Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Mempelajari Islam merupakan salah satu langkah kongkrit dalam
upaya menyelesaikan problematika umat Islam yang semakin kompleks
hari ke hari. Problematika umat yang semakin berkembang ini tentu
membutuhkan pemecahan melalui berbagai metode pendekatan ilmiah
yang kritis dalam bingkai syariah. Oleh sebab itu, mempelajari Islam
sangatlah penting sebab Islam adalah agama rahmatan lil- aLamin yang
menyeluruh dalam seluruh aspek sosial keumatan.
Pada zaman modern saat ini, berkembang berbagai metode dan
pendekatan dalam mempelajari Islam yang dikenal dengan Studi Islam.
Pendekatan teologis-normatif merupakan salah satu di antara sekian
banyak pendekatan studi islam yang masih dikenal saat ini, meski
tergolong metode klasik. Pendekatan ini lahir dari pemahaman bahwa
agama Islam adalah agama yang benar yang harus dipelajari dari sumber

asli. Dengan demikian, metode ini penting untuk diketahui dan dipelajari,
utamanya oleh kalangan akademisi dan pelajar.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah pada makalah
ini adalah sebagai berikut:

1. Apa pengertian pendekatan teologis-normatif dalam studi Islam?

2. Apa kelebihan dan kekurangan pendekatan teologis-normatif?

3. Bagaimana implementasi teologis-normatif dalam studi Islam?

1
C. Tujuan Penulisan

1. Memahami dan mengetahui maksud dari pendekatan teologis-


normatif dalam studi Islam.
2. Mengetahui kelebihan dan kekurangan pendekatan teologis-
normatif dalam studi Islam.
3. Mengetahui implementasi pendekatan teologis-normatif dalam
studi Islam.

D. Manfaat Penulisan

1. Makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan


khazanah dalam studi Islam yang berkaitan dengan pendekatan
teologis-normatif.
2. Sebagai tambahan informasi yang mendalam dan membuka
wawasan mahasiswa akan pentingnya pendekatan ini dalam kajian
studi Islam.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendekatan Teologi Normatif


Istilah teologi-normatif yang digunakan dalam studi Islam berasal
dari dua kata yang dihimpun menjadi satu istilah, yaitu kata teologi dan
normatif. Kata teologi merupakan serapan dari Bahasa Yunani, yaitu dari
kata theos dan logos. Theos berarti Tuhan dan logos yang berarti ilmu.
Kedua kata ini kemudian bergabung menjadi teologi yang berarti ilmu
yang membahas tentang ketuhanan. Jika dikaitkan dengan keislaman,
Teologi Islam merupakan istilah lain dari ilmu kalam, yang diambil dari
bahasa Inggris, theology. Mengutip dari kata William Ockham, Reese
”Teologi merupakan disiplin ilmu yang berbicara tentang kebenaran
wahyu serta independensi filsafat dan ilmu pengetahuan”. Lalu Gove
menyatakan teologi adalah penjelasan tentang keimanan, perbuatan, dan
pengalaman agama secara rasional.

Teologi sebagaimana diketahui, membahas ajaran-ajaran dasar dari


sesuatu agama. Setiap orang ingin menyelami seluk beluk agamanya
secara mendalam. Mempelajari teologi akan memberi seseorang
keyakinan-keyakinan yang berdasarkan pada landasan kuat, yang tidak
mudah diombang-ambing oleh peredaran zaman. Pendekatan normatif ini
dapat dikatakan sebagai pendekatan legal-formal. Sebagaimana diketahui
bahwa pendekatan adalah cara pandang yang terdapat dalam suatu bidang
ilmu yang digunakan dalam memahami agama.

Bertolak dari kedua pengertian kata diatas, maka pendekatan


teologis-normatif ialah studi terhadap ajaran islam dari sudut
normativitasnya menggunakan disiplin ilmu teologi sebagai pendekatan
studinya. Jadi, teologi normatif/apologis adalah upaya memahami agama
dengan menggunakan kerangka ilmu ketuhanan yang menimbulkan

3
keyakinan bahwa agama yang dianut ialah yang paling benar dibandingkan
dengan agama lain.

