Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

BUKTI EKSISTENSI ADANYA ALLAH

NAMA : DIAH AYU PUSPITA SARI


NIM : 30401800079
FAKULTAS : EKONOMI
PRODI : S1 MANAJEMEN
DOSEN : SAMSUDIN SALIM M.AG

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG


TAHUN AJARAN 2018/2019
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.


Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat,karunia, dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “ Bukti Eksistensi Adanya
Allah “ sebagai salah satu tugas dari mata kuliah Pendidikan Agama Islam.
Makalah ini kami susun berdasarkan sumber-sumber tertulis baik dalam suatu bidang
mata kuliah maupun dari media teknologi ataupun elektronika.
Dengan segala kerendahan hati kami menyajikan makalah ini, sebab kami menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Kendati demikian kami telah berusaha
maksimal agar makalah ini menjadi sebuah tugas yang memiliki nilai bermanfaat.
Kami menyadari bahwa dalam makalah yang kami sesuai ini masih banyak
kekurangan dan kekeliruan baik mengartikan maupun isi dari makalah ini. Namun demikian
setidaknya dapat memberikan gambaran secara minimal hasil kami menolak segala kajian
tentang judul makalah ini.
Oleh sebab itu saran dan kritik yang bersifat perbaikan serta penyempurnaan makalah
ini kami menerima dengan segala kelapangan dada dan kami mengucapkan mohon maaf atas
segala kekurangan dan terima kasih bila ada saran dan kritik Untuk penyempurnaan agar di
masa akan datang kami dapat membuat makalah lebih baik.
Semoga Allah SWT meridhoi usaha serta kerja kami, dan diharapkan Makalah ini
dapat memberi manfaat bagi pembaca dan semua pihak.
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kata Tuhan merujuk kepada suatu dzat abadi dan supranatural, biasanya dikatakan
mengawasi dan memerintah manusia dan alam semesta atau jagat raya. Hal ini bisa juga
digunakan untuk merujuk kepada beberapa konsep-konsep yang mirip dengan ini
misalkan sebuah bentuk energi atau kesadaran yang merasuki seluruh alam semesta, di
mana keberadaan-Nya membuat alam semesta ada; sumber segala yang ada; kebajikan
yang terbaik dan tertinggi dalam semua makhluk hidup atau apapun yang tak bisa
dimengerti atau dijelaskan.
Tafsir daripada nama "TUHAN" ini yang bertentangan satu sama lain. Meskipun
kepercayaan akan Tuhan ada dalam semua kebudayaan dan peradaban, tetapi
definisinya lain-lain. Istilah Tuan juga banyak kedekatan makna dengan kata Tuhan,
dimana Tuhan juga merupakan majikan atau juragannya alam semesta. Tuhan punya
hamba sedangkan Tuan punya sahaya atau budak.
Kata Tuhan disebutkan lebih dari 1.000 kali dalam Al-Qur'an,sementara di dalam
Alkitab kata Tuhan disebutkan sebanyak 7677
TUHAN,adalah:dzat yang ada (bukan diadakan/diciptakan,tidak dilahirkan dan tidak
melahirkan),DIA hidup (tidak dihidupkan dan tidak mati),DIA kuasa tidak butuh
kepada makhluknya,DIA mengatur dan menentukan (bukan diatur dan ditentukan).
maka yang bisa dikatakan TUHAN haruslah memenuhi unsur unsur diatas.
Paham ketuhanan yang beraneka penjelasan tersebut, berdasarkan teori atau
pendekatan yang digunakan dapat dikelompokkan sebagai berikut:
Dalil Logik. Sesuatu yang tidak dapat dilihat atau kesan tidak semestinya tiada.
Sekiranya kita tidak dapat melihat atau mengesan nyawa, tidak bererti nyawa itu tidak
wujud. Sekiranya cetusan eletrik dalam otak diukur sebagi nyawa, komputer yang
mempunyai prinsip yang sama masih tidak dianggap bernyawa.
Dalil Kejahatan di Dunia. Tuhan telah memberi peringatan agar manusia berbuat baik
sesama manusia, dengan amaran siksaan yang keras kepada mereka yang ingkar.
Adanya kejahatan yang diamalkan oleh manusia di bumi adalah pilihan manusia itu
sendiri. Kejahatan adalah keadaan di mana ketiadaan kebaikan. Barangsiapa
mengerjakan perbuatan jahat, maka dia tidak akan dibalas melainkan sebanding dengan
kejahatan.
Dalil Kesempurnaan. Tuhan adalah sempurna dari segala sifat kecacatan. , dengan itu
mengatakan Tuhan tidak mampu adalah salah, sebagai contoh "Adakah Tuhan itu
berkuasa untuk mencipta satu batu yang terlalu berat, yang tidak mampu diangkat oleh
dirinya sendiri?" menunjukkan keinginan meletakkan sifat manusia kepada Tuhan.
Berat adalah hukum yang dicipta Tuhan, apa yang berat di bumi tidak bererti di
angkasa. Berat tidak membawa apa-apa erti di alam ghaib.
Dalil Kosmologikal. Dari segi kosmologi, Tuhan seharusnya wujud sebagai punca
kepada kewujudan alam. Dengan premis "segala sesuatu itu berpunca", maka adalah
tidak masuk akal untuk mengatakan alam ini wujud tanpa mempunyai punca,yakni
Tuhan. Di alam ini semuanya tersusun dengan hukum-hukum yang tertentu dengan
ketentuan Tuhan, yang mana dari segi sains pula dikenali sebagai hukum alam.
Dalil Antropofik. Kewujudan manusia dan fitrahnya untuk mengenal tuhan sudah
membuktikan kewujudan Tuhan.
B. Rumusan Masalah

