Anda di halaman 1dari 3

3.

Faktor Perubahan Bahasa Melayu Menjadi Bahasa Indonesia


“Bahwa asal bahasa Indonesia ialah bahasa Melayu, dasar bahasa Indonesia ialah bahasa
Melayu yang disesuaikan dengan pertumbuhannya dalam masyarakat Indonesia sekarang.”
Itulah salah satu keputusan dalam Kongres Bahasa Indonesia II tahun 1954 di Medan.
Sebelum Indonesia merdeka dan bahasa persatuan kita diresmikan, sebagian besar penduduk di
Nusantara telah akrab dengan bahasa Melayu. Bahasa ini berdiri sebagai basantara (lingua
franca) atau bahasa perhubungan.
Sejarah penggunaan bahasa Melayu di Nusantara dapat dibuktikan melalui beberapa
penemuan. Prasasti yang ditemukan di Kedukan Bukit (Palembang, 683 M), Talang Tuwo
(Palembang, 684 M), Kota Kapur (Bangka Barat, 686 M), dan Karang Brahi (Jambi, 688 M)
tertulis dengan huruf Pranagari dengan bahasa Melayu Kuno. Selain digunakan dalam transaksi
perdagangan, bahasa Melayu pun diandalkan sebagai bahasa kebudayaan, khususnya pada zaman
Kerajaan Sriwijaya, yakni sebagai bahasa utama dalam buku pelajaran agama Buddha.
Pada abad ke – 15 berkembang bentuk yang dianggap sebagai bentuk resmi Bahasa Melayu
karena dipakai oleh kesultanan Malaka, yang kelak disebut sebagai Bahasa Melayu Tinggi.
Penggunaannya terbatas di kalangan keluarga kerajaan di sekitar Sumatera, Jawa, dan
semenanjung Malaya. Pada akhir abada ke-19 pemerintah kolonial Hindia-Belanda melihat
bahwa Bahasa Melayu(tinggi) dapat dipakai untuk membantu administrasi bagi kalangan
pegawai pribumi. Pada periode ini mulai terbentuklah “bahasa indonesia” yang secara perlahan
terpisah dari bentuk semula Bahasa Melayu Riau-Johor. Bahasa Melayu di Indonesia kemudian
digunakan sebagai lingua franca (Bahasa pergaulan), namun pada waktu itu belum banyak yang
menggunakannya sebagai Bahasa ibu. Bahasa ibu masih menggunakan Bahasa daerah yang
jumlahnya mencapai 360 bahasa.
Bahasa Melayu mempunyai peranan yang sangat penting di berbagai bidang atau kegiatan di
Indonesia pada masa lalu . Bahasa Ini tidak hanya sekedar sebagai alat komunikasi dibidang
ekonomi(perdagangan). Tetapi juga dibidang visual (alat komunikasi massa), Politik (perjanjian
antar kerajaan) . Sejak itulah penguasaan dan pemakaian Bahasa melayu menyebar ke seluruh
pelosok Kepulauan Indonesia.
Perkembangan Bahasa melayu tersebut dinamakan perkembangan konseptual yang memiliki
tiga bentuk. Pertama, perkembangan Bahasa yang dipengaruhi oleh interaksi antar daerah,
Kedua, perkembangan Bahasa daerah yang lain, dan yang terakhir, perkembangan Bahasa yang
diakibatkan oleh pertemuan bahasa melayu dalam konteks yang lebih luas.
Bahasa Melayu berkembang berdasarkan interaksi dengan lingkungan social yang
bersinggungan antar ruang dan waktu, yang mana terjadi suatu hal yang sedang mempengaruhi
penggunaan Bahasa. Historis tersebut dapat dilihat dari asal usul Bahasa yang merupakan awal
komunikasi antar orang yang menggunakan Bahasa isyarat ke kata-kata yang semakin
komunikatif. Berdasarkan latar belakang historis yang begitu kuat di tanah Nusantara, tidak
heran jika bahasa Melayu dipilih untuk menjadi akar bagi bahasa Indonesia.
Menurut Prof.Dr. Slametmulyana ada beberapa faktor yang menyebabkan bahasa Melayu
diangkat menjadi Bahasa Indonesia, Beliau mengemukakan faktor-faktor yang menjadi
penyebabnya, sebagai berikut.
1. Sejarah telah membantu penyebaran bahasa melayu. Bahasa Melayu merupakan lingua franca
di Indonesia, bahasa perhubungan atau bahasa perdagangan. Dengan bantuan para pedagang,
bahasa Melayu disebarkan ke seluruh pantai Nusantara terutama di kota-kota pelabuhan.
Bahasa Melayu menjadi bahasa penghubung antara individu.
2. Bahasa Melayu mempunyai sistem yang sederhana, mudah dipelajari. Tak dikenal tingkatan
bahasa seperti dalam bahasa Jawa atau bahasa Bali, atau perbedaan pemakaian bahasa kasar
dan halus seperti dalam bahasa Sunda atau bahasa Jawa.
3. Faktor psikologis, yaitu suku bangsa Jawa dan Sunda telah dengan sukarela menerima bahasa
Indonesia sebagai bahasa nasional, sematamata didasarkan pada keinsafan akan manfaatnya
ada keikhlasan mengabaikan semangat dan rasa kesukuan karena sadar akan perlunya
kesatuan dan persatuan.
4. Kesanggupan bahasa itu sendiri juga menjadi salah satu faktor penentu. Jika bahasa itu tidak
mempunyai kesanggupan untuk dapat dipakai menjadi bahasa kebudayaan dalam arti yang
luas, tentulah bahasa itu tidak akan dapat berkembang menjadi bahasa yang sempurna. Pada
kenyataannya dapat dibuktikan bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa yang dapat dipakai
untuk merumuskan pendapat secara tepat dan mengutarakan perasaan secara jelas.
Prof. Soedjito menjelaskan secara sederhana alasan mengapa bahasa Melayu yang dijadikan
landasan lahirnya bahasa Indonesia sebagai berikut.
1. Bahasa Melayu telah digunakan sebagai lingua franca (bahasa perhubungan) selama berabad-
abad sebelumnya di seluruh kawasan tanah air kita (Nusantara). Hal tersebut tidak terjadi pada
bahasa Jawa, Sunda, ataupun bahasa daerah lainnya.
2. Bahasa Melayu memiliki daerah persebaran yang paling luas dan melampaui batas-batas
wilayah bahasa lain meskipun penutur aslinya tidak sebanyak penutur asli bahasa Jawa,
Sunda, Madura, ataupun bahasa daerah lainnya.
3. Bahasa Melayu masih berkerabat dengan bahasa-bahasa Nusantara lainnya sehingga tidak
dianggap sebagai bahasa asing.
4. Bahasa melayu bersifat sederhana, tidak mengenal tingkat-tingkat bahasa sehingga mudah
dipelajari. Berbeda dengan bahasa Jawa, Sunda, Madura yang mengenal tingkat-tingkat
bahasa.
5. Bahasa melayu mampu mengatasi perbedaan-perbedaan bahasa antarpenutur yang berasal dari
berbagai daerah. Dipilihnya bahasa Melayu menjadi bahasa persatuan tidak menimbulkan
perasaan kalah terhadap golongan yang lebih kuat dan tidak ada persaingan antarbahasa
daerah.
REFRENSI :

https://narabahasa.id/linguistik-interdisipliner/evolusi-bahasa/bahasa-melayu-asal-usul-bahasa-
indonesia
Pramuki, B. Esti, Mpd. Modul 1 Bahasa Indonesia. Universitas Terbuka.

Anda mungkin juga menyukai