Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

SEJARAH, KEDUDUKAN, DAN FUNGSI BAHASA


INDONESIA
SEJARAH, KEDUDUKAN, DAN FUNGSI BAHASA
INDONESIA
MAKALAH
SEJARAH, KEDUDUKAN, DAN FUNGSI BAHASA
INDONESIA
MAKALAH
SEJARAH, KEDUDUKAN, DAN FUNGSI BAHASA
INDONESIA
MAKALAH
SEJARAH, KEDUDUKAN, DAN FUNGSI BAHASA
INDONESIA
MAKALAH
SEJARAH, KEDUDUKAN, DAN FUNGSI BAHASA
INDONESIA
MAKALAH
SEJARAH, KEDUDUKAN, DAN FUNGSI BAHASA
INDONESIA
MAKALAH
SEJARAH, KEDUDUKAN, DAN FUNGSI BAHASA
INDONESIA
MAKALAH
SEJARAH, KEDUDUKAN, DAN FUNGSI BAHASA
INDONESIA
MAKALAH
SEJARAH, KEDUDUKAN, DAN FUNGSI BAHASA
INDONESIA
MAKALAH
SEJARAH, KEDUDUKAN, DAN FUNGSI BAHASA
INDONESIA
MAKALAH
SEJARAH, KEDUDUKAN, DAN FUNGSI BAHASA
INDONESIA
MAKALAH
SEJARAH, KEDUDUKAN, DAN FUNGSI BAHASA
INDONESIA
MAKALAH
SEJARAH, KEDUDUKAN, DAN FUNGSI BAHASA
INDONESIA
MAKALAH
SEJARAH, KEDUDUKAN, DAN FUNGSI BAHASA
INDONESIA
MAKALAH
SEJARAH, KEDUDUKAN, DAN FUNGSI BAHASA
INDONESIA
MAKALAH

SEJARAH, KEPENDUDUKAN DAN FUNGSI

1
BAHASA INDONESIA

DISUSUN OLEH:

NAMA PRODI NIM

Aldius Marwandi Doni Penjas A852320001

Rio Gunawan Penjas A852320014

SEKOLAH TINGGI KEGURUANDAN ILMU PENDIDIKAN


STKIP MELAWI TAHUN PELAJARAN
2023/2024

KATA PENGANTAR

2
Puji syukur penyusun ucapkan kepada Tuhan yang maha esa, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga Makalah Sejarah, kependudukan dan fungsi bahasa
indonesia ini dapat diselesaikan dengan baik.

Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan Makalah Bahasa indonesia yang berjudul Makalah Sejarah, kependudukan dan
fungsi bahasa indonesia ini. Dan kami juga menyadari pentingnya akan sumber bacaan dan
referensi internet yang telah membantu dalam memberikan informasi yang akan menjadi
bahan makalah. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan arahan serta bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah dapat
dibuat dengan sebaik-baiknya. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan
Makalah ini sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
penyempurnaan makalah ini.

Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan,
karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa, dan kekurangan pasti milik kita
sebagai manusia. Semoga Makalah Sejarah, kependudukan dan fungsi bahasa indonesia ini
dapat bermanfaat bagi kita semuanya.

Melawi, 19 September 2023

Penyusun

KATA PENGANTAR

3
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan

BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarah Bahasa Indonesia
1. Bahasa Indonesia sebelum kemerdekaan
2. Bahasa Indonesia Setelah Kemerdekaan
B. Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia
C. Garis waktu peresmian ejaan
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