1. Apakah bukti-bukti bahwa Tuhan itu ada ?


2. Jelaskan bukti yang dapat mengokohkan adanya Tuhan ?
3. Jelaskan bukti kejadian dan pengalaman yang ada?
4. Jelaskan dalil yang berhubungan dengan adanya Tuhan?

C. Tujuan

1. Belajar untuk menjadi mahasiswa yang aktif dalam peningkatan kapabilitas


2. Untuk memperoleh data-data yang ada hubungannya dengan penyusunan
makalah ini sekaligus menganalisis hasil dari pembuatan makalah.
3. Untuk menganalisa dan mampu menyebutkan hal-hal pokok dalam pembuatan
makalah.

D. Manfaat

1. Memperluas wawasan dan pengetahuan akan kajian teori dengan kajian


praktis.
2. Mengetahui proses atau tahapan dalam mencari dan menemukan kebenaran.
3. Mendapat pengetahuan baru yang dapat dikembangkan pada sesi berikutnya.
BAB 2
PEMBAHASAN

A. BUKTI ADANYA ALLAH SWT

            Sebenarnya masalah tentang keberadaan Allah SWT sudahlah nyata, bahkan suatu
hakikat yang tidak perlu diragukan lagi persoalannya. Tidak ada jalan untuk
mengingkarinya. Persoalan tentang keberadaan Allah SWT adalah terang benderang
bagaikan cahaya fajar diwaktu pagi yang cerah.

Semua yang ada dilingkungan alam semesta ini pun dapat digunakan sebagai bukti
tentang adanya Tuhan (Allah SWT), bahkan benda-benda yang terdapat disekitar alam
semesta dan unsur-unsurnya dapat pula mengokohkan atau membuktikan bahwa benda-
benda itu pasti ada pencipta dan pengaturnya.

