Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Bahasa merupakan suatu alat komunikasi yang disampaikan seseorang kepada


orang lain agar bisa mengetahui apa yang menjadi maksud dan tujuannya. Pentingnya
bahasa sebagai identitas manusia, tidak bisa dilepaskan dari adanya pengakuan
manusia terhadap pemakaian bahasa dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari.
Untuk menjalankan tugas kemanusiaan, manusia hanya punya satu alat, yakni bahasa.
Dengan bahasa, manusia dapat mengungkapkan apa yang ada di benak mereka.
Sesuatu yang sudah dirasakan sama dan serupa dengannya, belum tentu terasa serupa,
karena belum terungkap dan diungkapkan. Hanya dengan bahasa, manusia dapat
membuat sesuatu terasa nyata dan terungkap.
Era globalisasi dewasa ini mendorong perkembangan bahasa secara pesat,
terutama bahasa yang datang dari luar atau bahasa Inggris. Bahasa Inggris merupakan
bahasa internasional yang digunakan sebagai pengantar dalam berkomunikasi antar
bangsa. Dengan ditetapkannya Bahasa Inggris sebagai bahasa internasional (Lingua
Franca), maka orang akan cenderung memilih untuk menguasai Bahasa Inggris agar
mereka tidak kalah dalam persaingan di kancah internasional sehingga tidak buta akan
informasi dunia. Tak dipungkiri memang pentingnya mempelajari bahasa asing, tapi
alangkah jauh lebih baik bila kita tetap menjaga, melestarikan dan membudayakan
Bahasa Indonesia. Karena seperti yang kita ketahui, bahasa merupakan idenditas suatu
bangsa. Untuk memperdalam mengenai Bahasa Indonesia, kita perlu mengetahui
bagaimana perkembangannya sampai saat ini sehingga kita tahu mengenai bahasa
pemersatu dari berbagai suku dan adat-istiadat yang beranekaragam yang ada di
Indonesia, yang termasuk kita di dalamnya. Maka dari itu melalui makalah ini penulis
ingin menyampaikan sejarah tentang perkembangan bahasa Indonesia.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1.2.1 Bagaimana Sejarah Bahasa Indonesia ?

1.2.2 Bagaimana Pengembangan bahasa Indonesia ?

1.2.3 Bagaimana Sejarah perkembangan EYD ?

1.2.4 Bagaimana kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia ?

1.3 TUJUAN

1.3.1 Untuk mengetahui tentang Sejarah Bahasa Indonesia


1.3.2 Untuk mengetahui tentang Pengembangan Bahasa Indonesia
1.3.3 Untuk mengetahui tentang Sejarah perkembangan EYD
1.3.4 Untuk mengetahui tentang kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Bahasa Indonesia


Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Republik Indonesia dan bahasa
persatuan bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia diresmikan penggunaannya setelah
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, tepatnya sehari sesudahnya, bersamaan dengan
mulai berlakunya konstitusi. Di Timor Leste, bahasa Indonesia berstatus sebagai
bahasa kerja.
Dari sudut pandang linguistik, bahasa Indonesia adalah salah satu dari banyak
ragam bahasa Melayu. Dasar yang dipakai adalah bahasa Melayu Riau (wilayah
Kepulauan Riau sekarang) dari abad ke-19. Dalam perkembangannya ia mengalami
perubahan akibat penggunaanya sebagai bahasa kerja di lingkungan administrasi
kolonial dan berbagai proses pembakuan sejak awal abad ke-20. Penamaan “Bahasa
Indonesia” diawali sejak dicanangkannya Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928, untuk
menghindari kesan “imperialisme bahasa” apabila nama bahasa Melayu tetap
digunakan. Proses ini menyebabkan berbedanya Bahasa Indonesia saat ini dari varian
bahasa Melayu yang digunakan di Riau maupun Semenanjung Malaya. Hingga saat
ini, Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang hidup, yang terus menghasilkan kata-
kata baru, baik melalui penciptaan maupun penyerapan dari bahasa daerah dan bahasa
asing.

