Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

APLIKASI PARADIGMA ISLAM TERAPAN DAN BIDANG


STUDI
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Ilmu Islam Terapan
Dosen Pengampu: M. Agus Yusrun Nafi, S.Ag., M.SI

Direvisi oleh Kelompok 13 C1HKR:


Raffi Muhammad Hudaifa (2320110117)

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM


FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
TAHUN 2023

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Wassholaatuwassalamu Alaa Rasulillah, Wa’alaa Alihii


Wamauwwalah. Puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan semesta alam yang telah
memberikan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penyusun makalah dapat
menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya. Sholawat ma’assalam semoga
tercurah kepada junjungan kita Rasulullah SAW. Semoga kita mendapatkan syafaat-
Nya kelak di hari akhir nanti, aamiin.
Makalah berjudul “Aplikasi Paradigma Islam Terapan dan Bidang Studi”,
makalah ini disusun bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Islam Terapan,
selain itu juga untuk menambah wawasan pengetahuan bagi penulis dan pembaca
mengenai pemahaman tentang pembaharuan syahadat. Penulis berterima kasih kepada
pihak-pihak yang turut serta membantu dalam penulisan makalah ini. Terutama kepada
bapak Muhammad Agus Yusrun Nafi, S.Ag., M.SI.Selaku dosen mata kuliah Ilmu
Islam Terapan di IAIN Kudus.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, besar harapan kami agar pembaca berkenan memberikan kritik dan saran
yang membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca. Aamiin Yaa Rabbal A’lamiin.

Kudus, 22 Oktober 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................... ii


DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii
BAB I ....................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 1
C. Tujuan Pembahasan ........................................................................................ 3
BAB II ...................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN ....................................................................................................... 4
A. Pengertian paradigma Islam terapan ............................................................... 4
B. Jenis-Jenis Penerapan Ilmu Islam Terapan dan Bidang Kajian ........................ 4
C. Pembaruan Paradigma ................................................................................... 7
D. Pergeseran Paradigma ................................................................................. 10
E. Teknologi keberagamaan ...............................................................................11
BAB III................................................................................................................... 13
PENUTUP .............................................................................................................. 13
A. Kesimpulan .................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu Islam dan ilmu pengetahuan di lembaga pendidikan (formal) masih


menjadi bagian wacana yang sering didiskusikan pada akhir-akhir ini dalam
realitasnya. Ternyata hampir sama rumitnya dengan wacana yang
dikembangkan di ruang-ruang akademik Operasionalisasi dalam konteks
kurikulum di lembaga pendidikan. Paradigma Ilmu Islam Terapan sebagai sudut
pandang baru dalam menghadapi problem di masyarakat khususnya
radikalisme dan intoleransi. Mengenalkan distingsi institusi terkait ke kancah
luar yang pada tahap selanjutnya turut berperan dalam mengembangkan kajian-
kajian terhadap pendidikan Islam. Serta dapat digunakan sebagai referensi atau
rujukan dalam menanamkan nilai-nilai moderasi beragama kepada mahasiswa.
Islam, agama yang kita anut dan dianut oleh milyaran orang di seluruh
dunia, merupakan pedoman hidup yang menjamin kebahagiaan bagi
pengikutnya di dunia dan akhirat . Kami meyakini dengan sepenuh hati bahwa
setiap konsep Islam akan bermanfaat bagi kehidupan dunia dan akhirat,
termasuk konsep pendidikan. Adapun paradigma tidak terlepas dari aspek
epistemologis, dalam filsafat ilmu juga dikenal dengan teori pengetahuan.
Epistemologi sebagai objek kajiannya menjelaskan proses terbentuknya ilmu
dan mengajukan pertanyaan. Model itu sendiri merupakan kerangka konseptual

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan pengertian Paradigma Islam Terapan?


2. Apa saja Jenis-jenis Penerapan Ilmu Islam Terapan dan Bidang
Kajiannya?
3. Apa yang dimaksud dengan Pembaruan Paradigma?
4. Apa yang dimaksud dengan Pergeseran Paradigma?
5. Apa yang dimaksud dengan Teknologi Keberagamaan?

