i
KATA PENGANTAR
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
2
C. Tujuan Pembahasan
3
BAB II
PEMBAHASAN
Ilmu islam terapan adalah ilmu yang menggagas paradigma ilmu amali dalam
agama islam. Paradigma amali adalah paradigma yang menitik beratkan bidikannya
pada dimensi praktis dalam kehidupan konkret pelakunya. Yang terpenting dalam
model berpikir amali adalah bagaimana melakukan dan mewujudkannya pada
kehidupan praktis. Penggagas Paradigma Ilmu Isam Terapan sebagai solusi
problematika umat. Gagasan tersebut dilandasi atas keyakinan bahwa ruang
lingkup keberagamaan Islam meliputi seluruh aspek kehidupan manusia. Untuk
mengenal karakter ilmu, cara yang paling mudah adalah menemukan paradigma
yang mendasarinya. Paradigma merupakan kunci dalam model perkembangan
ilmu-ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan tersebut umumnya merupakan metode
pemecahan masalah yang dipakai yang memudahkan untuk menemukan
potensinya. Untuk membantu umat Islam mencapai tujuannya.
Dengan begitu paradigma amali juga bersumber kepada Islam faktual.
Internalisasi nilai-nilai paradigma amali ke dalam ilmu pengetahuan sangat
diperlukan. Paradigma amali dibutuhkan sebagai sudut pandang baru dalam
memahami ajaran dan pelaksanaannya. Termasuk ke dalam pencarian solusi dari
berbagai macam problematika yang dihadapi umat beragama, khususnya umat
Islam dewasa ini. Prosedur kerja paradigma amali dalam hal ini menuntut
penjelasan terhadap korelasi antara fenomena keberagaman dengan unsur yang
lain. Ilmu Islam Terapan menjadi salah satu mata kuliah inti di Institut Agama Islam
Negeri Kudus. Ilmu Islam Terapan merupakan mata kuliah ciri khas institusi. Mata
kuliah ciri khas institusi adalah upaya untuk mengembangkan kompetensi yang
disesuaikan dengan ciri khas institusi yang bersangkutan.
1. Jenis-jenis Amalan
4
a) Sholat dan Ibadah lainnya.
Ketaatan kepada Allah melalui salat lima waktu, puasa di bulan Ramadhan,
Zakat, dan ibadah lainnya.
b) Etika dalam Kehidupan Sehari-hari.
Menunjukkan etika yang baik dalam interaksi sehari-hari, termasuk kejujuran,
keadilan, dan perhatian terhadap orang lain.
c) Zakat dan Infaq.
Memberikan Zakat (iuran wajib) dan Infaq (iuran sukarela) untuk membantu
mereka yang membutuhkan.
d) Pendidikan dan Pengetahuan.
Mendorong perluasan pendidikan dan pengetahuan sebagai bagian penting
dalam memahami Islam. Pembelajaran ilmiah, penelitian dan pengembangan
diterapkan dalam perspektif Islam.
e) Kesejahteraan Sosial.
Mendorong upaya kesejahteraan sosial dan bantuan kepada masyarakat yang
membutuhkan, serta membantu yang lemah dan kurang beruntung.
f) Etika Bisnis.
Berprilaku etis dalam bisnis dan menghindari praktik-praktik yang
bertentangan dengan ajaran Islam, seperti riba dan spekulasi.
g) Keluarga dan Pernikahan.
Mempraktikkan nilai-nilai Islam dalam keluarga, termasuk pernikahan yang
sah dan mendidik anak-anak dalam ajaran Islam.
h) Kesehatan dan Kebersihan.
Merawat tubuh sebagai amanah dari Allah, termasuk menjaga kebersihan dan
menjalani gaya hidup sehat.
i) Hak Asasi Manusia.
Memahami dan menjalankan prinsip-prinsip hak asasi manusia dalam konteks
Islam, termasuk perlakuan yang adil terhadap semua individu.
j) Pengabdian Masyarakat.
Partisipasi dalam kegiatan pengabdian masyarakat dan kesukarelaan untuk
meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
5
2. Bidang Kajian
Kajian Islam Terapan merupakan bidang kajian yang mencakup berbagai aspek
ajaran Islam yang praktis dan aplikatif dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa
bidang kajian dalam Ilmu Islam Terapan meliputi:
6
k) Keluarga dan Pernikahan.
Penelitian tentang perkawinan, kehidupan keluarga, dan hak-hak serta
tanggung jawab anggota keluarga dalam Islam.
l) Lingkungan dan Keberlanjutan.
Bagaimana menerapkan prinsip lingkungan dan keberlanjutan dalam
perspektif Islam dan praktik Islam.
m) Kesejahteraan Sosial.
