Anda di halaman 1dari 34

KEDUDUKAN SEJARAH DAN FUNGSI

BAHASA INDONESIA
(Makalahinidibuatuntukmemenuhimatakuliah)
BAHASA INDONESIA

DosenPengampu :
EndangRusiana, M.Pd

Dibuat oleh Kelompok3 :


1. Amali Husniyati (2201281)
2. Dewi Nur Laeliwardatul Fadliyah (2201297)
3. GhefiraNurzahira (2201266)

SEMESTER 2 TAHUN AKADEMIK 2022/2023


PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
AKADEMI KEBIDANAN KH.PUTRA BREBES
Jl.Raya Benda SirampogBrebesKab.Brebes-prov Jawatengahindnesiakode 52272
No.Telp (02895102000) Faxmile(0283,4314010), email
akbidkhputra@gmail.com
KATA PENGANTAR

Tujuan dari pendidikan tinggi adalah mewujudkan manusia yang beriman


dan bertakwa kepadaTuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia sehat,
berilmu,cakap, kreatif, mandiri terampil kompeten, dan berbudaya untuk
kepentingan bangsa.Terkait dengan tujuan tersebut,mata kuliah Bahasa Indonesia
perlu dikembangkan untuk tujuan yang lebih khusus.
Yang dimaksud tujuan khusus ini adalah mampu mengarahkan pada maha
siswa untuk memiliki rasa kebangsaan dan bela negara yang tinggi.Hal tersebut
dilakukan sebab banyak ditemukan turunnya rasa nasionalisme maha siswa
dengan mulai ditinggalkannya nilai-nilai kebangsaan dan bela negara.
Penyusun sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bagi kami sebagai penyusun merasa
bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. LatarBelakang
B. RumusanMasalah
C. Tujuanpenulisan
D. ManfaatPenulisan
BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarah Bahasa Indonesia
B. Bahasa Indonesia SebelumKemerdekaan
C. Bahasa Indonesia SesudahKemerdekaan
D. Kedudukan Dan Fungsi Indonesia
BAB III PENUTUPAN
A. Kesimpulan
B. Saran
DAPTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. LatarBelakang
Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang berasal dari Bahasa Melayu.
Bahasa tersebut digunakan sebagai bahasa perantara (lingua franca) atau
bahasa pergaulan, di hamper seluruh wilayah Asia Tenggara. Hal ini diperkuat
dengan ditemukannya prasasti-prasasti kuno yang ditulis dengan
menggunakan bahasaMelayu.
Bahasa Indonesia dikumandangkan secara resmi pada tanggal 28
Oktober 1928 yang bertepatan dengan peristiwa SumpahPemuda. Peresmian
nama bahasa Indonesia tersebut bermakna politis sebab bahasa Indonesia
dijadikan sebagai alat perjuangan oleh kaum nasionalis yang sekaligus
bertindak sebagai perencana bahasa untuk mencapai negara Indonesia yang
merdeka dan berdaulat. Peresmian nama itu juga menunjukan bahwa
sebelum peristiwa Sumpah Pemuda itu nama bahasa Indonesia sudah ada.
Fakta sejarah menunjukkan bahwa sebelum tahun 1928 telah ada gerakan
kebangsaan yang menggunakan nama “Indonesia” dan dengan sendirinya pada
mereka telah ada suatu konsep tentang Bahasa Indonesia. Alasan yang kuat
sehingga bahasa Indonesia dijadikan sebagai Bahasa kebangsaan adalah (1)
bahasa Indonesia sudah merupakan lingua franca, yakni bahasa perhubung
antar etnis diIndonesia, (2) walaupun jumlah penutur aslinya tidak sebanyak
penutur bahasaJawa, Sunda, atau Bahasa Madura, bahasa Melayu memiliki
daerah penyebaran yang sangat luas dan yang melampaui batas-batas wilayah
bahasa lain, (3) Bahasa Melayu masih berkerabat dengan bahasa-bahasa
nusantara lain sehingga tidak dianggap sebagai bahasa asing lagi, (4) Bahasa
Melayu mempunyai sistem yang sederhana sehingga relative mudah
dipelajari, (5) fakto rpsikologis, yaitu adanya kerelaan dan keinsafan dari

penutur bahasa Jawa dan Sunda, serta penutur bahasa-bahasa lain, untuk
menerima bahasa Melayu sebagai Bahasa persatuan ,(6) bahasa Melayu
memiliki sesanggupan untuk dapat dipakai sebagai bahasa kebudayaan dalam
arti yang luas.

B. RumusanMasalah
1. Bagaimana sejarah perkembangan bahasa Indonesia?
2. Bagaimana kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia?

C. TujuanPenulisan
1. Untuk mengetahui sejarah perkembangan bahasa Indonesia.
2. Untuk mengetahui kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAAN

A. Sejarah Bahasa Indonesia


Para ahli sependapat bahwa cikal bakal bahasa Indonesia adalah
Bahasa melayu kuno yang dalam perkembangannya kemudian melahirkan
sejumlah dialek regional dan dialek sosial yang tersebar luas di wilayah Asia
Tenggara. Selain itu, bahasa melayu yang menurut para pakar (Blust
1983,1984, Nothofer 1996, Collins 2005) berasal dari wilayah Kalimantan
Barat telah pula melahirkan dua dialek/ragam politis, yaitu bahasa Indonesia
dan bahasa Malaysia, disamping dua ragampolitis lain yaitu bahasa Melayu di
Singapura dan bahasa Melayu di Brunei Darussalam.
Bukti bahwa bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu kuno adalah
adanya sejumlah prasasti yang di temukan di pulau Sumatera
,PulauBangka ,Semenanjung Malaya (wilayah Malaysia sekarang) dan di
Pulau Jawa. Prasasti-prasasti itu ditulis dengan menggunakan huruf pallawa,
yakni aksara yang dibawah oleh orang-orang Hindu ke Indonesia.
Ada juga,menuru tTeeluw(1961) prasasti yang ditulis dengan huruf Arab,
dan ini tentunya prasasti yang dibuat sesudah masuknya agama Islam ke
Indonesia.Menurut Kridalaksana (1991) sudahada 18 buah prasasti yang
sudah teridentifikasi dan besar kemungkinan akan bertambah lagi.
Sebagai contoh bentuk bahasa melayu kuno yang telah di translitrasi
kedalam huruf latin.
”Nipahat di welanya yang walagriwijayakaliwatmanapik yang
bhumijayatida bhakti ka griwajaya.”
Secara harfiah artinya: Di pahat di waktunya yang tentara sriwijaya
telah menyerang tanah jawa tidak takluk ke sriwijaya
Makna sebenarnya: Di pahat pada waktu tentara sriwijaya telah
menyerang tanah Dari kutipan tersebut dapat dikenali sejumlah kata yang
hingga yang
Dari kutipan tersebu tdapat dikenali sejumlah kata yang hingga yang
kini masih biasa digunakan. Kata- kata itu adalah pahat, di, yang, wala(bala)
bhumi(bumi), tida(tidak), bhakti (bakti), dan ka (ke).
Kata wala menjadi bala dimana fonem [w] berubah menjadi [b] adalah
perubahan yang umum dan biasa. Ada contoh lain, yaitu watu menja dibatu
dan wankai menjadi bangkai. Fonem [bh] menjadii [b] pada kata bhumi dan
bhakti adalah juga perubahan yang biasa terjadi begitu pun fonem [a] berubah
menjadi [e] pada kata ka juga merupakan peubahan yang biasa ada contoh
lain, yaitu kata tantara menjadi tentara dan kata karena menjadi
kerana (dalam bahasa Melayukini).

