Anda di halaman 1dari 64

Makalah Materi Bahasa Indonesia

Disusun oleh:
RAHMATULLAH AKBAR (1820202149)
RENDI KURNIAWAN (1820202150)
ADRIAN PRATAMA (1830202171)
ROHIMA MAHARANI (1820202153)
SEPTI SUHARA (1820202157)
WINNA PERMATASARI (1820202164)

DOSEN PEMBIMBING:
SRI MUJIWATI, S.Pd., M.Pd., Kons

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG
2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, sehingga kami


menyusun dan menyelesaikan makalah mata kuliah Bahasa Indonesia d
judul “Makalah Materi Bahasa Indonesia ”.
Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas atau kriteria pen
pelajaran Bahasa Indonesia oleh Ibu Sri Mujiwati, S.Pd., M.Pd., Kons
makalah ini dapat digunakan sebagai media belajar dan media pengeta
Amin.
Demikianlah makalah ini kami buat dengan harapan dapat berguna

Palembang, 25 November
Penyusun,

Kelompok 2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia juga negara yang memilikiberaneka ragam suku, budaya,
dan bahasa. Membahas tentang bahasa, bahasa indonesia adalah alat
komunikasi umum yang paling penting dalam mempersatukan seluruh
rakyat bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan
Republik Indonesia. Melalui perjalanan sejarah yang panjang, bahasa
Indonesia bahasa Indonesia telah mencapai perkembangan yang luar biasa,
baik dari segi jumlah pemakainya, maknanya maupun segi kosa kata dan
segi tata bahasanya.
Di-Era modern ini, bahasa Indonesia telah berkembang secara luas
bukan hanya di Indonesia tetapi juga di luar Indonesia, dan menjadi salah
satu kebanggaan Indonesia atas prestasi tersebut. Sehingga Bahasa
Indonesia masuk dalam kelompok mata kuliah di setiap perguruaan
Tinggi. Mahasiswa peserta Mata Kuliah Bahasa Indonesia perlu
disadarkan akan kenyataan keberhasilan ini dan ditimbulkan
kebanggaannya terhadap bahasa Nasional kita yaitu Bahasa Indonesia.
Karena kemahiran berbahasa Indonesia bagi para mahasiswa merupakan
cerminan dalam tata pikir, tata laku, tata ucap dan tata tulis berbahasa
Indonesia dalam konteks akademis maupun konteks ilmiah. Sehingga
mahasiswa kelak akan menjadi insan terpelajar bahasa Indonesia yang
akan terjun ke dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sebagai
pemimpin dalam daerahnya masing-masing.
Sehingga mahasiswa diharapkan kelak dapat mengajarkan warga
Indonesia tentang arti penting bahasa yang sebenarnya sehingga nantinya
akan menjadi warga Negara yang dapat memenuhi kewajibanya
dimanapun mereka berada dan dengan siapapun mereka bergaul di wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia tercinta ini. Kemudian mahasiswa
hendaknya menyadari akan pentinya Sejarah, Fungsi, Kedudukan dan
Pengembangan bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara dan bahasa
Nasional.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang akan kita bahas dalam makalah ini yaitu:
1. Bagaimana asal usul Bahasa Indonesia?
2. Bagaimana perkembangan Bahasa Indonesia dari masa ke masa?
3. Apa pengertian dari kata? dan bagaimana penjabarannya?
4. Apa pengertian tanda tanda baca? dan bagaimana contohnya?
5. Apa pengertian dari penomoran? dan bagaimana contohnya?
6. Apa definisi dari kalimat efektif? dan bagaimana contohnya?
7. Apa definisi dari penalaran?
8. Apa pengertian dari logika?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini ialah:
1. Untuk mengetahui sejarah perkembangan Bahasa Indonesia.
2. Untuk mengetahui kedudukan dan fungsi Bahasa Indonesia.
3. Cara menulis dengan benar
4. Dapat memberikan halaman daftar isi sehingga memudahkan
pencarian.
5. Tulisan kita bisa menjadi lebih rapi.
6. Bisa berbicara dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah-kaidahnya.
7. Bisa berpikiran lebih luwes.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Asal Usul Bahasa Indonesia

Asal bahasa Indonesia ialah bahasa Melayu. Dasar bahasa Indonesia


ialah bahasa Melayu yang disesuaikan dengan pertumbuhannya dalam
masyarakat Indonesia sekarang. Itulah pernyataan butir 8 Keputusan Seksi
A dalam Kongres Bahasa Indonesia kedua di Medan yang berlangsung 28
Oktober—2 November 1954. Keputusan itu, secara eksplisit menegaskan
kembali bahasa Melayu sebagai asal dan dasar bahasa Indonesia. 1 Setelah
kemerdekaan, bahasa Indonesia ditetapkan sebagai bahasa nasional.
Bahasa Indonesia dahulu dikenal dengan bahasa melayu yang merupakan
bahasa penghubung antar etnis yang mendiami kepulauan nusantara.
Sejarah tumbuh dan berkembangnya Bahasa Indonesia tidak lepas
dari Bahasa Melayu. Dimana Bahasa melayu sejak dahulu telah digunakan
sebagai bahasa perantara (lingua franca) atau bahasa pergaulan. Bahasa
melayu tidak hanya digunakan di Kepulauan Nusantara, tetapi juga
digunakan hampir diseluruh Asia Tenggara. Hal ini diperkuat dengan
ditemukannya Prasasti-prasasti kuno dari kerjaan di indonesia yang ditulis
dengan menggunakan Bahasa Melayu. Dan pasa saat itu Bahasa Melayu
telah berfungsi sebagai :
1. Bahasa Kebudayaan yaitu bahasa buku-buku yang berisi aturan-aturan hidup
dan satra
2. Bahasa Perhubungan (Lingua Franca) antar suku di Indonesia
3. Bahasa Perdagangan baik bagi suku yang ada di indonesia mapupun pedagang
yang berasal dari luar indonesia.
4. Bahasa resmi kerajaan.
Jadi jelashlah bahwa bahasa indonesia sumbernya adalah bahasa melayu.

2.2 Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia

1
Maman S. Mahayana, " Perkembangan Bahasa Indonesia—Melayu di Indonesia dalam
Konteks Sistem Pendidikan", Insania. Vol. 14.No. 3, Sep-Des 2009, hlm. 1
Bahasa indonesia ialah bahasa perhubungan yang berabad abad
tumbuh perlahan lahan dikalangan penduduk asia selatan dan yang setelah
bangkitnya pergerakan kebangunan rakyat manusia pada permulaan abad ke-20
dengan insyaf dengan diangkat dan dijunjung sebagai bahasa persatuan.2

2.1.1 Periode abad VI


Sutan Takddir lisyahbana menyatakan bahwa bahasa Indonesia itu adalah
bahasa yang tumbuh berabad-abad, sudah tumbuh sejak beberapa abad, bukan
baru satu atau dua abad, di Asia Selatan, di Nusantara dan setelah bangkitnya
pergerakan kemerdekan awal abad kedua puluh diangkat menjadi bahasa
persatuan3.
Dahulu bahasa yang tumbuh di Nusantara dinamakan bahasa Melayu
yang kemudian disebut bahasa Indonesia. Terdapat beberapa peninggalan masa
lampau yang menjadi bukti adanya bahasa Melayu di Indonesia yaitu bahasa
Melayu di atas empat buah batu bersurat peninggalan Kerajaan Sriwijaya, yang
ditemukan di Palembang, Jambi, dan Bangka, berisi piagam yang bertuliskan
huruf-huruf Sriwijaya. Berdasarkan bukti-bukti tersebut terdapat gambaran bahwa
pada zaman tersebut sudah memakai bahasa Melayu. Posisi kerajaan Sriwijaya
yang memiliki hubungan dagang dengan tanah-tanah/pemerintahan bahkan
sampai ke Asia Tenggara ikut membantu perkembangan bahasa Melayu. Bahasa
Melayu tidak hanya digunakan sebagai bahsa resmi dan bahasa
pengantar/perantara antara kerajaan Sriwijaya dengan orang asing, melainkan juga
dipakai sebagai bahasa kesusasteraan dan bahasa ilmu pengetahuan, dan menjadi
bahasa kebudayaan.4

2.1.2 Periode abad XV

2
Suhendar dan Pien Supinah, Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia (Bandung: Pionir
Jaya, 1994), hlm.6
3
ibid. hlm.7
4
ibid. hlm.8
Kerajaan Malaka pada abad ke 14 berhasil memerdekakan dirinya
dari kerajaan Sriwijaya dan sudah memeluk agama Islam. Kerajaan
Malaka mengalami kemajuan yang pesat karena (1)letaknya pada jalur
pelayaran antara laut Cina Selatan dan Selat Malaka, (2)Merupakan pintu
pelayaran dan perdagangan antara Timur dan Barat, (3)Bandar-bandar dan
kesusasteraan Melayu pun berkembang dipengaruhi untuk Arab.5 Pada
masa kemerdekaannya itu, bahasa dan kesusasteraan Melayu berkembang.
Bahasa Melayu dipengaruhi oleh anasir Islam (Arab) yang dibawa
saudagar-saudagar dari Persia, Gujarat, dan Pasai.

Pada tahun 1511 Malaka kalah dari Portugis sehingga


kesusasteraan Melayu yang tersimpan di perpustakaan istana musnah
terbakar. Pada tahun 1530 Sultan Aludin Riayat Syah II mendirikan
kerajaan Johor, dimana bahasa Melayu kembali dihidupkan.
Perkembangan agama islam yang terjadi pada abad ini ikut mempengaruhi
pengembangan bahasa Melayu, itu dikarenakan bahasa Melayu sebagai
bahasa pengantar. Selain melalui penyebaran agama islam, bahasa Melayu
juga menyebar melalui jalur perdagangan dan kekuasaan kerajaan.6

2.1.3 Periode abad XVI

Pada periode ini, kerajaan Johor berselisih dengan kerajaan Aceh,


sehingga kerajaan Johor meninggalkan hasil-hasil sastra dalam bentuk
buku yang ditulis dalam bahasa Melayu. Pada tahun 1600 VOC
(Vereenigde Oost Indische Compagnie) menguasai Indonesia, dan mereka
memiliki misi berdagang serta mengembangkan agama kristen. Namun,
mereka berkendala dalam segi bahasa dikarenakan setiap daerah berbeda
bahasa. Maka jalan keluarnya adalah dengan menggunakan bahasa Melayu
yang telah dipahami banyak rakyat. Lama kelamaan kekuasaan VOC
semakin meningkat, namun untuk berkomunikasi dengan raja-raja atau

5
Rierie, “Sejarah Bahasa Indonesia”, gadis22, diakses dari
http://gadis22.blogspot.com/2011/01/sejarah-bahasa-indonesia.html, pada tanggal 14 September
2018 pukul 16.37
6
Suhendar dan Pien Supinah , op. cit. hlm.9.
penduduk asli mereka harus memakai bahasa Melayu. Dengan demikian,
bahasa Melayu naik satu tingkat.

Sekitar tahun 1615, bahasa Melayu digunakan sebagai bahasa


pengantar di kota Ambon sebagaimana yang dikemukakan oleh Dr. IJ.
Brugmans dalam bukunya Geschiendenis van het Onderwijs in
Nederlandsch-Indie.7 Dengan digunakannya bahasa Melayu di kota
Ambon, itu membuktikan bahwa bahasa Melayu semakin meluas di
Nusantara.

2.1.4 Periode abad XIX


Pada permulaan abad ke-19 merupakan masa pujangga Abdullah bin
Abdulkadir Munsi. Ia mempunyai perhatian yang besar terhadap perkembangan
bahasa dan kesusasteraan Melayu seperti ayahnya. Ia mencela bahkan mengancam
rakyat Melayu karena acuh terhadap bahasanya sendiri. Dari buku-buku
peninggalan Abdulah seperti Hikayat Abdulah dan syair perihal Singapura
Dimakan Api tidak bersifat istana sentris, sehingga ia dianggp sebagai pembaharu
kesusasteraan Melayu. Buku-bukunya menambah koleksi kesusateraan Melayu
yang telah hiatus beberapa lamanya.
Pada akhir abad ke-19 pemerintah kolonial Hindia-Belanda melihat bahwa
bahasa Melayu (Tinggi) dapat dipakai untuk membantu administrasi bagi
kalangan pegawai pribumi. Pada periode ini mulai terbentuklah “bahasa
Indonesia” yang secara perlahan terpisah dari bentuk semula bahasa Melayu Riau-
Johor. Bahasa Melayu di Indonesia kemudian digunakan sebagai lingua franca
(bahasa pergaulan), namun pada waktu itu belum banyak yang menggunakannya
sebagai bahasa ibu. Bahasa ibu masih menggunakan bahasa daerah yang
jumlahnya mencapai 360 bahasa.8

2.1.5 Periode abad XX

7
ibid. hlm. 11-12
8
_____. “Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia”, arachma86, diakses dari
https://arachma86.wordpress.com/2014/11/23/sejarah-perkembangan-bahasa-indonesia/, pada
tanggal 14 September 2018 pukul 17.41
Pada awal abad ke-20 bisa dikatakan bermulanya masa perkembangan
bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia, namun mulanya perkembangan ini
berjalan agak lambat. Untuk pembahasan periode ini, di bagi menjadi (a) periode
tahun 1901, (b) periode tahun 1928, (c) periode tahun 1945, (d) periode taun
1966, dan (e) periode tahu 1988.

