Anda di halaman 1dari 24

Tugas Terstruktur Dosen Pengampu

Landasan Pendidikan Islam Prof. Dr. H. Syaifuddin Sabda, M.Ag


Dr. Hj. Mila Hasanah, M.Ag

Pandangan Filosofis dan Teologis Tentang Hakikat Ilmu


Pengetahuan dan Perkembangan IPTEK Sebagai Landasan
Pendidikan Islam

Oleh:

Hidayatul Jannah

NIM: 210211020019

PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI

PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

BANJARMASIN

2021
2
BAB I
PENDAHULUAN
Ilmu pengetahuan adalah kebenaran yang diperoleh melalui kesimpulan
logis dan pengamatan empiris. Ilmu pengetahuan dikembangkan oleh para
ilmuwan untuk mencapai pengetahuan dan kebenaran. Dari kedua hal itu
diharapkan dapat mendatangkan pemahaman kepada manusia mengenai alam
semestanya, dunia sekelilingnya, bahkan untuk dirinya sendiri. Berdasarkan
pemahaman itu ilmu dapat memberikan penjelasan tentang gejala alam, peristiwa
masyarakat, atau perilaku manusia yang perlu dijelaskan. Penjelasan dapat
menjadi landasan untuk peramalan selanjutnya bisa merupakan pangkal bagi
pengendalian terhadap sesuatu hal. Pada akhirnya ilmu juga diarahkan pada tujuan
penerapan, yaitu untuk membuat aneka sarana yang akan membantu manusia
mengandalikan alam atau mencapai sesuatu tujuan praktis apapun. Dalam
penerapan tersebut lahirlah ilmu pengetahuan dan teknologi. ilmu pengetahuan
sebagai teori yang akan sangat membantu perluasan cakrawala penelitian ilmiah
yakni dengan dikembangkannya perangkat-perangkat penelitian berteknologi
mutakhir.

Ilmu pengetahuan dan teknologi sangat berkembang pesat salah satunya


dalam bidang Pendidikan. Segala bentuk proses pembelajaran dapat dilakukan
dengan mudah. Selain itu juga Perkembangan IPTEK yang semakin pesat telah
membawa banyak perubahan di sektor kehidupan manusia. Karenanya
penguasaan IPTEK merupakan suatu keharusan bagi bangsa Indonesia dalam
mewujudkan manusia yang berkualitas.

IPTEK dalam perkembangannya semakin canggih dan mendukung


terciptanya teknologi-teknologi baru. Teknologi tersebut adalah salah satu alat
untuk mencapai tujuan tertentu. Maka dalam penggunaanya jangan sampai terjadi
penyimpangan, inilah yang tidak diharapkan dalam penggunaan teknologi
tersebut. Oleh sebab itu perlu adanya tuntunan sikap bijaksana dalam
pengembangan maupun penerapannya. Beranjak dari hal tersebut maka disini

1
akan dijelaskan lebih jauh, bagaimana pandangan filosofis dan teologis tentang
hakikat ilmu dan perkembangan IPTEK sebagai landasan Pendidikan islam.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pandangan Filosofis Tentang Hakikat Ilmu dan Perkembangan
IPTEK Sebagai Landasan Pendidikan Islam
1. Hakikat Ilmu Pengetahuan
Kata ilmu berasal dai Bahasa Arab ’alima-ya’lamu-‘ilman dengan
wazan fa’ila-yaf’alu yang berarti mengetahui, mengerti, memahami
benar-benar. Padanan dalam Bahasa Inggrisnya adalah science dan
Bahasa Latin scientia (pengetahuan) scire (mengetahui).
Pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui. Ilmu adalah
pengetahuan, tetapi pengetahuan belum tentu merupakan ilmu, sebab
pengetahuan dapat diperoleh melalui pengalaman sehari-hari atau
berupa informasi yang kita terima dari seseorang yang memiliki
kewibawaan atau otoritas tertentu. Sedangkan ilmu mesti diperoleh
dengan metode ilmiah, yaitu dengan menggunakan metode berfikir
deduktif dan induktif.
Pengetahuan adalah keseluruhan gagasan, pemikiran, ide, konsep
dan pemahaman yang dimiliki manusia tentang dunia dan isinya,
termasuk manusia dan kehidupannya. Sedangkan ilmu pengetahuan
adalah keseluruhan system pengetahuan manusia yang telah dibakukan
secara sistematis. Pengetahuan lebih spontan sifatnya, sedangkan ilmu
pengetahuan lebih sistematis dan reflektif. Pengetahuan jauh lebih luas
dari ilmu pengetahuan, karena pengetahuan mencakup segala sesuatu
yang diketahui manusia tanpa perlu dibakukan secara sitematis.1
Ilmu pengetahuan atau sains adalah suatu pengetahuan ilmiah yang
memiliki syarat-syarat dasar pembenaran yang dapat dibuktikan
dengan metode ilmiah dan teruji dengan cara kerja ilmiah juga
1
Darwis A. Soelaiman, Filsafat Ilmu Pengetahuan Perspektif Barat dan Islam (Banda
Aceh: Bandar Publishing, 2019), h. 26.

2
sistematik yaitu terdapat system yang tersusun dan melalui proses,
metode, dan produk yang saling terkait serta teruji kebenarannya.2
Ilmu pengetahuan secara filosofis pada dasarnya terdapat tiga
landasan pembahasan yaitu, pertama ontologis (analisis tentang obyek
material dari ilmu pengetahuan), obyek material ilmu pengetahuan
adalah hal-hal atau benda-benda empiris. Kedua, epistimologis yaitu
analisis tentang proses tersusunnya ilmu pengetahuan. Ilmu
pengetahuan disusun melalui proses yang disebut metode ilmiah.
Ketiga, aksiologis yaitu analisis tentang penerapan hasil-hasil temuan
ilmu pengetahuan. Penerapan ilmu pengetahuan dimaksudkan untuk
memudahkan pemenuhan kebutuhan dan demi keluhuran hidup
manusia.3
Bila ditinjau lebih mendalam ilmu pengetahuan harus diusahakan
dengan aktivitas manusia, aktivitas itu harus dilaksanakan dengan
metode tertentu, dan akhirnya aktivitas metodis itu mendatangkan
pengetahuan yang sistematis. Terdapat tiga ciri pokok ilmu
pengetahuan yang akan diuraikan berikut:
a. Ilmu pengetahuan sebagai proses (aktivitas)
Ilmu pengetahuan secara nyata dan khas adalah suatu
aktivitas manusiawi, yakni perbuatan melakukan sesuatu yang
dilakukan oleh manusia. Ilmu tidak hanya satu aktivitas tunggal
saja, melainkan suatu rangkaian aktivitas sehingga merupakan
suatu proses. Rangkaian aktivitas itu bersifat rasional, kognitif dan
teleologis.
Rangkaian aktivitas pemikiran yang rasional dan kognitif
untuk menghasilkan pengetahuan; mencapai kebenarran;
memperoleh pemahaman; memberikan penjelasan dan melakukan
peramalan, pengendalian atau penerapan itu dilaksanakan oleh
2
Ahmad Taufik Nasution, Filsafat Ilmu: Hakikat Mencari Pengetahuan (Yogyakarta:
Deepublish, 2016), h. 4.
3
Paulus Wahana, Filsafat Ilmu Pengetahuan (Yogyakarta: Pustaka Diamond, 2016),
h.69.