B. Bahasa Indonesia Sebelum Kemerdekaan


Pada dasarnya Bahasa Indonesia berasaldaribahasaMelayu. Pada
zaman Sriwijaya, bahasa Melayudipakaisebagaibahasapenghubung
antarsuku di Nusantara dan sebagaibahasa yang di gunakandalam
perdagangan antara pedagang dari dalam Nusantara dan dari luar
Nusantara. Membahas tentang sejarah perkembangan bahasa indonesia
sebelum merdeka tidak terjadi dalam suatuwaktu yang singkat, tetapi
mengalami proses pertumbuhan berabad-abadlamanya
Pada dasarnya Bahasa Indonesia berasaldaribahasaMelayu. Padazaman
Sriwijaya, bahasa Melayu dipakai sebagaibahasa penghubungantarsuku
di Nusantara dan sebagai bahasa yang di gunakan dalam perdagangan
antara pedagang dari dalam Nusantara dan dariluar Nusantara. Membahas
tentang sejarah perkembangan bahasa Indonesia sebelum merdeka tidak
terjadi dalam suatu waktu yang singkat, tetapimengalami proses
pertumbuhanberabad-abad lamanya. Kata wala menjadi bala dimana fonem
[w] berubah menjadi [b] adalah perubahan yang umum dan biasa. Ada
contohlain, yaitu watu menjadi bat udan wankai menjadi bangkai. Fonem [bh]
menjadii [b] pada kata bhumi danbhakti adalah juga perubahan yang biasa
terjadi begitu punfonem[a] berubah menjadi [e] pada kata ka juga merupakan
peubahan yang biasa ada contoh lain, yaitu kata tantara menjadi tentara dan
kata karena menjadi kerana (dalam bahasa Melayukini).
Pada dasarnya Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Pada
zaman Sriwijaya, bahasa Melayu dipakai sebagai bahasa penghubung antar
suku di Nusantara dan sebagai bahasa yang di gunakan dalam
perdagangan antara pedagang dari dalam Nusantara dan dari Luar
Nusantara.Membahas tentang sejarah perkembangan bahasa Indonesia
sebelum merdeka tidak terjadi dalam suatu waktu yang singkat, tetapi
mengalami proses pertumbuhan berabad-abad lamanya.
Alasan dipilihnya Bahasa Melayu sebagai bahasa nasional adalah
sebagai berikut:
1. Bahasa Melayu telah berabad-abad lamanya dipakai sebagai lingua franca
(bahasa perantara atau bahasa pergaulan dibidang perdagangan) di seluruh
wilayah Nusantara.
2. Bahasa Melayu mempunyai struktur sederhana sehingga mudah dipelajari,
mudah dikembangkan pemakaiannya, dan mudah menerima pengaruh
luar untuk memerkaya dan menyempurnakan fungsinya.
3. Bahasa Melayu bersifat demokratis, tidak memperlihatkan adanya
perbedaan tingkatan bahasa berdasarkan perbedaan status social
pemakainya, sehingga tidak menimbulkan perasaan sentimen dan
perpecahan.
4. Adanya semangat kebangsaan yang besar dari pemakai Bahasa daerah
lain untuk menerima bahasa Melayu sebagai Bahasa persatuan.
5. Adanya semangat rela berkorban dari masyarakat Jawa demi tujuan yang
mulia.
Bahasa Melayu adalah bahasa kebangsaan Brunei ,Indonesia,
Malaysia, dan Singapura. Bahasa Indonesia yang berkedudukan sebagai
bahasa kebangsaan dan bahasa resmi Negara Republik Indonesia
merupakan sebuah dialek bahasa Melayu, yang pokoknya dari Bahasa
Melayu Riau (bahasa Melayu dari provinsi Riau,Sumatera, Indonesia).
Agaknya terlalu sederhana untuk mengatakan bahwa Bahasa
Indonesia berasal dari Bahasa Melayu Riau. Orang-orang lupa bahwa
Bahasa Melayu Riau hanyalah merupakan satu dialek dari sekian banyak
dialek Melayu yang lain. Diatas semua ini sudah terkenal di seluruh
Nusantara suatu bahasa perhubungan, suatu lingua Franca yang disebut
dengan Melayu Pasar. Melayu Pasar inilah yang merupakan faktor yang
paling penting untuk di terimanya.
Nama Melayu mula-mula digunakan sebagai nama kerajaan tua di
daerah Jambi di tepi sungai Batang hari, yang pada pertengahan abad ke-7
ditaklukkan oleh kerajaan Sriwijaya. Selama empat abad, kerajaan ini
berkuasa di daerah Sumatera Selatan bagian Timur dan di bawah
pemerintahan raja-raja Syailendra bukan saja menjadi pusat politik di Asia
Tenggara, melainkan juga menjadi pusat ilmu pengetahuan.
Untuk mengikuti pertumbuhan bahasa Indonesia dari awal mula
terdapatnya faktor-faktor historis hingga sekarang, baiklah kita mengikuti
beberapa perkembangan berikut.
1. Masa Prakolonial
Walaupun bukti-bukti tertulis masih kurang, dapat di pastikan
bahasa yang di pakai oleh kerajaan Sriwijaya pada abad VII adalah Bahasa
Melayu. Perkembangan dan pertumbuhan Bahasa Melayu tampak lebih
jelas dari berbagai peninggalan-peninggalan bersejarah misalnya: Tulisan
yang terdapat pada batu Nisan di Minye Tujoh, Aceh pada tahun
1380 M, Prasasti Kedukan Bukit, di Palembang, pada tahun 683,
Prasasti Talang Tuo, di Palembang, pada tahun 684, Prasasti Kota
Kapur, di Bangka Barat, pada tahun 686, Prasasti Karang Brahi
Bangko, Merangi, Jambi, pada tahun 688.
Walaupun bukti tertulis hamper tidak ada, dengan adanya bermacam-
macam dialek Melayu yang tersebar di seluruh Nusantara seperti dialek
Melayu Ambon, Larantuka, Kupang Betawi, dan Manado, dapatlah
dipastikan bahwa bahasa Melayu sudah mengalami penyebaran seluas itu.
Dalam kesusastraan Tiongkok terdapat berita-berita tentang musafir-
musafir Cina yang bertahun-tahun tinggal di kota-kota Indonesia.
Mereka mempergunakan bahasa penduduk asli yang disebut
Kwu’unLun. I Tsing yang belajar di Sriwijaya pada akhir abad VII juga
menggunakan bahasa itu.
2. Masa Kolonial
Ketika orang-orang Barat sampai di Indonesia pada abad ke XVI,
mereka menghadapi suatu kenyataan, yaitu bahasa Melayu merupakan
suatu bahasa resmi dalam pergaulan dan bahasa perantara dalam
perdagangan (lingua franca). Hal ini dapat di buktikan dari beberapa
kenyataan berikut. Seorang Portugis bernama Pigafetta, setelah
menjunjung Tidore, menyusun semacam daftar kata pada tahun 1522;
berarti sebelum itu bahasa Melayu sudah tersebar sampai Kepulauan
Maluku.
Baik bangsa Portugis maupun bangsa Belanda yang dating ke
Indonesia mendirikan sekolah-sekolah. Mereka terbentur pada soal
bahasa pengantar. Usaha-usaha untuk memakai bahasa Portugis atau
bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar selalu mengalami kegagalan.
Demikianlah pengakuan seorang Belanda yang bernama Danckaerts dalam
tahun 1631.
Ia menyatakan bahwa kebanyakan sekolah di Maluku itu
kebanyakan memakai bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar.
Kegagalan di dalam memakai bahasa-bahasa Barat itu
memuncak dengan keluarnya suatu keputusan pemerintah kolonial, KB
1871 No.104, yang menyatakan bahwa pengajaran di sekolah-sekolah
Bumi Putra, kalau tidak digunakan bahasa Melayu, di berikan dalam
Bahasa daerah.
3. Masa PergerakanKemerdekaan
Dengan lahirnya Budi Utomo pada tahun 1908 sebagai
penggerakan kemerdekaan, terasa sangat diperlukan suatu bahasa untuk
mengikat bermacam-macam suku bangsa di Indonesia.Pergerakan yang
besar dan hebat hanya dapat berhasil kalau semua rakyat di ikut sertakan.
Untuk itu merekam pencari suatu bahasa yang dapat dipahami dan dipakai
semua orang.Pada mulanya memang sulit untuk menentukan bahasa mana
yang akan menjadi bahasa persatuan. Tiap perhimpunan pemuda, apakah
Jong Java, Jong Sumatra atau Jong Ambon, lebih suka menggunakan
bahasa daerahnya sendiri. Budi Utomo, misalnya lebih menekankan
kebudayaan dan bahasa Jawa. Hal-hal ini dirasakan sangat menghambat
persatuan dan kesatuan yang hendak dicapai. Mengingat kesulitan-
kesulitan untuk mempersatukan berbagai suku bangsa di Indonesia, pada
tahun 1926 Jong Java merasa perlu mengakui suatu bahasa daerah sebagai