2
C. Tujuan Pembahasan

1. Mengetahui pengertian Paradigma Islam Terapan


2. Mengetahui Jenis-jenis Penerapan Ilmu Islam Terapan dan Bidang
Kajiannya
3. Mengetahui penjelasan dari Pembaruan Paradigma
4. Mengetahui penjelasan dari Pergeseran Paradigma
5. Mengetahui penjelasan dari Teknologi Keberagamaan

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian paradigma Islam terapan

Ilmu islam terapan adalah ilmu yang menggagas paradigma ilmu amali dalam
agama islam. Paradigma amali adalah paradigma yang menitik beratkan bidikannya
pada dimensi praktis dalam kehidupan konkret pelakunya. Yang terpenting dalam
model berpikir amali adalah bagaimana melakukan dan mewujudkannya pada
kehidupan praktis. Penggagas Paradigma Ilmu Isam Terapan sebagai solusi
problematika umat. Gagasan tersebut dilandasi atas keyakinan bahwa ruang
lingkup keberagamaan Islam meliputi seluruh aspek kehidupan manusia. Untuk
mengenal karakter ilmu, cara yang paling mudah adalah menemukan paradigma
yang mendasarinya. Paradigma merupakan kunci dalam model perkembangan
ilmu-ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan tersebut umumnya merupakan metode
pemecahan masalah yang dipakai yang memudahkan untuk menemukan
potensinya. Untuk membantu umat Islam mencapai tujuannya.
Dengan begitu paradigma amali juga bersumber kepada Islam faktual.
Internalisasi nilai-nilai paradigma amali ke dalam ilmu pengetahuan sangat
diperlukan. Paradigma amali dibutuhkan sebagai sudut pandang baru dalam
memahami ajaran dan pelaksanaannya. Termasuk ke dalam pencarian solusi dari
berbagai macam problematika yang dihadapi umat beragama, khususnya umat
Islam dewasa ini. Prosedur kerja paradigma amali dalam hal ini menuntut
penjelasan terhadap korelasi antara fenomena keberagaman dengan unsur yang
lain. Ilmu Islam Terapan menjadi salah satu mata kuliah inti di Institut Agama Islam
Negeri Kudus. Ilmu Islam Terapan merupakan mata kuliah ciri khas institusi. Mata
kuliah ciri khas institusi adalah upaya untuk mengembangkan kompetensi yang
disesuaikan dengan ciri khas institusi yang bersangkutan.

B. Jenis-Jenis Penerapan Ilmu Islam Terapan dan Bidang Kajian

1. Jenis-jenis Amalan

Praktik paradigma Islam terapan mencakup berbagai aspek kehidupan sehari-


hari yang diilhami oleh prinsip-prinsip Islam dan diterapkan di berbagai bidang.
Berikut contoh penerapan paradigma Islam yang diterapkan:

4
a) Sholat dan Ibadah lainnya.
Ketaatan kepada Allah melalui salat lima waktu, puasa di bulan Ramadhan,
Zakat, dan ibadah lainnya.
b) Etika dalam Kehidupan Sehari-hari.
Menunjukkan etika yang baik dalam interaksi sehari-hari, termasuk kejujuran,
keadilan, dan perhatian terhadap orang lain.
c) Zakat dan Infaq.
Memberikan Zakat (iuran wajib) dan Infaq (iuran sukarela) untuk membantu
mereka yang membutuhkan.
d) Pendidikan dan Pengetahuan.
Mendorong perluasan pendidikan dan pengetahuan sebagai bagian penting
dalam memahami Islam. Pembelajaran ilmiah, penelitian dan pengembangan
diterapkan dalam perspektif Islam.
e) Kesejahteraan Sosial.
Mendorong upaya kesejahteraan sosial dan bantuan kepada masyarakat yang
membutuhkan, serta membantu yang lemah dan kurang beruntung.
f) Etika Bisnis.
Berprilaku etis dalam bisnis dan menghindari praktik-praktik yang
bertentangan dengan ajaran Islam, seperti riba dan spekulasi.
g) Keluarga dan Pernikahan.
Mempraktikkan nilai-nilai Islam dalam keluarga, termasuk pernikahan yang
sah dan mendidik anak-anak dalam ajaran Islam.
h) Kesehatan dan Kebersihan.
Merawat tubuh sebagai amanah dari Allah, termasuk menjaga kebersihan dan
menjalani gaya hidup sehat.
i) Hak Asasi Manusia.
Memahami dan menjalankan prinsip-prinsip hak asasi manusia dalam konteks
Islam, termasuk perlakuan yang adil terhadap semua individu.
j) Pengabdian Masyarakat.
Partisipasi dalam kegiatan pengabdian masyarakat dan kesukarelaan untuk
meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

Pengamalan paradigma Islam terapan didasarkan pada pemahaman dan


penerapan nilai-nilai Islam dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari. Meskipun
hal ini bervariasi tergantung pada latar belakang budaya dan geografis, prinsip-
prinsip Islam penting untuk diterapkan dalam tindakan sehari-hari.