3
seseorang yang digolongkan sebagai ilmuan. Setiap ilmuwan yang
sejati bertugas melakukan penelitian dan mengembangkan ilmu.4
b. Ilmu pengetahuan sebagai prosedur (metode ilmiah)
Sebagaimana disebut di atas bahwa ilmu pengetahuan
sebagai proses merupakan suatu rangkaian aktivitas yang disebut
penelitian. Penelitian sebagai rangkaian aktivitas tentu saja
mengandung prosedur tertentu, yakni serangkaian cara dan langkah
dengan suatu pola tertentu, yang dalam istilah keilmuan disebut
metode yaitu metode ilmiah.
Metode ilmiah merupakan prosedur yang mencakup
Tindakan pikiran, pola kerja, tata langkah, serta cara teknis untuk
memperoleh pengetahuan baru atau memperkembangkan
pengetahuan yang ada. Secara umum prosedur penelitian dengan
metode ilmiah mencakup beberapa langkah berikut:
-Penentuan masalah
-Perumusan hipotesis
-Pengumpulan data
-Penurunan kesimpulan
-Pengujian atau verifikasi hasil5
c. Ilmu pengetahuan sebagai produk
Dari pemaparan di atas dapat difahami bahwa pengertian
ilmu ialah proses yang merupakan penelitian ilmiah, dan
penggertian yang kedua ialah prosedur yang mewujudkan metode
ilmiah. Dari proses dan prosedur itu pada akhirnya keluar produk
yang berupa pengetahuan ilmiah (scientific knowledge).6
2. Objek Ilmu Pengetahuan
Objek penyelidikan dari ilmu terdiri dari dua objek yaitu, materil
dan objek formal. Objek materil adalah suatu hal yang menjadi sasaran
penyelidikan atau pemikiran sesuatu yang dipelajari baik berupa benda
4
Paulus Wahana, Filsafat Ilmu Pengetahuan, h. 71-75.
5
Paulus Wahana, Filsafat Ilmu Pengetahuan, h. 75-80.
6
Paulus Wahana, Filsafat Ilmu Pengetahuan, h. 82.

4
konkret maupun abstrak. Pertama objek materil yang bersifat konkret
adalah objek yang secara fisik dapat terlihat dan terasa oleh alat
peraba. Kedua objek materil yang bersifat abstrak adalah objek yang
tidak dapat terlihat dan terasa oleh alat peraba. Sedangkan objek
formal adalah sudut pandang atau cara memandang terhadap objek
materil, termasuk prinsip-prinsip yang digunakan. Objek formal suatu
ilmu tidak hanya memberi keutuhan suatu ilmu tetapi pada saat yang
sama membedakan dari bidang-bidang yang lain.7
3. Sumber ilmu pengetahuan
Sumber ilmu pengetahuan ialah hal-hal yang secara hakiki diyakini
sebagai sumber darimana ilmu pengetahuan itu kita peroleh. Mengenai
sumber pengetahuan tradisi filsafat barat mewarisi dua aliran
epistimologi yang terbesar yaitu aliran rasionalisme dan empirisme.
Aliran rasionalisme memberi tekanan pada akal sebaagai sumber
pengetahuan sedangkan aliran empirisme menganggap sumber
pengetahuan yang utama adalah pengalaman inderawi manusia. Kedua
sumber ilmu pengetahuan itu yaitu akal dan indera pada dasarnya
bersumber pada manusia, karena akal dan indera itu dimiliki oleh
manusia. Disamping itu ada pula pengetahuan yang bersumber dari
Tuhan disebut dengan pengetahuan wahyu, dengan demikian ilmu
pengetahuan digolongkan kepada dua macam, yaitu: Ilmu yang
diperoleh oleh manusia yaitu melalui akal dan pengalaman indrawi dan
Ilmu wahyu atau ilmu naqli yang bersumber dari Allah SWT.8
Selain sumber pengetahuan di atas dalam pembahasan modern
biasanya disebutkan lima sumber pengetahuan, yaitu:
a. Kesaksian (otoritas)
Pengetahuan kesaksian dan otoritas adalah pengetahuan
yang diperoleh melalui kesaksian dari orang lain atau berita orang
7
Muhammad Helmi dan Sovia Rahmaniah, Pandangan Filosofis dan Teologis Tentang
Hakikat Ilmu Pengetahuan Sebagai Landasan Pendidikan islam,” Jurnal Tarbiyah Islamiyah”,
Vol. 10, No. 2, Juli-Desember (2020), h. 40.
8
Darwis A. Soelaiman, Filsafat Ilmu Pengetahuan Perspektif Barat dan Islam (Banda
Aceh: Bandar Publishing, 2019), h. 64-65.