a. Periode Tahun 1901-1920an

Pada tahun 1901, disusun ejaan resmi bahasa Melayu oleh


Ch.A.Van Ophuijsen dan dimuat dalam Kitab Logat Melayu. 9 Ketika
menyusun kitab tersebut Ch.A.Van Ophuijsen dibantu oleh beberapa guru
bahasa Melayu, seperti Engku Nawasi Gelar Sutan Makmur dan Muhamad
Tabib Sutan Ibrahim atas perintah pemerintah Hindia Belanda, tak
mengherankan kalau ejaan bahasa Melayu banyak dipengaruhi bahasa
Belanda, seperti huruf j untuk menuliskan jang, majat, dsb; Oe untuk
10
menuliskan kata-kata goeroe, moeloet, doedoek, boereok dsb. Lalu
penggunaan huruf tj untuk menuliskan kata: tjinta, tjoekoer, pantjar,
penggunaan huruf dj untuk menuliskan kata: moedjoer, djoedjoer, wadjar.
Kelemahan Ejaan Van Ophuijsen adalah terlalu banyak menggunakan
tanda diakritik, seperti koma ain, koma wasla, dan tanda trema (terutama
dalam mengindonesiakan kata-kata Arab).11
Pada tahun 1908, Budi Utomo, yang merupakan organisasi
nasional pertama, menuntut agar syarat-syarat untuk masuk ke sekolah
Belanda diperingan. Lalu pada tahun 1914 berdirilah HIS (Hoolandsch
Inlandsche School) yang menggunakan bahasa Belanda sebagai bahasa
pengantar. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pada abad tersebut
rakyat Indonesia sangat dituntut untuk menguasai bahasa Belanda agar
dapat menempuh pendidikan yang lebih tinggi. Namun, kaum intelek

9
Suyatno, Tri Pujiati, Didah Nurhamidah, dan Lutfi Syauki Faznur, Bahasa Indonesia
Untuk Perguruan Tinggi (Membangun Karakter Mahasiswa melalui Bahasa), In Media,
2014, hlm. 3
10
Suhendar dan Pien Supinah , op. cit. hlm.15
11
Wiku Hapsara, “Perkembangan Ejaan Bahasa Indonesia”, Wiku Hapsara’s blog, diakses dari
http://wikuhapsara.blogspot.com/2013/11/perkembangan-ejaan-bahasa-indonesia.html, pada
tanggal 14 September 2018 pukul 19.34
Indonesia telah memiliki kesadaran bahwa dengan seringnya bahasa
Belanda digunakan maka mereka akan semakin jauh dari rakyat, karena
umumnya rakyat tak mengerti bahasa Belanda. Maka mereka menuangkan
ide-ide, cita-cita, dan buah pikiran melalui pidato, surat-surat kabar dan
majalah menggunakan bahasa Melayu. Dengan alasan seperti ini, orang-
orang Indonesia yang menjadi Dewan Rakyat yang didirikan Belanda
tahun 1918 menuntut agar undang-undang yang hnya mengharuskan
pemakaian bahasa Belanda diubah. Pada tahun itu juga tuntutan bangsa
Indonesia tersebut dikabulkan.
Tahun 1912 didirikan Partai Sarekat Islam, yang mulanya hanya
bergerak dibidang perdagangan namun kemudian bergerak dibidang sosial
politik. Sejak awal berdirinya, Sarekat Islam tidak pernah menggunakan
bahasa Belanda. Bahasa yang mereka gunakan adalah bahasa Indonesia.
Bahkan ketika partai ini sudah memecah belah, masing-masing kelompok
tetap tak akan pernah mempergunakan bahasa Belanda.12 Dapat
disimpulkan bahwa dalam perkembangan bahasa Indonesia, Partai Sarekat
Islam memegang peranan penting.
Selain pergerakan nasional yang turut memegang penting dalam
perkembangan bahasa Indonesia ialah Badan Penerbit Balai Pustaka.
Dipimpin oleh Dr. G.A.J. Hazeu pada tahun 1908 balai pustaka ini
didirikan. Mulanya badan ini bernama Commissie Voor De Volkslectuur,
pada tahun 1917 namanya berubah menjadi balai pustaka. Selain
menerbitkan buku-buku, balai pustaka juga menerbitkan majalah seperti
Panji Pustaka (yang berbahasa Melayu) dan Kejawen (yang berbahasa
Jawa).13 Hasil yang diperoleh dengan didirikannya balai pustaka terhadap
perkembangan bahasa melayu menjadi bahasa Indonesia dapat disebutkan
sebagai berikut :
1. Memberikan kesempatan kepada pengarang-pengarang bangsa Indonesia untuk
menulis cerita ciptanya dalam bahasa melayu.

12
Suhendar dan Pien Supinah , op. cit. hlm.25
13
_____. “Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia”, arachma86, diakses dari
https://arachma86.wordpress.com/2014/11/23/sejarah-perkembangan-bahasa-indonesia/, pada
tanggal 14 September 2018 pukul 17.41
2. Memberikan kesempatan kepada rakyat Indonesia untuk membaca hasil
ciptaan bangsanya sendiri dalam bahasa melayu.
3. Menciptakan hubungan antara sastrawan dengan masyarakat sebab melalui
karangannya sastrawan melukiskan hal-hal yang dialami oleh bangsanya dan
hal-hal yang menjadi cita-cita bangsanya.
4. Balai pustaka juga memperkaya dan memperbaiki bahasa melayu sebab
diantara syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh karangan yang akan diterbitkan
di balai pustaka ialah tulisan dalam bahasa melayu yang bersusun baik dan
terpelihara.
Usman Efendi berpendapat bahwa sastra baru Indonesia dimulai tahun
1908 pada masa Balai Pustaka. J.S Badudu berpendapat sastra baru di Indonesia
dimulai pada tahun 1933 masa Pujangga baru, dan Sabaruddin Ahmad
berpendapat bahwa sastra baru di Indonesia mulai pada masa Abdullah Bin Abdul
Kadir Munsyi.14 Dari banyaknya pendapat tersebut, yang paling kuat pendapatnya
adalah pada masa Balai Pustaka, karena karya sastra pertama hasil karya bangsa
Indonesia diterbitkan oleh Balai Pustaka tahun 1920 karya Merari Siregar dengan
judul Azab dan Sengsara. Dengan demikian sastra baru di Indonesia dimulai pada
masa Balai Pustaka.

b. Periode Tahun 1928

Dengan bertambahnya kesadaran nasional pada masyarakat


indonesia akibat usaha dengan usaha dan gemblengan kaum muda yang
terpelajar, pemakaian bahasa melayu semakin meluas. Tanggal 28 Oktober
1928 secara resmi Muhammad Yamin mengusulkan agar bahasa Melayu
menjadi bahasa persatuan Indonesia.15
Sebagai puncaknya, pada kongres pemuda yang diadakan di
jakarta pada tanggal 28 oktober 1928, di bawah pimpinan Muhammad
Yamin, para pemuda itu tanpa ragu-ragu berikrar menjunjung bahasa
persatuan bahasa Indonesia, untuk pertama kalinya secara Resmi bahasa

14
Suhendar dan Pien Supinah , op. cit. hlm.26
15
Yuniarty Utami “Perkembangan Bahasa Indonesia”, Yuniarty Utami’s site, diakses dari
https://yuniartypbo.wordpress.com/2009/10/19/perkembangan-bahasa-indonesia/, pada tanggal 15
September 2018 pukul 15.34
melayau untuk baangsa indonesia di ganti menjadi bahasa indonesia
dengan pengakuan ini, kedudukan bahasa indonesia sebagai bahasa
persatuan nasional semakin kukuh.

Di dalam kongres pemuda ini, para pemuda Indonesia


menyatakan sumpah yang di sebut sumpah pemuda yang berbunyi :

1.   Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air
Indonesia.
2.   Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa
Indonesia.
3.   Kami putra dan putri Indonesia menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa
Indonesia.
Setelah diadakan ikrar sumpah pemuda tahun 1928, yang salah
satunya menjunjung tinggi bahasa Indonesia. Dengan diresmikannya
bahasa Indonesia menjadi bahasa Nusantara di Indonesia, sehingga
bermunculan pengarang-pengarang lainnya.

a. A.A Panji Tisna atau I .Gusti panji tisna dari bali .karya : I swasta setahun
di bedahulu ;sukreni gadis Bali ; Ni .Rawit Ceti penjual orang ; Dewi
Karuna ; dan I Made Widiadi
b. M.R Dayoh dari minahasa ,putra budiman ;dan peperangan orang
minaghasa dengan orang Spanyol
c. Paulus supit dari minahasa sulawesi utara karyanya : Kasih Ibu
d. L. Wairata dari seram maluku karyanya : Cinta dan Kewajiban
e. Haji oseng muntu dari sulawesi selatan karyannya : Pembalasan dan
karena Kerencahan Budi.
f. Sutomo johar Arifin dari Jawa karyannya Andang Teruna.

c. Periode 1933 (Pujangga Baru)

Pada masa ini Belanda banyak mengeluarkan peraturan terutama


pembatasan dalam karangan bangsa indonesia. Hal ini terjadi karena
Belanda merasa takut, kalau bangsa Indonesia bangkit untuk mengadakan
pergolakan perjuangan kemerdekaan. Karena sudah tampak gejala-gejala
adanya rasa nasionalisme yang melalui karya sastra. Salah satu cara/taktik
Belanda untuk menghindarkan timbulnya rasa nasionalisme itu dengan
dilarangnya buku-buku karya sastra yang berbau politik, semangat
perjuangan, masalah agama dan yang bermasalah pendidikan yang mampu
menverdaskan masyarakat bumi.

Berdsarkan pandangan itu maka Belanda sangat ketat


menerbitkan karya bangsa indonesia, dan akhirnya karya sastra yang terbit
hanya bersifat hiburan saja dan karya yang mendukung Belanda.
Kekejaman Belanda seperti itu, bangsa Indonesia mulai berfikir,
pengarang hanya diperlukan sebagai rantai pengingkat gerak saja. Dengan
semangat gigih bangsa Indonesia khusunya para pengarang secara diam-
diam mendirikan organisasi baru yang diberi nama Pujangga Baru.
Diambil dari nama majalah yang mereka terbitkan pada tanggal 29 juli
1933. Yang di pimpin oleh sultan Takdir Alisyahbana, Amir hamzah,
Armijn pane dan sanusi Pane.16

Dengan berdirinya Pujangga Baru membawa angin baru bagi


pengaranag. Mereka lebih leluasa dan bebas dalam berkarya dan bebas
dari pengikat Belanda. Pengarang-pengarang pujangga baru banyak yang
dipengaruhi pujangga barat terutama Belanda. Hal itu bisa jadi karena
banyak pujangga Indonesia menggeluti bangku sekolah disana, mereka
bukan hanya mengenali tapi sampai mendalaminya. Misalnya Y.E
Tatengkeng sanagat di pengaruhi benar oleh pujangga barat (Belanda)
bernama Ilem Kloos dan Jacques Y.E.Tatengkeng seseorang penyair
relegius yang di pengaruhi oleh pujangga barat.

Lain halnya dengan Hamka. Ia pengarang prosa yang relegius


bernafaskan islam. Ia lebih di pengaruhi pujangga Mesir yang benafaskan
islam yaitu Al Manfaulutfi. Sedangakan pujangga Sanusi Pane lebih
banyak di pengaruhi pujangga India sehingga dijuluki pengarang mistikus
ketimuran. Pujangga amir hamzah yang dijuluki raja penyair pujangga
16
Suhendar dan Pien Supinah , op. cit. hlm.32
baru ia dipengaruhi oleh agama islam serta adat Melayu. Sultan Takdit
Alisyahbana dan Armijn Pane dipengaruhi barat. Dari penjelasan tersebut
terbukti bahwa dalam periode pujangga baru ini karya-karya berbahasa
Indonesia telah sangat berkembang.

Menurut prospektus tahun 1933, dari awalnya Pujangga Baru


dimaksudkan untuk memuat berbagai jenis karya sastra, termasuk fiksi
seperti prosa dan puisi (baik modern maupun tradisional) dan non-fiksi
seperti kritik sastra, resensi, hasil penelitian, dan opini mengenai sastra dan
bahasa. Dalam sembilan tahun penerbitan, Pujangga Baru asli memuat
lebih dari 300 butir puisi dan, dalam edisi-edisi khusus, beberapa antologi
puisi. Biarpun karya prosa lebih jarang, majalah ini masih dapat memuat
lima karya drama, satu novel, dan beberapa cerpen. Selain tulisan ilmiah
biasa, Pujangga Baru juga menerbitkan edisi khusus untuk mengenai tokoh
emansipasi Kartini dan penulis Bengladesh Rabindranath Tagore. 17

Hasil karya dan pengarang masa angkatan pujangga baru dilihat uraian ini.

a. Bentuk puisi, di antaranya adalah:


1.Rindu Dendam : karya Y.E tatengkeng 1934
2.Tebaran Mega : karya st.Takdir Alisyhbana 1936
3.Nyanyi Sunyi : karya Amir Hamzah 1937
4.Jiwa Berjiwa : karya Armijn pane 1939
5.Gamelan jiwa : karya Armijn pane 1960
6.Buah Rindu : karya Amir Hamzah 1941

b. Bentuk prosa, di antaranya adalah:


1.Tak putus dirundung malang karya st.Takdir Alisyahbana 1929
2.Diam yang tak kunjung padam karya St.Takdir alisyhbana 1932
3.Mencari pencuri anak perawan karya Hasan hasibuan 1932
4.Pertemuan jodoh karya Abdul muis 1933
17
_____.“Poedjangga Baroe”, Wikipedia Indonesia, diakses dari
https://id.wikipedia.org/wiki/Poedjangga_Baroe, pada tanggal 15 September 2018 pukul 19.56
5.Kalou tak untung karya Selasih 1933
6.kehilangan mestika karya Hamidah 1935
7.Bergelimangan Dosa karya A.Dahmuri 1935
8.Layar terkembang karya St.takdir alishbana 1936
9.Sukersni gadis bali karya INP Tisna 1938
10.Neraka Dunia karya Nur st.iskandar 1937
11.Lenggang kencana karya Armijn pane 1937
12.Dibawah linfungan kabaah karya Hamka 1938
13.Tenggelamnya Kapal van Der wijk karya Hamka 1938
14.belenggu karya arminj pane 1940

1. Periode 1942 (Zaman Jepang)

Pada masa ini bangsa Indonesia merasa agak legah hidup, karena
Jepang telah memberi janji-janji menyenangkan. Pada tahun 1943
mengumpulkan para pengarang dan seniman agar menciptakan karya yang
bersifat membangkitkan semangat yang berisi propaganda para pengarang
dan seniman itu berkumpul dalam satu wadah yang di beri nama Kuimin
Bunka Shidoseko atau yang diartikan pusat kebudayaan.