Penelitian tentang program kesejahteraan sosial dan bantuan kepada
masyarakat Islam yang membutuhkan.
C. Pembaruan Paradigma
Sebenarnya rujukan ini mirip dengan rumusan Imam Abu Al Hasan Al Asy'ari
yang menyatakan bahwa keimanan harus memenuhi unsur-unsur pembenaran
dalam hati, pernyataan lisan, dan perbuatan, yang diwujudkan melalui amalan.
Sebagai fenomena sosial, ungkapan di atas sejalan dengan pandangan para sarjana
7
Barat bahwa pengalaman beragama mencakup reaksi terhadap ajaran yang berupa
pemikiran, perkataan, dan ungkapan yang disajikan dalam kehidupan berkelompok.
Memang dapat ditemukan pula pola lain dalam melaksanakan ajaran Islam,
akan tetapi fenomena ini kemudian, semakin menjauh dari kehidupan konflik
karena terpaku pada bahasan-bahasan yang sifatnya spekulatif. Indikator pola
keberagamaan ini dapat dengan mudah diamati dari literatur yang menjadi acuan
praktek keagamaan mereka.
Dalam mengamalkan hukum Islam, umat masa kini kemudian berhenti pada
sisi normatif syariat Islam menurut bahasan yang dikemukakan oleh para pendiri
mazhab. Bahasan yang kemudian berkembang dalam hukum adalah peran niat itu
sendiri dalam perilaku ibadah. Sebagian hukum kemudian menyatakan bahwa niat
adalah rukun, yang lainnya memandang sebagai syarat. Sebagai persoalan yang
terkait dengan hati, atas dasar definisinya sebagai ketetapan hati untuk melakukan
sesuatu, maka niat adalah persoalan dan fenomena kejiwaan. Analisis tentang
gejala kejiwaan ini ternyata memiliki kaitan yang sangat potensial dalam
menentukan potensi pembentuk dan pengendali perilaku manusia. Kesadaran itu
sendiri pada akhirnya juga merupakan faktor yang menentukan wujud dari
perbuatan itu sendiri, karena fungsi dari kesadaran adalah untuk melakukan
monitor dan kontrol terhadap diri dan lingkungan.
Sisi praktis ini kiranya memerlukan telaah lebih lanjut, sebagai bagian dari
upaya proses alih keberagaman yang benar dan tepat dari masa Rasulullah. Jika ini
dilakukan, Maka hasilnya adalah kesatuan utuh dari aspek normatif, mental dan
Aqidah dalam perilaku konkret yang dirumuskan oleh Imam Abu Hanifah sebagai
kesatuan lahir dengan batin antara iman dengan Islam. Jika alur pikir ini dapat
diterima, maka langkah strategis yang harus dilakukan adalah pembaruan
paradigma dalam struktur keberagamaan umat Islam masa kini. Dia sendiri tidak
dengan eksplisit merumuskan pengertiannya, namun dapat dipahami sebagai
pandangan dasar dari ilmuwan tentang apa yang menjadi pokok persoalan yang
semestinya dipelajari oleh suatu cabang atau disiplin ilmu. Lebih konkret dari itu,
Islam tidak hanya bermaksud membangun surga di akhirat semata, melainkan
adalah juga dan sangat pentingnya bertujuan membangun surga di dunia ini,
khususnya di bumi Indonesia yang tercinta ini. Jika demikian ini struktur
keberagaman yang benar dan dicontohkan oleh Rasulullah, maka pembaruan
paradigma ilmu Islam mutlak harus dilakukan.
8
Obyek kajian dan sasaran penelitian tidak hanya diarahkan pada aspek normatif
atau spekulatif dari ajaran, tetapi juga pada aspek empiris dan faktual dari
keseharian umat. Term metodologi menunjuk pada analisis sistematik dan terpadu
tentang prinsip dan prosedur rasional dan empiris yang akan memandu kegiatan
penelitian dan akan membangun struktur ilmu yang bersangkutan. Islam terapan
disini sebenarnya identik denga praktek ajaran tersebut seperti dicontohkan oleh
Rasulullah. Kualifikasi terapan diperlukan, semata-mata karena pemikiran umat
Islam pernah melewati era normatif dan spekulatif. Dengan demikian paradigma
terapan inilah yang memeliki kandungan potensi agama untuk mengantarkan umat
mencapai tujuan risalah di abad modern, khususnya diIndonesia era globalisasi ini.
Sebagai suatu proses untuk melewati alih keberagaman, pendidikan adalah metode
terbaik yang dapat dipertimbangkan oleh umat Islam.