FITRAH SEBAGAI BUKTI ADANYA ALLAH

Alam semesta atau jagad raya dengan segala sesuatu yang ada didalamnya yang
nampak sangat teratur kokoh, indah, sempurna, rapi dan seluruhnya sebagai ciptaan baru,
bukannya itu saja yang dapat digunakan sebagai saksi tentang adanya Tuhan (Allah) yang
maha mendirikan langit dan bumi ini, tetapi masih ada saksi lain lagi yang dapat digunakan
untuk itu dan bahkan dapat lebih meresapkan. Saksi yang lainnya itu adalah berupa
perasaan-perasaan yang tertanam dalam jiwa setiap insan yang merasakan akan adanya
Allah SWT. Perasaan ini adalah sebagai pembawaan sejak manusia itu dilahirkan dan oleh
sebab itu dapat disebut sebagai perasaan fitrah. Fitrah adalah keaselian yang diatasnya itulah
Allah menciptakan makhluk manusia itu. Ini dapat pula diibaratkan dengan kata lain sebagai
gharizah diniah atau pembawaan keagamaan.

Ghazirah dianiah adalah satu-satunya hal yang merupakan batas pemisah antara
makhluk Tuhan yang disebut manusia dan yang disebut binatang, sebeb binatang pasti tidak
memikirkannya. Ghazirah keagamaan ini adakalanya tertutup atau hilang, sebagian atau
seluruhnya, dengan adanya sebab yang mendatang, sehingga manusia yang sedang
dihinggapi penyakit ini lalu tidak mengerti sama sekali tentang kewajiban dirinya terhadap
Tuhan. Ia tidak terjaga dari kenyenyakan tidurnya dan tidak dapat dibangunkan dari
kelalaiannya itu, kecuali apabila ada penggerak yang menyebabkan ia jaga dan bangun.
Setelah kebangunannya ini barulah ia akan meneliti penyakit apa yang sedang dideritanya
itu atau bahaya apa yang sedang meliputi tubuhnya dan mengancam keselamatannya.

Dalam hal ini Allah Ta’ala berfirnan :

“Dan jikalau manusia itu ditimpa bahaya, maka ia pun berdoalah kepada Kami (Allah)
diwaktu berbaring, diwaktu duduk atau berdiri. Tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu
dari padanya, iapun berjalanlah seolah-olah tidak pernah berdoa kepada Kami atas bahaya
yang telah menghinggapinya itu”. (S. Yunus.12).

B. ALAM SEMESTA ADALAH PENGOKOHAN WUJUD MAHA PENCIPTA

Periksalah alam cakrawala yang ada diatas kita, yang didalamnya itu terdapat matahari,
bulan, bintang, dan sebagainya. Demikian pula alam yang berbentuk bumi ini dengan segala
sesuatu yang ada di dalamnya baik yang berupa manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan dan
benda padat, juga perihal adanya hubungan yang erat dengan perimbangan yang pelik yang
merapikan susunan diantara alam-alam yang beraneka ragam itu serta yang menguatkan
keadaannya masing-masing itu, semuanya tidak lain kecuali merupakan tanda dan bukti
perihal wujudnya Allah. Selain menunjukkan adanya Dzat itu juga membuktikan
keesaanNya dan hanya Dia sajalah yang Maha Kuasa untuk menciptakannya.

Kiranya tidak terlukis sama sekali dalam akal fikiran siapapun bahwa benda-benda
tersebut terjadi tanpa ada yang mengadakan atau menjadikan, sebagaimana juga halnya tidak
mungkin terlukiskan bahwa sesuatu buatan itu tidak ada yang membuatnya. Oleh sebab itu,
manakala sudah tetap bahwa penciptaan alam semesta ini memang karena adanya
kesengajaan, maka tetap pula lah perihal adanya Tuhan (Allah) sebagai Dzat Maha Pengatur
yang bijaksana, Maha Mulia dan Tinggi yakni dari jalan yang sama-sama dapat dirasakan.
Dengan demikian tidak ada jalan lain untuk membantah atau mengingkarinya dan ini tepat
sekali dengan apa yang difirmankan oleh Allah SWT:

“Apakah dalam Dzat Allah masih ada keragu-raguan, yaitu Tuhan Maha Pencipta langit
dan bumi?” (S. Ibrahim:10).

