A. Pendahuluan
Mahasiswa perlu meningkatkan kesadarannya akan pentingnya
fungsi suatu bahasa, khususnya bahasa Idonesia. Bahasa Indonesia merupakan
bahasa yang telah mempersatukan bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia juga
merupakan alat untuk untuk mengungkapkan diri baik secara lisan maupun
tertulis. Mahasiswa sebagai bagian dari warga negara diharapkan dapat
meggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar.
B. Perkembangan Bahasa Indonesia sebelum Kemerdekaan
Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Pada zaman kerajaan
Sriwijaya bahasa Melayu banyak digunakan sebagai bahasa penghubung antar
suku pada pelosok nusantara. Selain itu, bahasa melayu juga digunakan sebagai
sebagai bahasa perdagangan di nusantara maupun dari luar nusantara.
Bahasa Melayu kemudian menyebar ke pelosok nusantara. Hal ini
bersamaan dengan penyebaran agama Islam. Keberadaan bahasa Melayu makin
hari makin kokoh karena bahasa Melayu tersebut mudah untuk diterima oleh
masyarakat Nusantara. Bahasa Melayu itu digunakan sebagai penghubung
antarsuku, antarpulau, antarpedagang dan antarkerajaan
Perkembangan dan pertumbuhan bahasa Melayu tampak makin jelas dari
peninggalan-peninggalan kerajaan berupa batu tertulis. Prasasti kedukan Bukit
(683) Talang Tuwo (684) Kota Kapur, Bangka (686) membuktikan bahwa
2. Ejaan Soewandi
Ejaan Soewandi adalah ketentuan ejaan dalam bahasa Indonesia
yang berlaku sejak 17 Maret 1947. Ejaan ini kemudian disebut juga
dengan nama Ejaan Soewandi, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan kala
itu. Ejaan ini mengganti ejaan sebelumnya, yakni ejaan Van Ophuijsen
yang mulai berlaku sejak tahun 1901
Ciri ejaan ini adalah:
1. Huruf oe diganti dengan u poada kata guru, itu, umur, dsb.
2. Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan k pada kata tak,
pak, rakyat, dsb.
3. Kata ulang tidak boleh ditulis dengan angka 2 seperti pada kata
kanak2, berjalan2, dll.
4. Awalan di-i dan kata depan kedua-duanya ditulis serangkai.
Ejaan Soewandi ini berlaku sampai tahun 1972, lalu digantikan
oleh Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) pada masa Menteri Mashuri
Saleh. Pada masa jabatannya sebagai Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan pada 23 Mei 1972, Mashuri mengesahkan penggunaan EYD
dalam bahasa Indonesia yang menggantikan Ejaan Soewandi.
3. Ejaan Yang Disempurnakan
Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) adalah ejaan bahasa Indonesia
yang berlaku sejak tahun 1972. Ejaan ini menggantikan ejaan sebelumnya,
Ejaan Republik atau ejan Soewandi pada tanggal 23 Mei 1972. Ejaan Yang
Disempurnakan adalah ejaan bahasa Indonesia yang berlaku sejak tahun
1972.
Perbedaan-perbedaan antara EYD dan ejaan sebelumnya adalah:
Tujuan:
1. Mahasiswa dapat menjelaskan konsep dasar ragam bahasa
2. Mahassiwa dapat menjelaskan pengertian laras ilmiah
3. Mahasiswa dapat membedakan lingkup penggunaan ragam bahasa dan
laras ilmiah
A. Ragam Bahasa
Dalam bahasa Indonesia disamping dikenal kosa kata baku Indonesia dikenal
pula kosa kata bahasa Indonesia ragam baku,yang alih-alih disebut sebagai
kosakata baku bahasa Indonesia baku. Kosakata bahasa Indonesia ragam baku
atau kosa kata bahasa Indonesia baku adalah kosakata bahasa Indonesia,yang
memiliki ciri kaidah bahasa Indonesia ragam baku. Hal ini dijadkan tolok ukur
dan ditetapkan berdasarkan kesepakatan penutur bahasa Indonesia, bukan
otoritas lembaga atau intansi di dalam menggunakan bahasa Indonesia ragam
baku. Jadi, kosakata itu digunakan di dalam ragam baku bukan ragam santai atau
ragam akrab.Walaupun demikian, tidak tertutup kemungkinan digunakannya
kosakata ragam baku di dalam pemakaian ragam-ragam yang lain. Hal ini dapat
dilakukan asalkan tidak mengganggu makna dan rasa bahasa yang bersangkutan.
Suatu ragam bahasa,terutama ragam bahasa jurnalistik dan hukum, tidak
tertutup kemungkinan untuk menggunakan bentuk kosa kataragam bahasa baku.