5
yang bisa dipercaya.9 Banyak pengetahuan yang kita pakai untuk
kehidupan sehari-hari kita dapatkan dengan cara itu. Dengan begitu
maka kita telah memperoleh pengetahuan tersebut tidak dengan
intuisi atau memikirnya sendiri, atau dengan pengalaman pribadi,
akan tetapi dengan pemikiran orang lain dan fakta-fakta dalam
bermacam-macam bidang pengetahuan.10
b. Persepsi indera (empirisme)
Empirisme menekankan kemampuan manusia untuk
mengamati sesuatu dengan panca indera. Pengetahuan diperoleh
dengan membentuk ide sesuai dengan fakta yang diamati.
Ringkasnya empirisme beranggapan bahwa manusia mengetahui
apa yang didapatkan dari panca indera.11
c. Akal (Rasio)
Para pemikir yang menekankan bahwa pikiran atau akal
adalah factor yang pokok dalam pengetahuan kita, dinamakan
rasionalis. Rasionalisme adalah pandangan bahwa mengetahui apa
yang dipikirkan dan bahwa akal mempunyai kemampuan untuk
mengungkapkan kebenaran.12 Pengetahuan yang benar diperoleh
dan diukur dengan akal. Manusia memperoleh pengetahuan
melalui kegiatan menangkap objek.13
d. Intusi
Menurut Henry Bergson intuisi adalah hasil dari evolusi
pemahaman yang tertinggi. Kemampuan ini mirip dengan insting,
tetapi berbeda dengan kesadaran dan kebebasannya.
Pengembangan kemampuan ini (intuisi) memerlukan suatu usaha.
Ia juga mengatakan bahwa intuisi adalah suatu pengetahuan secara
langsung dan seketika.14

9
Juhaya S.Praja, Aliran-Aliran Filsafat dan Etika (Jakarta: KENCANA, 2005), h. 11.
10
Ahmad Taufik Nasution, Filsafat Ilmu: Hakikat Mencari Pengetahuan, h. 52-53.
11
Ahmad Taufik Nasution, Filsafat Ilmu: Hakikat Mencari Pengetahuan, h. 54.
12
Ahmad Taufik Nasution, Filsafat Ilmu: Hakikat Mencari Pengetahuan, h. 55.
13
Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu (Jakarta: Rajawali Press, 2014), h. 103.
14
Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu (Jakarta: Rajawali Press, 2014), h. 107.

6
e. Wahyu
Wahyu adalah bentuk pengetahuan yang disampaikan Allah
kepada para Rasul-Nya dan Rasul tersebut menyampaikannya
kepada manusia. Wahyu bukan saja berbicara tentang kehidupan
sekarang, tetapi juga kehidupan yang akan datang dan juga
berbicara hal-hal yang bersifat transcendental di luar pengalaman
manusia.15
4. Kebenaran Ilmu Pengetahuan
Dari perspektif Barat dikenal 3 macam teori kebenaran
pengetahuan yaitu teori korespondensi, teori koherensi atau
konsistensi, dan teori pragmatik. Teori korespondensi menunjuk
kepada adanya kesesuaian antara pernyataan dengan kenyataan atau
dengan situasi sebenarnya. Teori konsistensi ialah adanya kesesuaian
antara satu pernyataan dengan pernyataan-pernyataan lain yang sudah
diterima kebenarannya. Sedangkan teori pragmatic menekankan pada
nilai kegunaan sebagai ukuran kebenaran suatu pengetahuan atau
kebenaran sesuatu hal.16
5. Klasifikasi Ilmu Pengetahuan
Aristoteles mengklasifikasikan ilmu sebagai alat dan ilmu sebagai
tujuan. Ilmu sebagai alat ialah logika sedangkan ilmu sebagai tujuan
dibagi ke dalam dua bagian besar, yaitu: Pertama, Ilmu teoritis
meliputi fisika, matematika, dan metafisika. Kedua, ilmu praktis
meliputi etika, ekonomi, dan politik.17
Para ahli filsafat Islam seperti Al-Kindi, Al-Farabi, Ibnu Sina, Al-
Ghazali, Ibnu Taimiyyah, dan Ibnu Khaldun menyusun klasifikasi ilmu
tersendiri yang berpegang pada sumber al-Qur’an dan Hadits, yaitu
pemilahan mana ilmu yang pokok atau utama dan mana yang tidak
pokok atau tidak utama, beberapa klasifikasi ilmu sebegai berikut:
15
Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam dalam Perspektif Filsafat (Jakarta: KENCANA,
2014), h. 57.
16
Darwis A. Soelaiman, Filsafat Ilmu Pengetahuan Perspektif Barat dan Islam, h. 69.

17
Darwis A. Soelaiman, Filsafat Ilmu Pengetahuan Perspektif Barat dan Islam, h. 40.

7
a. Al-Kindi dan Ibnu Sina mengklasifikasi ilmu dalam dua jenis,
yaitu ilmu teoritis (Fisika, Matematika, Metafisika dan Ilmu
Universal) dan ilmu praktis (Etika, Ekonomi, Politik dan Syariah)
b. Al-Farabi mengklasifikasi ilmu sebagai berikut: Ilmu Bahasa, Ilmu
logika, Ilmu Matematik, Fisika, Metafisika dan Ilmu Masyarakat.
c. Klasifikasi ilmu menurut Al-Ghazali adalah sebagai berikut:
- Ilmu syar’iyah dan ilmu aqliyah. Ilmu syar’iyah terbagi atas
ilmu ushul (tauhid, tafsir, hadist) dan ilmu furu’ (ibadat, fiqh,
akhlak), sedangkan ilmu aqliyah terdiri atas tiga tingkatan,
yaitu: Tingkat pertama adalah matematika (aritmatika,
geometri, astronomi, astrologi, music) dan logika. Tingkat
pertengahan yaitu ilmu pengetahuan alam (perobatan,
metereologi, mineralogy dan kimia). Dan tingkat tertinggi
adalah tentang maujud (yang wajib dan mungkin), tentang
pencipta (Zat-Nya, sifat-Nya dan perbuatan-Nya), tentang
tasawuf, malaikat, syaitan, mukjizat dan kiamat.
- Ilmu fardhu ain dan ilmu fardhu kifayah. Ilmu fardhu ‘ain
adalah aqidah, ibadah, dan suluk/akhlak, sedangkan yang
termasuk fardhu kifayah adalah selebihnya.