2.2 Sumber Bahasa Indonesia


Apabila ingin membicarakan perkembangan bahasa Indonesia, mau tidak mau
kita harus membicarakan bahasa Melayu sebagai sumber (akar) bahasa Indonesia
yang kita pergunakan sekarang. Bahasa Indonesia tumbuh dan berkembang dari
bahasa Melayu, yang sejak dahulu sudah dipakai sebagai bahasa perantara (lingua
franca). Bukan saja di kepulauan Nusantara, melainkan juga hampir di seluruh Asia
Tenggara.
Pertanyaan yang mungkin timbul adalah kapan sebenarnya bahasa Melayu
mulai dipergunakan sebagai alat komunikasi. Berbagai batu bertulis (prasasti) kuno
yang ditemukan, seperti (1) Prasasti Kedukan Bukit di Palembang, tahun 683, (2)
Prasasti Talang Tuo di Palembang, tahun 684, (3) Prasasti Kota Kapur di Bangka
Barat, tahun 686, dan (4) Prasasti Karang Brahi, Bangko, Kabupaten Merangin,
Jambi, tahun 688, yang bertulis Pra-Nagari dan bahasanya bahasa Melayu Kuno,
memberi petunjuk kepada kita bahwa bahasa Melayu dalam bentuk bahasa Melayu
Kuno sudah dipakai sebagai alat komunikasi pada zaman Sriwijaya (Halim, 1979: 6-
7). Prasasti-prasasti yang juga tertulis di dalam baha Melayu Kuno terdapat di Jawa
Tengah (Prasasti Gandasuli, tahun 832) dan di Bogor (Prasasti Bogor, tahun 942).
Kedua prasasti di Pulau Jawa itu diperkuat pula dugaan kita bahwa bahasa Melayu
Kuno pada waktu itu tidak saja dipakai di Pulau Sumatra tetapi juga dipakai di pulau
Jawa.
Berikut ini dikutipkan dengan bunyi batu Prasasti Kedukan Bukit :
Swastie syrie syaka warsaatieta 605 ekadasyu syuklapaks wulan waisyaakha dapunta hyang naayik di
saamwan mangalap siddhayaatra di saptamie syuklapaksa wulan jyestha dapunta hyang marlapas dari
minanga taamwan.

Selamat! Pada tahun syaka 605 hari kesebalas pada masa terang bulan Wasyaakha, tuan kita
yang mulia naik di perahu menjemput Siddhayaatra. Pada hari ketujuh, pada masa terang
bulan Jyestha. Tuan kita yang mulia berlepas dari Minanga Taamwan ... )

Kalau kita perhatikan dengan seksama, ternyata prasasti itu memiliki kata-kata
(dicetak dengan huruf miring) yang masih kita kenal sekarang walaupun waktu sudah
berlangsung lebih dari 1400 tahun.
Berdasarkan petunjuk-petunjuk lainnya, dapatlah kita kemukakan bahwa pada
zaman Sriwijaya bahasa Melayu berfungsi sebagai berikut.
1. Bahasa Melayu berfungsi sebagai bahasa kebudayaan yaitu bahasa buku-
buku yang berisi aturan-aturan hidup dan sastra.
2. Bahasa Melayu berfungsi sebagai bahasa perhubungan (lingua franca)
antarsuku di Indonesia.
3. Bahasa Melayu berfungsi sebagai bahasa perdagangan terutama di
sepanjang pantai, baik bagi suku yang ada di Indonesia maupun bagi
pedagang-pedagang yang datang dari luar Indonesia.
4. Bahasa Melayu berfungsi sebagai bahasa resmi kerajaan.

2.3 Peresmian Nama Bahasa Indonesia


Bahasa Indonesia dengan perlahan-lahan, tetapi pasti, berkembang dan
tumbuh terus. Pada waktu akhir-akhir ini perkembangannya itu menjadi demikian
pesatnya sehingga bahasa ini telah menjelma menjadi bahasa modern, yang kaya akan
kosakata dan mantap dalam struktur.
Pada tanggal 28 Oktober 1928, para Pemuda Indonesia mengikarkan Sumpah
Pemuda. Naskah Putusan Kongres Pemuda Indonesia tahun 1928 itu berisi tiga butir
kebulatan tekad sebagai berikut.
Pertama : Kami putra dan putri Indonesia mengaku tertumpah darah yang satu, tanah Indonesia.

