Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH HADIS SIYASAH

HADIS KEPEMIMPINAN

DI SUSUN OLEH :
EDO SURYA SAPUTRA 2011150124
YOGA APRIADI 2011150123

DOSEN PENGAMPU:
IFANSYAH PUTRA M.SOS

PROGRAM HUKUM TATA NEGARA


FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BENGKULU
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat-Nya
maka saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “HADIST
KEPEMIMPINAN”. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah
Pendidikan Kewarganegaraan.
Makalah ini berisi tentang negara dan konstitusi, makalah ini saya lengkapi
dengan pendahuluan sebagai pembuka yang menjelaskan latar belakang dan tujuan
pembuatan makalah. Pembahasan yang menjelaskan Negara dan Konstitusi , penutup
yang berisi tentang kesimpulan yang menjelaskan isi dari makalah saya. Makalah ini
juga saya lengkapi dengan daftar pustaka yang menjelaskan sumber dan referendi
bahan dalam penyusunan.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan makalah ini akan saya terima. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak baik yang menyusun maupun yang
membaca.

Bengkulu, Oktober 2021

Penulis
1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kepemimpinan merupakan variabel yang tidak boleh diabaikan dalam
pembangunan masyarakat, bangsa, dan hidup bernegara. Al-qur’an dan Hadist
telah banyak memberikan gambaran tentang adanya hubungan positif antara
pemimpin yang baik bagi kesejahteraan masyarakatnya. Dalam pandangan
Islam, seorang pemimpin adalah orang yang diberi amanat dan akan dimintai
pertanggungjawabannya kelak.
Didalam Al-qur’an Surat An-nisa ayat 58 dijelaskan bahwa Allah
menyuruh manusia yang diberikan amanat untuk menyampaikannya kepada
orang yang berhak menerimanya dan bersikap adil termasuk seorang
pemimpin. Hal yang semacam itu akan memberikan manfaat bagi pemimpin
yang melaksanakan tugasnya dengan baik. Dari beberapa penjelasan dalam
Al-qur’an, bagaimana pengertian dari pemimpin, dan bagaimana seharusnya
sikap yang harus dilakukan oleh seorang pemimpin atas tugas-tugas yang
sudah menjadi kewajibannya.
Sebagai seorang pemimpin, bukan berarti menjadi orang yang paling
hebat, karena sesungguhnya pemimpin mempunyai tugas yang sangat berat
yakni melayani masyarakat yang menjadi tanggungjawabnya. Bagaimana
tanggungjawab yang seharusnya dilakukan oleh para pemimpin dan
bagaimana pula sikap bagi rakyat terhadap pemimpinnya, dalam makalah ini
penulis mencoba menguraikan terkait tanggungjawab bagi seorang pemimpin.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu pengertian kepemimpinan?
2. Bagaimana Penjelasan Hadits Tentang Kepemimpinan?
3. Bagaimana Pemimpin dalam berbagai dimensi?

1
1
2

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kepemimpinan
Secara etimologi kepemimpinan berarti Khilafah, Imamah, Imaroh,
yang mempunyai makna daya memimpin atau kualitas seorang pemimpin atau
tindakan dalam memimpin. Sedangkan secara terminologinya adalah suatu
kemampuan untuk mengajak orang lain agar mencapai tujuan-tujuan tertentu
yang telah ditetapkan. Dengan kata lain, kepemimpinan adalah upaya untuk
mentransformasi-kan semua potensi yang terpendam menjadi kenyataan.
Tugas dan tanggungjawab seorang pemimpin adalah menggerakkan
dan mengarahkan, menuntun, memberi mutivasi serta mendorong orang yang
dipimpin untuk berbuat sesuatu guna mencapai tujuan. Sedangkan tugas dan
tanggungjawab yang dipimpin adalah mengambil peran aktif dalam
mensukseskan pekerjaan yang dibebankannya. tanpa adanya kesatuan
komando yang didasarkan atas satu perencanaan dan kebijakan yang jelas,
maka rasanya sulit diharapkan tujuan yang telah ditetapkan akan tercapai
dengan baik. Bahkan sebaliknya, yang terjadi adalah kekacauan dalam
pekerjaan. Inilah arti penting komitmen dan kesadaran bersama untuk
mentaati pemimpin dan peraturan yang telah ditetapkan.
Secara Bahasa Kepemimpinan (leadership) adalah proses
mempengaruhi yang dilakukan oleh seseorang terhadap orang lain untuk dapat
bekerjasama dalam mencapai tujuan atau sasaran bersama yang telah
ditetapkan. Berdasarkan pengertian kepemimpinan di atas, pemimpin dapat
didefinisikan sebagai individu yang memiliki pengaruh terhadap individu lain
dalam sebuah system untuk mencapai tujuan bersama.
Sedangkan menurut istilah, Dalam Islam terdapat beberapa istilah yang
digunakan untuk membahasakan istlah pemimpin, diantaranya sebagai
berkut :
1. Khalifah
Dilihat dari segi bahasa, term khalifah akar katanya terdiri dari tiga
huruf yaitu kha`, lam dan fa. Menurut Prof.Dr.H. Mahmud Yunus