4
A. Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang beraneka ragam suku, budaya, dan bahasa. Membahas
tentang bahasa, Bahasa Indonesia adalah alat komunikasi umum yang paling penting
dalam mempersatukan seluruh rakyat bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia merupakan
bahasa Melayu yang dijadikan sebagai bahasa resmi dan bahasa persatuan Republik
Indonesia. Melalui perjalanan sejarah yang panjang, bahasa Indonesia telah mencapai
perkembangan yang luar biasa, baik dari segi jumlah pemakainya, maknanya maupun
dari segi kosa kata dan segi tata bahasanya.
Diera modern ini, bahasa Indonesia telah berkembang secara luas bukan hanya di
Indonesia tetapi juga di luar Indonesia, dan menjadi salah satu kebanggaan Indonesia
atas prestasi tersebut. Sehingga Bahasa Indonesia masuk dalam kelompok mata kuliah di
setiap Perguruan Tinggi.
Mahasiswa peserta Mata Kuliah Bahasa Indonesia perlu disadarkan akan kenyataan
keberhasilan ini dan ditimbulkan kebanggaannya terhadap bahasa Nasional kita yaitu
Bahasa Indonesia. Karena kemahiran berbahasa Indonesia bagi para mahasiswa
merupakan cerminan dalam tata pikir, tata laku, tata ucap dan tata tulis berbahasa
Indonesia dalam konteks akademis maupun konteks ilmiah. Sehingga Mahasiswa kelak
akan menjadi insan terpelajar bangsa Indonesia yang akan terjun ke dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara sebagai pemimpin dalam daerahnya masing-masing. Sehingga
mahasiswa diharapkan kelak dapat mengajarkan warga Indonesia yang masih belum
mengetahui banyak tentang bahasa Indonesia tentang arti penting bahasa yang
sebenarnya sehingga nantinya akan menjadi warga Negara yang dapat memenuhi
kewajibannya di mana pun mereka berada dan dengan siapa pun mereka bergaul di
wilayah Negara kesatuan republik Indonesia tercinta ini. Kemudian mahasiswa
hendaknya dapat menyadari akan pentingnya sejarah, fungsi dan kedudukan bahasa
Indonesia sebagai bahasa negara dan bahasa nasional.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan kita bahas dalam makalah ini yaitu:
1. Bagaimana sejarah perkembangan bahasa Indonesia?
2. Bagaimana kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia?

5
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini ialah:
1. Untuk mengetahui sejarah perkembangan bahasa Indonesia.
2. Untuk mengetahui kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia.

BAB II
PEMBAHASAN

6
A. Sejarah Bahasa Indonesia
Para ahli sependapat bahwa cikal bakal bahasa Indonesia adalah bahasa melayu kuno
yang dalam perkembangannya kemudian melahirkan sejumlah dialek regional dan dialek
sosial yang tersebar luas di wilayah Asia Tenggara. Selain itu, bahasa melayu yang
menurut para pakar (Blust 1983,1984, Nothofer 1996, Collins 2005) berasal dari wilayah
Kalimantan Barat telah pula melahirkan dua dialek/ragam politis, yaitu bahasa Indonesia
dan bahasa Malaysia, disamping dua ragam politis lain yaitu bahasa Melayu di Singapura
dan bahasa Melayu di Brunei Darussalam.
Bukti bahwa bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu kuno adalah adanya
sejumlah prasasti yang di temukan di pulau Sumatera, Pulau Bangka, Semenanjung
Malaya (wilayah Malaysia sekarang) dan di Pulau Jawa. Prasasti-prasasti itu ditulis
dengan menggunakan huruf pallawa, yakni aksara yang dibawah oleh orang-orang Hindu
ke Indonesia. Ada juga, menurut Teeluw(1961) prasasti yang ditulis dengan huruf Arab,
dan ini tentunya prasasti yang dibuat sesudah masuknya agama Islam ke Indonesia.
Menurut Kridalaksana (1991) sudah ada 18 buah prasasti yang sudah teridentifikasi dan
besar kemungkinan akan bertambah lagi.
Sebagai contoh sebagai contoh bentuk bahasa melayu kuno berikut dikutipkan bagian
dari sebuah prasasti yang telah ditranslitrasi kedalam huruf latin.
Nipahat di welanya yang wala griwijaya kaliwatmanapik yang bhumi jaya tida bhakti
ka griwajaya.
Secara harfiah artinya: Dipahat di waktunya yang tentara sriwijaya telah menyerang
tanah jawa tidak takluk ke sriwijaya
Makna sebenarnya: Dipahat pada waktu tentara sriwijaya telah menyerang tanah jawa
yang tidak takluk pada sriwijaya
Dari kutipan tersebutdapat dikenali sejumlah kata yang hingga yang kini masih biasa
digunakan. Kata kata itu adalah pahat, di, yang, wala(bala) bhumi(bumi), tida(tidak),
bhakti (bakti), dan ka (ke).
Kata wala menjadi bala dimana fonem [w] berubah menjadi [b] adalah perubahan
yang umum dan biasa. Ada contoh lain, yaitu watu menjadi batu dan wankai menjadi
bangkai. Fonem [bh] menjadii [b] pada kata bhumi dan bhakti adalah juga perubahan
yang biasa terjadi begitupun fonem[a] berubah menjadi [e] pada kata ka juga merupakan
peubahan yang biasa ada contoh lain, yaitu kata tantara menjadi tentara dan kata karena
menjadi kerana (dalam bahasa Melayu kini).