Allah Ta’ala telah berfirman dalam kitab-Nya yg Agung:

“Sesungguhnya Rabb kalian semua adalah Allah yg telah menciptakan langit & bumi dalam
masa enam hari, kemudian Dia bersemayam diatas Arsy. Dia menutupkan malam pd siang
yg mengikutinya dgn cepat, & diciptakannya pula matahari, bulan & bintang-bintang
(masing-masing) tunduk pd perintah-Nya, Ingatlah menciptakan & memerintah itu
hanyalah hak Allah, Maha suci Allah Rabb semesta alam .” (Al Qur’an Surat: Al
A`raaf:;54)

PENGOKOH KETUHANAN

Bukti-bukti adanya Tuhan diantaranya lagi adalah bahwa umat yang beriman kepada
Tuhan (Allah) dengan keimanan yang sebenar-benarnya, mereka itulah ummat yang
tertinggi dari yang lainnya perihal ilmu pengetahuan dan lebih banyak pula peradaban dan
tata kesopanannya.Selain itu juga pasti lebih suci jiwanya, lebih bersih hatinya, lebih banyak
pengorbanannya dan lebih suka mengalahkan diri sendiri dan paling banyak memberikan
kemanfaatan kepada sesama manusia.

Kaum mukmin sengaja diberi oleh Allah SWT suatu pertolongan yang berupa
kekuatan yang dapat digunakan untuk membetulkan peri kemanusiaannya, agar dengan
demikian dapatlah dicapai setinggi-tinggi kesempurnaan hidup yang dapat diperoleh
manusia sebagai makhluk Allah. Jadi, adanya perubahan dalam jiwa kaum mukmin, sifat-
sifat, akhlak atau budi pekerti serta kecondongan-kecondongan itu adalah merupakan bukti
yang seterang-terangnya tentang adanya kekuatan rohaniah yang amat rahasia dan
tersembunyi yang bekerja secara diam-diam dibalik tubuh yang kasar ini. Kesan-kesan
demikian ini nampak jelas dalam apa yang ditempuh oleh kaum mukmin dalam perjalanan
hidupnya dan dengan ikatan-ikatan yang penuh rahasia itu pula akan dicapainya kedudukan
yang setinggi-tingginya.

WUJUD ALLAH SWT


Wujud Allah SWT adalah nyata benar, dan tetap ada di dalam jiwa serta merupakan penarik
keajaiban-keajaiban, keindahan segala yang dibuatNya dan keagungan tanda-tandaNya.

Allah SWT berfirman :

“Sesungguhnya jika kamu menanyakan kepada mereka: ‘Siapakah yang menciptakan langit
dan bumi?’. Tentu mereka akan menjawab : ‘Allah’”. (S. Luqman:25)
 
DZAT ALLAH HANYA DAPAT DISIFATKAN DAN TIDAK DAPAT DILIHAT

Al-Qur’an ketika memperkenalkan Allah SWT kepada manusia sebagai penciptanya,


selalu memperhunakan bukti-bukti dan bekas-bekas (kejadian-kejadian) yang menunjukkan
sifat-sifat Tuhan, kesempurnaan, keindahan dan kemurnianNya serta suci dari menyerupai
makhlukNya. Disamping itu, Qur’an menutup pintu penyelidikan manusia untuk meninjau
lebih jauh dan memikirkan dengan mendalam sekitar hakikat Allah dan DzatNya.