media penghubung pemuda-pemudi Indonesia. Bahasa melayu dipilih
sebagai bahasa pengantar. Pemuda-pemudi di Sumatra sudah lebih dulu
menyatakan dengan tegas hasrat mereka agar bahasa Melayu Riau,
yang juga disebut Melayu Tinggi, diakui sebagai bahasa persatuan.
Walaupun dengan adanya hasrat yang tegas ini, sebagai majalah Jong Java
dan Jong Sumatranen Bond masih ditulis dalam bahasa Belanda. Perlu
pula dicatat jasa beberapa Surat kabar yang turut menyebarluaskan
bahasa Melayu, seperti Bianglala, Bintang Timoer, Kaum Moeda, dan
Neratja. Disamping pengaruhnya yang sangat besar dalam perkembangan
bahasa Melayu, media tersebut sekaligus menjadi penghubung dan tempat
latihan bagi putra-putri Indonesia untuk mengutarakan berbagai macam
masalah .Dengan adanya bermacam-macam factor seperti disebutkan
diatas, akhirnya tibalah saat diadakan Kongres Pemuda Indonesia di
Jakarta, yaitu pada tanggal 28 Oktober 1928. Sebagai hasil yang
paling gemilang dari kongres itu, diadakan ikrar bersama yang terkenal
dengan nama Sumpah Pemuda, yang berbunyi: “Kami poetera dan poeteri
Indonesia mengakoe bertoempah darah satoe, Tanah Air Indonesia .Kami
poetera dan poeteri Indonesia mengakoe berbangsa satoe,Bangsa
Indonesia.Kami poetera dan poeteri Indonesia Mendjoendjoeng bahasa
persatoean, Bahasa Indonesia”
C. Bahasa Indonesia Setelah Kemerdekaan
Sehari setelah proklamasi kemerdekaan, tanggal 18 Agustus 1945,
dalam UUD 1945 ditetapkanlah bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara pada
pasal 36. Pada tanggal 19 Maret 1947”bahasa Negara adalah bahasa
Indonesia”. Penggunaan Ejaan Republik (Ejaan Soewandi) diresmikan
menggantikan Ejaan van Ophuysen yang berlaku sejak tahun 1901.
Ejaan Van Ophuysen ditetapkan pada tahun 1901 dan diterbitkan
dalam sebuah buku Kitab Logat Melajoe. Sejak ditetapkannya itu, ejaan Van
Ophuysen pun dinyatakan berlaku. Sesuai dengan namanya ejaan itu disusun
oleh Ch.A.Van Ophuysen, yang dibantu oleh Engku Nawawi gelar Soetan
Ma’moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim.
Sebelum ejaan Van Ophuysen disusun para penulis pada umumnya
mempunyai aturan sendiri-sendiri dalam menuliskan konsonan, vokal, kata,
kalimat, dan tanda baca. Oleh karena itu, sistem ejaan yang digunakan pada
waktu itu sangat beragam. Terbitnya ejaan Van Ophuysen mengurangi
kekacauan ejaan yang terjadi pada masa itu.
Beberapa hal yang cukup menonjol dalam Ejaan Van Ophuysen antara
lain sebagai berikut :
1. Huruf y ditulis dengan j, misalnya:
Sayang → Sajang
Yakin →Jakin
Saya →Saja
2. Huruf u ditulis dengan oe, misalnya::
Umum →Oemoem
Sempurna →Sempoerna
3. Huruf k pada akhir kata atau suku kata ditulis dengan tanda koma diatas,
misalnya:
Rakyat → Ra’yat
Bapak → Bapa’
Rusak → Rusa’
4. Huruf j ditulis dengan dj, misalnya :
Jakarta→ Djakarta
Raja → Radja
Jalan → Djalan
5. Huruf c ditulis dengan tj, misalnya :
Pacar → Patjar
Cara → Tjara
Ejaan Republik ialah ejaan baru yang disusun oleh Mr. Soewandi.
Penyusunan ejaan baru dimaksudkan untuk menyempurnakan ejaan yang
berlaku sebelumnya yaitu ejaan Van Ophuysen juga untuk menyederhanakan
sistem ejaan bahasa Indonesia. Pada tanggal 19 Maret 1947, setelah selesai
disusun ejaan baru itu diresmikan dan ditetapkan berdasarkan surat keputusan
menteri pendidikan, pengajaran, dan kebudayaan Republik Indonesia Nomor
264/Bhg.A, tanggal 19 Maret 1947. Ejaan baru itu diresmikan dengan Nama
Ejaan Republik. Ejaan Repubik lazim disebut Ejaan Soewandi karena Nama
itu disesuaikan dengan Nama orang yang memprakarsainya. Seperti kita
ketahui, Soewandi merupakan Nama Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan
Kebudayaan ketika ejaan itu disusun oleh karena itu, kiranya wajar jika ejaan
yang disusunnya juga dikenal sebagai Ejaan Soewandi.
Ejaan yang terakhir yang berlaku sampai sekarang adalah Ejaan yang
disempurnakan. Ejaan ini diresmikan pada tahun 1972. Sebelum EYD,
Lembaga Bahasa dan Kesusastraan, (sekarang Pusat Bahasa), pada tahun 1967
mengeluarkan Ejaan Baru (Ejaan LBK). Ejaan Baru pada dasarnya merupakan
lanjutan dari usaha yang telah dirintis oleh panitia Ejaan Malindo. Para
pelaksananya pun di samping terdiri dari panitia Ejaan LBK, juga dari panitia
ejaan dari Malaysia. Panitia itu berhasil merumuskan suatu konsep ejaan yang
kemudian diberi nama Ejaan Baru. Panitia itu bekerja atas dasar surat
keputusan menteri pendidikan dan kebudayaan no.062/67, tanggal 19
September 1967.
Pada 23 Mei 1972, sebuah pernyataan bersama ditandatangani oleh
Menteri Pelajaran Malaysia Tun Hussein Onn dan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Indonesia, Mashuri. Pernyataan bersama tersebut mengandung
persetujuan untuk melaksanakan asas yang telah disepakati oleh para ahli dari
kedua negara tentang Ejaan Baru dan Ejaan Yang Disempurnakan. Pada
tanggal 16 Agustus 1972, berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 57 Tahun
1972, berlakulah sistem ejaan Latin bagi bahasa Melayu ("Rumi" dalam istilah
bahasa Melayu Malaysia) dan bahasa Indonesia. Di Malaysia, ejaan baru
bersama ini dirujuk sebagai Ejaan Rumi Bersama (ERB). Pada waktu pidato
kenegaraan untuk memperingati Hari Ulang Tahun Kemerdakan Republik
Indonesia yang ke XXVII, tanggal 17 Agustus 1972 diresmikanlah
pemakaikan ejaan baru untuk bahasa Indonesia oleh Presiden Republik
Indonesia. Dengan Keputusan Presiden No. 57 tahun 1972, ejaan tersebut
dikenal dengan nama Ejaan Bahasa oleh kerja panitia ejaan bahasa Indonesia
yang telah dibentuk pada tahun 1966. Ejaan Bahasa Indonesia Yang
Disempurnakan ini merupakan penyederhanaan serta penyempurnaan dari
pada Ejaan Suwandi atau ejaan Republik yang dipakai sejak bulan Maret
1947.
Selanjutnya pada tanggal 12 Oktober 1972, Panitia Pengembangan
Bahasa Indonesia Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menerbitkan buku
"Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan" dengan
penjelasan kaidah penggunaan yang lebih luas.
Setelah itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan Keputusan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tanggal 27 Agustus 1975 Nomor
0196/U/1975 memberlakukan "Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan" dan "Pedoman Umum Pembentukan Istilah". Garis Waktu
Peresmian Ejaan
1. Tahun 1901 ejaan yang digunakan ejaan van ophuijsen
2. Ejaan republik diresmikan 1947
3. Berdasarkan Putusan Presiden No.57, Tahun 1972, diresmikan pemakaian
Ejaan Bahasa Indonesia. Departemen pendidikan dan Kebudayaan
menyebarkan buku kecil yang berjudul Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia
yang Disempurnakan.
4. Tahun 1975 dikeluarkan Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan (EYD) dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah oleh
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat putusannya No.
0196/1975.
5. Lima tahun sekali, Ejaan Bahasa Indonesia senantiasa disempurnakan
hingga sekarang melalui Kongres Nasional Bahasa Indonesia dengan
motor penggerak Pusat Bahasa.
6. Pada tahun 1987 kedua pedoman tersebut direvisi. Edisi revisi dikuatkan
dengan Surat Putusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.
0543a/U/1987, tanggal 9 September 1987.
Di era kesejagatan kini, Bahasa Indonesia dipelajari di berbagai

D. Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia


Sebagai bahasa nasional; kedudukannya berada diatas bahasa-bahasa
daerah. Selain itu, di dalam Undang-Undang Dasar 1945 tercantum pasal
khusus (Bab XV, Pasal 36) mengenai kedudukanbahasa Indonesia yang
menyatakan bahwa bahasa negara ialah bahasa Indonesia. Dengan kata lain,
ada dua macam kedudukan bahasa Indonesia. Pertama, bahasa Indonesia
berkedudukan sebagai bahasa nasional sesuai dengan sumpah pemuda 1928;
kedua, bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa negara sesuai dengan
Undang-Undang Dasar 1945.
Bahasa Indonesia memiliki kedudukan yang sangat penting yang
tercantum di dalam:
1. Ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928 dengan bunyi, “Kami putra dan putri
Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia”.\
2. Undang- Undang Dasar RI 1945 Bab XV (Bendera, Bahasa, dan lambing
Negara, serta Lagu Kebangsaan) Pasal 36 menyatakan bahwa “Bahasa
Negara ialah Bahasa Indonesia”.
Maka kedudukan Bahasa Indonesia sebagai:
1. Bahasa Nasional
Kedudukannya berada diatas bahasa-bahasa daerah. Hasil
Perumusan Seminar Politik Bahasa Nasional yang diselenggarakan di
Jakarta pada tanggal 25-28 Februari 1975 menegaskan bahwa dalam
kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi
sebagai:
a. Lambang kebanggaan Nasional.
Sebagai lambang kebanggaan Nasional bahasa Indonesia
memancarkan nilai-nilai sosial budaya luhur bangsa Indonesia. Dengan
keluhuran nilai yang dicerminkan bangsa Indonesia, kita harus bangga,
menjunjung dan mempertahankannya.
Sebagai realisasi kebanggaan terhadap bahasa Indonesia, harus
memakainya tanpa ada rasa rendah diri, malu, dan acuh tak acuh. Kita
harus bangga memakainya dengan memelihara dan
mengembangkannya.
b. Lambang Identitas Nasional.
Sebagai lambang identitas nasional, bahasa Indonesia
merupakan lambang bangsa Indonesia. Berarti bahasa Indonesia akan
dapat mengetahui identitas seseorang, yaitu sifat, tingkah laku, dan
watak sebagai bangsa Indonesia. Kita harus menjaganya jangan sampai
ciri kepribadian kita tidak tercermin di dalamnya. Jangan sampai
bahasa Indonesia tidak menunjukkan gambaran bangsa Indonesia yang
sebenarnya.
c. Alat pemersatu berbagai masyarakat yang berbeda-beda latar belakang
sosial budaya dan bahasanya.
Dengan fungsi ini memungkinkan masyarakat Indonesia yang
beragam latar belakang sosial budaya dan berbeda-beda bahasanya
dapat menyatu dan bersatu dalam kebangsaan, cita-cita, dan rasa nasib\
yang sama. Dengan bahasa Indonesia, bangsa Indonesia merasa aman
dan serasi hidupnya, karena mereka tidak merasa bersaing dan tidak
merasa lagi ‘dijajah’ oleh masyarakat suku lain.
Karena dengan adanya kenyataan bahwa dengan menggunakan
bahasa Indonesia, identitas suku dan nilai-nilai sosial budaya daerah
masih tercermin dalam bahasa daerah masing-masing. Kedudukan dan
fungsi bahasa daerah masih tegar dan tidak bergoyah sedikit pun.
Bahkan, bahasa daerah diharapkan dapat memperkaya khazanah
bahasa Indonesia.
d. Alat penghubung antar budaya antar daerah.
Manfaat bahasa Indonesia dapat dirasakan dalam kehidupan
sehari- hari. Dengan bahasa Indonesia seseorang dapat saling
berhubungan untuk segala aspek kehidupan. Bagi pemerintah, segala
kebijakan dan strategi yang berhubungan dengan ideologi, politik,
ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, dan kemanan mudah
diinformasikan kepada warga.
Apabila arus informasi antarmanusia meningkat berarti akan
mempercepat peningkatan pengetahuan seseorang. Apabila
pengetahuan seseorang meningkat berarti tujuan pembangunan akan
cepat tercapai.
2. Bahasa Negara (Bahasa resmi Negara Kesatuan Republik Indonesia)
Dalam Hasil Perumusan Seminar Politik Bahasa Nasional yang
diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 25 s.d. 28 Februari 1975
dikemukakan bahwa di dalam kedudukannya sebagai bahasa negara,
bahasa Indonesia berfungsi sebagai:
a. Bahasa resmi kenegaraan.
Bukti bahwa bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi
kenegaraan adalah digunakannya bahasa Indonesia dalam naskah
proklamasi kemerdekaan RI 1945. Mulai saat itu bahasa Indonesia
digunakan dalam segala upacara, peristiwa serta kegiatan kenegaraan.
b. Bahasa pengantar resmi dilembaga-lembaga pendidikan.
Bahasa Indonesia dipakai sebagai bahasa pengantar di
lembaga-lembaga pendidikan mulai dari Taman Kanak-Kanak sampai
dengan Perguruan Tinggi. Untuk memperlancar kegiatan belajar
mengajar, materi pelajaran yang berbentuk media cetak hendaknya
juga berbahasa Indonesia. Hal ini dapat dilakukan dengan
menerjemahkan buku-buku yang berbahasa asing. Apabila hal ini
dilakukan, sangat membantu peningkatan perkembangan bahasa
Indonesia sebagai bahasa ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek).
c. Bahasa resmi di dalam perhubungan pada tingkat nasional untuk
Kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta
pemerintah. Bahasa Indonesia dipakai dalam hubungan antarbadan
pemerintah dan penyebarluasan informasi kepada masyarakat.
Sehubungan dengan itu hendaknya diadakan penyeragaman sistem
administrasi dan mutu media komunikasi massa. Tujuan
penyeragaman dan peningkatan mutu tersebut agar isi atau pesan yang
disampaikan dapat dengan cepat dan tepat diterima oleh masyarakat.
d. Bahasa resmi di dalam pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan
ilmu pengetahuan serta teknologi modern.
Kebudayaan nasional yang beragam yang berasal dari
masyarakat Indonesia yang beragam pula. Dalam penyebarluasan ilmu
dan teknologi modern agar jangkauan pemakaiannya lebih luas,
penyebaran ilmu dan teknologi, baik melalui buku-buku pelajaran,
buku-buku populer, majalah-majalah ilmiah maupun media cetak lain,
hendaknya menggunakan bahasa Indonesia. Pelaksanaan ini
mempunyai hubungan timbal-balik dengan fungsinya sebagai bahasa
ilmu yang dirintis lewat lembaga-lembaga pendidikan, khususnya di
perguruan tinggi.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pemahaman terhadap kedudukan dan fungsi Bahasa Indonesia dapat
menjadi dasar menumbuhkan jiwa nasionalisme kaum muda dan pelajar.
Dalam hal ini bahasa Indonesia mempunyai dua kedudukan sebagai bahasa
nasional bahasa berfungsi sebagai lambang kebangsaan ,identitas
nasional,alat penghubung antar warga,antar daerah dan antar budaya dan alat
pemersatu suku budaya dan bahasa di Nusantara.
Sedangkan dalam kedudukan sebagai bahasa negara bahasa indonesia
berfungsi sebagai bahasa resmi kenegaraan, bahasa pengantar pendidikan,
alat penghubung tingkat nasional dan penghubung keudayaan,ilmu
pengetahuan dan teknologi. Mengingat pentingnya kedudukan dan fungsi
bahasa indonesia penulis mengajar kaum muda dan pelajar untuk menjaga
dan terus mengembangkan agar bahasa indonesia terus bertahan dan
berkembang dalam masa yang akan datang.