5
2. Bidang Kajian
Kajian Islam Terapan merupakan bidang kajian yang mencakup berbagai aspek
ajaran Islam yang praktis dan aplikatif dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa
bidang kajian dalam Ilmu Islam Terapan meliputi:

a) Hukum Islam (Fiqh).


Bidang studi ini fokus pada aspek-aspek hukum Islam seperti perkawinan,
perceraian, warisan, dan hukum bisnis. Prinsip syariah.
b) Ekonomi Islam.
Penelitian di bidang ekonomi Islam mencakup aspek ekonomi berdasarkan
prinsip syariah, seperti perbankan syariah, asuransi syariah, dan investasi
etis.
c) Pendidikan Islam.
Meliputi penelitian tentang metode pengajaran, kurikulum, dan
pengembangan pendidikan Islam untuk anak dan orang dewasa.
d) Kesehatan Islam.
Penelitian tentang praktik medis, etika medis, dan kesehatan sesuai dengan
prinsip Islam.
e) Psikologi Islam.
Penelitian psikologi berdasarkan nilai dan etika Islam serta penerapannya
dalam layanan konseling.
f) Teknologi dan Sains.
Memahami bagaimana prinsip-prinsip Islam dapat diterapkan pada etika
dalam pengembangan teknologi, penelitian ilmiah, dan inovasi.
g) Seni dan Budaya Islam.
Kajian ini berkaitan dengan seni, arsitektur, sastra, dan budaya dalam
konteks Islam.
h) Hak Asasi Manusia dalam Islam.
Kajian HAM dalam perspektif Islam serta penerapan dan perlindungan hak-
hak tersebut dalam masyarakat Muslim.
i) Kepemimpinan dan tata Kelola.
Penelitian tentang kepemimpinan berdasarkan prinsip Islam dan tata kelola
yang baik pada organisasi dan masyarakat Islam.
j) Dakwah dan Hubungan Antaragama.
Penelitian tentang cara-cara berdakwah dan berinteraksi dengan penganut
agama lain dengan baik dalam kerangka Islam.

6
k) Keluarga dan Pernikahan.
Penelitian tentang perkawinan, kehidupan keluarga, dan hak-hak serta
tanggung jawab anggota keluarga dalam Islam.
l) Lingkungan dan Keberlanjutan.
Bagaimana menerapkan prinsip lingkungan dan keberlanjutan dalam
perspektif Islam dan praktik Islam.
m) Kesejahteraan Sosial.
Penelitian tentang program kesejahteraan sosial dan bantuan kepada
masyarakat Islam yang membutuhkan.

Ini hanyalah beberapa contoh bidang penelitian ilmu terapan Islam.


Masing-masing bidang tersebut memerlukan pemahaman yang mendalam
terhadap ajaran Islam dan penerapannya dalam berbagai aspek kehidupan.

C. Pembaruan Paradigma

Apakah umat Islam Indonesia berniat menyikapi dan memberantas korupsi,


kolusi, dan nepotisme sebagai permasalahan nasional pada khususnya, atau berniat
mengulangi pencapaian tujuan bersama pesan generasi sahabat Nabi pada
umumnya? ada dua hal yang harus mereka lakukan. Yang pertama adalah
kehidupan keberagaman yang dicontohkan Nabi dan para sahabatnya dalam
kehidupan sehari-hari, dan kedua, pengamalan ajaran Islam telah diwariskan oleh
generasi-generasi berikutnya hingga zaman modern. Kebaikan dan ketepatan sikap
ini harus didasari oleh landasan yang kokoh, agar tidak menimbulkan tingkah laku
yang tetap labil karena mudah diarahkan atau digerakkan. Kebijakan dasar yang
pertama adalah apakah unsur dan struktur keagamaan umat Islam saat ini
menggemakan kehidupan keagamaan para sahabatnya di masa Nabi. Umat Islam
saat ini masih cenderung ke arah mengikuti pola masa kemunduran dan tidak
sepenuhnya mengulangi perilaku tersebut. Meminjam konsep Imam Abu Hanifah,
perilaku beragama harus merupakan kesatuan yang utuh antara iman dan Islam.
Artinya perilaku keagamaan jika dilihat dari aspek internalnya adalah keimanan
dan dari aspek eksternalnya adalah Islam.