2
2
3

kata kholifah adalah bentuk isim fail dari bentuk madlykholafa yang
bentuk jamaknya adalah khulafaa’. (Yunus, 1998:120)
Pengertian mengganti di sini dapat merujuk kepada pergantian
generasi ataupun pergantian kedudukan kepemimpinan. Tetapi ada satu hal
yang perlu dicermati bahwa konsep yang ada pada kata kerja khalafa
disamping bermakna pergantian generasi dan pergantian kedudukan
kepemimpinan, juga berkonotasi fungsional artinya seseorang yang
diangkat sebagai pemimpin dan penguasa di muka bumi mengemban
fungsi dan tugas-tugas tertentu.
2. Amiir (Ulul Amr)
Dilihat dari akar katanya, term al-Amr terdiri dari tiga huruf
hamzah, mim dan ra. Menurut Prof.Dr.H. Mahmud Yunus, kata amiir yang
berarti pemimpin atau raja adalah bentuk isim fail dari madly amaro yang
berarti memerintah. (Yunus, 1998: 48)
3. Imam (imaamah)
Menurut Prof.Dr.H. Mahmud Yunus , kata Imam berarti imam,
ikutan, atau panutan, sedangkan imaamah berarti keimaman atau
kekepalaan, yang semakna juga dengan kata imaaroh (amaro) yang berati
keamiran, kekerajaan, atau pemerintahan. (Yunus, 1998:48
Kata imam dalam kepemimpinan Islam lebih spesifik terhadap
aspek keteladanan, artinya seorang Imam adalah seorang figur yang
mampu menjadi panutan dan memberi keteladanan (uswatun
khasanah) bagi rakyatnya.
B. Penjelasan Hadist Tentang Kepemimpinan
Pemimpin adalah seseorang yang telah diberi tanggungjawab untuk
dapat melaksanakan tugas yang telah diembannya dengan baik. Berikut hadist
yang berkaitan dengan tanggungjawab pemimpin:

‫ن‬ ّ َ َ ‫سل‬ ُ ْ ‫حدّثَنَا عَبْد ُ اللّهِ ب‬


ِ ْ ‫َن عَب ْ ِدِِ اللهِ ب‬
ْ ‫كع‬ ٍ ِ ‫م ال‬
َ ‫َن‬
ْ ‫ةع‬
َ
َ ‫م‬ ْ ‫م‬ َ ‫ن‬ َ
‫ه‬ُ ّ ‫صِِلّى الل‬ َ ِ‫ل اللّه‬ َ ‫سو‬ ُ ‫ن َر‬ ّ ‫م َر أ‬ َ ُ‫ن ع‬ ّ
َِ ْ ‫َن عَبْدِ اللهِ ب‬ ْ ‫دِينَارٍ ع‬
‫َن‬ْ ‫لع‬ ٌ ‫س ِئُو‬ْ ‫م‬ َ ‫م‬ْ ُ ‫اع وَكُلّك‬ٍ ‫م َر‬ ْ ُ ‫ أ َل كُلّك‬:‫ل‬ َ ‫م قَِِا‬ َ ّ ‫س ِل‬
َ َ‫عَلَي ْ ِهِ و‬
َ‫م وَهُِِِو‬ ْ ِ‫اع عَلَيْه‬ ٍ ‫اس َر‬
َ
ِ ّ ‫ير الذِي عَلى الن‬
ّ ُ ‫م‬ ِ َ ‫ِِِال‬
ْ َ‫عيّت ِِِِهِ ف‬
ِ ‫َر‬