Oleh karena itu pendekatan ini akan membentuk karakter


muslim yang kuat dengan jiwa militansi yang tinggi terhadap agama yang
klasik dan cenderung tekstual.

B. Kelebihan dan kekurangan pendekatan teologis-normatif


Pendekatan teologi-normatif dalam memahami agama
menggunakan cara berfikir deduktif, yaitu cara berfikir yang berawal dari
keyakinan yang diyakini benar dan mutlak adanya, karena ajaran yang
berasal dari tuhan, sudah pasti benar, yang diperkuat dengan dalil-dalil dan
argumentasi. Tentu sebagai paradigma atau cara pandang, pendekatan
normatif memiliki sisi kelebihan dalam memahami dan mengkaji Islam.
Sebagaimana kita ketahui bahwa tidak ada satu pendekatan atau cara
pandang yang dapat mengantarkan dan menawarkan suatu kebenaran
sejati, atau absolut.
 Kelebihan pendekatan ini diantaranya:
Pertama, seseorang yang berpegang teguh pada pendekatan
ini akan memiliki loyalitas beragama sikap mencintai dan setia
dalam beragama yakni berpegang teguh kepada agama yang
diyakininya sebagai yang benar tanpa memandang dan
meremehkan agama lain. Selain itu ia juga akan berhati-hati dalam
setiap aktivitasnya agar tidak keluar dari bingkai syariat. Sikap
demikianlah yang dapat menjadi salah satu sebab keberadaan
agama dan terbentuknya karakter ideal para pemeluknya.
 Kekurangan dari pendekatan teologi normatif yaitu:
Terjebak kebenaran dalam beragama, mengklaim dirinya
yang paling benar, sedangkan yang lainnya adalah salah. Begitu
yakin dan fanatik bahwa pahamnyalah yang benar sedangkan
faham yang lain salah, sehingga memandang bahwa paham orang
lain itu keliru, sesat, kafir, murtad dan lain sebagainya.

4
Bersifat eklusif, yaitu ketika meyakini sesuatu dengan
kebenaran yang mutlak, maka individu tersebut akan menjadi
pribadi tertutup, tidak mau menerima pendapat serta pemahaman
orang lain, namun demikian, jika sikap eklusif ini hanya berkaitan
dengan masalah tauhid, maka hal itu bukan suatu kekurangan.

C. Implementasi Pendekatan Teologis-Normatif dalam Studi Islam


Pendekatan teologis-normatif penting untuk dipahami, karena
setiap agama memiliki sikap-sikap keberagaman, dimana semua
mengklaim bahwa agama yang dianut dan diyakini adalah paling benar.
Adanya keberagaman ini memiliki tujuan untuk saling mengembangkan
sikap hormat menghormati, bekerjasama dalam lingkup ”Hablum
Minannas” dengan pemeluk-pemeluk agama lain agar tercipta kerukunan
dan suasana yang kondusif, saling membantu mengatasi masalah-masalah
yang dibutuhkan dalam masyarakat.1 Ciri-ciri yang melekat pada
pendekatan teologi normatif ini yakni: Pertama, loyalitas terhadap diri
sendiri, maksudnya adalah bahwa kebenaran keagamaan dimaknai dengan
kebenaran sebagaimana dipahami oleh dirinya sendiri.
Kedua, komitmen, pendekatan ini menghasilkan orang-orang yang
berkomitmen tinggi terhadap kepercayaan. Terakhir, Dedikasi, hasil dari
loyalitas dan komitmen akan menghasilkan dediksi yang tinggi dari
penganut agama sesuai dengan kebenaran yang diyakini. Dalam
menghadapi persoalan masyarakat kontenporer saat ini tidak cukup hanya
dengan pendekatan normatif saja. Tapi membutuhkan pendekatan-
pendekatan lain, misalnnya kolaborasi antara pendekatan normatif dan
sosial, sehingga menghadirkan solusi yang dinamis dalam hukum yang
berlaku. Contoh yaitu dengan menerapkan pendidikan multikultural
sebagai jalan menghindari perpecahan masyarakat Indonesia. Oleh karena