Firman Allah :

“Itulah Allah, Tuhan kamu, tidak ada Tuhan selain dari padaNya, Pencipta segala sesuatu.
Sebab itu, sembahlah Dia, dan Dia pengurus segalanya. Penglihatan tidak sampai
melihatNya, tetapi Dia mengetahui segala penglihatan. Dia Lemah Lembut dan Maha
Tahu.” (Qur’an 6: 102-103).
Diceritakan dalam Qur’an, pada suatu ketika Nabi Musa memohon kepada Tuhan supaya
dapat melihatNya, dengan arti Tuhan memperlihatkan diriNya dengan nyata kepada Musa.
Tuhan menjawab, bahwa Musa tidak akan dapat melihatNya.

Firman Allah :

“Setelah Musa sampai kepada waktu yang ditentukan itu, dan Tuhan telah berfirman
kepadanya, lalu dia mengatakan : Wahai Tuhanku. Perlihatkanlah diri engkau kepadaku
supaya dapat kulihat. Tuhan menjawab : engkau tidak akan dapat melihat Aku.
Memandanglah kepada bukit itu, kalau dia tetap ditempatnya, nanti engkau dapat melihat
Aku. Tetapi setelah Tuhan memperlihatkan kebesaran diriNya kepada bukit itu, ia jadi
runtuh dan Musa jatuh pingsan. Setelah Musa sadar akan dirinya, dia mengatakan : Maha
Suci Engkau. Aku kembali (tobat) kepada Engkau, dan akulah orang yang mula-mula
beriman.
“Tuhan mengatakan : Hai Musa. Sesungguhnya Aku telah memilih engkau lebih dari orang
lain, untuk menyampaikan risalahKu (perutusanKu) dan perkataanKu. Sebab itu, ambillah
apa yang Ku berikan kepada engkau, dan hendaklah engkau termasuk orang-orang yang
tahu berterima kasih.” (Qur’an 7 : 143 : 144).
Dari keterangan diatas ternyata kelemahan manusia untuk mengetahui hakikat Allah yang
Maha Suci itu. Hal itu merupakan ‘aqidah iman kepada Allah. Dengan sendirinya,
kelemahan manusia itu sendiri menjadi bukti yang nyata tentang ketinggian sifat Ketuhanan,
sehingga tidak dapat dimasukkan ke dalam lingkungan obyek pemikiran akal manusia yang
sangat terbatas kekuatannya. Pemikiran itu tidak mempunyai kemampuan untuk menembus
alam gaib (meta physic) dibalik alam benda ini. Alam gaib itu tidak dapat disamakan dengan
alam benda yang nyata ini. Jalan untuk mengetahui Tuhan dan mempercayai, bahwa Dia
Ada dan Esa adalah dengan memperhatikan bekas-bekas (perbuatan) Tuhan dan juga dengan
memperhatikan kesadaran batin yang ada dalam jiwa, sebagaimana yang telah disebutkan
dalam keterangan lain.

C. BUKTI KEJADIAN DAN PENGALAMAN

Setiap manusia tentu pernah berdoa kepada Tuhannya, kemudian dikabulkanlah apa
yang menjadi permintaannya. Pernah pula memanggil-Nya dan iapun dijawab apa yang
diinginkan serta dikehendakinya. Ia pernah pula meminta-Nya dan apa yang diminta itupun
diberikan. Tidak sedikit orang yang sakit dan memohon kesembuhan kepadaNya disamping
berusaha dengan berobat yang dilakukan dan kemudian ia berhasil sembuh.
Pengalaman-pengalaman manusia dalam kehidupannya di dunia ini sebenarnya sudah
membimbing dirinya sendiri untuk dapat sampai kepada penemuan akan Allah SWT secara
kesadaran dan bukan karena adanya paksaan, sebab pengalaman-pengalaman itu memang
dapat membuka segala macam hakikat yang ia sendiri pasti tidak merasakan dengan panca
inderanya.

