), dan ka (ke).
Kata wala menjadi bala dimana fonem [w] berubah menjadi [b] adalah
perubahan yang umum dan biasa. Ada contoh lain, yaitu waktu menjadi batu
dan wankai menjadi bangkai. Fonem [bh] menjadi [b] pada kata bhumi dan
bhakti adalah juga perubahan yang biasa terjadi begitupun fonem [a]
berubah menjadi [e] pada kata ka juga merupakan perubahan yang biasa ada
contoh lain, yaitu kata tantara menjadi tentara dan kata karena menjadi
kerana (dalam bahasa Melayu kini).
2.1.1. Bahasa Indonesia sebelum kemerdekaan
ii
b. Bahasa melayu mempunyai struktur sederhana sehingga mudah dipelajari,
mudah dikembangkan pemakaiannya, dan mudah menerima pengaruh luar
untuk memerkaya dan menyempurnakan fungsinya.
c. Bahasa Melayu bersifat demokratis, tidak memperlihatkan adanya
perbedaan tingkatan bahasa berdasarkan perbedaan status sosial
pemakainya, sehingga tidak menimbulkan perasaan sentimen dan
perpecahan.
d. Adanya semangat kebangsaan yang besar dari pemakaian bahasa daerah lain
untuk menerima bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan.
e. Adanya semangat rela berkorban dari masyarakat Jawa demi tujuan yang
mulia.
ii
Untuk mengiuti pertumbuhan bahasa Indonesia dari awal mula terdapatnya
factor-faktor historis hingga sekarang, baiklah kita mengikuti beberapa
perkembangan berikut.
a. Masa prakolonial
Walaupun bukti-bukti tertulis masih kurang, dapat di pastikan bahasa yang
di pakai oleh kerajaan Sriwijaya pada abad VII adalah bahasa Melayu.
ii
Baik bangsa Portugis maupun bangsa Belanda yang dating ke Indonesia
mendirikan sekolah-sekolah. Mereka terbentur pada soal bahasa pengantar.
Usaha-usaha untuk memakai bahasa Portugis atau bahasa Belanda sebagai
bahasa pengantar selalu mengalami kegagalan. Demikianlah pengakuan
seorang Belanda yang bernama Danckaerts dalam tahun 1631.
Ia menyatakan bahwa kebanyakan sekolah di Maluku itu kebanyakan
memakai bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar. Kegagalan di dalam
memakai bahasa-bahasa Barat itu memuncak dengan keluarnya suatu
keputusan pemerintah colonial, KB 1871 No.104, yang menyatakan bahwa
pengajaran di sekolah-sekolah Bumi Putra, kalau tidak digunakan bahasa
Melayu, di berikan dalam bahasa daerah.
c. Masa Pergerakan Kemerdekaan
Dengan lahirnya Budi Utomo pada tahun 1908 sebagai penggerakkan
Kemerdekaan, terasa sangat diperlukan suatu bahasa untuk mengikat
bermacam-macam suku bangsa di Indonesia. Pergerakan yang besar dan
hebat hanya dapat berhasil kalau semua rakyat diikutsertakan. Untuk itu
mereka mencari suatu bahasa yang dapat dipahami dan dipakai semua orang.
Pada mulanya memang sulit untuk menentukan bahasa mana yang akan
menjadi bahasa persatuan. Tiap penghimpunan pemuda, apakah Jong Java,
Jong Sumatra atau Jong Ambon, lebih suka menggunakan bahasa daerahnya
sendiri. Budi Utomo, misalnya lebih menekankan kebudayaan dan bahasa
Jawa. Hal-hal ini dirasakan sangat menghambat persatuan dan kesatuan yang
hendak dicapai.
Mengingat kesulitan-kesulitan untuk mempersatukan. Berbagai suku
bangsa di Indonesia, pada tahun 1926 Jong Java merasa perlu mengakui suatu
bahasa daerah sebagai media penghubung pemuda-pemuda Indonesia. Bahasa
melayu dipilih sebagai bahasa pengantar. Pemuda-pemudi di Sumatra sudah
lebih dulu menyatakan dengan tegas hasrat mereka agar bahasa Melayu Riau,
yang juga disebut Melayu Tinggi, diakui sebagai bahasa persatuan. Walaupun
dengan adanya hasrat yang tegas ini, sebagai majalah Jong Java dan Jong
Sumatranen Bond masih ditulis dalam bahasa Belanda.