Dalam klasifikasi tersebut jelas bahwa ilmu Islam yang


berdasarkan wahyu ditempatkan pada hierarki yang tinggi. Ilmu-ilmu
akal berada di bawahnya. Konsep klasifikasi dan hirearki ilmu dalam
perspektif islam adalah manifestasi ajaran islam tentang ayat atau
tanda kebesaran Allah SWT yang terbagi ke dalam dua jenis, yaitu
ayat Qur’aniyah dan ayat Kauniyah.18

6. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)


Pertumbuhan ilmu dan teknologi dewasa ini sangat pesat dan
dampaknya amat besar terhadap kehidupan setiap orang. Sehingga
boleh dikatakan kini setiap segi dan tahap kehidupan seseorang

18
Darwis A. Soelaiman, Filsafat Ilmu Pengetahuan Perspektif Barat dan Islam, h. 40-45.

8
tersentuh oleh kemajuan ilmu dan perkembangan teknologi. Ilmu dan
teknologi bukanlah entitas yang sederhana karena bersangkut paut
dengan dorongan hakiki dan naluri kreatif dalam diri manusia.19
Secara etimologis, kata teknologi berasal dari kata techne dan
logos. Techne berarti serangkaian prinsip atau metode rasional yang
berkaitan dengan pembuatan suatu objek atau kecakapan tertentu,
sedangkan logos mengacu kepada kata logis yang mengacu kepada
makna tata pikir. Secara terminologi, teknologi mempunyai arti
kemampuan manusia (masyarakat) untuk memanfaatkan kekuatan-
kekuatan alam guna kepentingan hidupnya. Dalam memanfaatkan
kekuatan alam tersebut dilakukan dengan menciptakan alat-alat.
Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa teknologi
merupakan aplikasi dari kreativitas manusia berkaitan dengan alat dan
bahan, serta diwujudkan dalam bentuk materi yang digunakan untuk
membantu tercapainya kebutuhan manusia.20
Teknologi sebenarnya muncul disebabkan: pertama keinginan
untuk menerapkan ilmu pengetahuan ke dalam realitas kehidupan
dengan mewujudkan cara yang dapat dipertanggung jawabkan secara
ilmiah (Teknologi), dan kedua keinginan untuk memperoleh dasar atau
pertanggung jawaban ilmiah terhadap praktik kehidupan yang semakin
membutuhkan atau menuntut cara yang semakin kompleks dan rumit.
Teknologi merupakan pengetahuan sistematis dalam bidang
industry, atau dapat disebut ilmu industrial. Sebagaimana ilmu
pengetahuan dapat meliputi berbagai bidang kajian, demikian pula
teknologi merupakan ilmu terapan yang meliputi berbagai bidang.
Teknologi dapat difahami dari tiga pengertian yaitu: pertama,
teknologi merupakan penerapan ilmu; kedua, teknologi merupakan
ilmu yang dirumuskan dalam kaitannya dengan aspek eksternal yaitu

19
Sulhatul Habibah, Implikasi Filsafat Ilmu terhadap perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi, “Jurnal”. t.t., h. 169.
20
M. Slamet Yahya, Strategi Pendidikan Islam Menghadapi Kemajuan IPTEK,”Jurnal
Pemikiran Alternatif Pendidikan”, Vol. 11, No. 1, Januari-April (2006), h. 4.

9
industri; dan ketiga, teknologi merupakan “keahlian” yang terkait
dengan realitas kehidupan sehari-hari.
Teknologi sebagai aktivitas kerja manusia, membantu secara fisik
atau intelektual dalam menghasilkan bangunan, produk-produk atau
layanan yang dapat meningkatkan produktivitas manusia untuk
memahami, beradaptasi terhadap dan mengendalikan lingkungan
secara lebih baik.
Dalam hal ini ada keterkaitan antara ilmu pengetahuan dan
teknologi, yaitu : pertama bahwa ilmu pengetahuan maupun teknologi
merupakan komponen dari kebudayaan. Kedua, baik ilmu pengetahuan
maupun teknologi memiliki aspek dimensi konkrit, dan aspek teoritis
maupun praktis. Ketiga, terdapat hubungan dialektis (timbal balik)
antara ilmu dan teknologi. Pada satu sisi ilmu menyediakan bahan
pendukung penting bagi kemajuan teknologi yakni berupa teori-teori;
pada sisi lain penemuan-penemuan teknologis sangat membantu
perluasan cakrawala penelitian ilmiah yakni dengan dikembangkannya
perangkat-perangkat penelitian berteknologi mutakhir.21
a. Pengaruh IPTEK
Perkembangan dunia IPTEK yang demikian pesatnya telah
membawa manfaat luar biasa bagi kemajuan peradaban umat
manusia. Jenis-jenis pekerjaan yang sebelumnya menuntut
kemampuan fisik cukup besar, kini relative sudah bisa digantikan
oleh perangkat mesin-mesin otomatis. Ringkasnya kemajuan
IPTEK yang telah kita capai sekarang benar-benar telah diakui
daan dirasakan memberikan banyak kemudahan dan kenyamanan
bagi kehidupan manusia.
Bagi masyarakat IPTEK merupakan suatu religion.
Pengembangan IPTEK dianggap sebagai solusi dari permasalahan
yang ada. Sementara orang bahkan memuja IPTEK sebagai
liberator yang akan membebaskan mereka dari lingkungan

21
Paulus Wahana, Filsafat Ilmu Pengetahuan, h. 174-178.

10
kefanaan dunia. IPTEK diyakini akan memberi umat manusia
Kesehatan, kebahagiaan dan imortalitas. Sumbangan IPTEK
terhadap peradaban dan kesejahteraan manusia tidaklah dapat
dipungkiri. Namun manusia tidak bisa pula menipu diri akan
kenyataan bahwa IPTEK mendatangkan malapetaka dan
kesengsaraan bagi manusia.
Dalam peradaban modern, terlalu sering manusia terhenyak
oleh disilusi dari dampak negative IPTEK terhadap kehidupan
manusia. Kalaupun IPTEK mampu mengungkap semua tabir
rahasia alam dan kehidupan, tidak berarti IPTEK sinonim dengan
kebenaran. Sebab IPTEK hanya mampu menampilkan
kenyataan.22
b. Tanggung Jawab Etis Terhadap Perkembangan Teknologi
Problem dari ilmu pengetahuan dan teknologi
membutuhkan dimensi etis sebagai pertimbangan dan kadang-
kadang mempunyai pengaruh pada proses perkembangan lebih
lanjut terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi. Tanggung jawab
etis merupakan sesuatu yang menyangkut kegiatan maupun
penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ilmuwan dalam
mengembangkan IPTEK harus memperhatikan kodrat manusia,
martabat manusia, menjaga keseimbangan ekosistem, bertanggung
jawab pada kepentingan umum, kepentingan generasi mendatang,
dan bersifat universal. Pada dasarnya IPTEK adalah untuk
mengembangkan dan memperkokoh eksistensi manusia bukan
untuk menghancurkan eksistensi manusia.
Tanggung jawab IPTEK menyangkut juga tanggung jawab
terhadap hal-hal yang akan dan telah diakibatkan IPTEK di masa
lalu, sekarang maupun akibatnya bagi masa depan berdasar
keputusan bebas manusai dalam kegiatannya. Penemuan-

22
Materi ini disampaikan pada Forum Diskusi Dosen Fakultas Ilmu Sosial Oleh
Muhammad Faisal Hamdani Tentang Pandangan Islam Terhadap Perkembangan Teknologi
Komunikasi, Kamis 22 Juni 2017.