1
Aulia Diana Devi, (dkk.), Implementasi Pendekatan Teologi Normatif dalam Studi Islam, TA’LIM: Jurnal Studi
Pendidikan Islam, 4 (Jan.), 2021, hal.68, Tersedia di: https://doi.org/10.52166/talim.v4i1.219, diakses pada
tanggal 12 Oktober 2022 , Pukul 22:52 WIB.

5
itu, diperlukan upaya tepat untuk mengatasi permasalahan sosial. Adapun
upaya mengatasi masalah-masalah sosial dalam masyarakat multikultural,
yaitu diantaranya;

1. Mengembangkan sikap simpati


Simpati adalah persamaan tertarik yang timbul dari diri seseorang secara
mutlak terhadap individu dan kelompok lain
2. Mengembangkan sikap empati
Sikap empati adalah kelanjutan dan sikap simpati yang lebih mendalam.
3. Menghindari perbedaan
Istilah menghargai perbedaan digunakan untuk menyikapi bentuk-bentuk
perbedaan dalam masyarakat seperti perbedaan jenis kelamin, ras, suku
bangsa, pemikiran, dan pendapat.
4. Mengembangkan toleransi
Toleransi adalah sebagai sikap tenggang rasa(menghargai, membiarkan,
dan membolehkan) yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian
sendiri.
5. Mengembangkan sikap kerja sama
Sikap saling membantu dan memahami dalam kerja sama dapat menjaga
harmoni sosial.
6. Mengembangkan semangat nasionalisme
Semangat nasionalisme dapat menjadi landasan masyarakar untuk bersatu
dalam perbedaan demi keutuhan bangsa.
7. Mengembangkan perididikan multikultural
Cara mengatasi masalah pendidikan multikultural dilakukan serangkaian
upaya secara sadar untuk mengajarkan sifat-sifat masyarakat multikultural
dalam memandang derajat kedudukan yang sama.

6
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Pendekatan teologis berarti pendekatan kewahyuan atau keyakinan


peneliti itu sendiri. Perkembangan jaman yang pesat disertai munculnya
persoalan baru, menjadi tuntutan untuk lebih memahami agama sesuai
jamannya. Tuntutan itu dapat dipahami dengan pendekatan normatif-
teologis, serta diiringi dengan pendekatan lain, agar pemahaman tentang
islam menjadi lebih terintegrasi, universal dan kompherenshif.
Implementasi pendekatan normatif dalam pluralisme beragama di
Indonesia melalui dua unsur yaitu; pertama, toleransi beragama yang
menjunjung tinggi nilai-nilai perbedaan keyakinan dengan cara saling
menghormati dan saling menghargai antar pemeluk agama lain sesuai
pengamalan pancasila. Kedua, sikap tolong menolong dalam beragama
dalam bentuk saling gotong royong untuk membantu sesama demi
mewujudkan kesejahteraan bersama.

B. Saran
Bagi para akademisi islam dan kalangan umum, memperdalam ilmu
Islam serta mempelajarinya dengan tetap mengakui dan menghargai
keberadaan dan keberagaman umat beragama lain, adalah upaya sikap
toleran antar umat manusia dengan iklas dan tanpa pamrih.

7
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Roshion dan Abdul Malik. (2001). Ilmu Kalam. Bandung: Pustaka Setia.
Devi, Aulia Diana. 2021. “Implementasi Pendekatan Teologi Normatif dalam
Studi Islam” dalam TA’LIM: Jurnal Studi Pendidikan Islam Volume 4..
Pransiska, Toni. 2017. “Menakar Pendekatan Teologis-Normatif dalam
Memahami Agama di Era Pluralitas di Indonesia” dalam Turãst: Jurnal
Penelitian & Pengabdian Volume 5.

Anda mungkin juga menyukai