Kedua : Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.

Ketiga : Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, Bahasa Indonesia.

Pernyataan yang pertama adalah pengakuan bahwa pulau-pulau yang


bertebaran dan lautan yang menghubungkan pulau-pulau yang merupakan wilayah
Republik Indonesia sekarang adalah kesatuan tumpah darah (tempat kelahiran) yang
disebut bangsa Indonesia itu juga merupakan satu kesatuan yang disebut bangsa
Indonesia. Pernyataan yang ketiga tidak merupakan pengakuan “berbahasa satu”.
Tetapi merupakan pernyataan tekad kebahasaan yang menyatakan bahwa kita, bangsa
Indonesia, menjunjung tinggi bahasa persatuan, yaitu Bahasa Indonesia. (Halim,
1893: 2-3).
` Dengan diikrarkannya Sumpah Pemuda. Resmilah bahasa Melayu, yang sudah
dipakai sejak pertengahan abad VII itu, menjadi bahasa Indonesia.

2.4 Pengembangan Bahasa Indonesia


2.4.1 Arti Pengembangan Bahasa Indonesia
Arti istilah pengembangan ini harus dibedakan dengan arti istilah
perkembangan. Perkembangan merupakan usaha sadar atau disengaja, yaitu usaha
mengembangkan. Pengembangan Bahasa Indonesia merupakan usaha sadar
mengembangkan bahasa Indonesia, atau usaha sadar mengarahkan bahasa Indonesia
ini menjadi berkembang (sesuai dengan sasaran pengembangan bahasa Indonesia itu).
2.4.2 Latar belakang pengembangan Bahasa Indonesia
Ditinjau dari segi usia, Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang masih muda
usianya. Sekalipun diakui, setidaknya sampai saat ini, bahwa usia bahasa Indonesia
itu masih muda, satu hal yang perlu diinsyafi adalah kenyataan bahwa bahasa
Indonesia telah mampu menjalankan tugasnya berkaitan dengan dua kedudukannya.
Dia sudah bisa menjalankan tugasnya sebagai lambang kebanggaan nasional, lambang
identitas nasional, alat pemersatu masyarakat dan bangsa Indonesia. Dia telah pula
menjalankan tugasnya sebagai bahasa resmi negara, bahasa tata pemerintahan, bahasa
pengantar di bidang pendidikan, dan sebagai bahasa pengembangan dan pemanfaatan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Namun, ada hal yang masih perlu, bahkan harus,
dipertanyakan, yaitu: Apakah Bahasa Indonesia sudah mampui mengemban tugasnya
secara maksimal? Sejauh manakah kadar kemampuan bahasa Indonesia dalam
mengemban tugasnya tersebut, terutama bila dilihat dari segi kondisi bahasa
Indonesia itu?
Pertanyaan di atas bisa dijawab dengan kenyataan pemakaian bahasa
Indonesia sampai saat ini. Walaupun bahasa Indonesia sudah berfungsi sesuai dengan
kedudukan dan fungsinya., kemampuannya dalam berbagai aspek kehidupan masih
belum mencapai tingkat yang maksimal. Terlepas dari kemampuan penuturnya, secara
materi bahasa Indonesia masih memiliki kekurangan, yang dapat diamati dalam
berbagai aspek seperti tata bunyinya, tata katanya, tata kalimatnya, tata maknanya,
dan peristilahannya. Kekurangan itu semakin tampak setelah rumusan kaidah bahasa
Indonesia, setidaknya sampai saat ini, belum digarap secara tuntas.
Gambaran di atas menunjukan bahwa pengembangan bahasa Indonesia itu
perlu dan harus dilaksanakan agar perkembangan bahasa Indonesia berjalan ke arah
yang diharapkan. Usaha pengembangan yang berandil besar dalam mengarahkan
perkembangan bahasa Indonesia akan berjalan secara “liar”.