Karya sastra pada masa ini dapat dibedakan atas dua kelompok
yaitu:
a.       karya sastra dan pengarangnya yang resmi berada di bawah
naungan Pusat Kebudayaan Jepang. Mereka menulis sesuai dengan batas-
batas yang ditentukan oleh Pusat Kebudayaan Jepang.
b.      kelompok yang tidak mau berkompromi dengan Pusat
Kebudayaan Jepang.
Janji-janji Jepang itu tidak terbukti, yang terbukti hanyalah
mengekang dan mengikat serta menindak para pengarang dan seniman
mereka di belenggu kebebasanya untuk mencipta. Walaupum pusat
kebudayaan berkumandang lagu semangat , kejayaan, dan harapan, hal itu
semua tidak dihiraukan sebab kenyataan pusat kebudayaan itu hanya
membentuk seni yang terkukung. Pengarang-pengarang indonesia tidak
berputus asa walaupun karangannya kena sendor jepang .mereka muali
lebih aktif lagi menciptakan karya sastranya dan makin banyak pengarang
muda bermunculan .mereka berkeyakinan masa ini merupaka masa
persiapan untuk membentuk bangsanya menjadi merdeka.

Karya sastra pada zaman jepang diwarisi angkatan pujangga baru


yang romantis dan idealis tetapi karya tersebut bersifat “realitas dan
kritis”. Perkembangan sastra pada zaman itu dapat disebut sastra peralihan
dari alam romantis dan alam idealis menjadi alam realitas dan kritis. 18 Pada
masa penjajahan Jepang, banyak jumlah orang yang menulis sajak dan
cerpen, demikian juga sandiwara, sedangkan roman kurang ditulis.
Mungkin karena keadaan sosial dan keadaan perang menuntut supaya
orang bekerja serba cepat dan singkat.

Pengarang-pengarang dan karya-karyannya yang timbul masa


jepang ini adalah :

a. Umar ismail karyanya Kita Berjuang , Diserang Rasa Merdeka ; Api ,citra dan
Liburan Seniman.
b. Rosihan Anwar karyanya berupa puisi yang berjudul Lukisan Kepada Prajurit.
c. Maria Amin karyanya Tinjaulah Dunia Sana ; Dengarlah Keluhan Pohon
Mangga ; Penuh Rahasia.

Pada masa Jepang tidak banyak buku terbit yang agak tebal
kecuali dua buku yang di terbitkan balai pustaka yaitu Cinta Tanah Air
karya Nur St.Iskandar ;dan Palawija karya Karim Halim. Sebagai
manifestasi tuntutan kenasionalan yang selalu memggema dalam dafa
bangsa indonesia, timbulah prakarsa untuk mengadakan kongres bahasa
Indonesia pada tanggal 25-29 di solo .

Komite kongres bahasa indonesia 1

Ketua kehormatan : Prof .Dr.Hoesein Djajadiningrat

18
Melyah Dwi Lestari“Sejarah Sastra ANGKATAN JEPANG (1940-1942)”, Emdeels Blog, diakses
dari http://melyahdwilestari.blogspot.com/2016/07/sejarah-sastra-angkatan-jepang-1940-
1942.html, pada tanggal 15 September 2018 pukul 20.14
Ketua : Dr.poebatjaraka

Wakil ketua : Mr.Amir Syarifudin

Penulis : Soemanang S.H , Armijn Pane, Katja Soengkana

Bendahara : Soegarti, Ny .Mr.Santoso Maria Hulfah

Keputusan kongres bahasa indonesia 1 adalah sebagai berikut :

a. Sesudah mendengarkan memperkatakkan pra advis tuan acara syarifudin


tentang “menyesuaikan kata dan paham Asing dalam bahasa indonesia “.
b. Sesudah mendengarakan dan bertukar pikiran tentang pra advin tuan St.Takdir
Aliyansyahbana hal “pembaharuan bahasa dan usaha Penuturnya ,”
c. Sesudah mendengarakan pra advis Tuan St.Takdir Aliyansyahbana dalil IV dan
Tuan Muh Yamin .maka kongres berpendapat bahwa gramatika yang sekarang
tidak memuaslan lagi dan tidak menurut bahasa indonesia , karena itu perlu
menyusun gramatika baru, yang menurut wujud bahasa indonesia .
d. Orang dari berbagai-bagai golongan dari daerah ,berkongres di solo pada
tanggal 25-29 juni 1938 .Perlu di pikirkan perubaahan seperti yang disebutlan
para idvisor , karena itu pengharapan :
1) Supaya orang indonesia selalu memakai ejaan tersebut
2) Supaya fraksi nasional di volksraad mendesak pemerintahan untuk
memakai ejaan seperti yang di maksud kongres .
3) Supaya perhimpunan kaum guru suka membantu keputusan kongrs
e. Setelah mendengar pra advis Tuan Adinegoro ,tentang “Bahasa indonesia di
dalam persurat kabaran .” maka sepanjang pendapat kongres , sudah waaktunya
kaum wartawan bermufakat tentang itu .
f. Sesudah mendengarkan paea advis ki hajar dewantara dalil X yang disokong
oleh tuan R.M.Ng.Dr Lporbatjaraka, maka kongres bahasa Indoneisa
memutuskan bahwa kongres berpendapat dang memgajukan supaya di dalam
perguruan menengah diajarkan ejaan nasional
g. Sesudah mendengarkan para advis tuan Soekardjo Wirjoprajota tentang
“bahasa Indonesia dalam badan perwakilaan”. Yang di ucapkan dan
dipertahankan .
h. Sesudah mendenggarkan praadvis tuan sanusi pane “institut bahasa indonesia “
dan mendengar pendirian supaya diangkat suatu komisi untuk memeriksa
kemudian mendirikan suatu institut bahasa indonesia dang kongres supaya
memgumumkan tentang komisi tersebut
i. Sesidah mendengarkan praadvis Tuan St.Takdir Aliyanshbana Mr.Muh Yamin
dan Sanusi Pane ,maka kongres berpendapat bahwa untuk kemajuan
masyarakat indonesia , penyelidik badan dan kesustraan dan kemajuan
Kepurusan kongres tersebut dapat kita simpulkan sebagai berikut :
a) Mendirikan suatu lembaga atau universitas untuk baahasa indonesia .
b) Menentukan dan membajukan istilah-istilah ilmu pengetahuan
c) Membuat ejaan baru untuk bahasa indonesia
d) Menentukan tata bahasa baru sesuai dengan perubahan dan perkembangan
yang terdapat dalam bahasa indonesia
e) Menuntut supaya bahasa indoneisa dijadikan bahasa undang-undang dan
bahasa pengantar dlm dewan perwakilan rakyat .

2. Periode 1945

Setelah Jepang menduduki Indonesia pada tahun 1942, dengan


segera mereka melenyapkan segala sesuatu yang berbuat kolonialis-
imperalis barat. Demikian bahasa Belanda yang pada saat itu merupakan
bahasa resmi dikalangan kaum pelajar maka semua dilarang. Jepang ingin
menggantikannya dengan bahasa Jepang. Tentulah usaha ini tidak
membawa hasil yang baik sebab kemampuan masyarakat dalam
menguasai bahasa tidak bisa dipaksakan, mau tidak mau Jepang berpaling
pada bahasa Indonesia. Walau penggunaan bahasa Indonesia
dilatarbelakangi oleh politik peperangan Jepang, namun secara tak
langsung bahasa Indonesia semakin menyebar luas hingga dapat
menembus desa-desa pedalaman Indonesia.

Selain itu, pemimpin-pemimpin bangsa Indonesia sadar bahwa


bahasa Indonesia adalah lambang persatuan yang sangat kuat untuk
Indonesia. Mereka mendesak Jepang, sehingga didirikan Komisi Bahasa
Indonesia pada tanggal 20 Oktober 1942, dimana anggotanya adalah
pemimpin-pemimpin bangsa Indonesia sendiri. Namun, Jepang tidak
pernah mengumumkan istilah-istilah yang dihasilkan komisi ini. Atas kerja
keras anggota komisi,menjelang akhir kependudukan Jepang telah
ditetapkan sekitar 7000 istilah dari berbagai macam bidang ilmu. Dengan
demikian, sejak kependudukan Jepang bahasa Indonesia telah berkembang
sangat pesat dan sudah tidak asing lagi bagi masyarakat.

Tahun 1945 Jepang menyerah pada Sekutu dan Indonesia


memproklamirkan kemerdekaannya, Di sinilah peristiwa mahapenting
bagi bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia memperoleh kedudukan yg lebih
pasti menjadi bahasa Nasional, bahasa Kesatuan, bahasa Resmi dan
Bahasa negara di Negara Republik Indonesia. Pada masa ini tumbuh
angkatan baru sastrawan yaitu Angkatan 45 yg telah membawa Bahasa
Indonesia ke dalam perkembangan menurut corak baru.19 Akhirnya dalam
penyusunan UUD 1945, tanpa ragu-ragu bahasa Indonesia yang berasal
dari bahasa Melayu ditetapkan menjadi bahasa negara, tercantum dalam
Bab X pasal 36 Bunyinya: Bahasa Negara ialah bahasa Indonesia. 20
Karakteristik Karya Sastra Angkatan ’45:

a. Revolusioner dalam bentuk dan isi. Membuang tradisi lama dan menciptakan
bentuk baru sesuai dengan getaran sukmanya yang merdeka.
b. Mengutamakan isi dalam pencapaian tujuan yang nyata. Karena itu bahasanya
pendek, terpilih, padat berbobot. Dalam proses mencari dan menemukan
hakikat hidup. Seni adalah sebagai sarana untuk menopang manusia dan dunia
yang sedalam-dalamnya.
c. Ekspresionis, mengutamakan ekspresi yang jernih.
d. Individualis, lebih mengutamakan cara-cara pribadi.
e. Humanisme universal, bersifat kemanusiaan umum. Indonesia dibawa dalam
perjuangan keadilan dunia.

19
Olyvia Uza “Sejarah Bahasa Indonesia” Belajar Semangatz, diakses dari http
http://belajarsemangatz.blogspot.com/2012/10/sejarah-bahasa-indonesia.html, pada tanggal 15
September 2018 pukul 21.39
20
Suhendar dan Pien Supinah , op. cit. hlm.42
f. Tidak terikat oleh konvesi masyarakat yang penting adalah melakukan segala
percobaan dengan kehidupan dalam mencapai nilai kemansiaan dan
perdamaian dunia.

g. Tema yang dibicarakan: humanisme, sahala (martabat manusia), penderitaan


rakyat, moral, keganasan perang dengan keroncongnya perut lapar.

3. Periode Setelah Kemerdekaan

Peristiwa peristiwa penting yang berkaitan dengan perkembangan


bahasa melayu atau Indonesia setelah kemerdekaan;
1.      Pada tanggal 18 agustus 1945 di tandatanganilah UUD 1945, yang salah satu
pasalnya ( pasal 36 ) menetapkan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara.
2.      Pada tanggal 19 maret 1947 di resmikan penggunaan ejaan Republik ( ejaan
soewandi ) sebagai pengganti ejaan Van Ophuysen yang berlaku sebelumnya.
3.      Kongres bahasa Indonesia II di Medan pada 28 oktober  - 2 november 1954
adalah juga salah satu perwujudan tekat bangsa Indonesia untuk terus-
menerus menyempurnakan bahasa Indonesia yang diangkat sebagai bahasa
nasional dan ditetapkan sebagai bahasa negara.
4.      Pada tanggal 16 Agustus 1972, presiden republik Indonesia meresmikan
penggunaan ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan melalui pidato
kenegaraan didepan sidang DPR yang dikuatkan pula dengan keputusan
presiden nomor 57 tahun 1972.
5.      Tanggal 31 Agustus 1972, menteri pendidikan dan kebudayaan menetapkan
pedoman umum ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan dan pedoman
umum pembentukan istilah resmi berlaku diseluruh Indonesia.
6.      Kongres bahasa Indonesia III, yang diselenggarakan di Jakarta pada 28
oktober – 2 november 1978 yaitu selain untuk memperlihatkan kemajuan,
pertumbuhan dan perkembangan Indonesia sejak tahun 1928, juga berusaha
memantapkan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia. (Lihat Badudu,
1975:8-10)
7.      Kongres bahasa Indonesia IV diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 21
oktober - 6 november 1983 dalam rangka memperingati hari sumpah pemuda
yang ke-55 bahwasannya pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia
harus lebih ditingkatkan sehingga amanat yang tercantum dalam Garis-garis
Besar Haluan Negara (GBHN), mewajibkan kepada masyarakat Indonesia
untuk menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar.
8.      Kongres bahasa Indonesia V diselenggarakan di Jakarta pada 28 oktober – 3
november 1988 dengan dipersembahkannya karya besar Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa, yakni kamus besar bahasa Indonesia dan tata bahasa
baku bahasa Indonesia.
9.      Kongres bahasa Indonesia VI diselenggarakan di Jakarta pada 28 oktober –
2 november 1993 mengusulkan agar Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa ditingkatkan statusnya menjadi Lembaga Bahasa Indonesia serta
disusunnya UU Bahasa Indonesia.
10.  Kongres bahasa Indonesia VII diselenggarakan di Hotel Indonesia pada 26
oktober – 30 oktober 1998 mengusulkan dibentuknya badan pertimbangan
Bahasa dengan ketentuan sebagai berikut :
a.       Keanggotaan terdiri dari tokoh masyarakat dan pakar yang mempunyai
kepedulian terhadap Bahasa dan Sastra.
b.      Tugasnya memberikan nasehat kepada Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa serta mengupayakan peningkatan status kelembagaan
Pusat Pembinaan dan Pengembangan.
11.  Kongres bahasa Indonesia VIII diselenggarakan di Jakarta pada 14 – 17
oktober 2003
12.  Kongres IX Bahasa Indonesia membahas tiga persoalan utama: 1) bahasa
Indonesia; 2) Bahasa daerah; dan 3) penggunaan bahasa asing. Tempat
kongres di Jakarta, pada 28 oktober – 1 november 2008 di Hotel Bumi Karsa,
Jakarta Selatan. Yang bertujuan meningkatkan peran bahasa dan sastra
Indonesia dalam mewujudkan insan Indonesia cerdas, kompetitif menuju
Indonesia yang bermartabat, berkepribadian, dan berperadaban unggul.