11
penemuan baru dalam IPTEK terbukti ada yang dapat mengubah
suatu aturan baik alam maupun manusia. Hal ini tentu saja
menuntut tanggung jawab untuk selalu menjaga agar apa yang
diwujudkannya dalam perubahan tersebut merupakan perubahan
yang terbaik bagi perkembangan IPTEK itu sendiri maupun bagi
perkembangan eksistensi manusia secara utuh.
Tanggung jawab etis tidak hanya menyangkut
mengupayakan penerapan IPTEK secara tepat dalam kehidupan
manusia. Manusia harus menyadari juga apa yang seharusnya
dikerjakan atau tidak, untuk memperkokoh kedudukan serta
martabat manusia yang seharusnya, baik dalam hubungan sebagai
pribadi, dengan lingkungan dan sebagai makhluk yang
bertanggung jawab terhadap Khaliknya.23
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah
wujud dari kemampuan manusia yang terus berproduksi dan
melahirkan keanekaragamannya. Seiring berjalan perkembangan
IPTEK maka juga harus diimbangi oleh moral. Memang IPTEK
dan moral bukan sebuah system etika. Tetapi ini membawa
manfaat keduanya bagi manusia.24
B. Pandangan Teologis Tentang Hakikat Ilmu Pengetahuan dan IPTEK
Sebagai Landasan Pendidikan Islam
1. Hakikat ilmu pengetahuan sebagai landasan Pendidikan islam
a. Ilmu (Pengetahuan) dalam Al-Qur’an
Istilah ilmu berasal dari bahasa arab, al-‘ilm yang secara
etimologis berarti “sesuatu yang jelas” atau “tidak mengalami
kekaburan”. Ini berbeda dengan kata “ma’rifat”, sesuatu itu boleh
jadi mengalami kekaburan atau ketidakjelasan. Itu pula alasan
Allah Yang Maha Mengetahui tidak dinamai “’Ᾱrif”, melainkan

23
Sulhatul Habibah, Implikasi Filsafat Ilmu Terhadap Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Dan Teknologi. t.t., h. 176-177.
24
Putri Retnosari, Filsafat Ilmu Sebagai Dasar dan Arah Pengembangan Ilmu, “Jurnal
Widyaloka IKIP Widya Darma”, Vol. 7, No. 11 Januari (2020), h. 116.

12
“’Ᾱlim”, sehingga tidak untuk hal-hal yang diketahui-Nya. Allah
Maha Mengetahui, yang pengetahuan-Nya tidak didahului oleh
ketidaktahuan, tidak juga tersentuh dengan kekaburan, berbeda
dengan manusia ketika menyandang sifat “’ārif”. Sejumlah ayat
Al-Qur’an bahkan menyebutkan, pengetahuan Allah itu mencakup
yang gaib dan tersembunyi (QS. Al-Baqarah ayat 77, Ali Imran
ayat 99).
Term “ilmu” yang juga dimaknai al-idrāk (tangkapan)
sering dipakai secara metaforis dalam dua arti. Pertama dalam arti
ilmu baik yang menunjuk kepada hakikat ilmu sebagai satuan
pengetahuan yang disebut ilmu mutlak maupun sebagai nama bagi
kumpulan ilmu yang dibukukan. Kedua dalam arti malakah
(kecakapan, penguasaan atau pengetahuan) yang menunjuk kepada
sifat keseltarian ilmu dalam diri subjek.25
Subjek yang memahami dalam perolehan ilmu itu kalbu
manusia sebagai wadah peyimpanan makna-makna dalam suatu
objek yang dipelajari. Objek ilmu meliputi segala sesuatu yang ada
baik bersifatt empiris maupun nonempiris.
Istilah ilmu disebut juga dalam ratusan ayat al-Qur’an dan
ratusan Hadis dalam berbagai term dan turunannya sehingga
menjadi populer di kalangan ulama dan Kaum Muslimin selama
berabad-abad menurut pengertiannya. Menuru kajian ‘Abd Al-
Baqi, Al-Qur’an menyebut term al-‘ilm dalam berbagai bentuk
(sighat). Term ilmu dalam bentuk mashdar disebut 80 kali, dalam
bentuk fi’il disebut 187 kali. Sementara itu, kata ilmu yang
ditunjuk dalam bentuk sifat ‘ālim disebut tidak kurang dari 140 kali
pengulangan kata ilmu tersebut menunjukkan betapa penting ilmu
pengetahuan dalam pandangan al-Qur’an.26Term ilmu yang dapat
dijadikan contoh antara lain, dalam QS. Maryam ayat 42-43.
25
M. Karman, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2018), h.
49.
26
M. Karman, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan, h. 52.

13
b. Sumber ilmu pengetahuan
Bagi kaum materialis sumber-sumber pencapaian ilmu
pengetahuan hanya terbatas pada materi-materi yang dapat dicapai
oleh indra atau pemikiran yang dapat dijangkau rasio, dan menolak
untuk menerima pengetahuan yang didapat dari selain dua sumber
itu. Kaum muslimin juga mempercayai dua sumber ilmu
pengetahuan itu. Kita meletakkan indera dan rasio sebagai sarana
yang amat penting serta nikmat yang amat besar yang
dianugerahkan Allah kepada mmanusia untuk menggetahui dirinya
sendiri dan alam sekitarnya.27
Dalam perspektif islam, semua ilmu pengetahuan
bersumber pada Allah Swt, yang diketahui oleh manusia melalui
wahyu-Nya yang tercantum dalam kitab suci al-Qur’an. Adapun
petunjuk-petunjuk al-Qur’an tentang cara memperoleh
pengetahuan atau kebenaran pada dasarnya ada tiga macam, yaitu
melalui akal (kemampuan bernalar) melalui panca indera yang
berkemampuan melakukan pengamatan, penelitian, observasi, dan
melalui intuisi (wahyu).28
c. Kedudukan Ilmu (Pengetahuan)
Ilmu merupakan keistimewaan yang menjadikan manusia
unggul dari makhluk Allah lainnya dalam rangka melaksanakan
tugas kekhilafahannya. Allah memberikan ilmu kepada mansuaia
melalui proses ‘allama. Term ‘allama ini memiliki beberapa
makna: (1) menunjuk Allah sebagai subjek sekaligus sumber ilmu,
(2) menunjuk manusia sebagai objek yang diajar dan dapat berarti
proses kejadian manusia merupakan objek ilmu yang harus
dipelajari oleh manusia itu, (3) menunjuk objek ilmu itu seluruh
alam semesta dan (4) menunjuk manusia di samping sebagai