Sebenarnya rujukan ini mirip dengan rumusan Imam Abu Al Hasan Al Asy'ari
yang menyatakan bahwa keimanan harus memenuhi unsur-unsur pembenaran
dalam hati, pernyataan lisan, dan perbuatan, yang diwujudkan melalui amalan.
Sebagai fenomena sosial, ungkapan di atas sejalan dengan pandangan para sarjana

7
Barat bahwa pengalaman beragama mencakup reaksi terhadap ajaran yang berupa
pemikiran, perkataan, dan ungkapan yang disajikan dalam kehidupan berkelompok.

Memang dapat ditemukan pula pola lain dalam melaksanakan ajaran Islam,
akan tetapi fenomena ini kemudian, semakin menjauh dari kehidupan konflik
karena terpaku pada bahasan-bahasan yang sifatnya spekulatif. Indikator pola
keberagamaan ini dapat dengan mudah diamati dari literatur yang menjadi acuan
praktek keagamaan mereka.

Dalam mengamalkan hukum Islam, umat masa kini kemudian berhenti pada
sisi normatif syariat Islam menurut bahasan yang dikemukakan oleh para pendiri
mazhab. Bahasan yang kemudian berkembang dalam hukum adalah peran niat itu
sendiri dalam perilaku ibadah. Sebagian hukum kemudian menyatakan bahwa niat
adalah rukun, yang lainnya memandang sebagai syarat. Sebagai persoalan yang
terkait dengan hati, atas dasar definisinya sebagai ketetapan hati untuk melakukan
sesuatu, maka niat adalah persoalan dan fenomena kejiwaan. Analisis tentang
gejala kejiwaan ini ternyata memiliki kaitan yang sangat potensial dalam
menentukan potensi pembentuk dan pengendali perilaku manusia. Kesadaran itu
sendiri pada akhirnya juga merupakan faktor yang menentukan wujud dari
perbuatan itu sendiri, karena fungsi dari kesadaran adalah untuk melakukan
monitor dan kontrol terhadap diri dan lingkungan.
Sisi praktis ini kiranya memerlukan telaah lebih lanjut, sebagai bagian dari
upaya proses alih keberagaman yang benar dan tepat dari masa Rasulullah. Jika ini
dilakukan, Maka hasilnya adalah kesatuan utuh dari aspek normatif, mental dan
Aqidah dalam perilaku konkret yang dirumuskan oleh Imam Abu Hanifah sebagai
kesatuan lahir dengan batin antara iman dengan Islam. Jika alur pikir ini dapat
diterima, maka langkah strategis yang harus dilakukan adalah pembaruan
paradigma dalam struktur keberagamaan umat Islam masa kini. Dia sendiri tidak
dengan eksplisit merumuskan pengertiannya, namun dapat dipahami sebagai
pandangan dasar dari ilmuwan tentang apa yang menjadi pokok persoalan yang
semestinya dipelajari oleh suatu cabang atau disiplin ilmu. Lebih konkret dari itu,
Islam tidak hanya bermaksud membangun surga di akhirat semata, melainkan
adalah juga dan sangat pentingnya bertujuan membangun surga di dunia ini,
khususnya di bumi Indonesia yang tercinta ini. Jika demikian ini struktur
keberagaman yang benar dan dicontohkan oleh Rasulullah, maka pembaruan
paradigma ilmu Islam mutlak harus dilakukan.

8
Obyek kajian dan sasaran penelitian tidak hanya diarahkan pada aspek normatif
atau spekulatif dari ajaran, tetapi juga pada aspek empiris dan faktual dari
keseharian umat. Term metodologi menunjuk pada analisis sistematik dan terpadu
tentang prinsip dan prosedur rasional dan empiris yang akan memandu kegiatan
penelitian dan akan membangun struktur ilmu yang bersangkutan. Islam terapan
disini sebenarnya identik denga praktek ajaran tersebut seperti dicontohkan oleh
Rasulullah. Kualifikasi terapan diperlukan, semata-mata karena pemikiran umat
Islam pernah melewati era normatif dan spekulatif. Dengan demikian paradigma
terapan inilah yang memeliki kandungan potensi agama untuk mengantarkan umat
mencapai tujuan risalah di abad modern, khususnya diIndonesia era globalisasi ini.
Sebagai suatu proses untuk melewati alih keberagaman, pendidikan adalah metode
terbaik yang dapat dipertimbangkan oleh umat Islam.