2.4.3 Tujuan pengembangan Bahasa Indonesia


Pengembangan bahasa indonesia bertujuan agar bahasa Indonesia berkembang
menjadi bahasa yang satu, baku, modern, dan cendekia. Masing-masing predikat itu
dapat dijelaskan sebagai berikut. (1) satu yaitu terciptanya bahasa Indonesia yang
satu, (2) baku yaitu Bahasa Indonesia memiliki kebakuannya sendiri yang berbeda
dengan kaidah bahasa kelas atas, dan setetusnya. (3) Modern yaitu pemutakhiran
bahasa sehingga dia benar-benar memiliki fungsi termasa. (4) Cendekia
menitikberatkan ketepatgunaan bahasa Indonesia dalam mencerminkan logika
penuturnya. Tujuan demikian ini sangat penting terutama bila dikaitkan dengan
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang selalu membutuhkan alat yang
tepat (bahasa) untuk menuangkan logika.
2.5 Sejarah Perkembangan EYD
Ejaan merupakan cara atau aturan menulis kata-kata dengan huruf menurut
disiplin ilmu bahasa. Dengan adanya ejaan diharapkan para pemakai menggunakan
bahasa Indonesia dengan baik dan benar sesuai aturan-aturan yanga ada. Sehingga
terbentuklah kata dan kalimat yang mudah dan enak didengar dan dipergunankan
dalam komonikasi sehari hari. Sesuai dengan apa yang telah diketahui bahwa
penyempurnaan ejaan bahsa Indonesia terdiri dari :

2.5.1 Ejaan van Ophuijsen


Ejaan ini merupakan ejaan bahasa Melayu dengan huruf Latin. Charles Van
Ophuijsen yang dibantu oleh Nawawi Soetan Ma’moer dan Moehammad Taib Soetan
Ibrahim menyusun ejaan baru ini pada tahun 1896. Pedoman tata bahasa yang
kemudian dikenal dengan nama ejaan van Ophuijsen itu resmi diakui pemerintah
kolonial pada tahun 1901. Ciri-ciri dari ejaan ini yaitu :
A. Huruf ï untuk membedakan antara huruf i sebagai akhiran dan karenanya
harus disuarakan tersendiri dengan diftong seperti mulaï dengan ramai.
Juga digunakan untuk menulis huruf y seperti dalam Soerabaïa.
B. Huruf j untuk menuliskan kata-kata jang, pajah, sajang, dsb.
C. Huruf oe untuk menuliskan kata-kata goeroe, itoe, oemoer, dsb.
D. Tanda diakritik, seperti koma ain dan tanda trema, untuk menuliskan kata-
kata ma’moer, ’akal, ta’, pa’, dsb.

2.5.2 Ejaan Soewandi


Ejaan Soewandi adalah ketentuan ejaan dalam Bahasa Indonesia yang berlaku
sejak 17 Maret 1947. Ejaan ini kemudian juga disebut dengan nama edjaan Soewandi,
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan kala itu. Ejaan ini mengganti ejaan sebelumnya,
yaitu Ejaan Van Ophuijsen yang mulai berlaku sejak tahun 1901.
A. Huruf oe diganti dengan u pada kata-kata guru, itu, umur, dsb.
B. Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan k pada kata-kata tak, pak,
rakjat, dsb.
C. Kata ulang boleh ditulis dengan angka 2 seperti pada kanak2, ber-jalan2,
ke-barat2-an.
D. Awalan di- dan kata depan di kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata
yang mendampinginya.
2.5.3 Ejaan Yang Disempurnakan
Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) adalah ejaan Bahasa Indonesia yang
berlaku sejak tahun 1972. Ejaan ini menggantikan ejaan sebelumnya, Ejaan Republik
atau Ejaan Soewandi. Pada 23 Mei 1972, sebuah pernyataan bersama telah
ditandatangani oleh Menteri Pelajaran Malaysia pada masa itu, Tun Hussien Onn dan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Mashuri. Pernyataan
bersama tersebut mengandung persetujuan untuk melaksanakan asas yang telah
disepakati oleh para ahli dari kedua negara tentang Ejaan Baru dan Ejaan Yang
Disempurnakan. Pada tanggal 16 Agustus 1972, berdasarkan Keputusan Presiden No.
57, Tahun 1972, berlakulah sistem ejaan Latin (Rumi dalam istilah bahasa Melayu
Malaysia) bagi bahasa Melayu dan bahasa Indonesia. Di Malaysia ejaan baru bersama
ini dirujuk sebagai Ejaan Rumi Bersama (ERB).