27
Yusuf Qardhawi, Sunnah Rasul Sumber Ilmu Pengetahuan dan Peradaban, terj. Abdul
Hayyie Al-Kattanie dan Abduh Zulfidar (Jakarta: Gema Insani Press, 2000), 145.
28
M. Karman, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan, h. 60-61.

14
“subjek” pencari ilmu juga sebagai objek ilmu seperti antropologi,
biologi, psikologi, sosiologi dan sebagainya.
Al-Qur’an juga menegaskan kedudukan ilmu bagi kehidupan
manusia. Hal itu paling tidak dapat dilihat dalam beberapa hal:
- Sebagai alat pencari kebenaran
- Sebagai prasyarat amal shaleh
- Sebagai alat untuk mengolah sumber-sumber alam untuk
mencapai ridha Allah.
- Sebagai alat pengembangan nalar.
- Sebagai hasil pengembangan daya nalar.29
d. Perintah Menuntut Ilmu dan keutamaannya
Ilmu pengetahuan sangat dibutuhkan oleh manusia untuk
mencapai kebahagiaan hidup, baik di dunia maupun di akhirat.
Sehubungan dengan itu Allah mengajarkan kepada Adam dan
semua keturunannya. Dengan ilmu pengetahuan itu manusia dapat
melaksanakan tugasnya dalam kehidupan ini, baik tugas khalifah
maupun tugas ubudiah. Oleh sebab itu Rasulullah menyuruh,
menganjurkan dan memotivasi umatnya agar menuntut ilmu
pengetahuan.30 Sebagaimana hadis yang menyatakan tentang
kewajiban menuntut ilmu sebagai berikut:
ّ ِ ‫ َطلَ ُب الْعِمْل ِ فَ ِريْضَ ٌة عَىَل‬: َ ‫هللا عَلَ ْي ِه َو َسمَّل‬
ٍ ‫ُلك ُم ْسمِل‬ ُ ‫هللا َصىَّل‬
ِ ‫ قَا َل َر ُس ْو ُل‬:‫َع ْن ُح َسنْي ِ ْب ِن عَيِل ٍ قَا َل‬

Husain bin Ali meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw


bersabda: “Menuntut ilmu wajib bagi setiap orang islam.” (HR. Al-
Baihaqi, Ath-Thabrani, Abu Ya’la, Al-Qudha’I dan Abu Nu’aim
Al-Ashbahani)

Dalam memerintahkan manusia mencari ilmu, Allah


menggunakan ungkapan yang bervariasi. Kadang-kadang
menggunakan kata perintah agar manusia membaca. Kegiatan

29
M. Karman, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan, h. 57-58.
30
Bukhari Umar, Hadis Tarbawi (Jakarta: AMZAH, 2015), h. 5-7.

15
membaca akan menghasilkan ilmu pengetahuan. Hal ini terlihat
dalam surah al-Alaq ayat 1-5. Terkadang Allah memakai perintah
mengamati fenomena alam semesta. Pengamatan ini akan
melahirkan ilmu pengetahuan pula. Ungkapan ini ditemukan antara
lain dalam surah al-Ghasyiyah ayat 17-20. Di tempat lain Allah
menggunakan motivasi dengan ungkapan akan mengangkat derajat
orang yang beriman yang berilmu. Motivasi ini akan mendorong
orang untuk belajar. Pernyataan lain dapat dilihat dalam surah al-
Mujadalah ayat 11.31

e. Ilmu pengetahuan dan Pendidikan Islam


Salah satu fungsi Pendidikan itu adalah mentransfer ilmu
(transfer of knowledge), maka ilmu pengetahuan itu adalah salah
satu di antara yang ditransferkan kepada peserta didik. Dengan
demikian sangat dekat dan tak terpisahkan antara ilmu dan
Pendidikan islam.
Pengembangan dan pewarisan ilmu juga dilaksanakan
melalui Pendidikan. Tanpa Pendidikan tidak akan mungkin
dilaksanakan pengembangan dan pewarisan ilmu pengetahuan.
Ilmu pengetahuan adalah salah satu objek Pendidikan yang mesti
dikuasai oleh manusia. Maka Pendidikan sangat berperan dalam
penguasaan ilmu, karena itulah Al-Qur’an dan Hadis Nabi sangat
banyak mendorong untuk itu.32
2. Hakikat perkembangan IPTEK Sebagai Landasan Pendidikan Islam
a. Ilmu pengetahuan dan Teknologi dalam Al-Qur’an
Ilmu pengetahuan dan teknologi adalah lapangan kegiatan
terus menerus dikembangkan dalam peradaban muslim. Hal ini
dikarenakan penemuan-penemuan IPTEK seperti telekomunikasi,
transportasi, informasi dan lainnya telah memudahkan kehidupan,
31
Bukhari Umar, Hadis Tarbawi, h. 5-7.
32
Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam dalam Perspektif Filsafat (Jakarta: KENCANA,
2014), h. 74.