3
4

َ
ِ ْ‫اع عَلَى أه‬
َ‫ِِِل بَيْت ِِِِهِ وَهُِِِو‬ ٍ ‫ل َر‬ ُ ِِِ‫ج‬ُ ‫الر‬
ّ َ‫م و‬ ْ ُ‫ل عَنْه‬ ٌ ‫سِِِئُو‬ْ ‫م‬ َ
َ َ َ ْ ٌ ‫سئُو‬
ِ‫ت بَعْلِهَِِا وَوَل ِدِه‬ِ ْ ‫ة عَلى بَي‬ ٌ ِ َ ‫عي‬
ِ ‫م ْرأةُ َرا‬ َ ‫م وَال‬ ْ ُ‫ل عَنْه‬ ْ ‫م‬ َ
َ‫س ِيّدِهِ وَهُِِو‬ َ ‫ال‬ ِ ‫م‬ َ ‫اع عَلَى‬ ْ
ٍ ‫م وَالعَبْد ُ َر‬ ْ ُ‫ة عَنْه‬ ٌ َ ‫سئُول‬ْ ‫م‬َ ‫ي‬َ ِ‫وَه‬
‫َن‬
ْ ‫لع‬ ٌ ‫سِِِِِئُو‬ ْ ‫م‬َ ‫م‬ ْ ُ ‫اع وَكُلّك‬
ٍ ‫م َر‬ ْ ُ ‫ه فَكُلّك‬ُ ِِِِِْ ‫ل عَن‬ ٌ ‫سِِِِِئُو‬ ْ ‫م‬ َ
)‫عيّتِه (رواه مسلم‬ ِ ‫َر‬
Artinya: Diriwayatkan Abdullah bin Maslamah dari Malik dari Abdullah bin
Dinar dari Abdullah bin umar r.a berkata : Saya telah mendengar
rasulullah saw bersabda : setiap orang adalah pemimpin dan akan
di minta pertanggung jawaban atas kepemimpinannnya. Seorang
kepala negara akan diminta pertanggung jawaban perihal rakyat
yang dipimpinnya. Seorang suami akan di tanya perihal keluarga
yang dipimpinnya. Seorang istri yang memelihara rumah tangga
suaminya akan ditanya perihal tanggung jawab dan tugasnya.
Bahkan seorang pembantu/pekerja rumah tangga yang bertugas
memelihara barang milik majikannya juga akan ditanya dari hal
yang dipimpinnya. Dan kamu sekalian pemimpin dan akan ditanya
(diminta pertanggungan jawab) dari hal-hal yang dipimpinnya.
( HR. Muslim) (Syafe’I, 2000:135)