2.6 Peristiwa – peristiwa penting yang berkaitan dengan perkembangan Bahasa


Melayu/Indonesia
Tahun-tahun penting yang mengandung arti sangat menentukan dalam sejarah
perkembangan bahasa Melayu/Indonesia dapat diperinci sebagai berikut.
1. 1901 : Ejaan resmi bahasa Melayu oleh Ch. A. Van Ophuijsen dan dimuat dalam
Kitab Logat Melayu.
2. 1908 : Pemerintah mendirikan sebuah badan penerbit buku-buku bacaan yang
diberi nama Commissie voor de Volkslectuur (Taman bacaan Rakyat).
3. 1928 : Para Pemuda pilihan memancangkan tonggak yang kukuh untuk perjalanan
bahasa Indonesia.
4. 1933 : Berdirinya Pujangga Baru (Sebuah angkatan Sastrawan Muda) yang
dipimpin Sutan Takdir Alisjahbana dan kawan-kawan.
5. 1938 : Kongres Bahasa Indonesia I di Solo. Dengan putusan bahwa pembinaan
dan pengembangan bahasa Indonesia telah dilakukan secara sadar oleh
cendekiawan dan budayawan kita saat itu.
6. 1945 : UUD 1945, Pasal 36 menetapkan bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara.
7. 1947 : Penggunaan ejaan Republik (Ejaan Soewandi) sebagai pengganti ejaan van
Ophuijsen yang berlaku sebelumnya.
8. 1954 : Kongres Bahasa Indonesia II di Medan. Dengan putusan bahwa bangsa
Indonesia bertekad untuk terus-menerus menyempurnakan bahasa Indonesia yang
diangkat sebagai bahasa Nasional dan ditetapkan sebagai bahasa negara itu,
9. 1972 : Presiden RI meresmikan penggunaan ejaan Bahasa Indonesia. Dan di tahun
ini pula, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan dan Pedoman umum pembentukan
istilah resmi berlaku di seluruh Indonesia.
10. 1978 : Kongres Bahasa Indonesia III, Dengan putusan bahwa untuk terus berusaha
memantapkan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia.
11. 1983 : Kongres Bahasa Indonesia IV, Dengan putusan bahwa pembinaan dan
pengembangan bahasa Indonesia harus lebih ditingkatkan sehingga amanat yang
tercantum dalam Garis-garis besar Haluan Negara, yang mewajibkan kedapa
semua warga negara Indonesia untuk menggunakan Bahasa indonesia dengan baik
dan benar, dapat tercapai semaksimal mungkin.
12. 1988 : Kongres Bahasa Indonesia V, Kongres ini ditandai dengan
dipersembahkannya karya besar pusat pembinaan dan pengembangan bahasa
kepada pecinta bahasa di Nusantara, yaitu berupa (1) Kamus besar bahasa
Indonesia, dan (2) Tata Bahasa buku bahasa Indonesia.
13. 1993 : Kongres Bahasa Indonesia VI, Kongres ini mengusulkan agar Pusat
Pembinaan dan Pengembangan bahasa ditingkatkan statusnya menjadi Lembaga
Bahasa Indonesia, serta mengusulkan disusunnya Undang-undang Bahasa
Indonesia.
14. 1998 : Kongres Bahasa Indonesia VII, Kongres ini mengusulkan dibentuknya
Badan Pertimbangan Bahasa dengan ketentuan sebagai berikut.
a. Keanggotaannya terdiri atas tokoh masyarakat dan pakar yang mempunyai
kepedulian terhadap bangsa dan sastra.
b. Tugasnya ialah memberikan nasihat kepada Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa serta mengupayakan peningkatan status kelembagaan Pusat Pembinaan
dan Pengembangan Bahasa.
15. 2003 : Kongres Bahasa Indonesia VIII, Kongres ini diselenggatakan di Jakarta
pada tanggal 14-17 Oktober 2003.
2.7 Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia
2.7.1 Konsep Dasar
Istilah kedudukan dan fungsi tentunya sering kita dengar, bahkan pernah kita
pakai. Kita tahu bahwa bahasa sebagai alat komunikasi lingual manusia, baik secara
lisan maupun tertulis. Ini adalah fungsi dasar bahasa yang tidak dihubungkan dengan
status dan nilai-nilai sosial.
Kedudukan dan Fungsi bahasa yang dipakai oleh pemakainya (baca;
masyarakat bahasa) perlu dirumuskan secara eksplisit, sebab kejelasan ‘label’ yang
diberikan akan mempengaruhi masa depan bahasa yang bersangkutan. Pemakainya
akan menyikapinya secara jelas terhadapnya dan memperlakukannya sesuai dengan
‘label; yang dikenakan padanya.