16
memberikan kesenangan dan kenikmatan sehingga kebutuhan
jasmani tidak sukar lagi pemenuhannya.
Dalam sejarah peradaban Muslim, konsep IPTEK secara
mendalam meresap ke seluruh lapisan masyarakat dan
mengungkapkan dirinya dalam sejarah semua intelektual.
Gambaran al-Qur’an tentang spirit pengembangan IPTEK
termaktub dalam al-Qur’an surah ar-Rahman ayat 33:
‫ذ ْونَ ِااَّل‬.ُ .‫ذ ْوا ۗ اَل تَ ْن ُف‬.ُ .‫ ٰم ٰو ِت َوااْل َ ْر ِض فَانْ ُف‬. ‫الس‬
َّ ‫ذ ْوا ِم ْن َا ْقطَ ِار‬.ُ .‫يٰ َم ْعرَش َ الْجِ ِّن َوااْل ِن ْ ِس ِا ِن ْاس َت َط ْعمُت ْ َا ْن تَ ْن ُف‬
‫ب ُِسلْ ٰط ٍ ۚن‬
“Wahai segenap jin dan manusia, jika kamu sanggup
menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, tembuslah. Kamu
tidak akan mampu menembusnya, kecuali dengan kekuatan (dari
Allah).” (QS. Ar-Rahman:33)
Seruan Allah di atas merupakan tantangan dan anjuran
untuk terus menerus memajukan IPTEK dengan maksud
memahami rahasia-rahasia Allah pada apa yang ada di langit dan
bumi. Melalui penemuan-penemuan akan rahasia Allah tersebut
diharapkan tumbuhnya kesadaran akan kekuasaan-Nya. IPTEK
tersebut hakikatnya adalah alat yang diberikan kepada manusia
untuk mengetahui dan mengenal rahasia-rahasia alam ciptaan Allah
sebagai khalifah Allah di bumi. Tujuan akhir dari IPTEK tersebut
adalah dalam rangka pengabdian total kepada Allah SWT.33
b. Potensi Manusia dalam pengembangan IPTEK

Al-Qur’an banyak memberikan motivasi agar manusia


menggunakan akal fikiran untuk membaca dan mengamati
fenomena-fenomena alam semesta. Hal ini karena akal merupakan
rahmat Allah yang paling besar di samping petunjuk agama yang
dilimpahkan kepada manusia. Melalui akal manusia inilah manusia
mampu menghasilkan IPTEK yang super canggih. Selain akal

33
Mu’adz dkk, Islam dan Ilmu Pengetahuan (Sidoarjo: UMSIDA PRESS, 2016), h. 4-5.

17
fikiran Al-Qur’an juga menggunakan hati (qalb) yang selalu
merujuk pada hal-hal yang berkaitan dengan emosi dan akal pada
manusia. Melalui hati (jiwa) tersebut manusia diperintahkan untuk
memahami dan belajar dari dirinya sendiri.34

Al-Qur’an adalah inspirator bagi ilmuwan, hal ini


dikarenakan bahwa dalam al-Qur’an terkandung teks-teks (ayat-
ayat) yang mendorong manusia untuk melihat, memandang,
berfikir, serta mencermati fenomena-fenomena alam semesta
ciptaan Tuhan yang menarik untuk diselidiki, diteliti dan
dikembangkan. Al-Qur’an menantang manusia untuk
menggunakan akal fikirannya seoptimal mungkin. Hal ini terlihat
diantaranya dari firman Allah berikut:

َ ‫ ٰم ٰو ِت َوااْل َ ْر ِض َومَا خ‬. ‫الس‬


‫و َن قَ ِد‬.ْ .‫َلَق اهّٰلل ُ ِم ْن يَش ْ ٍء َّو َا ْن َعىٰٓس َا ْن ي َّ ُك‬ َّ ‫و ِت‬.ْ .‫ظ ُر ْوا يِف ْ َملَ ُك‬.ُ ‫َا َول َ ْم ي َ ْن‬
‫ا ْقرَت َ َب َا َجلُهُ ْ ۖم فَ ِب َا ِ ّي َح ِديْ ٍۢث ب َ ْعدَ ٗه ي ُ ْؤ ِمنُ ْو َن‬
“Apakah mereka tidak memperhatikan kerajaan langit dan
bumi dan segala apa yang Allah ciptakan dan kemungkinan telah
makin dekatnya waktu (kebinasaan) mereka? Lalu, berita mana
lagi setelah ini yang akan mereka percayai?” (QS. Al-A’raf: 185)
Al-Qur’an juga mendorong akal manusia untuk melakukan
eksplorasi (mengkaji,memilah dan memilih) terhadap fenomena
alam, sehingga diperoleh pengetahuan yang banyak (QS. Yunus:
6).
Disamping potensi akal Allah juga menganugerahkan qalb
(jiwa). Penggunaan qalb selalu merujuk pada hal-hal yang
berkaitan dengan emosi dan akal pada manusia. Melalui hati (jiwa)
tersebut manusia diperintahkan untuk memahami dan belajar dari
dirinya sendiri.
َ‫َويِف ْ ٓ َانْ ُف ِسمُك ْ ۗ َافَاَل تُ ْبرِص ُ ْون‬

34
Mu’adz dkk, Islam dan Ilmu Pengetahuan, h. 37-38.

18
“(Begitu juga ada tanda-tanda kebesaran-Nya) pada
dirimu sendiri. Maka, apakah kamu tidak memperhatikan?” (QS.
Adz-Dzariyat: 21)
َ ‫َون َ ْف ٍس َّو َما َس ٰ ّوهىَا ۖ فَ َالْهَ َمهَا فُ ُج ْو َرهَا َوتَ ْق ٰوهىَا ۖ قَدْ َافْلَ َح َم ْن َز ٰكّهىَا ۖ َوقَدْ خ‬
ۗ ‫َاب َم ْن د ٰ َّسهىَا‬
“dan demi jiwa serta penyempurnaan (ciptaan)-nya, lalu
Dia mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan
ketakwaannya, sungguh beruntung orang yang menyucikannya
(jiwa itu) dan sungguh rugi orang yang mengotorinya.” (QS. As-
Syams: 7-10)
Dari ayat di atas terefleksi bahwa proses perenungan akan
ciptaan Allah bukanlah semata-mata dengan memakai kerja otak,
tetapi juga mengkonsentrasikan ranah batin (hati dan jiwa). Hati
dan jiwa dimaksud adalah hati yang tenang, bersih, dan
menghamba pada Allah, karena dari hati yang demikian ilham akan
masuk.
Disamping potensi akal dan hati dalam pengembangan
IPTEK, manusia juga diberi anugerah potensi jasadiah (fisik) oleh
Allah. Potensi jasadiah tersebut ialah kemampuan tubuh manusia
yang telah Allah ciptakan dengan sempurna, baik rupa, kekuatan
dan kemampuannya.35
c. Rambu-rambu pengembangan IPTEK
Pengembangan IPTEK pada satu sisi memberikan berkah dan
manfaat yang sangat besar bagi kesejahteraan hidup manusia
apabila IPTEK disertai oleh asas iman dan takwa kepada Allah
Swt. Sebaliknya tanpa asas iman dan takwa, IPTEK bisa
disalahgunakan pada tujuan-tujuan yang bersifat destruktif. Oleh
sebab itu kiranya diperlukan rambu-rambu dalam pengembangan
IPTEK diantaranya:
1) Akidah Islam sebagai dasar IPTEK. Akidah dijadikan sebagai
landasan pengembangan IPTEK dengan tujuan agar segala
35
Mu’adz dkk, Islam dan Ilmu Pengetahuan, h.38-39.