7
1. Bahasa Indonesia sebelum kemerdekaan
Pada dasarnya Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Pada zaman
Sriwijaya, bahasa Melayu dipakai sebagai bahasa penghubung antar suku di
Nusantara dan sebagai bahasa yang di gunakan dalam perdagangan antara pedagang
dari dalam Nusantara dan dari luar Nusantara.Membahas tentang sejarah
perkembangan bahasa indonesia sebelum merdeka tidak terjadi dalam suatu waktu
yang singkat, tetapi mengalami proses pertumbuhan berabad-abad lamanya.
Alasan dipilihnya bahasa Melayu sebagai bahasa nasional adalah sebagai berikut:
1) Bahasa Melayu telah berabad-abad lamanya dipakai sebagai lingua
franca (bahasa perantara atau bahasa pergaulan dibidang perdagangan) di seluruh
wilayah Nusantara.
2) Bahasa Melayu mempunyai struktur sederhana sehingga mudah dipelajari, mudah
dikembangkan pemakaiannya, dan mudah menerima pengaruh luar untuk
memerkaya dan menyempurnakan fungsinya.
3) Bahasa Melayu bersifat demokratis, tidak memperlihatkan adanya perbedaan
tingkatan bahasa berdasarkan perbedaan status sosial pemakainya, sehingga tidak
menimbulkan perasaan sentimen dan perpecahan.
4) Adanya semangat kebangsaan yang besar dari pemakai bahasa daerah lain untuk
menerima bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan.
5) Adanya semangat rela berkorban dari masyarakat Jawa demi tujuan yang mulia.

Bahasa Melayu adalah bahasa kebangsaanBrunei, Indonesia, Malaysia, dan


Singapura. Bahasa Indonesia yang berkedudukan sebagai bahasa kebangsaan dan
bahasa resmi Negara Republik Indonesia merupakan sebuah dialek bahasa Melayu,
yang pokoknya dari bahasa Melayu Riau (bahasa Melayu dari provinsi Riau,
Sumatera, Indonesia). Agaknya terlalu sederhana untuk mengatakan bahwa Bahasa
Indonesia berasal dari bahasa Melayu Riau. Orang-orang lupa bahwa bahasa Melayu
Riau hanyalah merupakan satu dialek dari sekian banyak dialek Melayu yang
lain.Diatas semua ini sudah terkenal di seluruh Nusantara suatu bahasa perhubungan,
suatulingua Franca yang disebut dengan Melayu Pasar. Melayu Pasar inilah yang
merupakan faktor yang paling penting untuk di terimanya.
Nama Melayu mula-mula digunakan sebagai nama kerajaan tua di daerah
Jambi di tepi sungai Batanghari, yang pada pertengahan abad ke-7 ditaklukkan oleh

8
kerajaan Sriwijaya. Selama empat abad, kerajaan ini berkuasa di daerah Sumatera
Selatan bagian Timur dan di bawah pemerintahan raja-raja Syailendra bukan saja
menjadi pusat politik di Asia Tenggara, melainkan juga menjadi pusat ilmu
pengetahuan.
Untuk mengikuti pertumbuhan bahasa Indonesia dari awal mula terdapatnya
faktor-faktor historis hingga sekarang, baiklah kita mengikuti beberapa
perkembangan berikut.