Penjelasan hadist tersebut yakni, bahwa setiap orang yang hidup


didunia, merupakan seorang pemimpin. Oleh karena itu, setiap pemimpin juga
harus dapat mempertanggungjawabkan perbuatannya kelak. Bukan hanya bagi
seorang kepala negara saja, yang telah diberikan amanah untuk memimpin
rakyatnya. Akan tetapi, bagi seorang suami, ibu rumah tangga, bahkan
pembantu rumah tangga juga akan dimintai pertanggungjawabannya. Setiap
orang minimal menjadi pemimpin bagi dirinya sendiri, dan bisa juga menjadi
pemimpin bagi orang lain.
َ
‫م‬ َ ‫ِراهِي‬ َ ِْ ‫ن إِب‬ ُ ْ ‫حق ُ ب‬ َ ِ‫س‬ ْ ِ ‫ي وَإ‬
َّ ِ‫مع‬ َ ِ‫س‬ ْ ‫م‬ ِ ْ ‫ن ال‬ َ ‫س ِا‬ ّ َ‫حدّثَنَا أب ُِِو غ‬ َ ‫و‬
‫ان‬ ِ ‫َِِر‬ َ ‫الخ‬ ْ ‫ل‬ َ ‫حقُ أخْب َ َرنَا و قَا‬ َ ‫س‬ْ ِ‫ل إ‬ َ ‫مثَنّى قَا‬ ُ ْ ‫ن ال‬ ُ ْ ‫مد ُ ب‬ ّ ‫ح‬ َ ‫م‬ ُ َ‫و‬
َ َ
‫َن أبِي‬ ْ ‫َن قَت َِِادَةَ ع‬ ْ ‫حِِ دّثَنِيِ أبِي ع‬ َ ٍ ‫ن هِشَ ام‬ ُ ْ ‫م َعَاذ ُ ب‬ ُ ‫حدّثَنَا‬ َ
‫ن‬ َ َ َِِ‫ن زِي َِِادٍ دَخ‬ ّ ْ
ِ ْ ‫ِِل ب‬ ِ ‫معْ ِق‬ َ ‫ل عَلى‬ َ ْ ‫ن عُبَي ِِْد َ اللهِ ب‬ ّ ‫يح أ‬ ِ ِ ‫مل‬ َ ‫ال‬
‫يث‬ ٍ ِ‫حِ د‬ َ ِ‫ك ب‬ َ ُ ‫حِ دّث‬ َ ‫م‬ ُ ‫ل إِنّي‬ ٌ ‫معْ ِق‬ َ ‫ه‬ ُ َ‫ل ل‬ َ ‫ضهِ فَقَا‬ ِ ‫م َر‬ َ ‫سارٍ فِي‬ َ َ‫ي‬
ُ َ
ِ‫ل اللّه‬ َ ‫سو‬ ُ ‫ت َر‬ ُ ْ ‫مع‬ ِ ‫س‬ َ ِ‫ك بِه‬ َ ْ ‫حدّث‬ َ ‫مأ‬ ْ َ‫ت ل‬ ِ ْ ‫مو‬َ ْ ‫لَوْ َل أنّي فِي ال‬
َ َ ‫ل مِِا م‬
‫ِر‬َ ِ‫م‬ ْ ‫مِِيرٍ يَلِي أ‬ ِ ‫نأ‬ ْ ِ َ ُ ‫م ي َ ُقِِو‬ َ ّ ‫س ِل‬
َ َ‫ه عَلَي ِْهِ و‬ ُ ّ ‫صلّى الل‬ َ
‫م‬ْ ُ‫معَه‬ َ ‫ل‬ ْ ‫خ‬ ُ ْ ‫م ي َِِد‬ َ
ْ ‫ح إِل ل‬ ّ ُ ‫ص‬َ ْ ‫م وَيَن‬ َ
ْ ُ‫جهَد ُ له‬ َ
ْ َ‫م ل ي‬ ّ ُ ‫ين ث‬َ ‫م‬ ِ ِ ‫سل‬ ْ ‫م‬ُ ْ ‫ال‬
4
5