ii
Perlu pula dicatat jasa beberapa surat kabar yang turut menyebarluaskan
bahasa Melayu, seperti Bianglala, Bintang Timoer, Kaum Moeda, dan
Neratja. Disamping pengaruhnya yang sangat besar dalam perkembangan
bahasa Melayu, media tersebut sekaligus menjadi penghubung dan tempat
latihan bagi putra-putrii Indonesia untuk mengutarakan berbagai macam
masalah.
ii
1. Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional: Bahasa Indonesia dipilih
sebagai bahasa nasional karena memiliki ciri keseragaman dan dipahami
oleh banyak kelompok etnis di Indonesia. Keputusan ini diambil untuk
menyatukan beragam suku dan budaya di dalam negara.
2. Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Resmi: Bahasa Indonesia juga
ditetapkan sebagai bahasa resmi negara bersamaan dengan kemerdekaan
Indonesia. Ini memungkinkan penggunaan bahasa Indonesia dalam
pemerintahan, pendidikan, media, dan berbagai aspek kehidupan sosial.
ii
8. Bahasa Daerah: Meskipun bahasa Indonesia adalah bahasa nasional,
banyak daerah di Indonesia juga memiliki bahasa daerah mereka sendiri.
Bahasa daerah ini terus hidup dan digunakan dalam konteks sehari-hari,
tetapi bahasa Indonesia tetap menjadi bahasa penghubung nasional.
ii
A. Bahasa Nasional
Kedudukannya berada diatas bahasa-bahasa daerah. Hasil Perumusan
Seminar Politik Bahasa Nasional yang diselenggarakan di Jakarta pada
tanggal 25-28 Februari 1975 menegaskan bahwa dalam kedudukannya
sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai:
1. Lambang kebanggaan Nasional.
Sebagai lambang kebanggaan Nasional bahasa Indonesia memancarkan
nilai-nilai sosial budaya luhur bangsa Indonesia. Dengan keluhuran nilai
yang dicerminkan bangsa Indonesia, kita harus bangga, menjunjung dan
mempertahankannya.
Sebagai realisasi kebanggaan terhadap bahasa Indonesia, harus
memakainya tanpa ada rasa rendah diri, malu, dan acuh tak acuh. Kita harus
bangga memakainya dengan memelihara dan mengembangkannya.
ii
tercermin dalam bahasa daerah masing-masing. Kedudukan dan fungsi
bahasa daerah masih tegar dan tidak bergoyah sedikit pun. Bahkan, bahasa
daerah diharapkan dapat memperkaya khazanah bahasa Indonesia
4. Alat penghubung antar budaya antar daerah.
Manfaat bahasa Indonesia dapat dirasakan dalam kehidupan sehari- hari.
Dengan bahasa Indonesia seseorang dapat saling berhubungan untuk segala
aspek kehidupan. Bagi pemerintah, segala kebijakan dan strategi yang
berhubungan dengan ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan,
dan kemanan mudah diinformasikan kepada warga. Apabila arus informasi
antarmanusia meningkat berarti akan mempercepat peningkatan
pengetahuan seseorang. Apabila pengetahuan seseorang meningkat berarti
tujuan pembangunan akan cepat tercapai.
ii
hal ini dilakukan, sangat membantu peningkatan perkembangan bahasa
Indonesia sebagai bahasa ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek).
3. Bahasa resmi di dalam perhubungan pada tingkat nasional untuk
kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta pemerintah.
Bahasa Indonesia dipakai dalam hubungan antarbadan pemerintah dan
penyebarluasan informasi kepada masyarakat. Sehubungan dengan itu
hendaknya diadakan penyeragaman sistem administrasi dan mutu media
komunikasi massa. Tujuan penyeragaman dan peningkatan mutu tersebut agar
isi atau pesan yang disampaikan dapat dengan cepat dan tepat diterima oleh
masyarakat.
ii
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Mashuri. Pernyataan
bersama tersebut mengandung persetujuan untuk melaksanakan asas yang
telah disepakati oleh para ahli dari kedua Negara tentang Ejaan baru dan
Ejaan Yang Disempurnakan. Pada tanggal 16 Agustus 1972, berdasarkan
Keputusan Presiden No. 57, tahun 1972, berlakunya sistem ejaan Latin (Rumi
dalam istilah bahasa Melayu Malaysia) bagi bahasa Melayu dan bahasa
Indonesia. Di Malaysia ejaan baru bersama ini dirujuk sebagai Ejaan Rumi
Bersama (ERB).