Faktor perkembangan tidak terbatas pada mata pelajaran saja tetapi juga pada
isi program, yang dapat dipahami sebagai banyaknya materi pembelajaran,
kegiatan, dan pengalaman yang diharapkan dapat melibatkan mahasiswa, baik di
ruang kuliah maupun di ruang kuliah. bukan. Tren yang berkembang ini merupakan
bagian dari tren menuju rekonstruksi sosial yang memberikan masyarakat
9
kemampuan untuk terlibat dalam tujuan-tujuan yang luas. Sebagai tempat
berkembang biaknya tumbuh dan berkembangnya permasalahan, masyarakat
menjadi ladang pembelajaran yang potensial, apalagi jika pembelajaran tidak
dipahami sebagai sekedar transfer ilmu pengetahuan. Pendidikan Islam terapan,
sebagai model, tetap berlandaskan Al-Quran dan Sunnah Nabi.
Warisan intelektual yang terkandung dalam kitab emas tetap menjadi andalan,
sebagai wujud pengamalan ajaran Islam. Pengembangan model terapan tidak
didasarkan pada buku atau ajaran tetapi bagaimana umat Islam dapat
menerapkannya dalam kehidupan nyata. Melalui analisis data-data di atas, ternyata
perubahan atau lebih tepatnya evolusi model yang berhasil meningkatkan potensi
keagamaan akan membawa manusia melewati transisi keberagaman dari masa
klasik menjadi pola di masa Rasulullah.
D. Pergeseran Paradigma
10
E. Teknologi keberagamaan
Artinya, jika diukur dari konteks kehidupan umat yang dihadapi, paradigma
normatif dan filosofis memang memiliki kekuatan pemecahan masalah. Jika
perkembangan keilmuan memang diarahkan untuk mampu menyelesaikan masalah
umat, maka yang diperlukan adalah sifat paradigma yang memiliki relevansi
produktif untuk memecahkan masalah. Sifat masalah yang dihadapi oleh umat
Islam Indonesia adalah kenyataan praktis dalam keseharian masyarakat yang tidak
seperti diharapkan oleh ajaran Islam. Paradigma keilmuan yang sekarang ditunggu
adalah paradigma terapan. Jika ini adalah wujud dan bentuk permasalahan yang
dihadapi umat, maka pokok bahasan yang seharusnya disepakati dan kemudian
dipedomani oleh para ilmuwan Islam, bukan bagaimana seharusnya, atau
bagaimana konsep pemikirannya, melainkan bagaimana melakukan atau
mewujudkannya. Kebutuhan seperti ini hanya dapat dipenuhi oleh paradigma
terapan yang memang berada pada cakupan praksis kehidupan.
Pergeseran paradigma, dari normatif dan filosofis, menjadi terapan ini bukan
menjauh dari lingkup Alquran dan Sunnah, melainkan justru sangat sesuai, bahkan
identik, dengan kandungan ajaran dan praktek yang dicontohkan oleh Rasulullah,
dari sunnah, berita tentang lingkup keberagaman yang meliputi seluruh segi
kehidupan manusia dapat diamati dari kegiatan yang telah dilakukan oleh
Rasulullah dan sahabatnya. Dalam paradigma normatif yang ditemukan dalam ilmu
fiqih misalnya, pokok bahasan hanyalah dimensi norma dalam keberagaman
menurut ajaran Islam. Sedang paradigma filosofis lebih mengarahkan pokok
bahasanya pada masalah-masalah ketuhanan atau yang terkait dengan upaya
memahaminya. Paradigma terapan memiliki pokok bahasan yang sangat berbeda.
Lingkup bahasan ini sampai pada dimensi empiris keberagamaan yang dapat
diamati. Akan tetapi, dimensi keberagaman, yang menjadikannya sangat relevan
dengan sifat masalah nasional bangsa Indonesia adalah cakupannya yang sampai
pada kenyataan empiris dalam praksis kehidupan umat.
Sifat pokok bahasan dalam paradigma ilmu Islam terapan ini memerlukan
metode, atas dasar pijakan metodologi, yang berbeda dengan ilmu-ilmu
sebelumnya. Dengan demikian, epistemologi ilmu dalam paradigma ini adalah
gabungan antara unsur doktrin dengan ilmiah, yang dengan meminjam konsep A.
Mukti Ali, dapat dirumuskan menjadi metode scientific cum-doktriner. Dalam
metodologi ini, terminologi pengetahuan dan ilmu didudukkan dengan lebih
11
proporsional. Goode, membedakan antara pengetahuan dengan ilmu. Menurut
pendapatnya, pengetahuan teologis yang disusun secara sistematis pun tidak dapat
dipandang sama ilmiahnya dengan ilmu pengetahuan alam. Ilmu teologis bersifat
deduktif bersumber dari pengalaman empiris. Hasil penelitian dan pengujian inilah
yang disebut ilmu, untuk ucapan metafisis agar bersifat ilmiah.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ilmu islam terapan adalah ilmu yang menggagas paradigma ilmu amali
dalam agama islam. Paradigma amali adalah paradigma yang menitik
beratkan bidikannya pada dimensi praktis dalam kehidupan konkret
pelakunya. Yang terpenting dalam model berpikir amali adalah bagaimana
melakukan dan mewujudkannya pada kehidupan praktis. Salah satu
perwujudan paradigma amali adalah dengan menjalankan moderasi beragama.