“Dan (ingatlah kisah) Nuh, sebelum itu ketika dia berdoa, dan Kami memperkenankan
doanya, lalu Kami selamatkan dia beserta keluarganya dari bencana yang besar.” (Al
Anbiya: 76)
“(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Robbmu, lalu diperkenankan-Nya
bagimu.” (Al Anfaal: 9)

Anas bin Malik Ra berkata, “Pernah ada seorang badui datang pada hari Jum’at. Pada
waktu itu Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tengah berkhotbah. Lelaki itu berkata’ “Hai
Rasul Allah, harta benda kami telah habis, seluruh warga sudah kelaparan. Oleh karena itu
mohonkanlah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk mengatasi kesulitan kami.”
Rasulullah lalu mengangkat kedua tanganya dan berdoa. Tiba-tiba awan mendung
bertebaran bagaikan gunung-gunung. Rasulullah belum turun dari mimbar, hujan turun
membasahi jenggotnya. Pada Jum’at yang kedua, orang badui atau orang lain berdiri dan
berkata, “Hai Rasul Allah, bangunan kami hancur dan harta bendapun tenggelam,
doakanlah akan kami ini (agar selamat) kepada Allah.” Rasulullah lalu mengangkat kedua
tangannya, seraya berdoa: “Ya Robbku, turunkanlah hujan di sekeliling kami dan jangan
Engkau turunkan sebagai bencana bagi kami.” Akhirnya beliau tidak mengisyaratkan pada
suatu tempat kecuali menjadi terang (tanpa hujan).” (HR. Al Bukhari).

BUKTI-BUKTI DARI NAQAL (KETERANGAN AGAMA)

Diantara bukti-buktinya yang dapat kita saksikan tentang wujudnya Allah ialah
bahwa para nabi dan rasul yang terpilih dari sekian banyak hamba-hambaNya, mereka itu
semua adalah manusia yang amat pilihan sekali,seluruhnya itu sejak zaman nabiullah Adam
a.s sampai ke zaman Rasulullah SAW mempunyai satu garis penyiaran yang benar-benar
sama dan sejalan, yaitu memberitahukan dengan pasti kepada seluruh umat manusia bahwa
alam semesta ini ada Tuhan (Allah) yang Maha Bijaksana. Oleh segenap nabi dan rasul itu
hanya satu itulah pokok penyiaran yang disampaikannya yang merupakan hal yang penting
sekali.
Allah SWT memberikan pengokohan kepada para nabi dan rasul-Nya itu untuk
mengalahkan segenap musuh dan lawannya, kemudian menjadikan kalimat Tuhan sebagai
mercusuar yang tertinggi dan kekufuran dibenamkan sampai kebawah sekali.

Sabda Nabi dan Rasul adalah benar dalam ucapannya terhadap Allah SWT, berikhlas
hati untuk-Nya, penganjur untuk mengajak menuju jalan-Nya yang benar, membela
keagungan agama-Nya dan memperoleh pengokohan yang berupa kemukjizatan dari pada-
Nya.

“Lalu Kami wahyukan kepada Musa: “Pukullah lautan itu dengan tongkatmu.: Maka
terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan adalah seperti gunung yang besar.” (Asy
Syu’araa: 63)
Selanjutnya mukjizat Nabi Isa as. ketika menghidupkan orang-orang yang sudah mati; lalu
mengeluarkannya dari kubur dengan ijin Allah. Allah swt berfirman:
“…dan aku menghidupkan orang mati dengan seijin Allah.” (Ali Imran: 49)