‫ن‬ ُ ‫حدّثَنَا يَعْق‬


ُ ْ ‫ُوب ب‬ َ ‫ي‬ ّ ‫م‬ّ َ‫مك ْ َرم ٍ الْع‬ُ ‫ن‬ ُ َ ‫حدّثَنَا عُقْب‬
ُ ْ‫ة ب‬ َ ‫ةو‬ َ ْ ‫ال‬
َ ّ ‫جن‬
َ َ َ ْ ‫حق أَخْبَرنِي سوادَةُ بْن أَبي‬
‫ن‬ّ ‫حِ دّثَنِي أبِي أ‬ َ ِ‫سوَد‬ ْ ‫ال‬ ِ َُ َ َ َ َ َ ‫س‬ ْ ِ‫إ‬
ُ ْ ‫ض فَأتَاهُ عُبَيْدُِ اللّهِ ب‬
ُ‫ن ِزي َِِادٍ يَعُِِودُه‬ َ ِ‫مر‬ َ ٍ‫سار‬ َ َ‫ن ي‬َ ْ‫ل ب‬َ ‫معْ ِق‬ َ
‫ل‬
ٍ ‫معْ ِق‬
َ ‫َن‬
ْ ‫نع‬ ِ ‫س‬ َ ‫ح‬َ ْ ‫يث ال‬
ِ ِ‫حد‬ َ َ ‫حو‬ ْ َ‫ن‬
Artinya: “Rasulullah saw bersabda: setiap pemimpin yang menangani urusan
kaum muslimin, tetapi tidak berusaha semaksimal mungkin untuk
mengurusi mereka dan memberikan arahan kepada mereka, maka
dia tidak akan bisa masuk surga bersama kaum muslimin itu. (hr.
Muslim)
Penjelasan:
Seorang pemimpin tidak bisa sekedar berpikir dan bergulat dengan
wacana sembari memerintah bawahannya untuk mengerjakan perintahnya,
melainkan pemimpin juga dituntut untuk bekerja keras mengurus sendiri
persoalan-persoalan rakyatnya. Salah seorang khulafau rasyidin yaitu umar
bin utsman pernah berkeliling keseluruh negeri untuk mencari tahu adakah di
antara rakyatnya masih kekurangan pangan. Jika ada, maka khalifah umar
tidak segan-segan untuk memberinya uang (bekal) untuk menunjang
kehidupan rakyatnya tadi. Bahkan khalifah abu bakar harus turun tangan
sendiri untuk memerangi orang-orang yang tidak mau membayar zakat.
Semua peristiwa yang dilakukan oleh dua sahabat nabi di atas adalah
contoh betapa islam sangat menekankan kepada pemimpin untuk selalu
bekerja keras agar rakyatnya benar-benar terjamin kesejahteraannya. Tidak
bisa seorang pemimpin hanya duduk dan berceramah memberi sambutan di
mana-mana, tetapi semua tugas-tugas kepemimpinannnya yang lebih kongkrit
malah diserahkan kepada bawahan-baahannya. Memang betul bahwa bawahan
bertugas untuk membantu meringankan beban atasannya, akan tetapi tidak
serta-merta semua tugas harus diserahkan kepada bawahan. Suatu pekerjaan
yang memang menjadi tugas seseorang dan dia mampu melakukannya, maka
janganlah pekerjaan itu diserahkan kepada orang lain.
C. Pemimpin dalam Berbagai Dimensi
1. Diri Sendiri
Setiap manusia adalah pemimpin termasuk bagi dirinya sendiri.
Setiap perbuatan dan tindakan memiliki resiko yang harus dipertanggung

5
6

jawabkan. Setiap orang adalah pemimpin meskipun pada saat yang sama
setiap orang membutuhkan pemimpin ketika ia harus berhadapan untuk
menciptakan solusi hidup di mana kemampuan, keahlian, dan kekuatannya
dibatasi oleh yang ia ciptakan sendiri dalam posisinya sebagai bagian dari
komunitas. Dengan demikian, setiap orang islam harus berusaha untuk
menjadi pemimpin yang paling baik dan segala tindakannya tanpa di
dasari kepentingan pribadi atau kepentingan golongan tertentu. Maka dari
itu setiap manusia memiliki kewajiban untuk bertanggung jawab terhadap
dirinya sendiri.
Tanggung jawab terhadap diri sendiri yaitu menentukan kesadaran
setiap orang untuk memenuhi kewajibannya sendiri dalam
mengembangkan kepribadian sebagai manusia pribadi. Sehingga dapat
memecahkan masalah-masalah kemanusiaan mengenai dirinya sendiri.
Menurut sifat dasarnya manusia adalah mahluk yang memiliki rmoral,
tetapi manusia juga merupakan makhluk yang pribadi. Makhluk pribadi
adalah manusia mempunyai pendapat sendiri, perasaan sendiri, cita-cita
sendiri, dan sebagai perwujudan dari pendapat, perasaan dan angan-angan
itu manusia berbuat dan bertindak. Dalam hal ini manusia tidak luput dari
kesalahan, kekeliruan, baik yang sengaja maupun yang tidak. Tanggung
jawab terhadap diri sendiri di antaranya, jujur terhadap diri sendiri,
menjaga kesehatan dan kesejahtraan mental dan fisik, menjaga
keseimbangan hidup, mengenali kekuatan dan kelemahan diri, menilai
diri secara rutin, tidak melakukan hal-hal yang dapat merusak diri sendiri,
menjaga seluruh yang terdapat dalam diri, serta menggunkan anggota
tubuh sesuai dengan kegunaannya.