a. Masa Prakolonial
Walaupun bukti-bukti tertulis masih kurang, dapat di pastikan bahasa yang di
pakai oleh kerajaan Sriwijaya pada abad VII adalah bahasa Melayu.
Perkembangan dan pertumbuhan bahasa Melayu tampak lebih jelas dari
berbagai peninggalan–peninggalan bersejarah misalnya: Tulisan yang terdapat
pada batu Nisan di Minye Tujoh, Aceh pada tahun 1380 M, Prasasti Kedukan
Bukit, di Palembang, pada tahun 683, Prasasti Talang Tuo, di Palembang, pada
tahun 684, Prasasti Kota Kapur, di Bangka Barat, pada tahun 686, Prasasti
Karang Brahi Bangko, Merangi, Jambi, pada tahun 688.
Walaupun bukti tertulis hampir tidak ada, dengan adanya bermacam-
macam dialek Melayu yang tersebar di seluruh Nusantara seperti dialek Melayu
Ambon, Larantuka, Kupang Betawi, dan Manado, dapatlah dipastikan bahwa
bahasa Melayu sudah mengalami penyebaran seluas itu.
Dalam kesusastraan Tiongkok terdapat berita-berita tentang musafir-
musafir Cina yang bertahun-tahun tinggal di kota-kota Indonesia. Mereka
mempergunakan bahasa penduduk asli yang disebut Kwu’un Lun. I Tsing yang
belajar di Sriwijaya pada akhir abad VII juga menggunakan bahasa itu.

b. Masa Kolonial
Ketika orang-orang Barat sampai di Indonesia pada abad ke XVI, mereka
menghadapi suatu kenyataan, yaitu bahasa Melayu merupakan suatu bahasa
resmi dalam pergaulan dan bahasa perantara dalam perdagangan (lingua
franca). Hal ini dapat di buktikan dari beberapa kenyataan berikut. Seorang
Portugis bernama Pigafetta, setelah menjunjung Tidore, menyusun semacam
daftar kata pada tahun 1522; berarti sebelum itu bahasa Melayu sudah tersebar
sampai Kepulauan Maluku.

9
Baik bangsa Portugis maupun bangsa Belanda yang datang ke Indonesia
mendirikan sekolah-sekolah. Mereka terbentur pada soal bahasa pengantar.
Usaha-usaha untuk memakai bahasa Portugis atau bahasa Belanda sebagai
bahasa pengantar selalu mengalami kegagalan. Demikianlah pengakuan seorang
Belanda yang bernama Danckaerts dalam tahun 1631. Ia menyatakan bahwa
kebanyakan sekolah di Maluku itu kebanyakan memakai bahasa Melayu sebagai
bahasa pengantar. Kegagalan di dalam memakai bahasa-bahasa Barat itu
memuncak dengan keluarnya suatu keputusan pemerintah kolonial, KB 1871
No. 104, yang menyatakan bahwa pengajaran di sekolah-sekolah Bumi Putra,
kalau tidak digunakan bahasa Melayu, di berikan dalam bahasa daerah.
c. Masa Pergerakan Kemerdekaan
Dengan lahirnya Budi Utomo pada tahun 1908 sebagai penggerakan
kemerdekaan, terasa sangat diperlukan suatu bahasa untuk mengikat bermacam-
macam suku bangsa di Indonesia. Pergerakan yang besar dan hebat hanya dapat
berhasil kalau semua rakyat diikutsertakan. Untuk itu mereka mencari suatu
bahasa yang dapat dipahami dan dipakai semua orang.
Pada mulanya memang sulit untuk menentukan bahasa mana yang akan
menjadi bahasa persatuan. Tiap perhimpunan pemuda, apakah Jong Java, Jong
Sumatra atau Jong Ambon, lebih suka menggunakan bahasa daerahnya sendiri.
Budi Utomo, misalnya lebih menekankan kebudayaan dan bahasa Jawa. Hal-hal
ini dirasakan sangat menghambat persatuan dan kesatuan yang hendak dicapai.
Mengingat kesulitan-kesulitan untuk mempersatukan berbagai suku bangsa
di Indonesia, pada tahun 1926 Jong Java merasa perlu mengakui suatu bahasa
daerah sebagai media penghubung pemuda-pemudi Indonesia. Bahasa melayu
dipilih sebagai bahasa pengantar. Pemuda-pemudi di Sumatra sudah lebih dulu
menyatakan dengan tegas hasrat mereka agar bahasa Melayu Riau, yang juga
disebut Melayu Tinggi, diakui sebagai bahasa persatuan. Walaupun dengan
adanya hasrat yang tegas ini, sebagai majalah Jong Java dan Jong Sumatranen
Bond masih ditulis dalam bahasa Belanda.
Perlu pula dicatat jasa beberapa Surat kabar yang turut menyebarluaskan
bahasa Melayu, seperti Bianglala, Bintang Timoer, Kaum Moeda, dan Neratja.
Disamping pengaruhnya yang sangat besar dalam perkembangan bahasa
Melayu, media tersebut sekaligus menjadi penghubung dan tempat latihan bagi
putra-putri Indonesia untuk mengutarakan berbagai macam masalah.