2.7.2 Kedudukan Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia mempunyai kedudukan yang sangat penting, seperti


bercantum pada ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928. Ini berarti bahwa bahasa
Indonesia berkedudukan sebagai bahasa Nasional; kedudukannya diatas bahasa-
bahasa daerah. Selain itu, di dalam UUD 1945 tercantum pasal khusus (Bab XV,
Pasal 36) mengenai kedudukan bahasa Indonesia yang menyatakan bahwa bahasa
negara ialah bahasa Indonesia. Dengan kata lain, ada dua macam kedudukan bahasa
Indonesia. Pertama bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa nasional sesuai
dengan Sumpah Pemuda 1928; Kedua, bahasa Indonesia berkedudukan sebagai
bahasa negara sesuai dengan Undang-undang Dasar 1945.

2.7.2 Fungsi Bahasa Indonesia

Di dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi


sebagai :
1. Lambang kebanggaan kebangsaan
2. Lambang Identitas Nasional
3. Alat perhubungan antarwarga, antardaerah, dan antarbudaya
4. Alat yang memungkinkan penyatuan berbagai-bagai suku bangsa dengan
latar belakang sosial budaya dan bahasanya masing-masing kedalam
kesatuan kebangsaan bangsa Indonesia.

Sebagai lambang kebanggaan kebangsaan, bahasa Indonesia mencerminkan


nilai-nilai sosial budaya yang mendasar rasa kebangsaan kita. Atas dasar kebangaan
ini, Bahasa Indonesia kita pelihara dan kita kembangkan serta rasa kebanggaan
pemakainya senantiasa kita bina.
Sebagai lambang identitas nasional, bahasa Indonesia kita junjung disamping
bendera dan lambang negara kita. Di dalam melaksanakan fungsi ini bahasa Indonesia
tentulah harus memiliki identitasnya sendiri pula sehingga ia serasi dengan lambang
kebangsaan kita yang lain.
Sebagai bahasa Nasional, berkat adanya bahasa nasional kita dapat
berhubungan satu dengan yang lain sedemikian rupa sehingga kesalahpahaman
sebagai akibat perbedaan latar belakang sosial Budaya dan Bahasa tidak perlu
dikhawatirkan.
Sebagai Alat yang memungkinkan terlaksananya penyatuan berbagai-bagai
suku bangsa yang memiliki latar belakang sosial budaya dan bahasa yang berbeda-
beda kedalam satu kesatuan kebangsaan yang bulat.
Di dalam kedudukannya sebagai Bahasa Negara, bahasa Indonesia berfungsi
sebagai (1) bahasa resmi kenegaraan, (2) bahasa pengantar di dalam dunia
pendidikan, (3) alat perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan
perencanaan dan pelaksanaan pembangungan, dan (4) pengembang kebudayaan , ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Sebagai Bahasa resmi kenegaraan bahasa Indonesia di pakai di dalam segala
upacara, peristiwa, dan kegiatan kenegaraan baik dalam bentuk lisan maupun dalam
bentuk tulisan.
Sebagai bahasa pengantar di dalam dunia pendidikan, bahwa pengantar di
lembaga-lembaga di dunia pendidikan mulai taman kanak-kanak sampai tingkat
perguruan tinggi di seluruh Indonesia, kecuali di daerah-daerah seperti Aceh, Batak,
Sunda, Jawa, Madura, Bali, dan Makassar yang menggunakan bahasa daerahnya
sebagai bahasa pengantar sampai dengan tahun ketiga pendidikan dasar.
Sebagai alat perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan
perencanaan dan pelaksanaan pembangunga,Di dalam hubungan dengan fungsi ini,
bahasa Indonesia di pakai bukan saja dipakai sebagai alat komunikasi timbal-balik
antara pemerintah dengan masyarakat luas, dan bukan saja sebagai alat perhubungan
antardaerah dan antarsuku melainkan juga sebagai alat perhubungan di dalam