2.3 kata

Kata adalah satuan bahasa yang memiliki satu pengertian atau deretan
huruf yang diapit dua buah spasi dan mempunyai satu buah arti. kata diambil
dari bahasa sansakerta “katha” yang artinya bahasa, konfersasi, cerita atau
dongeng.21 Pengertian secara sederhana kata adalah sekumpulan huruf yang
mempunyai arti. namun, kamus besar bahasa indonesia mempunyai arti sendiri
mengenai kata, pengertian kata adalah unsur bahasa yang diucapkan atau
dituliskan yang merupakan perwujudan persatuan perasaan dan pikiran yang
dapat digunakan dalam berbahasa. kedua, kata juga memiliki pengertian ujer
atau bicara. Kata ialah bentuk istilah yang dapat berdiri sebagai unsur kalimat
dan terdiri atas bentuk dasar, bentuk akar, gabungan bentuk dasar atau akar,
dan bentuk berimbuhan atau gabungannya.22

2.3.1 penulisan kata

Berdasarkan buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (2016), kata


terbagi lagi menjadi (a) kata dasar, (b) kata berimbuhan, (c) bentuk ulang, (d)
gabungan kata, (e) pemenggalan kata, (f) kata depan, (g) partikel, (h)
singkatan dan akronim, (i) angka dan bilangan, (j) Kata Ganti ku-, kau-, -ku,
-mu, -nya, (k) Kata Sandang si dan sang.

a. Kata Dasar

Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan. Misalnya :

Ibu sangat mengharapkan keberhasilanmu.

b.Kata Turunan

1).a). Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan bentuk


dasarnya. Misalnya: Berjalan, Dipermainkan, Kemauan

b). Imbuhan dirangkaikan dengan tand ahubung jika ditambahkan pada bentuk
singkatan atau kata dasar yang bukan bahasa Indonesia. Misalnya : mem-
PHK-kan, di-upgrade, me-recall

21
Argadiaerlin “Pengertian kata, Hakikat kata, dan Penglasifikasian kata”, Lyn’s notes,
diakses dari https://argadiaerlin97.wordpress.com/2017/06/22/pengertian-kata-hakikat-kata-dan-
penglasifikasian-kata/, pada tanggal 16 September 2018 pukul 07.14
22
Suhendar dan Pien Supinah ,” Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia”.
(Bandung: Pionir Jaya. 1994) hlm.149
2). Jika bentuk dasarnya berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis
serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya.
Misalnya: Bertepuk tangan, Garis bawahi, Menganak sungai

3). jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran
sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai. Misalnya:
Dilipatgandakan, Menggarisbawahi, Pertanggungjawaban

4). jika salah satuunsur gabungan hanya dipakai dalam kombinasai, gabungan
kata itu ditulis rangkai. Misalnya:

Adipati dwiwarna paripurna

Catatan:

(1) Jika bentuk terikat diikuti oleh kata yang huruf awalnya huruf kapital,
tanda hubung (-) digunakan diantara kedua unsur itu.
Misalnya: Non-indinesia, Pan-afrikanisme
(2) Jika kata maha sebagai unsur gabungan merujuk kepada tuhan yang diikuti
oleh kata beriumbuhan, gabungan itu ditulis oleh kata berpisah dan unsur-
unsurnya dimulai oleh huruf kapital. Misalnya:
Marilah kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih.
Lita berdoa kepada Tuhan Yang Maha Pengampun.
(3) Jika kata maha, sebagai unsur gabungan, merujuk kepada tuhan dan diikuti
oleh kata dasar, kecuali kata esa, gabungan itu ditulis serangkai. Misalnya:
Tuhan Yang MahaKuasa menentukan arah hidup kita.
Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Esa melindungi kita.
(4) Bentuk-bentuk terikat dari bahasa asing yang diserap kedalam bahasa
Indonesia, seperti pro, kontra, dan anti, dapat digunakan sebagai bentuk
dasar. Misalnya: Sikap masyarakat yang pro lebih banyak darioada yang
kontra.
(5) Kata tak sebagai unsur gabungan dalam peristilahan ditulis serangkai
dengan bntuk dasar yang mengikutinya tetapi ditulis terpusah jika diikuti
oleh bentuk berimbuhan. Misalnya: Taklaik terbang, Taktembus cahaya
c. Bentuk Ulang

1). bentuk ulang ditulis dengan menggunakan tanda hubung diantara unsur-
unsurnya. Misalnya: Anak-anak mata-mata

Catatan:

(1) Bentuk ulang gabungan kata ditulis dengan mengulang unsur pertama saja.
Misalnya:
Surat kabar → surat-surat kabar
Kapal barang → kapal-kapal barang
Rak buku → rak-rak buku
(2) Bentuk ulang gabungan kata yangbunsur keduanya adjektiva ditulis
dengan mengulang unsur pertama atau unsur keduanya dengan makna
yang berbeda. Misalnya:
Orang besar → orang-orang besar
Orang besar-besar
Gedung tinggi → gedung-gedung tinggi
Gedung tinggi-tinggi

2). Awalan dan akhiran ditulis serangkai dengan bentuk ulang. Misalnya:
Kekanak-kanakan, Perundang-undangan, Melambai-lambaikan

Catatan:

Angka 2 dapat digunakan dalam penulisan bentuk ulang untuk keperluan


khusus, seperti dalam pembuataan catatan rapat atau kuliah. Misalnya:
Pemerintah sedang mempersiapkan rancangan undang2 baru.

d. Gabungan Kata

1). Unsur-unsur gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk ditulis
terpisah. Misalnya: Kambing hitam orang tua

2). Gabungan kata yang dapat menimbulkan kesalahan pengertian dapat ditulis
dengan menambahkan tanda hubung diantara unsur-unsurnya untuk
menegaskan pertalian unsur yang bersangkutan. Misalnya:
Ibu-bapak kami ibu bapak-kami

Buku-sejarah baru buku sejarah-baru

3). Gabungan kata yang dirasakan sudah padu benar ditulis serangkai.
Misalnya:

Acapkali darmasiswa puspawarna

Alhamdulillah halalbihalal saputangan

e. Suku Kata

1). pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut.

a). jika ditengah kata ada huruf vokal yang berurutan, pemenggalannya
dilakukan diantara kedua huruf vokal itu. Misalnya: Bu-ah, Ma-in, Ni-at

b). huruf diftong ai, au, dan oi tidak dipenggal. Misalnya: Pan-dai, Au-la

c). jika di tengah kata dasar ada huruf konsonan (termasuk gabungan huruf
konsonan) di antaradua buah huruf vokal, pemenggalannya dilakukan
sebelum huruf konsonan itu. Misalnya: Ba-pak, Mu-ta-khir.

d). jika di tengah kata dasar ada dua huruf konsonan yaang berurutan,
pemenggalannya dilakukan di antara kedua huruf konsonan itu. Misalnya:
Makh-luk, Man-di, Sang-gup, Som-bong

e). jika di tengah kata dasar ada tiga huruf konsonan atau lebih yang masing-
masing melambangkan satu bunyi,pemenggalannya dilakukan diantara
huruf konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang kedua. Misalnya:
Ul-tra, Ben-trok, In-stru-men

Catatan:

(1) Gabungan huruf konsonan yang melambangkan satu bunyi tidak


dipenggal. Misalnya: Bang-krut, Bang-sa, Ba-nyak

(2).Pemenggalan kata tidak boleh menyebabkan munculnya satu huruf(vokal)


di awal atau akhir baris. misalnya: itu i-tu
2). pemenggalan kata dengan awalan, akhiran, ataupartikel dilakukan di antara
bentuk dasar dan imbuhan atau partikel itu. Misalnya:

Ber-jalan mem-bantu di-ambil

Ter-bawa per-buat makan-an letak-kan

Catatan:

(1) Pemenggalan kata berimbuhan yang bentuk dasarnya mengalami


perubahan dilakukan seperti pada kata dasar. Misalnya: Me-nu-tup, Me-
ma-kai, Me-nya-pu, Me-nge-cat
(2) Akhiran –i tidak dipisahkan pada pergantian baris.
(3) Pemenggalan kata bersisipan dilakukan seperti pada pada kata dasar.
Misalnya: Ge-lem-bung, Ge-mu-ruh, Ge-ri-gi, Te-lun-juk
(4) Pemenggalan tidak dilakukan pada suku kata yang terdiri atas satu vokal.
Misalnya: Beberapa pendapat mengenai masalah itu telah disampaikan....

3). jika sebuah kata terdiri atas dua unsur atau lebih dan salah satu unsurnya
itu dapat bergabung dengan unsur lain, pemenggalannya dilakukan
diantara unsur-unsur itu. Tiap-tiap unsur gabungan itu dipenggal seperti
pada kata dasar. Misalnya:

Bio-grafi bi-o-gra-fi

Bio-data bi-o-da-ta

4). nama orang, badan hukum, atau nama lain yang terdiri atas dua unsur atau
lebih dipenggal pada akhir baris di antara unsur-unsurnya(tanpa tanda
pisah). Unsur nama yang berupa singkatan tidak dipisahkan.

f. Kata Depan di, ke dan dari

Kata depan di,ke dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya,
kecuali didalam gabungan kata yang sudah lazim diangggap sebagai satu
kata, seperti kepada dan daripada. Misalnya: Di mana dia sekarang?

Catatan:
Kata-kata yang dicetak miring di dalam kalimat seperti di bawah ini ditulis
serangkai. Misalnya: Kami percaya sepenuhnya kepadanya.

g. Partikel

1). Partikel –lah, -kah, dan –tah ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya. Misalnya: Bacalah buku itu baik-baik!

2). Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya. Misalnya: Apa
pun permasalahannya, dia dapat mengatasinya dengan bijaksana.

Catatan:

Partikel pun pada gabungan yang lazim diangggap padu ditulis serangkai
dengan kata yang mendahuluinya. Misalnya: Adapun sebab-sebabnya belum
diketahui.

3). Partikel per yang berarti ‘demi’,’tiap’, atau ‘mulai’ ditulis terpisah dari
kata yang mengikutinya. Misalnya : Mereka masuk ke dalam ruang satu
per satu.

Catatan:

Partikel per dalam bilangan pecahan yang ditulis dengan huruf dituliskan
serangkai dengan kata yang mengikutinya.

h. Singkatan dan Akronim

1). singkatan ialah bentuk singkat yang terdiri atas satu huruf atau lebih.

a). singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pankat diikuti
dengan tanda titik dibelakang tiap-tiap singkatan itu. Misalnya:

H. Hamid Haji Hamid

Suman Hs. Suman Hasibuan

b). Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, bada atau
organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas gabungan huruf
awal kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik.
Misalnya:DPR Dewan Perwakilan Rakyat

PBB Perserikatan Bangsa-Bangsa

c).(1) Singkatan kata yang berupa gabungan huruf diikuti dengan tanda titik.
misalnya: jml. Jumlah

(2) Singkatan gabungan kata yang terdiri atas tiga huruf diakhiri dengan
tanda titik. Misalnya: dll. Dan lain-lain

Catatan:

Singkatan itu dapat digunakan untuk keperluan khusus,seperti dalam


pembuatan catatan rapat kuliah.

d). singkatan gabungan kata yang terdiri atas dua huruf (lazimdigunakan
dalam surat-menyurat) masing-masing diikuti oleh tanda titik. Misalnya:

a.n. tas nama

d.a. dengan alamat

e). lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran,timbangan, dan mata


uang tidak diikuti tanda dengan titik. Misalnya:

Cu kuprum

Cm sentimeter

2). Akronim ialah singkatan dari dua kata atau lebih yang diperlakukan
sebagai sebuah kata.

a). akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal unsur-unsur nama
diri ditulis seluruhnya dengan huruf kapital tanpa tanda titik. Misalnya:

LAN Lembaga Administrasi Negara

PASI Persatuan Atletik Seluruh Indonesia


b).akronim nama diri yang berupa singkatan dari beberapa unsur ditulis
dengan huruf awal kapital. Misalnya:

Bulog Badan Urusan Logistik

Iwapi Ikatan Wanita Penguasaha Indonesia

c). akronim bukan nama diri berupa singkatan dari dua kata atau lebih ditulis
dengan huruf kecil. Misalnya:

Rudal peluru kendali

Tilang bukti pelanggran

Catatan:

Jika pembentukan akronim dianggap perlu, hendaknya diperhatikan syarat-


syarat berikut.