Proses memanusiakan umat Islam identik dengan proses Islamisasi. Peserta


didik dalam proses ini tidak terbatas pada mereka yang belum terbiasa dengan
ajaran Islam, namun juga mereka yang sudah menyatakan keimanannya. Proses
Islamisasi berlaku baik bagi umat Islam maupun bagi mereka yang baru masuk
Islam. Sesuai dengan hakikat struktur agama Islam yang dianut, pendidikan di sini
dipahami secara utuh sebagaimana dikemukakan oleh Muhammad Iqbal. Oleh
karena itu, gagasan ini tidak perlu dianggap sebagai gagasan utopis, melainkan
sebagai ajaran praktis. Implementasi ajaran ini dapat dilakukan dari konsep
kerentanan alam semesta. Untuk mengkonstruksi dunia berdasarkan agama
diperlukan kemampuan berefleksi dengan menggunakan proporsi yang semaksimal
mungkin dalam proses pembelajaran, seperti yang dikonsep oleh Muhammad
Abduh. Kesempatan ini memungkinkan untuk dikembangkan program yang
mendukung upaya pengembangan kehidupan manusia di dunia ini sebagai syarat
kehidupan di Ukhrawi. Upaya ini dapat memanfaatkan filosofi pendidikan
progresivisme yang didasarkan pada asumsi bahwa manusia mempunyai
kemampuan mengatasi permasalahan. Potensi manusia tersebut dapat diwujudkan
bila mereka mempertimbangkan pandangan filosofis itu sebagai sarana untuk
berbuat.

Faktor perkembangan tidak terbatas pada mata pelajaran saja tetapi juga pada
isi program, yang dapat dipahami sebagai banyaknya materi pembelajaran,
kegiatan, dan pengalaman yang diharapkan dapat melibatkan mahasiswa, baik di
ruang kuliah maupun di ruang kuliah. bukan. Tren yang berkembang ini merupakan
bagian dari tren menuju rekonstruksi sosial yang memberikan masyarakat

9
kemampuan untuk terlibat dalam tujuan-tujuan yang luas. Sebagai tempat
berkembang biaknya tumbuh dan berkembangnya permasalahan, masyarakat
menjadi ladang pembelajaran yang potensial, apalagi jika pembelajaran tidak
dipahami sebagai sekedar transfer ilmu pengetahuan. Pendidikan Islam terapan,
sebagai model, tetap berlandaskan Al-Quran dan Sunnah Nabi.

Warisan intelektual yang terkandung dalam kitab emas tetap menjadi andalan,
sebagai wujud pengamalan ajaran Islam. Pengembangan model terapan tidak
didasarkan pada buku atau ajaran tetapi bagaimana umat Islam dapat
menerapkannya dalam kehidupan nyata. Melalui analisis data-data di atas, ternyata
perubahan atau lebih tepatnya evolusi model yang berhasil meningkatkan potensi
keagamaan akan membawa manusia melewati transisi keberagaman dari masa
klasik menjadi pola di masa Rasulullah.

D. Pergeseran Paradigma

Paradigma adalah cara seseorang memandang dirinya dan lingkungannya yang


akan mempengaruhi pemikiran, perilaku, dan sebagainya. milik mereka.
Permasalahan yang muncul setelah wafatnya Rasulullah sebagai penerima wahyu
Allah, adalah mekanisme dan teknik generasi non-sahabat untuk menampilkan diri
sebagai pengikut, yang telah merumuskan tujuan risalah tersebut, dalam diri
mereka. kehidupan nyata.

Interaksi sosial merupakan cara penyampaian pembelajaran yang dapat berjalan


dengan baik. Proses interaksi sosial seperti ini dilakukan pada saat para sahabat
Nabi menyampaikan berita mengenai Al Qu'an dan As-Sunnah. Kedua pedoman ini
akan menjamin agar masyarakat tidak tersesat. Dan proses yang dipimpin oleh
komunitas Muslim dapat mendorong pengembangan ilmu-ilmu baru yang lebih
rinci.