10
Dengan adanya bermacam-macam faktor seperti disebutkan diatas, akhirnya
tibalah saat diadakan Kongres Pemuda Indonesia di Jakarta, yaitu pada tanggal
28 Oktober 1928. Sebagai hasil yang paling gemilang dari kongres itu, diadakan
ikrar bersama yang terkenal dengan nama Sumpah Pemuda, yang berbunyi:

Kami poetera dan poeteri Indonesia


mengakoe bertoempah darah satoe,
Tanah Air Indonesia.
Kami poetera dan poeteri Indonesia
mengakoe berbangsa satoe,
Bangsa Indonesia.
Kami poetera dan poeteri Indonesia
Mendjoendjoeng bahasa persatoean,
Bahasa Indonesia.

2. Bahasa Indonesia Setelah Kemerdekaan


Sehari setelah proklamasi kemerdekaan, tanggal 18 Agustus 1945, dalam
UUD 1945 ditetapkanlah bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara pada pasal
36. Pada tanggal 19 Maret 1947”bahasa Negara adalah bahasa Indonesia”.
Penggunaan Ejaan Republik (Ejaan Soewandi) diresmikan menggantikan Ejaan van
Ophuysen yang berlaku sejak tahun 1901.
Ejaan Van Ophuysen ditetapkan pada tahun 1901 dan diterbitkan dalam
sebuah buku Kitab Logat Melajoe. Sejak ditetapkannya itu, ejaan Van Ophuysen pun
dinyatakan berlaku. Sesuai dengan namanya ejaan itu disusun oleh Ch.A.Van
Ophuysen, yang dibantu oleh Engku Nawawi gelar Soetan Ma’moer dan Moehammad
Taib Soetan Ibrahim. Sebelum ejaan Van Ophuysen disusun para penulis pada
umumnya mempunyai aturan sendiri-sendiri dalam menuliskan konsonan, vokal, kata,
kalimat, dan tanda baca. Oleh karena itu, sistem ejaan yang digunakan pada waktu itu
sangat beragam. Terbitnya ejaan Van Ophuysen mengurangi kekacauan ejaan yang
terjadi pada masa itu.