(1) Jumlah suku kata akronim tidak melebihi jumlah suku kata yang lazim
pada kata indonesia (tidak lebih dari tigasuku kata).
(2) Akronim dibentuk dengan mengindahkan keserasian kombinasi vokal dan
konsonan yang sesuai dengan pola kata bahasa indonesia yang lazim agar
mudah diucapkan dan diingat.
i. Angka dan Bilangan
Bilangan dapat dinyatakan dengan angka atau kata. Angka dipakai
sebagai lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim digunakan
angka Arab atau Romawi.
Angka Arab : 0, 1,2,3,4,5,6,7,8,9
Angka Romawi : I, II, III, IV,V, VI, VII, VIII
1). Bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata
ditulis dengan huruf, kecuali jika bilangan itu dipakai secara berurutan
sepertidalam dalam perincian atau paparan. Misalnya:
Mereka menonton drama itu sampai tiga kali. Koleksi perpustakaan itu
mencapai dua juta buku.
2). Bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf, jika lebih dari dua kata,
susunan kalimat diubah agar bilangan yang tidak dapat ditulis dengan
huruf itu tidak ada pada awal kalimat. Misalnya:
Panitia mengundang 250 orang peserta.
Bukan: 250 orang peserta diundang panitia dalam seminar itu
3). Angka yang menunjukan bilangan utuh besar dapat dieja sebagian supaya
lebih mudah dibaca. Misalnya:
Proyek pemberdayaan ekonomi rakyat itu memerlukan biaya Rp10 triliun.
4). Angka digunakan untuk menyatakan (a) ukuran panjang,isi, berat, dan luas;
(b)satuan waktu; (c) nilai uang; (d) jumlah.
Misalnya:
US$ 3,50* 27 orang
¥100
2.000 rupiah
Catatan:
(1) Tanda titik pada contoh bertanda bintang (*) merupakan tanda
desimal.
(2) Penuisan lambang mata uang, seperti Rp, US$, dan ¥ tidak diakhiri
dengan tanda titik dan tidak ada spasi antara lambang itu dan angka
yang mengikutinya, kecuali di dalam tabel.
5). Angka digunakan untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen,
atau kamar.
Misalnya:
Jalan Tanah Abang I No. 15
Jalan Wijaya No. 14
Apartemen No. 5
Hotel Mahameru, Kamar 169
6). Angka digunakan untuk menomori bagian karangan atau ayat kitab suci.
Misalnya:
Bab X, Pasal 5, halaman 252
Surah Yasin: 9
7). Penulisan bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut.
a).Bilangan utuh
Misalnya:
Dua belas (12)
Tiga pulu (30)
b).Bilangan pecahan
Misalnya:
Satu persen (1%)
Dua persepuluh (0,2) atau (2/10)

Catatan :

(1) Pada penulisan bilangan pecahan dengan mesin tik, spasi digunakan di
antara bilangan utuh dan bilangan pecahan.
(2) Tanda hubung dapat digunakan dalam penulisan lambang bilangan
dengan huruf yang dapat menimbulkan salah pengertian. Misalnya:
20 2/3 (dua puluh dua-pertiga)
22/
30 (dua-puluh-dua pertiga puluh)
8). Penulisan bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara berikut.
Misalnya:
a. Pada awal abad XX(angka Romawi kapital)
dalam kehidupan pada abad ke-20 ini (huruf dan angkaArab)
b. Kantor di tingkat II gedung itu (angka Romawi)
di tingkat ke-2 gedung itu (huruf dan angka Arab)
di tingkat kedua gedung itu (huruf)
9). Penulisan bilangan yang mendapat akhiran –an mengikuti cara berikut.
Misalnya:
Lima lembar uang 1.000-an (lima lembar uang seribuan)
Tahun 1950-an (tahun seribu sembilan ratus lima puluhan)
10). Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks
(kecuali di dalam dokumen resmi, seperti akta dan kuitansi). Misalnya:
Di lemari itu tersimpan 805 buku dan majalah. Kantor kami mempunyai
dua puluh prang pegawi. Rumah itu dijual dengan harga
Rp125.000,000,00.
11).Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus
tepat. Misalnya:
Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp900.500,50 (sembilan ratus
ribu lima ratus rupiah lima puluh sen).
Catatan:
(1) Angka Romawi tidak digunakan untuk menyatakan jumlah.
(2) Angka Romawi digunakan untuk menyatakan penomoran
bab(dalam terbitan atau produk perundang-undangan) dan nomor
jalan.
(3) Angka Romawi kecil digunakan untuk penomoran halaman
sebelum Bab I dalam naskah dan buku.

j. kata ganti ku-, kau-,-ku,-mu, dan –nya

kata ganti ku, kau, mu, dan nya ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya atau yang mengikutinya. Misalnya: Buku ini boleh kau baca.

k. kata si dan sang

Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Misalnya:
Surat itu dikembalikan kepada si pengirim.

Huruf awal si dan sang ditulis dengan huruf kapital jika kata-kata itu
diperlalukan sebagai unsur nama diri. Misalnya: Harimau itu marah sekali
kepada sang kancil.

Dalam cerita itu Si Buta dari Goa Hantu berkelahi dengan musuhnya.23

2.4 Tanda Baca

Tanda baca adalah simbol yang tidak berhubungan


dengan fonem (suara) atau kata dan frasa pada suatu bahasa, melainkan
berperan untuk menunjukkan struktur dan organisasi suatu tulisan, dan
juga intonasi serta jeda yang dapat diamati sewaktu pembacaan.24
23
Ninik M. Kuntarto. cermat dalam berbahasa teliti dalam berpikir.(Jakarta:Mitra
Wacana Media, 2013).hlm:65-85
24
_____. “Tanda Baca”, Wikipedia Indonesia, diakses dari
https://id.wikipedia.org/wiki/Tanda_baca, pada tanggal 16 September 2018 pukul 08.14
a. Tanda titik (.)
1) Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau
seruan. Misalnya: Ayahku tinggal di Solo
2) Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan,
ikhtisar, atau daftar. Misalnya:
a. III. Departemen Dalam Negeri
A. Direktorat Jenderal Pembangunan Masyarakat Desa
B. Direktorat Jenderal Agraria
b. I. Patokan Umum
1.1 Isi Karangan
1.2 Ilustrasi
1.2.1 Gambar Tangan
1.2.2 Tabel
1.2.3 Grafik

Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagian
atau ikhtisar jika angka atau huruf itu merupakan yang terakhir dalam deretan
angka atau huruf.

3) Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik
yang menunjukan waktu. Misalnya: Pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35
menit 20 detik)
4) Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik
yang menunjukan jangka waktu. Misalnya:
1.35.20 jam (1 jam, 35 menit, 20 detik)
0.20.30 jam(20 menit, 30 detik)
5) tanda titik dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak
berakhir dengan tanda tanya dan tanda seru, dan tempat tertib dalam
daftar pusaka. Misalnya: Siregar, Merari, 1920. Azab dan sengsara.
Weltevreden: Balai Pusaka.
6) a. Tanda titik untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipa-annya.
Misalnya:
Desa itu berpendudukan 24.200 orang.
Gempa yang terjadi semalam menewaskan 1.231 jiwa.
b. tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau
kelipatannya yang tidak menunjukan jumlah. Misalnya:
Ia lahir pada tahun 1956 di Bandung.
Lihat halaman 2,3,4,5 dan seterusnya.
7) Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala
karangan atau kepala ilustrasi, tabel dan sebagainya. Misalnya:
Acara Kunjungan Adam Malik
Bentuk dan Kedaulatan (Bab I UUD ’45)
8) Tanda titik tidak dipakai di belakang (1)alamat pengiriman dan tanggal
surat atau (2) nama dan alamat penerimaan surat. Misalnya:
Jalan Diponegoro 82
Jakarta (tanpa titi)
Yth. Sdr. Moh. Hasan (tanpa titik)
Jalan Arif 43 (tanpa titik)
Atau:
Kantor Penempatan Tenaga (tanpa titik)
Jalan cikini 71 (tanpa titik)
Jakarta (tanpa titik)
b. Tanda Koma (,)
1) Tanda koma dipakai diantara unsur-unsur dalam suatu perincian atau
pembilangan. Misalnya:
Saya membeli kertas, pena, dan tinta.
Surat biasa, surat kilat, ataupun surat khusus memerlukan
perangko.
2) Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu
kalimatsetara berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi dan
melainkan.Misalnya:
Saya ingin datang, tetapi hari hujan.
Didi bukan anak saya, melainkan anak Pak Firman.
a. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat
dari induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk
kalimatnya.

Misalnya:

Kalau hari hujan, saya tidak akan datang.


Karena sibuk, ia lupa akan janji.
3) Tanda koma tidak di pakai untuk memisahkan anak kalimat dari
induk kalimat jika anak kalimat itu mengiringi induk kalimatnya.
Misalnya: saya tidak akan datang kalau hari hujan
4) Tanda koma di pakai di belakang kata atau ungkapan penghubung
anta kalimat yang terdapat pada awal kalimat termasuk di dalam-
nya oleh karena itu,jadi,lagi pula,meskipun begitu,akan tetapi.
Misalnya: Oleh karena itu,kita harus berhati-hati.
5) tanda koma di pakai untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah
,aduh, kasihan dari kata yang lain terdapat di dalam kalimat.
Misalnya: O,begitu?, Wah,bukan main?
6) Tanda koma di pakai untuk memisahkan petikan langsung dari
bagian lain dalam kalimat ( lihat juga pemakaian tanda petik bab v
pasal L dan M). Misalnya: Kata ibu,’’saya gembira sekali.”
7) Tanda koma di pakai di antata (i) nama dan alamat ,(ii) bagian-
bagian alamat,(iii) tempat dan tanggal,dan(iv) nama tempat dan
wilayah atau negeri yang di tulisberurutan. Misalnya
Surat-surat ini harap di alamatkan kepada Dekan Fakultas
Kedokteran.Universitas Indonesia,Jalan Raya Selamba 6,Jakarta
Sdr.Abdullah,Jalan Pisang Batu l,Bogor
Surabaya, 10 mei 1960
Kuala Lumpur,Malaysia
8) Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik
susunannya dalam daftar pustaka. Misalnya:
Alisyahbana, Sutan Takdir, 1949. Tatabanasabaru bahasa
indonesia,jilid 1 dan 2 Djakarta PT Pusaka Rakjat.
9) Tanda koma di pakai di antara bagian-bagian dalam cacatan kaki.
Misalnya: W.J.S Poerwadaminta,bahasa indonesia untuk kurang-
mengurang(Yogyakarta UP Indonesia,1967),hlm,4
10) Tanda koma di pakai di antara nama orang dan gelar akademik
yang mengikutinya untuk membedakannya dan singkatan nama
diri,keluarga,atau marga. Misalnya: B Ratulagi, S.E., Ny. Khadijah,
M.A.
11) Tanda koma dipakai dimuka angka perpuluhan atau di antara rupiah
dan sen yng dinyatakan dengan angka. Misalnya: 12,5 m, Rp. 12,50
12) Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang
sifatnya tidak membatasi. Misalnya:
Semua siswa, baik laki-laki maupun yang perempuan,
mengikuti latihan paduan suara.
Bandingkan dengan keterangan pembatas yang pemakaiannya tidak
diapit tanda koma?
Semua siswa yang lulus ujian mendaftarkan namanya pada
panitia.
13) Tanda koma dapat ― untuk menghindari salah baca― dibelakang
keterangan yang terdapat pada awal kalimat. Misalnya:
Dalam pembinaan dan pengembangan bahasa, kita memerlukan
sikap yang bersungguh-sungguh.
Atas bantuan Agus, Kardi mengucapakan terima kasih.
Bandingkan dengan.
Kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh dalam
pembinaan dan pengembangan bahasa.
Kardi mengucapkan terima kasih atas bantuan Agus.
14) Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari
bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan
langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru. Misalnya:
“Dimana Saudara tinggal?” tanya Karim
“Berdiri Lurus-lurus?!” Perintahnya.
c. Tanda titik koma (; )
1) Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian
kalimat yang sejenis dan setara. Misalnya: Malam makin larut;
pekerjaan belum selesai juga.
2) Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung
untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk.
Misalnya: Ayah mengurus tanamannya di kebun itu; Ibu sibuk bekrja di
dapur;adik menghapal nama-nama pahlawan nasional; saya sendiri
asyik memdengarkan siaran “Pilihan Pendengar”.

d. Tanda Titik Dua ( : )


1)a). Tanda titik dua dapat dipakai pada akhir suatu penyajian lengkap jika
diikuti rangkaian atau pemerian. Misalnya:
Kita sekarang memerlukan prabot rumah tangga, kursi, meja, dam lemari.
b). Tanda titik dua tidak dipakai jika rangkaian atau perian itu merupa-
kan pelengkap yang mengakhiri pertanyaan. Misalnya: Kita
memerlukan kursi, meja dan lemari.
2). tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan
pemerian. Misalnya:
A. Ketua : Ahmad Wijaya
Sekretaris : S. Handayani
Bendahara : B. Hartawan
B. Tempat Sidang : Ruang 104
Pengantar Acara : Bambang S.
Hari : Senin
Waktu : 09.30
3). Tanda titik dua dapat dipakai dalam teks drama sesudah kata yang
menunjukan pelaku dalam percakapan. Misalnya:
Ibu : (meletakan beberapa kompor) “Bawa kompor ini, Mir!”
Amir :”Baik, Bu.”(mengangkat kompor dan masuk)
Ibu :Jangan lupa latakkan baik-baik!” duduk di kursi besar)
4). tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman, (ii)
diantara bab dan ayat dalam kitab suci, (iii) di antara jilid dan anak
judul suatu karangan, serta (iv) namakota dan penebit buku acuan
dalam karangan. Misalnya: Karangan Ali Hakim, Pendidikan Seumur
Hidup: Seluruh Studi. Sudah terbit.

e. Tanda Hubung (-)


1). Tanda hu.bung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah
oleh pergantian baris.Misalnya:
Di samping cara-cara lama ada juga cara yang baru.
Suku kata yang berupa satu vokal tidak ditempatkan pada ujung barisatau
pangkal baris .
Misalnya:
Beberapa pendapat mengenai masalah itu telah disampaikan...
Walaupun sakit, mereka tetap tidak mau beranjak.....
Bukan
Beberapa pendapat mengenai masalah i-
tu telah disampaikan.....
walaupun disakit, mekere tetap tetap tidak ma-
u beranjak.....
2). Tanda hubung menyambun awalan dengan bagian kata dibelangkanya
atau Akhiran dengan bagian kata didepanya pada pergantian baris.
Misalnya:Kini ada cara yang baru untuk meng-
ukur panas.
Akhiran –i tidak dipenggal supaya jangan terdapat satu huruf saja pada
pangkal baris.
3). Tanda hubung menyambung unsur-unsur tanda ulang. Misalnya:
Anak-anak, berulang-ulang, kemerah-merahan
Angka 2 sebagai tanda ulang hanya digunakan sebagai tanda cepat dan
notula, dan tidak dipakai pada teks karangan.
4). Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan
bagian-bagian tanggal. Misalnya: p-a-n-i-t-i-a
5) Tanda hubung boleh dipakai untuk memperjelas (i) hubungan bagian-
bagian kata atau ungkapan, dan (ii) penghilangan bagian kelompok
kata.Misalnya:
Ber-evolusi, dua puluh lima-ribuan (20 x 5000), tanggung
jawab dan kesetiakawanan-sosial
Bandingkan dengan:
Ber-evolusi, dua-puluh-lima-ribuan (1 x 25000) tanggung
jawab dan kesetiakawanan-sosial
6) Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (i) se-dengan kata
berikutnya dan dimulai dengan huruf kapital, (ii) ke- dengan angka,
(iii) angka dengan –un , (iv)singkatan berhuruf kapital dengan imbuh-
an atau kata, dan(v) nama jabatan rangkap.
Misalnya:
Se-indonesia, se-jawa barat, hadiah ke-2, tahun 50-an.
Mem-PHK-kan, hari-H, sinar-X, Menteri-Sekretaris Negara
7) Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia
dengan unsur bahasa asing. Misalnya: di-smash, pen-tackle-an.

f. Tanda Pisah ( - )
1) Tanda pisah membatasi penyisipankata atau kalimat yang memberi
penjelasan diluar bangun kalimat. Misalnya: Kemerdekaan bangsa itu-
saya yakin akan tercapai-di-perjuangkan oleh bangsa itu sendiri.
2) Tanda pisah menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan
yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas. Misalnya: Rangkaian
temuan ini-evolusi, teori kenisbaan, dankini juga pembelahan atom-
telah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.
3) Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan atau tanggal dengan arti
‘sampai ke’ atau ‘sampai dengan’. Misalnya:
Tanggal 5―10 April 1970
jakarta―Bandung
catatan:
dalam pengetikan, tanda pisah dinyatakan dengan dua buah tanda hubung
tanpa spasi sebelum dan sesudahnya.

g. Tanda Elipis (...)