Apabila paradigma-paradigma ilmu-ilmu tersebut dikembangkan dan dikaji,


maka pertanyaan mengenai potensi terbentuknya keberagaman dapat dengan
mudah dijawab. Potensi yang diciptakan oleh ilmu-ilmu tersebut bergantung pada
mata pelajaran, mata pelajaran ilmu-ilmu tersebut, yang ternyata berbeda dengan
mata pelajaran yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW. Perbedaan ini mengacu
pada adanya spasi di antara keduanya. Dan kesenjangan ini dimungkinkan oleh
perbedaan sifat pokok bahasa dalam ilmu tersebut dengan karakter keberagaman
yang telah diajarkan oleh beliau dan dilaksanakan oleh para sahabatnya.

10
E. Teknologi keberagamaan

Artinya, jika diukur dari konteks kehidupan umat yang dihadapi, paradigma
normatif dan filosofis memang memiliki kekuatan pemecahan masalah. Jika
perkembangan keilmuan memang diarahkan untuk mampu menyelesaikan masalah
umat, maka yang diperlukan adalah sifat paradigma yang memiliki relevansi
produktif untuk memecahkan masalah. Sifat masalah yang dihadapi oleh umat
Islam Indonesia adalah kenyataan praktis dalam keseharian masyarakat yang tidak
seperti diharapkan oleh ajaran Islam. Paradigma keilmuan yang sekarang ditunggu
adalah paradigma terapan. Jika ini adalah wujud dan bentuk permasalahan yang
dihadapi umat, maka pokok bahasan yang seharusnya disepakati dan kemudian
dipedomani oleh para ilmuwan Islam, bukan bagaimana seharusnya, atau
bagaimana konsep pemikirannya, melainkan bagaimana melakukan atau
mewujudkannya. Kebutuhan seperti ini hanya dapat dipenuhi oleh paradigma
terapan yang memang berada pada cakupan praksis kehidupan.

Pergeseran paradigma, dari normatif dan filosofis, menjadi terapan ini bukan
menjauh dari lingkup Alquran dan Sunnah, melainkan justru sangat sesuai, bahkan
identik, dengan kandungan ajaran dan praktek yang dicontohkan oleh Rasulullah,
dari sunnah, berita tentang lingkup keberagaman yang meliputi seluruh segi
kehidupan manusia dapat diamati dari kegiatan yang telah dilakukan oleh
Rasulullah dan sahabatnya. Dalam paradigma normatif yang ditemukan dalam ilmu
fiqih misalnya, pokok bahasan hanyalah dimensi norma dalam keberagaman
menurut ajaran Islam. Sedang paradigma filosofis lebih mengarahkan pokok
bahasanya pada masalah-masalah ketuhanan atau yang terkait dengan upaya
memahaminya. Paradigma terapan memiliki pokok bahasan yang sangat berbeda.
Lingkup bahasan ini sampai pada dimensi empiris keberagamaan yang dapat
diamati. Akan tetapi, dimensi keberagaman, yang menjadikannya sangat relevan
dengan sifat masalah nasional bangsa Indonesia adalah cakupannya yang sampai
pada kenyataan empiris dalam praksis kehidupan umat.

Sifat pokok bahasan dalam paradigma ilmu Islam terapan ini memerlukan
metode, atas dasar pijakan metodologi, yang berbeda dengan ilmu-ilmu
sebelumnya. Dengan demikian, epistemologi ilmu dalam paradigma ini adalah
gabungan antara unsur doktrin dengan ilmiah, yang dengan meminjam konsep A.
Mukti Ali, dapat dirumuskan menjadi metode scientific cum-doktriner. Dalam
metodologi ini, terminologi pengetahuan dan ilmu didudukkan dengan lebih

11
proporsional. Goode, membedakan antara pengetahuan dengan ilmu. Menurut
pendapatnya, pengetahuan teologis yang disusun secara sistematis pun tidak dapat
dipandang sama ilmiahnya dengan ilmu pengetahuan alam. Ilmu teologis bersifat
deduktif bersumber dari pengalaman empiris. Hasil penelitian dan pengujian inilah
yang disebut ilmu, untuk ucapan metafisis agar bersifat ilmiah.