11
Ejaan Republik ialah ejaan baru yang disusun oleh Mr. Soewandi. Penyusunan
ejaan baru dimaksudkan untuk menyempurnakan ejaan yang berlaku sebelumnya
yaitu ejaan Van Ophuysen juga untuk menyederhanakan sistem ejaan bahasa
Indonesia. Pada tanggal 19 Maret 1947, setelah selesai disusun ejaan baru itu
diresmikan dan ditetapkan berdasarkan surat keputusan menteri pendidikan,
pengajaran, dan kebudayaan Republik Indonesia Nomor 264/Bhg.A, tanggal 19 Maret
1947. Ejaan baru itu diresmikan dengan Nama Ejaan Republik.
Ejaan Repubik lazim disebut Ejaan Soewandi karena Nama itu disesuaikan
dengan Nama orang yang memprakarsainya. Seperti kita ketahui, Soewandi
merupakan Nama Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan ketika ejaan itu
disusun oleh karena itu, kiranya wajar jika ejaan yang disusunnya juga dikenal
sebagai Ejaan Soewandi.
Ejaan yang terakhir yang berlaku sampai sekarang adalah Ejaan yang
disempurnakan. Ejaan ini diresmikan pada tahun 1972. Sebelum EYD, Lembaga
Bahasa dan Kesusastraan, (sekarang Pusat Bahasa), pada tahun 1967 mengeluarkan
Ejaan Baru (Ejaan LBK). Ejaan Baru pada dasarnya merupakan lanjutan dari usaha
yang telah dirintis oleh panitia Ejaan Malindo. Para pelaksananya pun di samping
terdiri dari panitia Ejaan LBK, juga dari panitia ejaan dari Malaysia. Panitia itu
berhasil merumuskan suatu konsep ejaan yang kemudian diberi nama Ejaan Baru.
Panitia itu bekerja atas dasar surat keputusan menteri pendidikan dan kebudayaan
no.062/67, tanggal 19 September 1967.
Pada 23 Mei 1972, sebuah pernyataan bersama ditandatangani oleh Menteri
Pelajaran Malaysia Tun Hussein Onn dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Indonesia, Mashuri. Pernyataan bersama tersebut mengandung persetujuan untuk
melaksanakan asas yang telah disepakati oleh para ahli dari kedua negara tentang
Ejaan Baru dan Ejaan Yang Disempurnakan. Pada tanggal 16 Agustus 1972,
berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 57 Tahun 1972, berlakulah sistem ejaan
Latin bagi bahasa Melayu ("Rumi" dalam istilah bahasa Melayu Malaysia) dan bahasa
Indonesia. Di Malaysia, ejaan baru bersama ini dirujuk sebagai Ejaan Rumi Bersama
(ERB). Pada waktu pidato kenegaraan untuk memperingati Hari Ulang Tahun
Kemerdakan Republik Indonesia yang ke XXVII, tanggal 17 Agustus 1972
diresmikanlah pemakaikan ejaan baru untuk bahasa Indonesia oleh Presiden Republik
Indonesia. Dengan Keputusan Presiden No. 57 tahun 1972, ejaan tersebut dikenal
dengan nama Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD). Ejaan tersebut

12
merupakan hasil yang dicapai oleh kerja panitia ejaan bahasa Indonesia yang telah
dibentuk pada tahun 1966. Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan ini
merupakan penyederhanaan serta penyempurnaan dari pada Ejaan Suwandi atau ejaan
Republik yang dipakai sejak bulan Maret 1947.
Selanjutnya pada tanggal 12 Oktober 1972, Panitia Pengembangan Bahasa
Indonesia Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menerbitkan buku "Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan" dengan penjelasan kaidah
penggunaan yang lebih luas. Setelah itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan
Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tanggal 27 Agustus 1975 Nomor
0196/U/1975 memberlakukan "Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan" dan "Pedoman Umum Pembentukan Istilah".

B. Garis waktu peresmian ejaan


1. Tahun 1901 ejaan yang digunakan ejaan van ophuijsen
2. Ejaan republik diresmikan 1947
3. Berdasarkan Putusan Presiden No.57, Tahun 1972, diresmikan pemakaian Ejaan
Bahasa Indonesia. Departemen pendidikan dan Kebudayaan menyebarkan buku kecil
yang berjudul Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.
4. Tahun 1975 dikeluarkan Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan
(EYD) dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah oleh Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan dengan surat putusannya No. 0196/1975.
5. Lima tahun sekali, Ejaan Bahasa Indonesia senantiasa disempurnakan hingga
sekarang melalui Kongres Nasional Bahasa Indonesia dengan motor penggerak Pusat
Bahasa.
6. Pada tahun 1987 kedua pedoman tersebut direvisi. Edisi revisi dikuatkan dengan Surat
Putusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0543a/U/1987, tanggal 9
September 1987.
7. Di era kesejagatan kini, Bahasa Indonesia dipelajari di berbagai
Perguruan Tinggi nasional dan internasional.

C. Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia


Bahasa Indonesia memiliki kedudukan yang sangat penting yang tercantum di dalam:

13
1. Ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928 dengan bunyi, “Kami putra dan putri
Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia”.
2. Undang- Undang Dasar RI 1945 Bab XV (Bendera, Bahasa, dan lambang Negara,
serta Lagu Kebangsaan) Pasal 36 menyatakan bahwa “Bahasa Negara ialah
Bahasa Indonesia”.
a. Maka kedudukan Bahasa Indonesia sebagai:
1. Bahasa Nasional
Kedudukannya berada diatas bahasa-bahasa daerah. Hasil Perumusan
Seminar Politik Bahasa Nasional yang diselenggarakan di Jakarta pada
tanggal 25-28 Februari 1975 menegaskan bahwa dalam kedudukannya
sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai:
b. Lambang kebanggaan Nasional
Sebagai lambang kebanggaan Nasional bahasa Indonesia memancarkan nilai-nilai
sosial budaya luhur bangsa Indonesia. Dengan keluhuran nilai yang dicerminkan
bangsa Indonesia, kita harus bangga, menjunjung dan mempertahankannya.
Sebagai realisasi kebanggaan terhadap bahasa Indonesia, harus memakainya
tanpa ada rasa rendah diri, malu, dan acuh tak acuh. Kita harus bangga
memakainya dengan memelihara dan mengembangkannya.

c. Lambang Identitas Nasional


Sebagai lambang identitas nasional, bahasa Indonesia merupakan lambang bangsa
Indonesia. Berarti bahasa Indonesia akan dapat mengetahui identitas seseorang,
yaitu sifat, tingkah laku, dan watak sebagai bangsa Indonesia. Kita harus
menjaganya jangan sampai ciri kepribadian kita tidak tercermin di dalamnya.
Jangan sampai bahasa Indonesia tidak menunjukkan gambaran bangsa Indonesia
yang sebenarnya.
d. Alat pemersatu berbagai masyarakat yang berbeda-beda latar belakang sosial
budaya dan bahasanya.
Dengan fungsi ini memungkinkan masyarakat Indonesia yang beragam latar
belakang sosial budaya dan berbeda-beda bahasanya dapat menyatu dan bersatu
dalam kebangsaan, cita-cita, dan rasa nasib yang sama. Dengan bahasa Indonesia,
bangsa Indonesia merasa aman dan serasi hidupnya, karena mereka tidak merasa
bersaing dan tidak merasa lagi ‘dijajah’ oleh masyarakat suku lain. Karena
dengan adanya kenyataan bahwa dengan menggunakan bahasa Indonesia,

14
identitas suku dan nilai-nilai sosial budaya daerah masih tercermin dalam bahasa
daerah masing-masing. Kedudukan dan fungsi bahasa daerah masih tegar dan
tidak bergoyah sedikit pun. Bahkan, bahasa daerah diharapkan dapat memperkaya
khazanah bahasa Indonesia.
e. Alat penghubung antarbudaya antardaerah
Manfaat bahasa Indonesia dapat dirasakan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan
bahasa Indonesia seseorang dapat saling berhubungan untuk segala aspek
kehidupan. Bagi pemerintah, segala kebijakan dan strategi yang berhubungan
dengan ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, dan kemanan
mudah diinformasikan kepada warga. Apabila arus informasi antarmanusia
meningkat berarti akan mempercepat peningkatan pengetahuan seseorang.
Apabila pengetahuan seseorang meningkat berarti tujuan pembangunan akan
cepat tercapai.