Selanjutnya Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyebarluaskan
buku panduan pemakaian berjudul “Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia Yang
Disempurnakan”. Pada tanggal 12 Oktober 1972, Panitia Pengembangan
Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, menerbitkan
buku “Pedoman umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnaka” dengan
penjelasan kaidah penggunaan yang lebih luas. Setelah itu, Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat putusannya No. 0196/1975
memberlakukan “Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah”.
Perbedaan-perbedaan antara EYD dan ejaan sebelumnya adalah:
'tj' menjadi 'c' : tjutji → cuci
'dj' menjadi 'j' : djarak → jarak
'oe' menjadi 'u' : oemoem -> umum
'j' menjadi 'y' : sajang → sayang
'nj' menjadi 'ny' : njamuk → nyamuk
'sj' menjadi 'sy' : sjarat → syarat
'ch' menjadi 'kh' : achir → akhir
awalan 'di-' dan kata depan 'di' dibedakan penulisannya. Kata depan 'di' pada
contoh “di rumah”, “di sawah” penulisannya dipisahkan dengan spasi,
sementara 'di-' pada dibeli, dimakan ditulis serangkai dengan kata yang
mengikutinya.
Garis Waktu Peresmian Ejaan
a. Tahun 1901 ejaan yang digunakan ejaan van ophuijsen
ii
b. Ejaan republik diresmikan 1947
c. Berdasarkan Putusan Presiden No.57, Tahun 1972, diresmikan
pemakaian Ejaan Bahasa Indonesia. Departemen pendidikan dan
Kebudayaan menyebarkan buku kecil yang berjudul Pedoman Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.
d. Tahun 1975 dikeluarkan Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan (EYD) dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah oleh
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat putusannya
No. 0196/1975.
e. Lima tahun sekali, Ejaan Bahasa Indonesia senantiasa disempurnakan
hingga sekarang melalui Kongres Nasional Bahasa Indonesia dengan
motor penggerak Pusat Bahasa.
f. Pada tahun 1987 kedua pedoman tersebut direvisi. Edisi revisi dikuatkan
dengan Surat Putusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
No. 0543a/U/1987, tanggal 9 September 1987.
g. Di era kesegajatan kini, Bahasa Indonesia dipelajari di berbagai
Perguruan Tinggi Nasional dan internasional.
Di dalam kamus, kalimat efektif juga memiliki beberapa makna, salah satu
di antaranya bermakna ‘membawa pengaruh’. Artinya, kalimat efektif juga
dapat dimaknai sebagai kalimat yang membawa pengaruh–terutama berupa
kemudahan–bagi pembaca atau pendengar untuk memahami informasi yang
disampaikan oleh pemberi pesan.
ii
Jenis kalimat ini terdiri dari Subjek,Predikat, Objek, dan Keterangan
(SPOK). Biasanya, kalimat efektif digunakan dalam sebuah teks ilmiah
seperti makalah, laporan penelitian, skripsi, tesis, disertasi, dan sejenisnya.
ii
BAB III
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Republik Indonesia sebagaimana
disebutkan dalam Undang-Undang Dasar RI 1945, Pasal 36”bahasa Negara
adalah bahasa Indonesia”. Sejarah bahasa Indonesia telah tumbuh dan
berkembang sekitar abad ke VII dari bahasa Melayu yang sejak zaman dahulu
sudah dipergunakan sebagai bahasa perhubungan. Bukan hanya di Kepulauan
Nusantara, melainkan juga di seluruh Asia Tenggara.
Sedangkan dalam kedudukannya sebagai bahasa negara bahasa Indonesia
berfungsi sebagai bahasa resmi kenegaraan, bahasa pengantar pendidikan,
alat perhubungan tingkat nasional dan alat pengembangan kebudayaan, ilmu
pengetahuan dan teknologi.
ii
Ejaan yang disempurnakan adalah ejaan bahasa indonesia yang berlaku
sejak tahun 1972. Ejaan ini menggantikan ejaan sebelumnya, Ejaan Republik
atau Ejaan Soewandi. Ejaan adalah seperangkat aturan tentang cara
menuliskan bahasa dengan menggunakan huruf, kata, dan tanda baca sebagai
sarananya. Batasan tersebut menunjukan pengertian kata ejaan berbeda
dengan kata mengeja.
4.2. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, kedepannya
penulis akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah di
atas dengan sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di
pertanggung jawabkan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran dari pembaca.
ii
ii
ii
ii
ii
ii
ii