Dengan demikian, pernyataan-pernyataan atau ucapan dalam Al-Qur’an dan


Sunnah adalah pernyataan metafisis yang dapat menjadi ilmu yang bersifat ilmiah,
jika sudah ditajamkan melalui kegiatan penelitian atau pengujian. Produk kegiatan
pengujian dan penelitian ini bukan hanya pengetahuan, tetapi ilmu. Dalam hal ini,
ilmu dalam pengertian kumpulan teori yang oleh Fred N. Unsur esensial pengertian
istilah ilmu Disini, harus dapat ditangkap dengan tepat dan tajam. Artinya, muatan
ilmu, di sini memiliki potensi untuk membentuk sesuatu yang baru akan
diwujudkan. Analisis ini menyampaikan pada paradigma, bukan hanya normatif,
bukan pula filosofis, melainkan paradigma terapan yang mendasari ilmu-ilmu
praktis. Argumentasi, metode dan sistem dalam ilmu praktis memang sama dengan
ilmu teoretis. Dengan karakter pengertian ilmu, Seperti telah dirumuskan di atas,
maka ilmu agama Islam memiliki peluang untuk dikembangkan menjadi ilmu-ilmu
praktis. Potensi ini kemudian dikonkretkan dengan memanfaatkan karakter ilmu
praktis. Ilmu tentang cara-cara rasional ini disebut teknologi yang berasal dari akar
kata "techne" dan "logos" dengan pengertian yang menunjuk pada ilmu.
Dengan menggeser menjadi paradigma terapan, maka ilmu agama Islam tidak
hanya memiliki pokok bahasan bagaimana seharusnya berbuat, atau bagaimana
konsep sesuatu gejala, namun memiliki kemampuan untuk membentuk gejala.
Dalam hal ini, gejala dimaksud adalah perbuatan, baik pada lapis kejiwaan atau
perbuatan fisik, bersifat perorangan maupun kelompok, pada dimensi hubungan
dengan Tuhan ataupun hubungan antar manusia. Paradigma terapan ini juga
melahirkan cara-cara rasional yang merumuskan bentuk konkret prosedur
pembentuk perilaku.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Paradigma adalah cara pandang seseorang, cara pandangnya terhadap


suatu masalah, cara berpikir seseorang yang dibentuk oleh pengalaman dan
pilihannya. Ilmu Islam terapan mengawali model amalan dalam agama Islam.
Model praktik adalah model yang berfokus pada aspek praktis kehidupan
khusus penyerang. Paradigma adalah cara seseorang memandang dirinya dan
lingkungannya yang akan mempengaruhi pemikiran, tingkah laku dan
tingkah lakunya.

Ilmu islam terapan adalah ilmu yang menggagas paradigma ilmu amali
dalam agama islam. Paradigma amali adalah paradigma yang menitik
beratkan bidikannya pada dimensi praktis dalam kehidupan konkret
pelakunya. Yang terpenting dalam model berpikir amali adalah bagaimana
melakukan dan mewujudkannya pada kehidupan praktis. Salah satu
perwujudan paradigma amali adalah dengan menjalankan moderasi beragama.
Moderasi agama identik dengan toleransi dan tenggang rasa. Sikap beragama
yang seimbang antara keyakinan terhadap agama sendiri dan penghormatan
terhadap orang lain yang berbeda keyakinan.

13
DAFTAR PUSTAKA

https://www.kompasiana.com/nurhidayati016/islam-sebagai-paradigma-ilmu-
pengetahuan
Prof. Dr. H. Kadir, Muslim A, M. A. ILMU ISLAM TERAPAN Menggagas Paradigma
Amali dalam Agama Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset)
Vardiansyah, Dani, Filsafat Ilmu Komunikasi, Suatu Pengantar Indeks, Jakarta, 2008.

14
PERTANYAAN

1. Kenapa harus dilakukan integrasi dan interkoneksi dalam studi Islam


terapan?
2. Apa maksud dan contoh dari aspek epistimologi?
3. Bagaimana Paradigma Ilmu Islam Terapan diterapkan dalam
pengembangan Kesehatan untuk memenuhi kebutuhan umat Muslim
dan mempertimbangkan etika kedokteran dalam Islam?