2. Bahasa Negara (Bahasa resmi Negara Kesatuan Republik Indonesia)


Dalam Hasil Perumusan Seminar Politik Bahasa Nasional yang diselenggarakan di
Jakarta pada tanggal 25 s.d. 28 Februari 1975 dikemukakan bahwa di dalam
kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai:
a. Bahasa resmi kenegaraan.
Bukti bahwa bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi kenegaraan adalah
digunakannya bahasa Indonesia dalam naskah proklamasi kemerdekaan RI 1945.
Mulai saat itu bahasa Indonesia digunakan dalam segala upacara, peristiwa serta
kegiatan kenegaraan.
b. Bahasa pengantar resmi dilembaga-lembaga pendidikan
Bahasa Indonesia dipakai sebagai bahasa pengantar di lembaga-lembaga
pendidikan mulai dari Taman Kanak-Kanak sampai dengan Perguruan Tinggi.
Untuk memperlancar kegiatan belajar mengajar, materi pelajaran yang berbentuk
media cetak hendaknya juga berbahasa Indonesia. Hal ini dapat dilakukan dengan
menerjemahkan buku-buku yang berbahasa asing. Apabila hal ini dilakukan,
sangat membantu peningkatan perkembangan bahasa Indonesia sebagai bahasa
ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek).
c. Bahasa resmi di dalam perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentinga
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta pemerintah.

15
Bahasa Indonesia dipakai dalam hubungan antarbadan pemerintah dan
penyebarluasan informasi kepada masyarakat. Sehubungan dengan itu hendaknya
diadakan penyeragaman sistem administrasi dan mutu media komunikasi massa.
Tujuan penyeragaman dan peningkatan mutu tersebut agar isi atau pesan yang
disampaikan dapat dengan cepat dan tepat diterima oleh masyarakat.
d. Bahasa resmi di dalam pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu
pengetahuan serta teknologi modern.
Kebudayaan nasional yang beragam yang berasal dari masyarakat Indonesia
yang beragam pula. Dalam penyebarluasan ilmu dan teknologi modern agar
jangkauan pemakaiannya lebih luas, penyebaran ilmu dan teknologi, baik melalui
buku-buku pelajaran, buku-buku populer, majalah-majalah ilmiah maupun media
cetak lain, hendaknya menggunakan bahasa Indonesia. Pelaksanaan ini
mempunyai hubungan timbal-balik dengan fungsinya sebagai bahasa ilmu yang
dirintis lewat lembaga-lembaga pendidikan, khususnya di perguruan tinggi.

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Republik Indonesia sebagaimana disebutkan
dalam Undang-Undang Dasar RI 1945, Pasal 36”bahasa Negara adalah bahasa Indonesia”.
Sejarah bahasa Indonesia telah tumbuh dan berkembang sekitar abad ke VII dari bahasa
Melayu yang sejak zaman dahulu sudah dipergunakan sebagai bahasa perhubungan. Bukan
hanya di Kepulauan Nusantara, melainkan juga di seluruh Asia Tenggara.
Awal penciptaan Bahasa Indonesia sebagai jati diri bangsa bermula dari Sumpah
Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928, diumumkanlah penggunaan Bahasa Indonesia
sebagai bahasa untuk Negara Indonesia pascakemerdekaan. Secara yuridis, baru tanggal 18
Agustus 1945 bahasa Indonesia secara resmi diakui keberadaannya dan ditetapkan dalam
UUD 1945 pasal 36.
Ada beberapa ejaan yang pernah diguankan di Indonesia, antara lain ejaan Van
Ophuysen, ejaan republik, dan ejaan yang masih digunakan sampai sekarang yaitu ejaan yang
disempurnakan atau biasa disingkat EYD.

Kedudukan sebagai Bahasa Nasional:


1. Lambang kebanggaan Nasional
2. Lambang Identitas Nasional
3. Alat pemersatu
4. Alat penghubung antarbudaya
Kedudukan sebagai Bahasa Negara :
1. Bahasa resmi kenegaraan
2. Bahasa pengantar resmi lembaga pendidikan
3. Bahasa resmi di dalam perhubungan dan pembangunan
4. Bahasa resmi kebudayaan dan IPTEK
B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, kedepannya penulis
akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber-
sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggung jawabkan. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca.

17
18
DAFTAR PUSTAKA

https://www.studocu.com/id/document/sekolah-tinggi-teknologi-bandung/bahasa-inggris/
makalah-kelompok-1-sejarah-kedudukan-dan-fungsi-bahasa/24919556

Tanggal akses: selasa, 19 september 2023.

19

Anda mungkin juga menyukai