1) Tanda elipis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus’. Misalnya:
Kalau begitu...ya, marilah kita bergerak
2) Tanda elipis menunjukan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada
bagian yang dihilangkan. Misalnya: Sebab-sebab kemerosotan...akan
diteliti lebih lanjut.
Catatan:
Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat,perlu dipakai
empat buah titik, tiga buah untuk menandai penghilangan teks dan
satu menandai akhir kalimat.
Misalnya: Dalam tulisan, tanda baca harus digunakan dengan hati-hati...

h. Tanda Tanya (?)


1) Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya. Misalnya: Kapan ia
berangkat?
2) Tanda tanya dipakai didalam tanda kurung untuk menyatakan bagian
kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan
kebenarannya. Misalnya: Ia dilahirkan pada tahun 1683(?)

i. Tanda seru (!)


Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa
seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan. Ketidak-
percayaan, ataupun rasa emosi yang kuat. Misalnya: Alangkah seramnya
peristiwa itu!

j. Tanda kurung ((...))


1) Tanda kurung mengapit tambalan keterangan atau penjelasan.
Misalnya: Bagian perencanaan sudah selesai menyusun DIK(Daftar Isian
Kegiatan) kantor itu.
2) Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian
integral pokok pembicaraan. Misalnya: Sajak Tranggono yang berjudul
“Ubud” (nama tempat yang terkenal di Bali) ditulis pada tahun 1962.
3) Tnda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks
dapat dihilangkan. Misalnya:Kata cocaine diserap ke dalam bahasa
Indonesia menjadi kokan(a).
4) Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan
keterangan. Misalnya: Faktor produksi menyangkut masalah (a) alam,
(b) tenaga kerja, dan (c) modal.

k. Tanda Kurung Siku ([...])


1) Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai
koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis
orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu
memang terdapat didalam naskah asli. Misalnya: Sang Sapurba
men[d]engar bunyi gemerisik.
2) Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang
sudah bertanda kurung.Misalnya: Persamaan kedua proses ini
(perbedaannya dibicarakan di dalam Bab II [lihat halaman 35-38]) perlu
dibentangkan disini.

l. Tanda Petik (“...”)


1) Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan
dan naskah atau bahan tertulis lain. Misalnya: “saya belum siap,”kata
Mita,”tunggu sebentar”
2) Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai
dalam kalimat. Misalnya: Bacalah : Bola Lampu” dalam buku Dari
Suatu Masa, dari Suatu Tempat.
3) Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang
mempunyai arti khusus. Misalnya: Pekerjaan itu dilaksanankan dengan
cara “coba dan ralat” saja.
4) Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan
langsung. Misalnya: Kata Tono, “saya juga minta sutu.”
5) Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan
dibelakang tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai
dengan arti khusus pada ujung kalimat atau bagian kalimat. Misalnya:
Karena warna kulitnya, Budi mendapat julukan “Si Hitam”.
Catatan:
Tanda petik pembuka dan tanda petik penutup pada pasangan tanda
petik itu ditulis sama tinggi disebelah atas baris.

m. Tanda petik tunggal(‘...’)


1) Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan
lain. Misalnya: Tanya Basri, “ kau dengar bunyi ‘kring-kring’ tadi?”
2) Tanda petik tunggal mengapit maka, terjemahan atau penjelasan kata
atau ungkapan asing. Misalnya: Feed-back ‘balikan

n. Tanda garis miring


1) Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat dab nomor pada
alamat dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun
takwin. Misalnya:
No.7/PK/1973
Jalan Kramat 1/10
2) Tanda garis miring dapat sebagai pengganti kata atau,tiap. Misalnya:
Dikirimkan lewat ‘dikirimkan lewat darat

o. Tanda penyingkat atau Apostrof (‘)


Tanda penyingkat menunjukan penghilangan bagian kata atau
bagian angka tahun. Misalnya: Ali ‘kan kusurati. (‘kan=akan).25

25
Suhendra, pien supinah. Pembinaan dan pengembangan bahasa indonesia.(Bandung :
1994) hlm:256-268.
2.5 PENOMORAN

Untuk menomori subbab dalam sebuah karya ilmiah (khususnya skripsi)


ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Bukan tanpa dasar kalimat tersebut
saya tulis di sini. Dari sekian banyak tulisan ilmiah mahasiswa yang sempat saya
baca, banyak yang mekanisme penomorannya seakan acak, tanpa dasar, tanpa
mengacu pada kaidah tertentu.
Model penulisan karya ilmiah biasanya mengikuti tata aturan tertentu,
umumnya tempat publikasi karya ilmiah sudah menyediakan modelnya. Tapi,
mungkin hanya sebagian yang sampai detail memberikan arahan dalam hal
penomoran subbabnya. Jika demikian, mari kita bahas.

Bisa kita lihat pada gambar tersebut, terdapat pola penomoran untuk level
4, 5, 6, 7, dan 8. Untuk subanak level 4, kita bisa menggunakan alfabet (a..z)
yang diakhiri dengan titik. Untuk subanak level 5, kita bisa menggunakan angka
yang diakhiri tutup kurung ')', dan seterusnya.26
I, II, III, dst. Nomor untuk BAB
A., B., C., dst. Nomor untuk subbab
1., 2., 3., dst. Nomor untuk anak subbab
Achmad HP. Bahasa Indonesia untuk perguruan tinggi,( Jakarta: Kencana Prenada
26

Media Group. 2011)


a., b., c., dst. Nomor untuk anak subbab pertama
1), 2), 3), dst. Nomor untuk anak subbab kedua
a), b), c), dst. Nomor untuk anak subbab ketiga
(1), (2), (3), dst. Nomor untuk anak subbab keempat
(a), (b), (c), dst. Nomor untuk anak subbab kelima

2.5.1 Format Penomoran.


Penomoran halaman dilakukan pada seluruh halaman yang ada dalam
makalah, skripsi serta laporan karya ilmiah lain mulai dari bagaian awal
hingga lampiran, kecuali untuk lembar Judul, Lembar pernyataan, lembar
pengesahan, lembar persetujuan serta lembar pengesahan tim penguji tidak
perlu dilakukan penomoran. Adapun ketentuan penulisan nomor halaman
adalah sebagai berikut :
·         Nomor halaman bagian awal pada karya ilmiah yang menggunakan
huruf latin, berupa romawi kecil, yaitu i, ii, iii, iv dan seterusnya. Dimulai
dari halaman kata pengantar dan diletakkan di tengah bagian bawah
(bottom center) halaman tersebut.

·         Nomor halaman pada isi dan lampiran, ditempatkan di sudut kanan atas
setiap halaman denggan menggunakan angka arab (misalnya 1, 2, 3, dst),
kecuali halaman yang memuat awal bab

·         Nomor pada BAB ditulis dengan angka romawi besar, seperti BAB I,
BAB II, BAB III dan seterusnya diletakkan ditengah (center) diatas judul
BAB untuk karya ilmiah yang menggunakan huruf latin, sedangkan untuk
karya ilmiah yang menggunakan huruf arab, bab itu ditulis penuh dengan
huruf.

·         Penomoran selanjutnya yaitu nomor sub-bab, sub-sub bab dan


seterusnya digunakan kombinasi angka dan huruf latin. Dengan demikian
untuk karya tulis yang menggunakan huruf latin sistem penomoran adalah
sebagai berikut : angka romawi besar untuk nomor bab, huruf kapital latin
untuk sub bab, angka arab untuk sub bab dan seterusnya.

·         Nomor pada catatan kaki dimulai dari angka 1 pada setiap bab baru.
Karena itu pada setiap bab baru sumber tulisan ditulis dengan lengkap.
2.6 Kalimat Efektif

Kalimat efektif adalah kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa baik
ejaan maupun tanda bacanya sehingga mudah dipahami oleh pembaca atau
pendengarnya.27 Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan
gagasan penutur/penulisnya secara tepat sehingga dapat dipahami oleh
pendengar/pembaca secara tepat pula.Efektif dalam hal ini adalah ukuran
kalimat yang memiliki kemampuan menimbulkan gagasan atau pikiran pada
pendengar atau pembaca. Dengan kata lain, kalimat efektif adalah kalimat yang
dapat mewakili pikiran penulis atau pembicara secara tepat sehingga
pendengar/pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas dan
lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis atau pembicaranya.

2.6.1 Unsur-unsur Kalimat Efektif

Unsur kalimat adalah fungsi sintaksis yang dalam buku-buku tata bahasa
Indonesia lama lazim disebut jabatan kata dan kini disebut peran kata dalam
kalimat, yaitu subjek (S), predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel), dan
keterangan (Ket). Kalimat bahasa Indonesia baku sekurang-kurangnya terdiri
atas dua unsur, yakni subjek dan predikat. Unsur yang lain (objek, pelengkap,
dan keterangan) dalam suatu kalimat dapat wajib hadir, tidak wajib hadir, atau
wajib tidak hadir.

a.Subjek (S)

Subjek (S) adalah bagian kalimat menunjukkan pelaku, tokoh, sosok


(benda), sesuatu hal, suatu masalah yang menjadi pangkal/pokok pembicaraan.
Subjek biasanya diisi oleh jenis kata/frasa benda (nominal), klausa, atau frasa
verbal.

27
_____.” Pengertian Kalimat Efektif Adalah (Beserta Contoh Lengkap)“,
KelasIndonesia.com, diakses dari https://www.kelasindonesia.com/2015/02/pengertian-
kalimat-efektif-adalah-beserta-contoh-lengkap.html pada tanggal 16 September 2018
pukul 22:12
Contoh:
a) Ayahku sedang melukis.
b) Meja direktur besar.
c) Yang berbaju batik dosen saya.
d) Berjalan kaki menyehatkan badan.
e) Membangun jalan layang sangat mahal.

Kata-kata yang dicetak tebal pada kalimat di atas adalah S. Contoh S yang
diisi oleh kata dan frasa benda terdapat pada kalimat (a) dan (b), contoh S yang
diisi oleh klausa terdapat pada kalimat (c), dan contoh S yang diisi oleh frasa
verbal terdapat pada kalimat (d) dan (e). Dalam bahasa Indonesia, setiap kata,
frasa, klausa pembentuk S selalu merujuk pada benda (konkret atau abstrak). Pada
contoh di atas, kendatipun jenis kata yang mengisi S pada kalimat (c), (d) dan (e)
bukan kata benda, namun hakikat fisiknya tetap merujuk pada benda. Bila kita
menunjuk pelaku pada kalimat (c) dan (d), yang berbaju batik dan berjalan kaki
tentulah orang (benda). Demikian juga membangun jalan layang yang menjadi S
pada kalimat (e), secara implisit juga merujuk pada “hasil membangun” yang
tidak lain adalah benda juga. Di samping itu, kalau diselami lebih dalam,
sebenarnya ada nomina yang lesap, pada awal kalimat (c) sampai (e), yaitu orang
pada awal kalimat (c) dan kegiatan pada awal kalimat (d) dan (e). Selain ciri di
atas, S dapat juga dikenali dengan cara bertanya dengan memakai kata tanya siapa
(yang)… atau apa (yang)… kepada P. Kalau ada jawaban yang logis atas
pertanyaan yang diajukan, itulah S. Jika ternyata jawabannya tidak ada dan atau
tidak logis berarti kalimat itu tidak mempunyai S. Inilah contoh “kalimat” yang
tidak mempunyai S karena tidak ada/tidak jelas pelaku atau bendanya.

a) Bagi siswa sekolah dilarang masuk.


b) Di sini melayani obat generic.
c.)Memandikan adik di pagi hari.

Contoh (a) sampai (c) belum memenuhi syarat sebagai kalimat karena
tidak mempunyai S. Kalau ditanya kepada P, siapa yang dilarang masuk pada
contoh (a) siapa yang melayani resep pada contoh (b) dan siapa yang
memandikan adik pada contoh (c), tidak ada jawabannya. Kalaupun ada,
jawaban itu terasa tidak logis.

b. Predikat (P)

Predikat (P) adalah bagian kalimat yang memberitahu melakukan


(tindakan) apa atau dalam keadaan bagaimana subjek (pelaku/tokoh atau benda
di dalam suatu kalimat). Selain memberitahu tindakan atau perbuatan subjek (S),
P dapat pula menyatakan sifat, situasi, status, ciri, atau jatidiri S. termasuk juga
sebagai P dalam kalimat adalah pernyataan tentang jumlah sesuatu yang dimiliki
oleh S. predikat dapat juga berupa kata atau frasa, sebagian besar berkelas verba
atau adjektiva, tetapi dapat juga numeralia, nomina, atau frasa nominal.
Perhatikan contoh berikut:

a) Kuda meringkik.
b) Ibu sedang tidur siang.
c) Putrinya cantik jelita.
d) Kota Jakarta dalam keadaan aman.
e) Kucingku belang tiga.
f) Robby mahasiswa baru.
g) Rumah Pak Hartawan lima.