JAWABAN

1. Integrasi dan interkoneksi dalam studi Islam Terapan sangat penting


karena dapat mempersempit ruang dualisme atau dikotomi ilmu yang
memisahkan antara pendidikan umum dari pendidikan Islam. Berikut
adalah beberapa alasan mengapa integrasi dan interkoneksi diperlukan
dalam studi Islam Terapan:
 Mengintegrasikan berbagai bidang ilmu: Integrasi dan
interkoneksi dapat menghubungkan berbagai bidang ilmu,
seperti ilmu pengetahuan umum dan ilmu agama, sehingga
dapat memperkaya pemahaman dan aplikasi dari keduanya.
 Mengembangkan sikap dan keterampilan: Integrasi dan
interkoneksi dapat membantu mengembangkan sikap dan
keterampilan yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari,
seperti sikap toleransi, kepedulian sosial, dan keterampilan
berpikir kritis.
 Meningkatkan relevansi: Integrasi dan interkoneksi dapat
membantu meningkatkan relevansi dari pendidikan Islam
dengan kebutuhan masyarakat dan dunia kerja.
 Meningkatkan efektivitas pembelajaran: Integrasi dan
interkoneksi dapat membantu meningkatkan efektivitas
pembelajaran dengan mengintegrasikan berbagai aspek
pembelajaran, seperti sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Dengan demikian, integrasi dan interkoneksi dapat membantu
memperkuat studi Islam Terapan dan meningkatkan relevansinya
dengan kebutuhan masyarakat dan dunia kerja.
2. Epistemologi adalah cabang ilmu filsafat yang membahas tentang sifat
pengetahuan, justifikasi, dan rasionalisme kepercayaan. Epistemologi

15
juga merupakan disiplin ilmu yang berdiri sendiri dan menjadi pencetus
kepada ilmu-ilmu lain di bidangnya. Beberapa aspek epistemologi yang
sering dibahas antara lain:
 Analisis sifat pengetahuan: membahas tentang
bagaimana sifat pengetahuan dikaitkan dengan konsep
seperti kesahihan, kepercayaan, dan justifikasi.
 Masalah skeptisisme: membahas tentang berbagai
masalah skeptisisme yang muncul dalam epistemology.
 Sumber, kaedah, dan skop pengetahuan: membahas
tentang sumber, kaedah, dan skop pengetahuan dan
kepercayaan yang wajar.
 Kriteria pengetahuan dan justifikasi: membahas tentang
kriteria pengetahuan dan justifikasi.
Contoh-contoh topik yang sering dibahas dalam epistemologi antara
lain tentang apa itu pengetahuan, bagaimana macam dan cara kita
mendapatkan ilmu pengetahuan, dan bagaimana seseorang manusia
memahami sesuatu perkara.
3. Paradigma ilmu Islam terapan adalah dasar untuk pengembangan
kesehatan yang mempertimbangkan etika kedokteran Islam. Beberapa
prinsip utama dalam hal ini adalah:
- Prinsip Kesehatan sebagai Karunia: Kesehatan dianggap sebagai
karunia dari Tuhan, dan setiap orang bertanggung jawab untuk menjaga
kesehatan mereka sendiri. Ini mendorong orang Muslim untuk
membantu diri mereka sendiri.
- Prinsip Keadilan: Dalam sistem kesehatan Islam, sangat penting untuk
memastikan bahwa setiap orang memiliki akses yang adil dan setara ke
perawatan medis tanpa memandang agama, ras, atau status sosial
mereka.
- Etika dalam Praktek Medis: Dokter harus mengikuti prinsip-prinsip
Islam seperti menjaga nyawa, menghindari kerusakan, dan
menghormati privasi pasien. Ini termasuk menghindari tindakan medis
yang dianggap haram oleh agama Islam.
- Pengembangan Terapi Berlandaskan Sunnah: Pertimbangan metode
yang sesuai dengan Sunnah (ajaran Nabi Muhammad) dalam
pembuatan terapi dan perawatan Kesehatan sangat signifikan. Ini dapat

16
termasuk penggunaan obat-obatan yang halal dan prosedur medis yang
tidak bertentangan dengan ajaran Islam.
- Keseimbangan Ilmu dan Iman: Paradigma ilmu Islam terapan
menekankan betapa pentingnya menjaga keseimbangan antara ilmu
pengetahuan medis dan keyakinan agama. Ini berarti bahwa profesional
kesehatan Muslim harus memiliki kedua pengetahuan medis yang kuat
dan pemahaman moral Islam.
- Konsultasi Agama: Untuk memastikan bahwa keputusan medis yang
dibuat sesuai dengan ajaran Islam, penting untuk berkonsultasi dengan
ulama atau cendekiawan agama Islam ketika Anda menghadapi situasi
medis yang melibatkan pertanyaan agama atau etika.
Pengembangan kesehatan yang mengambil etika kedokteran
Islam akan mendorong perawatan yang lebih menyeluruh dan sesuai
dengan nilai-nilai agama Islam, memenuhi kebutuhan kesehatan orang
Muslim, dan memastikan bahwa praktik medis yang dilakukan sesuai
dengan etika Islam.

17

Anda mungkin juga menyukai