Bahasa indonesia adalah bahasa resmi Republik Indonesia


sebagaimana disebutkan dalam UUD RI 1945, pasal 36 “ bahasa Negara
adalah bahasa Indonesia”. Sejarah bahasa indonesia telah tumbuh dan
berkembang sekitar abad ke VII dari bahasa Melayu sejak zaman dulu sudah
dipergunakan sebagai bahasa penghubung bukan hanya di Kepulauan
Nusantara, melainkan jug di seluruh Asia Tenggara.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan ,
kedepannya semoga penulis akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan
tentang makalah di atas dengan sumber-sumber yang lebih banyak lagi. Oleh
karna itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

http://materi-mata-kuliah-co.id/2014/09/sejarah-kedudukan-dan-fungsi-bahasa-
indonesia.html.Diakses pada tanggal 21 Januari 2023 pukul 09.00 WIB
Nugroho,Agung “ pemahaman kedudukan dan fungsi bahasa indonesia sebagai
dasar jiwa nasionalisme’, prosiding seminar Nasional Bulan Bahasa UNIB 2015’,
Volume 1 No 236, STKIP PGRI Lubuklinggau.
Sari Indah Puspita”, pentingnya kedudukan dan fungsi bahasa indonesia sebagai
pemersatu negara kesatuan republik indonesia (NKRI)”. Prosiding semianar
Nasional Bulan Bahasa UNIB 2015”.
Sujinah fatih, DKK. Buku ajar Bahasa Indonesia Edisi Revisi, UMSurabaya
publising surabaya 2018.

Sehari setelah proklamasi kemerdekaan, tanggal 18 Agustus 1945,


dalam UUD 1945 ditetapkanlah bahasa Indonesia sebagai bahasa
Negara pada pasal 36. Pada tanggal 19 Maret 1947”bahasa Negara
adalah bahasa Indonesia”. Penggunaan Ejaan Republik (Ejaan
Soewandi) diresmikan menggantikan Ejaan van Ophuysen yang berlaku
Sehari setelah proklamasi kemerdekaan, tanggal 18 Agustus 1945,
dalam UUD 1945 ditetapkanlah bahasa Indonesia sebagai bahasa
Negara pada pasal 36. Pada tanggal 19 Maret 1947”bahasa Negara
adalah bahasa Indonesia”. Penggunaan Ejaan Republik (Ejaan
Soewandi) diresmikan menggantikan Ejaan van Ophuysen yang berlaku
Sehari setelah proklamasi kemerdekaan, tanggal 18 Agustus 1945,
dalam UUD 1945 ditetapkanlah bahasa Indonesia sebagai bahasa
Negara pada pasal 36. Pada tanggal 19 Maret 1947”bahasa Negara
adalah bahasa Indonesia”. Penggunaan Ejaan Republik (Ejaan
Soewandi) diresmikan menggantikan Ejaan van Ophuysen yang berlaku
Sehari setelah proklamasi kemerdekaan, tanggal 18 Agustus 1945,
dalam UUD 1945 ditetapkanlah bahasa Indonesia sebagai bahasa
Negara pada pasal 36. Pada tanggal 19 Maret 1947”bahasa Negara
adalah bahasa Indonesia”. Penggunaan Ejaan Republik (Ejaan
Soewandi) diresmikan menggantikan Ejaan van Ophuysen yang berlaku
Sehari setelah proklamasi kemerdekaan, tanggal 18 Agustus 1945,
dalam UUD 1945 ditetapkanlah bahasa Indonesia sebagai bahasa
Negara pada pasal 36. Pada tanggal 19 Maret 1947”bahasa Negara
adalah bahasa Indonesia”. Penggunaan Ejaan Republik (Ejaan
Soewandi) diresmikan menggantikan Ejaan van Ophuysen yang berlaku
Sehari setelah proklamasi kemerdekaan, tanggal 18 Agustus 1945,
dalam UUD 1945 ditetapkanlah bahasa Indonesia sebagai bahasa
Negara pada pasal 36. Pada tanggal 19 Maret 1947”bahasa Negara
adalah bahasa Indonesia”. Penggunaan Ejaan Republik (Ejaan
Soewandi) diresmikan menggantikan Ejaan van Ophuysen yang berlaku

BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pemahaman terhadap kedudukan dan fungsi Bahasa Indonesia dapat
menjadi dasar menumbuhkan jiwa nasionalisme kaum muda dan
pelajar.
Dalam hal ini bahasa Indonesia mempunyai dua kedudukan yaitu sebagai
bahasa Nasional dan bahasa Negara. Dalam kedudukannya sebagai bahasa
nasional bahasa berfungsi sebagai lambang kebanggaan kebangsaan,
indentitas nasional, alat perhubungan antarwarga, antardaerah dan
antarbudaya, dan alat pemrsatu suku, budaya dan bahasa di Nusantara.
Sedangkan dalam kedudukannya sebagai bahasa negara bahasa Indonesia
berfungsi sebagai bahasa resmi kenegaraan, bahasa pengantar pendidikan,
alat perhubungan tingkat nasional dan alat pengembangan kebudayaan, ilmu
pengetahuan dan teknologi. Mengimgat pentingnya kedudukan dan
fungsi
bahasa Indonesia penulis mengajak kaum muda dan pelajar untuk menjaga
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pemahaman terhadap kedudukan dan fungsi Bahasa Indonesia dapat
menjadi dasar menumbuhkan jiwa nasionalisme kaum muda dan
pelajar.
Dalam hal ini bahasa Indonesia mempunyai dua kedudukan yaitu sebagai
bahasa Nasional dan bahasa Negara. Dalam kedudukannya sebagai bahasa
nasional bahasa berfungsi sebagai lambang kebanggaan kebangsaan,
indentitas nasional, alat perhubungan antarwarga, antardaerah dan
antarbudaya, dan alat pemrsatu suku, budaya dan bahasa di Nusantara.
Sedangkan dalam kedudukannya sebagai bahasa negara bahasa Indonesia
berfungsi sebagai bahasa resmi kenegaraan, bahasa pengantar pendidikan,
alat perhubungan tingkat nasional dan alat pengembangan kebudayaan, ilmu
pengetahuan dan teknologi. Mengimgat pentingnya kedudukan dan
fungsi
bahasa Indonesia penulis mengajak kaum muda dan pelajar untuk menjaga
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pemahaman terhadap kedudukan dan fungsi Bahasa Indonesia dapat
menjadi dasar menumbuhkan jiwa nasionalisme kaum muda dan
pelajar.
Dalam hal ini bahasa Indonesia mempunyai dua kedudukan yaitu sebagai
bahasa Nasional dan bahasa Negara. Dalam kedudukannya sebagai bahasa
nasional bahasa berfungsi sebagai lambang kebanggaan kebangsaan,
indentitas nasional, alat perhubungan antarwarga, antardaerah dan
antarbudaya, dan alat pemrsatu suku, budaya dan bahasa di Nusantara.
Sedangkan dalam kedudukannya sebagai bahasa negara bahasa Indonesia
berfungsi sebagai bahasa resmi kenegaraan, bahasa pengantar pendidikan,
alat perhubungan tingkat nasional dan alat pengembangan kebudayaan, ilmu
pengetahuan dan teknologi. Mengimgat pentingnya kedudukan dan
fungsi
bahasa Indonesia penulis mengajak kaum muda dan pelajar untuk menjaga

Bahasa Indonesia Setelah Kemerdekaan


Sehari setelah proklamasi kemerdekaan, tanggal 18 Agustus 1945,
dalam UUD 1945 ditetapkanlah bahasa Indonesia sebagai bahasa
Negara pada pasal 36. Pada tanggal 19 Maret 1947”bahasa Negara
adalah bahasa Indonesia”. Penggunaan Ejaan Republik (Ejaan
Soewandi) diresmikan menggantikan Ejaan van Ophuysen yang berlaku
sejak tahun 1901.
Ejaan Van Ophuysen ditetapkan pada tahun 1901 dan diterbitkan
dalam sebuah buku Kitab Logat Melajoe. Sejak ditetapkannya itu, ejaan
Van Ophuysen pun dinyatakan berlaku. Sesuai dengan namanya ejaan
itu disusun oleh Ch.A.Van Ophuysen, yang dibantu oleh Engku
Bahasa Indonesia Setelah Kemerdekaan
Sehari setelah proklamasi kemerdekaan, tanggal 18 Agustus 1945,
dalam UUD 1945 ditetapkanlah bahasa Indonesia sebagai bahasa
Negara pada pasal 36. Pada tanggal 19 Maret 1947”bahasa Negara
adalah bahasa Indonesia”. Penggunaan Ejaan Republik (Ejaan
Soewandi) diresmikan menggantikan Ejaan van Ophuysen yang berlaku
sejak tahun 1901.
Ejaan Van Ophuysen ditetapkan pada tahun 1901 dan diterbitkan
dalam sebuah buku Kitab Logat Melajoe. Sejak ditetapkannya itu, ejaan
Van Ophuysen pun dinyatakan berlaku. Sesuai dengan namanya ejaan
itu disusun oleh Ch.A.Van Ophuysen, yang dibantu oleh Engku
Bahasa Indonesia Setelah Kemerdekaan
Sehari setelah proklamasi kemerdekaan, tanggal 18 Agustus 1945,
dalam UUD 1945 ditetapkanlah bahasa Indonesia sebagai bahasa
Negara pada pasal 36. Pada tanggal 19 Maret 1947”bahasa Negara
adalah bahasa Indonesia”. Penggunaan Ejaan Republik (Ejaan
Soewandi) diresmikan menggantikan Ejaan van Ophuysen yang berlaku
sejak tahun 1901.
Ejaan Van Ophuysen ditetapkan pada tahun 1901 dan diterbitkan
dalam sebuah buku Kitab Logat Melajoe. Sejak ditetapkannya itu, ejaan
Van Ophuysen pun dinyatakan berlaku. Sesuai dengan namanya ejaan
itu disusun oleh Ch.A.Van Ophuysen, yang dibantu oleh Engku
Bahasa Indonesia Setelah Kemerdekaan
Sehari setelah proklamasi kemerdekaan, tanggal 18 Agustus 1945,
dalam UUD 1945 ditetapkanlah bahasa Indonesia sebagai bahasa
Negara pada pasal 36. Pada tanggal 19 Maret 1947”bahasa Negara
adalah bahasa Indonesia”. Penggunaan Ejaan Republik (Ejaan
Soewandi) diresmikan menggantikan Ejaan van Ophuysen yang berlaku
sejak tahun 1901.
Ejaan Van Ophuysen ditetapkan pada tahun 1901 dan diterbitkan
dalam sebuah buku Kitab Logat Melajoe. Sejak ditetapkannya itu, ejaan
Van Ophuysen pun dinyatakan berlaku. Sesuai dengan namanya ejaan
itu disusun oleh Ch.A.Van Ophuysen, yang dibantu oleh Engku
Bahasa Indonesia Setelah Kemerdekaan
Sehari setelah proklamasi kemerdekaan, tanggal 18 Agustus 1945,
dalam UUD 1945 ditetapkanlah bahasa Indonesia sebagai bahasa
Negara pada pasal 36. Pada tanggal 19 Maret 1947”bahasa Negara
adalah bahasa Indonesia”. Penggunaan Ejaan Republik (Ejaan
Soewandi) diresmikan menggantikan Ejaan van Ophuysen yang berlaku
sejak tahun 1901.
Ejaan Van Ophuysen ditetapkan pada tahun 1901 dan diterbitkan
dalam sebuah buku Kitab Logat Melajoe. Sejak ditetapkannya itu, ejaan
Van Ophuysen pun dinyatakan berlaku. Sesuai dengan namanya ejaan
itu disusun oleh Ch.A.Van Ophuysen, yang dibantu oleh Engku