Kata-kata yang dicetak tebal dalam kalimat di atas adalah P. kata


meringkik pada kalimat (a) memberitahukan perbuatan kuda. Kelompok kata
sedang tidur siang pada kalimat (b) memberitahukan melakukan apa ibu, cantik
jelita pada kalimat (c) memberitahukan bagaimana putrinya, dalam keadaan
aman pada kalimat (d) memberitahukan situasi kota Jakarta, belang tiga pada
kalimat (e) memberitahukan ciri kucingku, mahasiswa baru pada kalimat (f)
memberitahukan status Robby, dan lima pada kalimat (g) memberitahukan
jumlah rumah Pak Hartawan. Berikut ini contoh kalimat yang tidak memiliki P
karena tidak ada kata-kata menunjuk pada perbuatan, sifat, keadaan, ciri, atau
status pelaku atau bendanya

a) Adik saya yang gendut lagi lucu itu.


b) Kantor kami yang terletak di Jln. Gatot Subroto.
c) Bandung yang terkenal kota kembang.

Walaupun contoh (a), (b), (c) ditulis persis seperti lazimnya kalimat
normal, yaitu diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik,
namun di dalamnya tidak ada satu kata pun yang berfungsi sebagai P. Tidak ada
jawaban atas pertanyaan melakukan apa adik yang gendut lagi lucu (pelaku)
pada contoh (a), tidak ada jawaban atas pertanyaan kenapa atau ada apa dengan
kantor di Jalan Gatot Subroto dan Bandung terkenal sebagai kota kembang itu
pada contoh (b) dan (c). karena tidak ada informasi tentang tindakan, sifat, atau
hal lain yang dituntut oleh P, maka contoh (a), (b), (c) tidak mengandung P.
Karena itu, rangkaian kata-kata yang cukup panjang pada contoh (a), (b), (c) itu
belum merupakan kalimat, melainkan baru merupakan kelompok kata atau frasa.

c. Objek (O)

Objek (O) adalah bagian kalimat yang melengkapi P. objek pada


umumnya diisi oleh nomina, frasa nominal, atau klausa. Letak O selalu di
belakang P yang berupa verba transitif, yaitu verba yang menuntut wajib
hadirnya O, seperti pada contoh di bawah ini.

a) Nurul menimang …
b) Arsitek merancang …
c) Juru masak menggoreng …

Verba transitif menimang, merancang, dan menggoreng pada contoh


tersebut adalah P yang menuntut untuk dilengkapi. Unsur yang akan melengkapi
P pada ketiga kalimat itulah yang dinamakan objek. Jika P diisi oleh verba
intransitif, O tidak diperlukan. Itulah sebabnya sifat O dalam kalimat dikatakan
tidak wajib hadir.Verba intransitive mandi, rusak, pulang yang menjadi P dalam
contoh berikut tidak menuntut untuk dilengkapi.
a) Nenek mandi.
b) Komputerku rusak.
c) Tamunya pulang.
Objek dalam kalimat aktif dapat berubah menjadi S jika kalimatnya
dipasifkan. Perhatikan contoh kalimat berikut yang letak O-nya di belakang dan
ubahan posisinya bila kalimatnya dipasifkan.
a. 1) Martina Hingis mengalahkan Yayuk Basuki (O)
2) Yayuk Basuki (S) dikalahkan oleh Martina Hingis.
b. 1) Orang itu menipu adik saya (O)
2) Adik saya (S) ditipu oleh oran itu.

d. Pelengkap (pel)

Pelengkap (P) atau komplemen adalah bagian kalimat yang melengkapi P.


letak Pelengkap umumnya di belakang P yang berupa verba. Posisi seperti itu
juga ditempati oleh O, dan jenis kata yang mengisi Pel dan O juga sama, yaitu
dapat berupa nomina, frasa nominal, atau klausa. Namun, antara Pel dan O
terdapat perbedaan.

Perhatikan cnntoh di bawah ini:


a) Ketua MPR membacakan Pancasila. S P O
b) Banyak orpospol berlandaskan Pancasila. S P Pel

Kedua kalimat aktif (a) dan (b) yang Pel dan O-nya sama-sama diisi oleh
nomina Pancasila, jika hendak dipasifkan ternyata yang bisa hanya kalimat (a)
yang menempatkan Pancasila sebagai O. Ubahan kalimat (a) menjadi kalimat
pasif adalah sebagai berikut: Pancasila dibacakan oleh ketua MPR. S P O Posisi
Pancasila sebagai Pel pada kalimat (b) tidak bisa dipindah ke depan menjadi S
dalam kalimat pasif. Contoh berikut adalah kalimat yang tidak gramatikal.
Pancasila dilandasi oleh banyak orsospol. Hal lain yang membedakan Pel dan O
adalah jenis pengisinya. Selain diisi oleh nomina dan frasa nominal, Pelengkap
dapat juga diisi oleh frasa adjectival dan frasa preposisional. Di samping itu,
letak Pelengkap tidak selalu persis di belakang P. Apabila dalam kalimatnya
terdapat O, letak pel adalah di belakang O sehingga urutan penulisan bagian
kalimat menjadi S-P-O-Pel.

Berikut adalah beberapa contoh pelengkap dalam kalimat:


a) Sutardji membacakan pengagumnya puisi kontemporer.
b) Mayang mendongengkan Rayhan Cerita si Kancil.
c) Sekretaris itu mengambilkan atasannya air minum.
d) Annisa mengirimi kakeknya kopiah bludru.
e) Pamanku membelikan anaknya rumah mungil.

f. Keterangan (ket)

Keterangan (Ket) adalah bagian kalimat yang menerangkan berbagai hal


mengenai bagian kalimat yang lainnya. Unsur Ket dapat berfungsi menerangkan
S, P, O, dan Pel. Posisinya bersifat bebas, dapat di awal, di tengah, atau di akhir
kalimat. Pengisi Ket adalah frasa nominal, frasa preporsisional, adverbia, atau
klausa.

Berdasarkan maknanya, terdapat bermacam-macam Ket dalam kalimat.


Para ahli membagi keterangan atas Sembilan macam (Hasan Alwi dkk,
1998:366) yaitu seperti yang tertera pada tabel di bawah ini. Jenis keterangan
dan contoh pemakaiannya no.jenis keterangan posisi/penghubung.
Contoh pemakaian:

1. Tempat Di Ke Dari Pada Di kamar, di kota Ke Surabaya, ke


rumahnya Dari Manado, dari sawah Pada permukaan.
2. Waktu - Pada Dalam Se- Sebelum Sesudah Selama sepanjang
Sekarang, kemarin Pada pukul 5 hari ini Dalam 2 hari ini
Sepulang kantor Sebelum mandi Sesudah makan Selama bekerja
Sepanjang perjalanan.
3. Alat dengan Dengan pisau, dengan mobil.
4. Tujuan Supaya/agar Untuk Bagi Demi Supaya/agar kamu faham
Untuk kemerdekaan Bagi masa depan Demi orang tuamu.
5. Cara Secara Dengan cara Dengan jalan Secara hati-hati Dengan
cara damai Dengan jalan berunding.
6. Kesalingan - Satu sama lain.
7. Similatif Seperti Seperti angin Bagaikan Laksana Bagaikan seorang
dewi Laksana bintang di langit.
8. Penyebab Karena Sebab Karena perempuan itu Sebab
kegagalannya.
9. Penyerta Dengan Bersama Beserta Dengan adiknya Bersama orang
tuanya Beserta saudaranya.

2.6.2 Ciri-ciri Kalimat Efektif

Untuk dapat mencapai keefektifan, suatu kalimat harus memenuhi paling


tidak enam syarat berikut, yaitu adanya:

b. Kesepadanan

Yang dimaksud dengan kesepadanan ialah keseimbangan antara pikiran


(gagasan) dan struktur bahasa yang dipakai. Kesepadanan kalimat ini
diperlihatkan oleh kesatuan gagasan yang kompak dan kepaduan pikiran yang
baik. Kesepadanan kalimat itu memiliki beberapa ciri, seperti tercantum di bawah
ini: a. Kalimat itu mempunyai subjek dan predikat dengan jelas. Ketidakjelasan
subjek atau predikat suatu kalimat tentu saja membuat kalimat itu tidak efektif.
Kejelasan subjek dan predikat suatu kalimat dapat dilakukan dengan
menghindarkan pemakaian kata depan di, dalam bagi untuk, pada, sebagai,
tentang, mengenai, menurut, dan sebagainya di depan subjek.
Contoh:
a) Bagi semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar
uang kuliah.(Salah).
b) Semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang
kuliah. (Benar)-Tidak terdapat subjek yang ganda.
Contoh:
a) Penyusunan laporan itu saya dibantu oleh para dosen.
b) Saat itu saya kurang jelas.
Kalimat-kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara berikut :
a) Dalam menyusun laporan itu, saya dibantu oleh para dosen.
b) Saat itu bagi saya kurang jelas.
c) Kalimat penghubung intrakalimat tidak dipakai pada kalimat
tunggal.
Contoh:
a) Kami datang agak terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti
acara pertama.
b) Kakaknya membeli sepeda motor Honda.

Sedangkan dia membeli sepeda motor Suzuki. Perbaikan kalimat-kalimat


ini dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, ubahlah kalimat itu menjadi
kalimat majemuk dan kedua gantilah ungkapan penghubung intrakalimat menjadi
ungkapan penghubung antarkalimat, sebagai berikut: a. kami datang agak
terlambat sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama. Atau Kami datang
terlambat. Oleh karena itu, kami tidak dapat mengikuti acara pertama. b.
Kakaknya membeli sepeda motor Honda, sedangkan dia membeli sepeda motor
Suzuki. Atau Kakaknya membeli sepeda motor Honda. Akan tetapi, dia membeli
sepeda motor Suzuki. d. Predikat kalimat tidak didahului oleh kata yang.
Contoh:
a) Bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Melayu.
b) Sekolah kami yang terletak di depan bioskop Gunting.
Perbaikannya adalah sebagai berikut:
a) Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu.
b) Sekolah kami terletak di depan bioskop Gunting.
c. Keparalelan

Yang dimaksud dengan keparalelan adalah kesamaan bentuk kata yang


digunakan dalam kalimat itu. Artinya, kalau bentuk pertama menggunakan 11
nomina. Kalau bentuk pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga
menggunakan verba.
Contoh:
a) Harga minyak dibekukan atau kenaikan secara luwes.
b) Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan mbok,
memasang penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan
pengaturan tata ruang.

Kalimat (a) tidak mempunyai kesejajaran karena dua bentuk kata yang
mewakili predikat terdiri dari bentuk yang berbeda, yaitu dibekukan dan
kenaikan. Kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara menyejajarkan kedua bentuk
itu. Harga minyak dibekukan atau dinaikkan secara luwes. Kalimat (b) tidak
memiliki kesejajaran karena kata yang menduduki predikat tidak sama bentuknya,
yaitu kata pengecatan, memasang,pengujian, dan pengaturan. Kalimat itu akan
baik kalau diubah menjadi predikat yang nomial, sebagai berikut: Tahap terakhir
penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok, pemasangan
penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata ruang.

d. Ketegasan
Yang dimaksud dengan ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan
penonjolan pada ide pokok kalimat. Dalam sebuah kalimat ada ide yang perlu
ditonjolkan. Kalimat itu memberi penekanan atau penegasan pada penonjolan
itu.
Ada berbagai cara untuk membentuk penekanan dalam kalimat:
a) Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat).
Contoh:
Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa
dan negara ini dengan kemampuan yang ada pada
dirinya.Penekanannya ialah presiden mengharapkan.
Contoh:
Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan
negaranya.12 Penekanannya Harapan presiden. Jadi, penekanan
kalimat dapat dilakukan dengan mengubah posisi kalimat. b.
Membuat urutan kata yang bertahap.
Contoh:
Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah,
telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar. Seharusnya:
Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah
disumbangkan kepada anak-anak terlantar.
b) Melakukan pengulangan kata (repetisi).
Contoh:
Saya suka kecantikan mereka, saya suka akan kelembutan mereka.
d. Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan.
Contoh:
Anak itu tidak malas dan curang, tetapi rajin dan jujur.
e. Mempergunakan partikel penekanan (penegasan).
Contoh:
Saudaralah yang bertanggung jawab.

e. Kehematan
Yang dimaksud dengan kehematan dalam kalimat efektif adalah hemat
mempergunakan kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu.
Kehematan tidak berarti harus menghilangkan kata-kata yang dapat menambah
kejelasan kalimat.
Peghematan di sini mempunyai arti penghematan terhadap kata yang
memang tidak diperlukan, sejauh tidak menyalahi kaidah tata bahasa. Ada
beberapa kriteria yang perlu diperhatikan:
a) Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghilangkan pengulangan
subjek.
contoh:
Karena ia tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu. Hadirin
serentak berdiri setelah mereka mengetahui bahwa presiden datang.
Perbaikan kalimat itu adalah sebagai berikut:
Karena tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.Hadirin serentak
berdiri setelah mengetahui bahwa presiden datang.
b) Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan pemakaian
superordinat pada hiponimi kata.
contoh:
(a) Ia memakai baju warna merah.
(b) Di mana engkau menangkap burung pipit itu? Kata merah
sudah mencakupi kata warna. Kata pipit sudah mencakupi kata
burung.
Kalimat itu dapat diubah menjadi:
(a) Ia memakai baju merah.
(b) Di mana engkau menangkap pipit itu?
c) Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan kesinoniman
dalam satu kalimat.
Perhatikan kalimat-kalimat di bawah ini:
(a) Dia hanya membawa badannya saja.
(b) Sejak dari pagi dia bermenung.
Kata naik bersinonim dengan ke atas. Kata turun bersinonim dengan ke bawah.
Kalimat ini dapat diperbaiki menjadi:
(a) Dia hanya membawa badannya.
(b) Sejak pagi dia bermenung.
(c) Penghematan
Dapat dilakukan dengan cara tidak menjamakkan kata-kata yang
berbentuk jamak. Misalnya: Bentuk tidak baku : para tamu-tamu, beberapa orang-
orang ben tuk baku : para tamu, beberapa orang.
e. Kecermatan