D. DALIL NAQLI

Sekalipun secara fitrah manusia bisa mengakui adanya Allah, dan dengan akal pikiran
bisa membuktikannya, namun manusia tetap memerlukan dalil naqli (al-Quran dan Sunnah)
untuk membimbing manusia untuk mengenal Tuhan yang sebenarnya (Allah) dengan segala
asma dan sifat-Nya. Sebab fithrah dan akal tidak bisa menjelaskan siapa Tuhan yang
sebenarnya itu (Allah).
 Allah SWT adalah Al-awwal artinya tidak ada permulaan bagi wujud-Nya. Dia
juga Al-Akhirakhirnya tidak ada akhir dari wujud-Nya.
“Dialah yang awal dan yang akhir, yang zhahir dan yang bathin, dan Dia Mengetahui
segala sesuatu.” (Al-Hadid 57:3).
 Tidak ada satu pun yang menyerupai-Nya.
“Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia lah Yang Maha Mendengar lagi
Maha Melihat”. (As-Syura 42:11).
 Allah SWT Maha Esa
“Katakanlah : ‘Dialah Allah, Yang Maha Esa…” (Al-Ikhlas 112:1).
 Allah SWT memiliki Al-Asma’ was Shiffaat (nama-nama dan sifat-sifat) yang
disebutkan-Nya untuk diri-Nya di dalam Al-Quran serta semua nama dan sifat yang
dituturkan untukNya oleh Rasulullah SAW dalam sunnahnya, seperti Ar-Rahmaan,
Ar-Rahiim, Al’Aliim, Al-Aziz, As-Sami, Al-Bashiir dan lain-lain.
Firman Allah :

“Hanya milik Allah asmaa-ul husna, maka bermohonlah kepadaNya dengan menyebut
asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran
dalam (menyebut) nama-namaNya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa
yang telah mereka perbuat.” (Al-A’raf 7:18).

 
BAB 3
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hubungan Allah dan manusia adalah permasalahan teologi yang diperdebatkan ulama
kalam. Ini terjadi karena perbedaan pandangan tentang kehendak Allah dan perbuatan
manusia. Apakah hasil dari manusia itu sendiri atau merupakan kehendak mutlak dari Allah
sebagai zat Yang Maha Kuasa. Pengakuan ketuhanan adalah manifestasi dari perimbangan
piker dan emosional untuk betul-betul berani mengatakan Allah adalah Tuhan. Ketika satu
ide keagamaan tidak lagi efektif, maka ia segera akan diganti, seperti ide tentang Tuhan
langit, tanpa menimbulkan banyak kegaduhan. Dalam era kita sekarang ini, banyak orang
akan mengatakan bahwa Tuhan yang telah disembah berabad-abad oleh umat yahudi,
Kristen, dan islam telah menjadi sejauh Tuhan langit. Sebagian lainnya bahkan dengan
terang-terangan mengklaim bahwa Tuhan telah mati. Yang jela dia tampak telah sirna dari
kehidupan semakin banyak orang, terutama di Erpoa Barat. Sains dan Tuhan seolah sangat
sulit sekali jika harus dibahas bersamaan. Agama yang irasional dan tidak terjangkau akal
memang hal yang menakutkan jika dibarengi dengan kajian ilmiah. Karena dalam banyak
hal, kebenaran agama adalah hal yang bertolak belakang dengan kebenaran secara ilmiah.
B. Saran

Pembahasan mengenai Tuhan adalah hal yang seharusnya dipisahkan dengan


pembahasan kajian ilmiah murni, karena kajian ketuhanan dan kajian ilmiah tidak selamanya
sejalan. Semoga makalah ini data menambah ilmu pengetahuan wawasan kita. Penulis
berharap dengan makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan kita. Penulis
berhara dengan makalah ini kita sebagai kaum muslim agar lebih giat beribadah kepada
Allah SWT.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.academia.edu/9397567/Makalah_Filsafat_Agama_Bukti_Adanya_Tuhan
https://1artikelislam.blogspot.com/2012/12/dalil-dalil-al-quran-tentang-adanya.html
https://islamqa.info/id/219613
http://www.alhikmah.ac.id/dalil-dalil-eksistensi-allah-swt/
http://www.academia.edu/31652047/Bukti_Bahwa_Allah_SWT_Maha_Pencipta
http://www.academia.edu/12619438/eksistensi_ketuhanan
https://muslim.or.id/27004-bagaimana-akal-menunjukan-keberadaan-allah-taala.html

Anda mungkin juga menyukai