masyarakat yang sama latar belakang sosial budaya dan bahasanya.
Akhirnya, di dalam kedudukannya sebagai bahasa negara, alat pengemban
kebudayaan nasional, ilmu pengetahuan, dan teknologi dalam hubungan ini, bahasa
Indonesia adalah alat satu-satunya yang memungkinkan kita membina dan
mengembangkan kebudayaan nasional sedemikian rupa sehingga ia memiliki ciri-ciri
dan identitasnya sendiri, yang membedakannya dari kebudayaan daerah. Pada waktu
yang sama, bahasa Indonesia kita pergunakan sebagai alat untuk menyatakan nilai-
nilai sosial budaya nasional kita (Halim, 1979: 4-56, Moeliono, 1980: 15-31).
Di samping itu, sekarang ini fungsi bahasa Indonesia telah pula bertambah
besar. Bahasa Indonesia berfungsi sebagai bahasa media massa. Media massa cetak
dan elektronik, baik visual, audio, maupun audio visual harus memakai bahasa
Indonesia. Di dalam kedudukannya sebagai sumber pemerkaya bahasa daerah, bahasa
Indonesia berperanan sangat penting. Beberapa kosakata bahasa Indonesia ternyata
dapat memperkaya khasanah bahasa daerah, dalam hal bahasa daerah tidak memiliki
kata untuk sebuah konsep.
Bahasa Indonesia sebagai alat menyebarluaskan sastra Indonesia dapat
dipakai. Sastra Indonesia merupakan wahana pemakaian bahasa Indonesia dari segi
estetis bahasa sehingga bahasa Indonesia menjadi bahasa yang penting dalam dunia
Internasional.
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Republik Indonesia sebagaimana
disebutkan dalam Undang-Undang Dasar RI 1945, pasal 36”bahasa Negara adalah
bahasa Indonesia”. Sejarah bahasa Indonesia telah tumbuh dan berkembang sekitar
abad ke VII dari bahasa Melayu yang sejak zaman dahulu sudah dipergunakan sebagai
bahasa perhubungan. Bukan hanya di Kepulauan Nusantara, melainkan juga di
seluruh Asia Tenggara.
Awal penciptaan Bahasa Indonesia sebagai jati diri bangsa bermula dari
Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928, diumumkanlah penggunaan Bahasa
Indonesia sebagai bahasa untuk Negara Indonesia pascakemerdekaan. Secara yuridis,
baru tanggal 18 Agustus 1945 bahasa Indonesia secara resmi diakui keberadaannya
dan ditetapkan dalam UUD 1945 pasal 36.
Dari pembahasan di atas kami menyimpulkan bahwa Bahasa Indonesia telah
mengalami berbagai macam perkembangan. Mulai dari Perkembangan :
1. Sumber dari bahasa Indonesia adalah bahasa Melayu
2. Bahasa Indonesia secara sosiologis resmi digunakan sebagai bahasa
persatuan pada tanggal 28 Oktober 1928. Namun secara Yuridis Bahasa
Indonesia di akui setelah kemerdekaan Indonesia yaitu pada tanggal 18
Agustus 1945.
3. Bahasa Melayu di angkat menjadi bahasa indonesia karena bahasa melayu
telah digunakan sebagai bahasa pergaulan (lingua franca) di nusantara dan
bahasa melayu sangat sederhana dan mudah dipelajari serta tidak memiliki
tingkatan bahasa.
Dari Perkembangan yang terjadi tersebut Bahasa Indonesia telah berkembang
menjadi semakin baik dari masa ke masa sehingga memudahkan dalam
menyelesaikan masalah sehari-hari dan kelangsungan komunikasi antar pengguna.
3.2 SARAN
Tim Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan,
kedepannya penyusun akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang
makalah di atas dengan sumber - sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di
pertanggung jawabkan. Oleh karna itu, penyusun menngharapkan kritik dan saran dari
pembaca.

Anda mungkin juga menyukai