Hal ini dimaksudkan agar dapat menjadi anutan bagi masyarakat pengguna
bahasa Indonesia. Dalam hal ini yang perlu diperhatikan ialah kaidah tentang
B.Laras Ilmiah
Pada saat digunakan sebagai alat komunikasi, bahasa masuk dalam berbagai
laras sesuai dengan fungsi pemakaianya. Jadi, laras bahasa adalah kesesuaian
antara bahasa dan pemakaianya. Dalam hal ini kita mengenal iklan, laras ilmiah,
laras populer , laras komik, laras sastra, yang masih dapat dibagi atas laras
cerpen, laras puisi, laras novel, dan sebagainya.
Setiap laras memiliki cirinya sendiri dan memiliki gaya tersendiri. Setiap
laras dapat disampaikan secara lisan atau ditulis dalam bentuk standar, semi
standar, atau nonstandar. Laras bahasa yang akan kita bahas pada kesempatan ini
adalah laras ilmiah.
Dalam uraian di atas dikatakan bahwa setiap laras dapat disampaikan
dalam ragam standar, semi standar, atau nonstandar. Akan tetapi, tidak demikian
halnya dengan laras ilmiah. Laras ilmiah harus selalu menggunakan ragam
standar.
Sebuah karya tulis ilmiah merupakan hasil rangkaian gagasan yang
merupakan hasil pemikiran, fakta, peristiwa, gejala, dan pendapat. Jadi, seorang
penulis karya ilmiah menyusun kembali berbagai bahan informasi menjadi sebuah
karangan yang utuh. Oleh sebab itu, penyusun atau pembuat karya ilmiah tidak di
sebut pengarang melainkan di sebut penulis.
Dalam uraian di atas dapat dibedakan antara pengertian realitas dan fakta.
Seorang pengarang akan merangkaikan realita kehidupan dalam sebuah cerita.
Sedangkan seorang penulis akan merangkaikan berbagai fakta dalam sebuah
tulisan. Realistis berarti bahwa peristiwa yang diceritakan merupakan hal yang
Hal yang harus diperhatikan adalah judul sajian. Judul dan topik adalah
dua hal yang berbeda. Topik mengandung materi pembicaraan atau masalah
yang diuraikan serta objek atau aktivitas yang perlu diketahui pendengar.
Selanjutnya judul atau titel adalah etiket yang berikan pada komposisi lisan itu
untuk menimbulkan rasa ingin tahu terhadap masalah yang akan dipaparkan.
Judul dapat menyerupai slogan yang menampilkan topik dalam bentuk yang
menarik. Judul yang baik haruslah relevan, provokatif, dan singkat.
2) Maksud dan tujuan
Maksud dan tujuan sebuah komposisi lisan tergantung dari keadaan yang
dikehendaki oleh pembicara.
a. )Maksud Umum
1) Memberikan dorongan kepada pendengar dengan maksud
mengharapkan reaksi dari peserta untuk mendapatkan
inspirasi, dan membangkitkan emosinya sehingga mampu
berbuat dan mengikuti yang diharapkan oleh pembicara.
Penyajian ini bersifat persuasif.
BAB V
TOPIK DAN JUDUL KARANGAN
A. Topik
Berbicara tentang topik dan judul karangan berarti kita berbicara tentang apa
yang akan kita tulis. Memilih topik berarti memilih hal yang akan menjadi
pembicaraan dalam tulisan atau karangan. Pokok pembicaraan yang dimaksud
adalah sesuatu yang belum terurai. Kegiatan pada tahap pertama ini sering
mengalami kesukaran bahkan menjadi beban berat terutama bagi orang baru
memulai menulis karangan. Hal ini disebabkan oleh kesukaran menentukan topik
B. Pemilihan Topik
Setelah melakukan hal di atas, dan menentukan sejumlah topik yang dapat
dijadikan karangan, maka langkah selanjutnya adalah memilih satu di antara
banyak topik yang telah ditemukan. Hal-hal tyang harus diperhatikan dalam
pemilihan topik adalah:
1. Topik harus menarik perhatian
2. Topik dikenal dengan baik
3. Bahannya mudah diperoleh
4. Topik dibatasi ruang lingkupnya
C. Pembatasan Topik
BAB V
IKTISAR
A. Pengertian Ikhtisar
A. Pengertian Kutipan
Kutipan adalah suatu kata yang mungkin semua orang belum tahu apa
maksudnya. Kutipan juga merupakan suatu gagasan, ide, pendapat yang diambil
dari berbagai sumber. Proses pengambilan gagasan itu disebut mengutip. Gagasan
itu bisa diambil dari kamus, ensiklopedi, artikel, laporan, buku, majalah, internet,
dan lain sebagainya.