Yang dimaksud dengan cermat adalah bahwa kalimat itu tidak


menimbulkan tafsiran ganda. Dan tepat dalam pilihan kata. Perhatikan kalimat
berikut.
a) Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah.
b) Dia menerima uang sebanyak dua puluh lima ribuan.
Kalimat (a) memilikimakna ganda, yaitu siapa yang terkenal, mahasiswa atau
perguran tinggi. Kalimat (b) memiliki makna ganda, yaitu berapa jumlah uang,
seratus ribu rupiah atau dua puluh lima ribu rupiah. Perhatikan kalimat berikut.
Yang diceritakan menceritakan tentang putra-putri raja, para hulubalang,
dan para menteri. Kalimat ini salah pilihan katanya karena dua kata yang
bertentangan, yaitu diceritakan dan menceritakan. Kalimat itu dapat diubah
menjadi Yang diceritakan ialah putra-putri raja, para hulubalang, dan para
menteri.

f.Kepaduan

Yang dimaksud dengan kepaduan ialah kepaduan ialah kepaduan pernyataan


dalam kalimat itu sehingga informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah.
Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir yang
tidak simetris.Oleh karena itu, kita hindari kalimat yang panjang dan bertele- tele.
Misalnya: Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang
kota yang telah terlanjur meninggalkan rasa kemanusiaan itu dan yang secara
tidak sadar bertindak keluar dari kepribadian manusia Indonesia dari sudut
kemanusiaan yang adil dan beradab b. Kalimat yang padu mempergunakan pola
aspek+agen+verbal secara tertib dalam kalimat-kalimat yang berpredikat pasif
persona.
Contoh:
a) Surat itu saya sudah baca.
b) Saran yang dikemukakannya kami akan pertimbangkan.
Kalimat di atas tidak menunjukkan kepaduan sebab aspek terletak antara agen
dan verbal. Seharusnya kalimat itu berbentuk.
a) Surat itu sudah saya baca.
b) Saran yang dikemukakannya akan kami pertimbangkan.
Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti daripada atau
tentang antara predikat kata kerja dan objek penderita.
Perhatikan kalimat ini :
a) Mereka membicarakan daripada kehendak rakyat.
b) Makalah ini akan membahas tentang desain interior pada rumah-rumah
adat.
Seharusnya:
a) Mereka membicarakan kehendak rakyat.
b) Makalah ini akan membahas desain interior pada rumah-rumah adat.
c) Kelogisan Yang dimaksud dengan kelogisan ialah bahwa ide kalimat
itu dapat diterima oleh akal dan penulisannya sesuai dengan ejaan
yang berlaku.

2.6.3 Syarat-syarat kalimat efektif

Syarat-syarat kalimat efektif adalah sebagai berikut:


1. Secara tepat mewakili pikiran pembicara atau penulisnya.
2. Mengemukakan pemahaman yang sama tepatnya antara pikiran
pendengar atau pembaca dengan yang dipikirkan pembaca atau
penulisnya.

2.6.4 Stuktur kalimat efektif

Struktur kalimat efektif haruslah benar. Kalimat itu harus memiliki


kesatuan bentuk, sebab kesatuan bentuk itulah yang menjadikan adanya kesatuan
arti.
Kalimat yang strukturnya benar tentu memiliki kesatuan bentuk dan
sekaligus kesatuan arti.Sebaliknya kalimat yang strukturnya rusak atau kacau,
tidak menggambarkan kesatuan apa-apa dan merupakan suatu pernyataan yang
salah. Jadi, kalimat efektif selalu memiliki struktur atau bentuk yang jelas.
Setiap unsur yang terdapat di dalamnya (yang pada umumnya terdiri dari kata)
harus menempati posisi yang jelas dalam hubungan satu sama lain. Kata-kata itu
harus diurutkan berdasarkan aturan-aturan yang sudah dibiasakan. Tidak boleh
menyimpang, aalagi bertentangan. Setiap penyimpangan biasanya akan
menimbulkan kelainan yang tidak dapat diterima oleh masyarakat pemakai
bahasa itu. Misalnya, Anda akan menyatakan Saya menulis surat buat papa. Efek
yang ditimbulkannya akan sangat lain, bila dikatakan:
1. Buat Papa menulis surat saya.
2. Surat saya menulis buat Papa.
3. Menuis saya surat buat Papa.
4. Papa saya buat menulis surat.
5. Saya Papa buat menulis surat.
6. Buat Papa surat saya menulis.
Walaupun kata yang digunakan dalam kalimat itu sama, namun terdapat
kesalahan. Kesalahan itu terjadi karena kata-kata tersebut (sebagai unsur
kalimat) tidak jelas fungsinya. Hubungan kata yang satu dengan yang lain tidak
jelas. Kata- kata itu juga tidak diurutkan berdasarkan apa yang sudah ditentukan
oleh pemakai bahasa. Demikainlah biasanya yang terjadi akibat penyimpangan
terhadap kebiasaan struktural pemakaian bahasa pada umumnya. Akibat
selanjutnya adalah kekacauan pengertian. Agar hal ini tidak terjadi, maka si
pemakai bahasa selalu berusaha mentaati hokum yag sudah dibiasakan.28
2.7 Penalaran

Penalaran adalah proses berpikir yang sistematik untuk memperoleh


kesimpulan berupa pengetahuan.29 Penalaran adalah suatu proses berpikir manusia
untuk menghubungkan fakta-fakta atau data yang sistematik menuju suatu

28
Ade Gustian . 2009. Pengertian Ciri dan Penggunaan Kalimat Efektif

29
_____. “Penalaran dalam Bahasa Indonesia” Jovist Blog, diakses dari
https://josuavssitorus.wordpress.com/2014/11/27/penalaran-dalam-bahasa-indonesia/ pada
tanggal 16 September 2018 pukul 22:28
kesimpulan berupa pengetahuan. Dengan kata lain, penalaran merupakan sebuah
proses berpikir untuk mencapai suatu kesimpulan yang logis.

Sebuah penalaran terdiri atas premis dan kesimpulan. Premis (antesedens)


adalah proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan, dan hasil kesimpulannya
disebut dengan konklusi

2.7.1 Ciri-ciri
a. Logis, suatu penalaran harus memenuhi unsur logis, artinya pemikiran
yang ditimbang secara objektif dan didasarkan pada data yang sahih.
b. Analitis, berarti bahwa kegiatan penalaran tidak terlepas dari daya
imajinatif seseorang dalam merangkai, menyusun atau menghubungkan
petunjuk-petunjuk akal pikirannya ke dalam suatu pola tertentu .
c. Rasional, artinya adalah apa yang sedang di nalar merupakan suatu
fakta atau kenyataan yang memang dapat dipikirkan secara mendalam .

2.7.2 Metode Penalaran


Ada dua jenis metode dalam menalar yaitu induktif dan deduktif.

a) Induktif
Metode penalaran induktif adalah metode yang digunakan dalam
berpikir dengan bertolak dari hal-hal yang bersifat khusus untuk
menentukan kesimpulan yang bersifat umum , prosesnya disebut
Induksi. Dalam penalaran induktif ini, kesimpulan ditarik dari
sekumpulan fakta peristiwa atau pernyataan yang bersifat umum.
Contoh:
Bukti 1 : logam 1 apabila dipanaskan akan memuai
Bukti 2 : logam 2 apabila dipanaskan akan memuai
Bukti 3 : logam 3 apabila dipanaskan akan memuai
Kesimpulan: Semua logam apabila dipanaskan akan memuai.

(a) Macam-macam penalaran induktif :


1. Generalisasi, adalah suatu proses penalaran yang bertolak dari sejumlah
fenomena individual (khusus) menuju kesimpulan umum yang
mengikat seluruh fenomena sejenis individual yang diselidiki.
2. Analogi, adalah suatu proses penalaran untuk menarik
kesimpulan/referensi tentang kebenaran suatu gejala khusus lain yang
memiliki sifat-sifat esensial penting yang bersamaan.
3. Hubungan Kausal, adalah cara penalaran yang diperoleh dari peristiwa-
peristiwa yang memiliki pola hubungan sebab akibat.
b. Deduktif

Metode penalaran deduktif adalah suatu metode berpikir yang menerapkan


hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan
dalam bagian-bagian yang khusus . Proses penalaran ini disebut
Deduksi. Kesimpulan deduktif dibentuk dengan cara deduksi.

Contoh:

Masyarakat Indonesia konsumtif (umum) dikarenakan adanya


perubahan arti sebuah kesuksesan (khusus) dan kegiatan imitasi
(khusus) dari media-media hiburan yang menampilkan gaya hidup
konsumtif sebagai prestasi sosial dan penanda status sosial.

(a) Macam-macam penalaran deduktif, adalah :


1. Silogisme, adalah suatu proses penarikan kesimpulan secara deduktif.
Silogisme disusun dari dua proposisi (pernyataan) dan sebuah konklusi
(kesimpulan). Dengan fakta lain bahwa silogisme adalah rangkaian 3
buah pendapat, yang terdiri dari 2 pendapat dan 1 kesimpulan
2. Entimen, adalah penalaran deduksi secara langsung dan dapat dikatakan
pula silogisme premisnya dihilangkan atau tidak diucapkan karena
sudah sama-sama diketahui.
Contoh :
Siswa teladan ialah siswa yang selalu mematuhi peraturans di
sekolah.
2.7.3 Salah Nalar
Yakni;Gagasan, pikiran, kepercayaan, atau simpulan yang salah, keliru,
atau cacat.
a. Jenis-jenis salah nalar:
a) Deduksi yang salah : Simpulan dari suatu silogisme dengan diawali
premis yang salah atau tidak memenuhi persyaratan.
Contoh:
Kalau listrik masuk desa, rakyat di daerah itu menjadi cerdas.
Semua gelas akan pecah bila dipukul dengan batu.
b) Generalisasi terlalu luas
Salah nalar ini disebabkan oleh jumlah premis yang mendukung
generalisasi tidak seimbang dengan besarnya generalisasi itu sehingga
simpulan yang diambil menjadi salah.
Contoh:
Setiap orang yang telah mengikuti Penataran P4 akan menjadi
manusia Pancasilais sejati.
Anak-anak tidak boleh memegang barang porselen karena barang
itu cepat pecah.
c) Pemilihan terbatas pada dua alternatif
Salah nalar ini dilandasi oleh penalaran alternatif yang tidak tepat
dengan pemilihan jawaban yang ada.
Contoh:
Orang itu membakar rumahnya agar kejahatan yang dilakukan
tidak diketahui orang lain.

2.8 Logika

Logika berasal dari kata Yunani Kuno (logos) yang berarti hasil
pertimbangan akal dan pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan
dalam bahasa. Logika adalah salah satu cabang filsafat.30 Sebagai ilmu, logika

30
_____. “Logika”, Wikipedia Indonesia, diakses dari
https://id.wikipedia.org/wiki/Logika pada tanggal 16 September 2018 pukul 22:36
disebut dengan logike episteme(bahasa latin:logica scientia) atau ilmu
logika(ilmu pengetahuan) yang mempelajari kecakapan untuk berfikir secara
lurus, tepat, dan teratur.

Manfaat atau kegunaan logika yaitu:


1. Membantu setiap orang yang mempelajari logika untuk berfikir secara rasional,
kritis, lurus, tetap, tertib, metodis, dan koheren.
2. Meningkatkan kemampuan berfikir secara abstrak,cermat,dan objektif
3. Menambah kecerdasan dan meningkatkan kemampuan berfikir secara tajam
dan mandiri.
4. Meningkatkan cinta akan kebenaran dan menghindari kesalahan-kesalahan,
berfikir, kekeliruan, serta kesesatan.
5. Mampu melakukan analisis terhadap suatu kejadian.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa :
Sumber dari bahasa indonesia adalah bahasa melayu
Bahasa Indonesia secara sosiologis resmi digunakan sebagai bahasa
persatuan pada tanggal 28 Oktober 1928. Namun secara Yuridis Bahasa
Indonesia di akui setelah kemerdekaan Indonesia yaitu pada tanggal 18
Agustus 1945.
Bahasa Melayu di angkat menjadi bahasa indonesia karena bahasa melayu
telah digunakan sebagai bahasa pergaulan (lingua franca) di nusantara dan
bahasa melayu sangat sederhana dan mudah dipelajari serta tidak memiliki
tingkatan bahasa.
Bahasa indonesia memiliki kedudukan sebagai bahasa persatuan
dan bahasa negara. Seiring dengan perkembangannya  bahasa indonesia
memiliki banyak ragam dan variasi namun semua menambah kekayaan
bahasa Indonesia sendiri.

B. Saran
Sebagaimana yang kita ketahui bahasa Indonesia sumbernya adalah
bahasa melayu. Sebagai bangsa yang besar selayaknyalah kita menghargai
nilai-nilai sejarah tersebut dengan tetap menghrmati bahasa melayu.
Disamping itu alangkah baiknya apabila kita menggunakan bahasa
indonesia secara baik dan benar.

DAFTAR PUSAKA

Doyin, Mukh dan Wagiran. 2009. Bahasa Indonesia Pengantar Penulisan


Karya Ilmiah. Semarang: Unnes press.

Anonim. 2011. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.


Yogjakarta: Pustaka Timur.

Gustian, Ade. 2009. Pengertian Ciri dan Penggunaan Kalimat Efektif


Ninik M. Kuntarto. 2013. cermat dalam berbahasa teliti dalam berpikir.
Jakarta:Mitra Wacana Media.

Suhendra, pien supinah. 1994. Pembinaan dan pengembangan bahasa


indonesia. Bandung.

Muhsin, Ahmadi. 1990. Sejarah dan standarisasi bahasa Indonesia.


Bandung : Sinar Baru Algesindo.

Broto A.S.1978. Pengajaran Bahasa Indonesia. Jakarta. Bulan Bintang.

HP, Achmad.2011. Bahasa Indonesia untuk perguruan tinggi.Jakarta:


Kencana Prenada Media Group.

Tasai, S Amran dan E. Zaenal Arifin.2000. Cermat Berbahasa Indonesia:


Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Akademika Pressindo.

Anda mungkin juga menyukai