Moderasi agama identik dengan toleransi dan tenggang rasa. Sikap beragama
yang seimbang antara keyakinan terhadap agama sendiri dan penghormatan
terhadap orang lain yang berbeda keyakinan.
13
DAFTAR PUSTAKA
https://www.kompasiana.com/nurhidayati016/islam-sebagai-paradigma-ilmu-
pengetahuan
Prof. Dr. H. Kadir, Muslim A, M. A. ILMU ISLAM TERAPAN Menggagas Paradigma
Amali dalam Agama Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset)
Vardiansyah, Dani, Filsafat Ilmu Komunikasi, Suatu Pengantar Indeks, Jakarta, 2008.
14
PERTANYAAN
JAWABAN
15
juga merupakan disiplin ilmu yang berdiri sendiri dan menjadi pencetus
kepada ilmu-ilmu lain di bidangnya. Beberapa aspek epistemologi yang
sering dibahas antara lain:
Analisis sifat pengetahuan: membahas tentang
bagaimana sifat pengetahuan dikaitkan dengan konsep
seperti kesahihan, kepercayaan, dan justifikasi.
Masalah skeptisisme: membahas tentang berbagai
masalah skeptisisme yang muncul dalam epistemology.
Sumber, kaedah, dan skop pengetahuan: membahas
tentang sumber, kaedah, dan skop pengetahuan dan
kepercayaan yang wajar.
Kriteria pengetahuan dan justifikasi: membahas tentang
kriteria pengetahuan dan justifikasi.
Contoh-contoh topik yang sering dibahas dalam epistemologi antara
lain tentang apa itu pengetahuan, bagaimana macam dan cara kita
mendapatkan ilmu pengetahuan, dan bagaimana seseorang manusia
memahami sesuatu perkara.
3. Paradigma ilmu Islam terapan adalah dasar untuk pengembangan
kesehatan yang mempertimbangkan etika kedokteran Islam. Beberapa
prinsip utama dalam hal ini adalah:
- Prinsip Kesehatan sebagai Karunia: Kesehatan dianggap sebagai
karunia dari Tuhan, dan setiap orang bertanggung jawab untuk menjaga
kesehatan mereka sendiri. Ini mendorong orang Muslim untuk
membantu diri mereka sendiri.
- Prinsip Keadilan: Dalam sistem kesehatan Islam, sangat penting untuk
memastikan bahwa setiap orang memiliki akses yang adil dan setara ke
perawatan medis tanpa memandang agama, ras, atau status sosial
mereka.
- Etika dalam Praktek Medis: Dokter harus mengikuti prinsip-prinsip
Islam seperti menjaga nyawa, menghindari kerusakan, dan
menghormati privasi pasien. Ini termasuk menghindari tindakan medis
yang dianggap haram oleh agama Islam.
- Pengembangan Terapi Berlandaskan Sunnah: Pertimbangan metode
yang sesuai dengan Sunnah (ajaran Nabi Muhammad) dalam
pembuatan terapi dan perawatan Kesehatan sangat signifikan. Ini dapat
16
termasuk penggunaan obat-obatan yang halal dan prosedur medis yang
tidak bertentangan dengan ajaran Islam.
- Keseimbangan Ilmu dan Iman: Paradigma ilmu Islam terapan
menekankan betapa pentingnya menjaga keseimbangan antara ilmu
pengetahuan medis dan keyakinan agama. Ini berarti bahwa profesional
kesehatan Muslim harus memiliki kedua pengetahuan medis yang kuat
dan pemahaman moral Islam.
- Konsultasi Agama: Untuk memastikan bahwa keputusan medis yang
dibuat sesuai dengan ajaran Islam, penting untuk berkonsultasi dengan
ulama atau cendekiawan agama Islam ketika Anda menghadapi situasi
medis yang melibatkan pertanyaan agama atau etika.
Pengembangan kesehatan yang mengambil etika kedokteran
Islam akan mendorong perawatan yang lebih menyeluruh dan sesuai
dengan nilai-nilai agama Islam, memenuhi kebutuhan kesehatan orang
Muslim, dan memastikan bahwa praktik medis yang dilakukan sesuai
dengan etika Islam.
17