B. Prinsip-prinsip dalam Mengutip
Dalam membuat tulisan kita pasti sering mengambil atau mengutip dari
tulisan orang lain, maka dari itu perlu kita tahu bagaimana prinsip-prinsip yang
benar dalam mengutip dari tulisan orang lain. Prinsip mengutip antara lain: :
a. Aapabila dalam mengutip sebuah karya atau tulisan yang ada salah ejaan
dari sumber kutipan kita, maka sebaiknya kita biarkan saja apa adanya
seperti sumber yang kita ambil tersebut. Kita sebagai pengutip tidak
diperbolehkan membenarkan kata atau pun kalimat yang salah dari sumber
kutipan kita.
b. Dalam kutipan kita diperkenankan menghilangkan bagian-bagian kutipan
dengan syarat bahwa penghilangan bagian itu tidak menyebabkan
perubahan makna atau arti yang terkandung dalam sumber kutipan kita.
Caranya :
1. Menghilangkan bagian kutipan yang kurang dari satu alinea.
Bagian yang dihilangkan diganti dengan tiga titik berspasi.
2. Menghilangkan bagian kutipan yang kurang dari satu alinea.
Bagian yang dihilangkan diganti dengan tiga titik berspasi sepanjang
garis (dari margin kiri sampai margin kanan).
C. Jenis-jenis Kutipan
B. DAFTAR PUSTAKA
1. Pengertian Daftar Pustaka
Daftar pustaka adalah halaman yang berisi daftar sumber-sumber referensi
yang kita pakai untuk suatu tulisan atau pun karya tulis ilmiah. Daftar Pustaka
biasanya berisi judul buku-buku, artikel-artikel, dan bahan-bahan penerbitan
lainnya, yang mempunyai pertalian dengan sebuah karangan (contohnya: tesis).
Melalui daftar pustaka yang disertakan pada akhir tulisan, para pembaca dapat
melihat kembali pada sumber aslinya.
a. Kelompok Textbook
1) Penulis perorangan
2) Kumpulan karangan beberapa penulis dengan editor
3) Buku yang ditulis / dibuat oleh lembaga
4) Buku terjemahan
b. Kelompok Jurnal
1) Artikel yang disusun oleh penulis
2) Artikel yang disusun oleh lembaga
3) Kelompok makalah yang diresentasikan dalam seminar / konferensi /
simposium
c. Kelompok disertasi / tesis
d. Kelompok makalah / informasi dari Internet
Apabila digunakan dua sumber pustaka atau lebih yang sama pengarangnya,
maka sumber dirilis dari buku yang lebih dahulu terbit, baru buku yang terbit
kemudian. Di antara kedua sumber pustaka itu dibutuhkan tanda garis panjang.
Untuk penulisan daftar pustaka yang berasal dari internet ada beberapa
rumusan pendapat :
– Menurut Sophia (2002), komponen suatu bibliografi online adalah:
• Nama Pengarang• Tanggal revisi terakhhir• Judul Makalah• Media yang
memuat• URL yang terdiri dari protocol/situs/path/file• Tanggal akses. –
Menurut Winarko memberikan rumusan pencantuman bibliografi online di
daftar pustaka sebagai berikut: Artikel jurnal dari internet: Majalah/Jurnal
Online
e) Buku terjemahan
Referensi pada akhir tulisan (daftar pustaka)
Luria, A. R. (1969). The mind of a mnemonist (L. Solotaroff, Trans.). New York:
Avon Books. (Original work published 1965)
2) Jurnal
a) Artikel Jurnal
Referensi pada tulisan (kutipan)
When quoting an author’s words exactly, indicate the page number:
Even some psychologists have expressed the fear that “psychology is in danger of
3) Sumber Digital
a) Buku elektonik dari perpustakan digital
c) Artikel Majalah atau Koran dari Internet (bukan dari perpustakaan digital)
Referensi pada akhir tulisan (daftar pustaka)
Sarewitz, D., & Pielke, R. (2000, July). Breaking the global warming gridlock
[Electronic version]. The Atlantic Monthly, 286(1), 54-64.
d) Artikel e-Journal
Referensi pada akhir tulisan (daftar pustaka)
Bilton, P. (2000, January). Another island, another story: A source for S
Shakespeare’s The Tempest.Renaissance Forum, 5(1). Retrieved August 28, 2001,
fromhttp://www.hull.ac.uk/renforum/current.htm
e) Halaman Web
Referensi pada akhir tulisan (daftar pustaka)
Shackelford, W. (2000). The six stages of cultural competence. In Diversity
central: Learning. Retrieved April
4) Sumber Lain
a) Artikel Koran, tanpa pengarang
c) Desertasi
Referensi pada akhir tulisan (daftar pustaka)
Arbor, C.F. (1995). Early intervention strategies for adolescents. Unpublished
doctoral dissertation, University of Massachusetts at Amherst.