Bahasa Indonesia Setelah


Kemerdekaan
Sehari setelah proklamasi
kemerdekaan, tanggal 18
Agustus 1945,
dalam UUD 1945
ditetapkanlah bahasa
Indonesia sebagai
bahasa
Negara pada pasal 36.
Pada tanggal 19 Maret
1947”bahasa Negara
adalah bahasa
Indonesia”. Penggunaan
Ejaan Republik (Ejaan
Soewandi) diresmikan
menggantikan Ejaan van
Ophuysen yang berlaku
sejak tahun 1901.
Ejaan Van Ophuysen
ditetapkan pada tahun
1901 dan diterbitkan
dalam sebuah buku Kitab
Logat Melajoe. Sejak
ditetapkannya itu, ejaan
Van Ophuysen pun
dinyatakan berlaku. Sesuai
dengan namanya ejaan
itu disusun oleh
Ch.A.Van Ophuysen,
yang dibantu oleh
Engku
Bahasa Indonesia Setelah
Kemerdekaan
Sehari setelah proklamasi
kemerdekaan, tanggal 18
Agustus 1945,
dalam UUD 1945
ditetapkanlah bahasa
Indonesia sebagai
bahasa
Negara pada pasal 36.
Pada tanggal 19 Maret
1947”bahasa Negara
adalah bahasa
Indonesia”. Penggunaan
Ejaan Republik (Ejaan
Soewandi) diresmikan
menggantikan Ejaan van
Ophuysen yang berlaku
sejak tahun 1901.
Ejaan Van Ophuysen
ditetapkan pada tahun
1901 dan diterbitkan
dalam sebuah buku Kitab
Logat Melajoe. Sejak
ditetapkannya itu, ejaan
Van Ophuysen pun
dinyatakan berlaku. Sesuai
dengan namanya ejaan
itu disusun oleh
Ch.A.Van Ophuysen,
yang dibantu oleh
Engku
Bahasa Indonesia Setelah
Kemerdekaan
Sehari setelah proklamasi
kemerdekaan, tanggal 18
Agustus 1945,
dalam UUD 1945
ditetapkanlah bahasa
Indonesia sebagai
bahasa
Negara pada pasal 36.
Pada tanggal 19 Maret
1947”bahasa Negara
adalah bahasa
Indonesia”. Penggunaan
Ejaan Republik (Ejaan
Soewandi) diresmikan
menggantikan Ejaan van
Ophuysen yang berlaku
sejak tahun 1901.
Ejaan Van Ophuysen
ditetapkan pada tahun
1901 dan diterbitkan
dalam sebuah buku Kitab
Logat Melajoe. Sejak
ditetapkannya itu, ejaan
Van Ophuysen pun
dinyatakan berlaku. Sesuai
dengan namanya ejaan
itu disusun oleh
Ch.A.Van Ophuysen,
yang dibantu oleh
Engku
Bahasa Indonesia Setelah
Kemerdekaan
Sehari setelah proklamasi
kemerdekaan, tanggal 18
Agustus 1945,
dalam UUD 1945
ditetapkanlah bahasa
Indonesia sebagai
bahasa
Negara pada pasal 36.
Pada tanggal 19 Maret
1947”bahasa Negara
adalah bahasa
Indonesia”. Penggunaan
Ejaan Republik (Ejaan
Soewandi) diresmikan
menggantikan Ejaan van
Ophuysen yang berlaku
sejak tahun 1901.
Ejaan Van Ophuysen
ditetapkan pada tahun
1901 dan diterbitkan
dalam sebuah buku Kitab
Logat Melajoe. Sejak
ditetapkannya itu, ejaan
Van Ophuysen pun
dinyatakan berlaku. Sesuai
dengan namanya ejaan
itu disusun oleh
Ch.A.Van Ophuysen,
yang dibantu oleh
Engku
a) d.
Adanyasemangatkeba
ngsaan yang
besardaripemakaibaha
sa
b) daerah lain
untukmenerimabahasa
Melayusebagaibahasa
c) persatuan.
d) e.
Adanyasemangatrelab
erkorbandarimasyarak
atJawa demi tujuan
e) yan

Anda mungkin juga menyukai