19
macam ilmu pengetahuan dan teknologi tidak menjadi
bencana bagi kehidupan manusia dan kerusakan lingkungan.
2) Pengembangan IPTEK semata-mata untuk mencari keridhaan
Allah. Dalam mengembangkan IPTEK umat islam hendaknya
memiliki dasar dan motif bahwa yang mereka lakukan
tersebbut adalah untuk memperoleh kemakmuran dan
kesejahteraan di dunia sebagai jembatan untuk mencari
keridhaan Allah sehingga terwujud kebahagiaan di dunia dan
akhirat.
3) Muatan Etika dalam pegembangan IPTEK. Pengembangan
IPTEK terkandung muatan etika yang selalu menyertai hasil
teknologi pada saat diterapkan. Sungguh pun hebat hasil
teknologi namun jika diniatkan untuk membuat kerusakan
sesama manusia, menghancurkan lingkungan sangat dilarang
dalam islam. Jadi teknologi bukan sesuatu yang bebas nilai,
demikian pula penyalahgunaan teknologi merupakan
perbuatan yang tidak disukai oleh Allah SWT.36

BAB III
PENUTUP
Ilmu pengetahuan atau sains adalah suatu pengetahuan ilmiah yang
memiliki syarat-syarat dasar pembenaran yang dapat dibuktikan dengan metode
36
Mu’adz dkk, Islam dan Ilmu Pengetahuan, h. 41-43.

20
ilmiah dan teruji dengan cara kerja ilmiah juga sistematik yaitu terdapat system
yang tersusun dan melalui proses, metode, dan produk yang saling terkait serta
teruji kebenarannya. Terdapat keterkaitan antara ilmu pengetahuan dan teknologi,
yaitu : pertama bahwa ilmu pengetahuan maupun teknologi merupakan komponen
dari kebudayaan. Kedua, baik ilmu pengetahuan maupun teknologi memiliki
aspek dimensi konkrit, dan aspek teoritis maupun praktis. Ketiga, terdapat
hubungan dialektis (timbal balik) antara ilmu dan teknologi. Pada satu sisi ilmu
menyediakan bahan pendukung penting bagi kemajuan teknologi yakni berupa
teori-teori; pada sisi lain penemuan-penemuan teknologis sangat membantu
perluasan cakrawala penelitian ilmiah yakni dengan dikembangkannya perangkat-
perangkat penelitian berteknologi mutakhir.

Ilmu pengetahuan dalam pandangan islam banyak dijelaskan dalam ayat


al-Qur’an maupun hadist Nabi. Nabi Muhammad menyuruh segenap umatnya
agar senantiasa menuntut ilmu, dengan menuntut ilmu diharapkan akan
memberikan tuntunan, arahan agar kehidupannya menjadi lebih baik. Disisi lain
juga dijelaskan keutamaan menuntut ilmu bahwa seorang yang berilmu akan
diangkat derajatnya disisi Allah SWT. Selain diperintahkan menuntut ilmu, kita
juga dianjurkan agar selalu menggunakan akal fikiran untuk membaca dan
mengamati fenomena-fenomena alam semesta. Hal ini karena akal merupakan
rahmat Allah yang paling besar di samping petunjuk agama yang dilimpahkan
kepada manusia. Melalui akal manusia inilah manusia mampu menghasilkan
IPTEK yang bertujuan mensejahterakan kehidupan manusia. Dalam
pengembangan maupun penerapan IPTEK diharapkan agar selalu mendatangkan
manfaat bukan sebaliknya.

DAFTAR PUSTAKA

Bakhtiar, Amsal. Filsafat Ilmu. Jakarta: Rajawali Press, 2014.

21
Daulay, Haidar Putra. Pendidikan Islam dalam Perspektif Filsafat. Jakarta:
KENCANA, 2014.

Helmi, Muhammad dan Sovia Rahmaniah. Pandangan Filosofis dan


Teologis Tentang Hakikat Ilmu Pengetahuan Sebagai Landasan Pendidikan
islam,” Jurnal Tarbiyah Islamiyah”. Vol. 10, No. 2, Juli-Desember (2020).

Karman, M. Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya,


2018.

Mu’adz dkk. Islam dan Ilmu Pengetahuan. Sidoarjo: UMSIDA PRESS, 2016.

Nasution, Ahmad Taufik. Filsafat Ilmu: Hakikat Mencari Pengetahuan.


Yogyakarta: Deepublish, 2016.

Praja, Juhaya S. Aliran-Aliran Filsafat dan Etika. Jakarta: KENCANA, 2005.

Qardhawi, Yusuf. Sunnah Rasul Sumber Ilmu Pengetahuan dan Peradaban. Terj.
Abdul Hayyie Al-Kattanie dan Abduh Zulfidar. Jakarta: Gema Insani
Press, 2000.

Retnosari, Putri. Filsafat Ilmu Sebagai Dasar dan Arah Pengembangan Ilmu,
“Jurnal Widyaloka IKIP Widya Darma”. Vol. 7. No. 11 Januari. 2020.

Soelaiman, Darwis A.. Filsafat Ilmu Pengetahuan Perspektif Barat dan Islam.
Banda Aceh: Bandar Publishing, 2019.

Umar, Bukhari. Hadis Tarbawi. Jakarta: AMZAH, 2015.

Wahana, Paulus. Filsafat Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta: Pustaka Diamond,


2016.

Yahya, M. Slamet. Strategi Pendidikan Islam Menghadapi Kemajuan


IPTEK,”Jurnal Pemikiran Alternatif Pendidikan”, Vol. 11, No. 1, Januari-
April. 2006.

22

Anda mungkin juga menyukai