Catatan kaki yang merupakan rujukan atau data pustaka ditulis berdasarkan cara
berikut ini:
1. Nama pengarang tanpa dibalik urutannya atau sama dengan nama
pengarang yang tertulis pada buku diikuti koma
2. Jika nama dalam tertulis lengkap disertai gelar akademis, catatan kaki
mencantumkan gelar tersebut
3. Judul karangan dicetak miring, tidak diikuti koma
4. Nama penerbit dan angka tahun diapit tanda kurung diikuti koma
5. Nomor halaman dapat disingkat hlm atau h. Angka nomor halaman
diakhiri titik (.)
Contoh penulisan:
2
Abraham H. Maslow, Motivasi dan Kepribadian 2, terj. Nurul Imam, (Jakarta:
Pustaka Binaman Presindo, 1994), 1-40.
3
Dr. Albert Wijaya, "Pembangunan Pemukiman bagi Masyarakat Berpenghasilan
Rendah di Kota," dalam Prof. Ir. Eko Budihardjo, MSc.(Ed), Sejumlah Masalah
Pemukiman Kota, (Bandung: Alumni, 1992), 121-124.
4
Drs. Cosmas Batubara, "Kebijaksanaan Pembangunan Nasional: Sebuah
Sumbang Saran," dalam Prof. Ir. Eko Budihardjo, MSc.(Ed), Sejumlah Masalah
Pemukiman Kota, (Bandung: Alumni,1992), 91-103.
BAB VIII.
SINTESIS
A. Pengertian
Sintesis merupakan salah satu komponen penting dalam menyusun karya
tulis ilmiah. Komponen ini merupakan tahap terakhir yang harus dilakukan
penulis dan dapat menjadi penentu kelengkapan dalam karya tulis ilmiah. Karya
tulis ilmiah dapat disebut belum lengkap jika tidak disertai dengan sintesis.
Sintesis adalah tulisan utuh dan baru mengenai rangkuman dari berbagai
sumber rujukan mengenai pengertian atau pendapat. Rangkuman tersebut disusun
menjadi suatu tulisan baru yang mengandung satu kesatuan yang sesuai dengan
kebutuhan penulis. Sintesis merupakan suatu rangkuman dari berbagai macam
jenis sumber rujukan yang sejalan dan sesuai dengan kebutuhan penulis di dalam
karya tulis ilmiah.
B. Fungsi Sintesis
Sintesis merupakan suatu gagasan atau ide baru yang disajikan oleh
penulis. Penyajian ini diperoleh dari berbagai sumber rujukan yang digunakan
oleh penulis dalam menyusun suatu karya ilmiah. Fungsi sintesis dalam sebuah
BAB VIII
MEMBACA KRITIS
Memangagaksulitmembacatuli
saninikarenatan
patitikdankomadanjugapastila
makelamaanand
apastijaditerbiasawalaupunjara
ngadaorangyan
c. Kemampuan menganalisis
Kemampuan menganalisis ialah kemampuan pembaca melihat komponen-
komponen atau unsur-unsur yang membentuk sebuah kesatuan. Sebagaimana Anda
ketahui, kesatuan dalam bacaan meliputi gagasan-gagasan utama, pernyataan-
pernyataan, simpulsn- simpulsn, dan sebagainya. Pembaca kritis diharapkan melihat
fakta-fakta, detil-detil penunjang, atau unsur pembentuk yang lain yang tidak
disebutkan secara eksplisit.
Lebih lanjut, kemampuan itu dikembangkan menjadi kemampuan pembaca
melihat kesatuan gagasan melalui bagian-bagiannya. Sebagaimana Anda
ketahui, sebuah teks bacaan, apa pun bentuknya, pada dasarnya di dalamnya
membuat sebuah kesatuan gagasan yang bulat dan utuh. Hanya saja akibat cara
dan gaya pengungkapan yang berbeda akan membuat gagasan atau suatu
pesan tersebut terlihat samar-samar. Dalam kasus semacam itu, kewajiban
pembaca adalah melakukan penyintesisan. Bentuk-bentuk penyintesisan tersebut,
misalnya berupa simpulan atau ringkasan, ide pokok, gagasan utama bacaan,
tema, atau kerangka bacaan.
Secata terperinci kemampuan menganalisis sekaligus menyintesis, meliputi
kemampuan berikut ini.
1) Menangkap gagasan utama bacaan.
2) Memberikan detil/fakta penunjang.
3) Mengklasifikasikan fakta-fakta.
4) Membandingkan antargagasan yang ada dalam bacaan.
5) Membandingkan tokoh-tokoh yang ada dalam bacaan.
6) Membuat simpulan bacaan
7) Mengorganisasikan gagasan utama bacaan.
8) Menentukan tema bacaan
9) Menyusun kerangka bacaan.
10) Menghubungkan data sehingga diperoleh simpulan
11) Membuat ringkasan.