‫م‬
ُ ‫مِِا‬ ْ َ‫ ف‬،ِ‫عيّت ِِِه‬
َ ِ ‫ال‬ ِ ‫َن َر‬
ْ ‫لع‬ ٌ ‫سِِؤُو‬ ْ ‫م‬ َ ‫م‬ ْ ُ ‫اع َوكُلّك‬ ْ ُ ‫ل َ كُلّك‬
ٍ ‫م َر‬
‫َن‬
ْ ‫لع‬ ٌ ‫سِِِؤُو‬ ْ ‫م‬ َ َ‫اع وَهُِِِو‬ َ ّ ُ َ ‫الَعْظ‬ ْ
ٍ ‫اس ََر‬ ِ ّ ‫م الذِي عَلى الن‬
‫ل‬ ٌ ‫سِؤُو‬ ْ ‫م‬ ِ ِْ‫اع عَلَى أه‬
َ َ‫ِل بَيْت ِِهِ وَهُِِو‬ ٍَ ‫ل َر‬ ُ ِ‫ج‬ ُ ‫الر‬
ّ َ‫ و‬،ِ‫عيَتِه‬ ِ ‫َر‬
َ
‫جهَِِا‬
ِ ْ‫ت َزو‬ ِ ِْ‫ة عَلَى أه‬
ِ ْ ‫ِل بَي‬ ٌ َِ ‫عي‬ِ ‫ِرأةُ َرا‬ ْ ِ‫م‬ َ ْ ‫ وَال‬،ِ‫عيَت ِِه‬ِ ‫َن َر‬ْ ‫ع‬
‫اع عَلَى‬ ٍ ‫ِِل َر‬
ِ ‫ج‬ ُ ‫الر‬
ّ ُِ‫ َوعَبْد‬،‫م‬ ْ ُ‫ة عَنْه‬ ٌ َ ‫سؤُول‬ ْ ‫م‬ َ ‫ي‬ َ ِ‫وَوَلَدِهِ وَه‬

6
7

َ
ْ ُ ‫اع وَكُلّك‬
‫م‬ ْ ُ ‫ أل َ فَكُلّك‬،‫ه‬
ٍ ‫م َر‬ ٌ ‫سؤُو‬
ُ ْ ‫ل عَن‬ ْ ‫م‬ َ َ‫سيّدِهِِ وَهُو‬
َ ‫ال‬
ِ ‫م‬َ
ِ‫عيّتِه‬
ِ ‫َن َر‬
ْ ‫لع‬ ٌ ‫سؤُو‬ْ ‫م‬ َ
Artinya: “Kalian semua adalah pemimpin, bertanggung jawab atas
kepemimpinannya, Amir yang dipilih oleh manusia adalah
pemimpin, dia bertanggung jawab atas kepemimpinannya,
seorang laki-laki menjadi pemimpin bagi keluarganya, dia
akan ditanya tentang kepemimpinannya, wanita adalah
pemimpin di rumah suaminya dan anak suami, dia akan
ditanya tentang kepemimpinannya, seorang budak menjadi
pemimpin untuk memelihara harta majikannya, diapun akan
ditanya tentang hartanya, ketahuilah masing-masing kalian
adalah pemimpin, kalian akan ditanya tentang kepemimpinan
kalian. (HR. Bukhari 2368). (Baqi, 1996:27)
2. Kampus
Pasang surut gerakan mahasiswa di tanah air sangat dipengaruhi
kualitas kepemimpinan organisasi kemahasiswaan di kampus. Kampus
atau universitas yang mempunyai kaderisasi yang baik maka akan
melahirkan pemimpin organisasi kemahasiswaan yang handal dan cakap.
Sebaliknya betapa banyak organisasi kemahasiswaan di kamus kampus
yang hanya tinggal namanya saja. Kalaupun ada pengurusnya, jumlah
pengurus yang aktif relatif sedikit (kurang dari 20%) dari pengurus yang
ada. Hal ini disebabkan rendahnya motivasi mahasiswa dalam
berorganisasi. Mahasiswa, kebanyakan sibuk dengan aktifitas akademik
atau tugas perkuliahan sehingga lalai mempersiapkan diri untuk menjadi
pemimpin di masa depan. Oleh sebab itu motivasi diri dalam berorganisasi
sangat diperlukan bagi kalangan mahasiswa.
Organisasi kemasiswaan akan maju dan berhasil dalam tujuannya
bila anggotanya pernah mengalami suatu proses kaderisasi sebelumnya
(disekolah). Kalaupun anggootanya baru sama sekali maka kaderisasi yang
intensif dan berkualitas dapat mendorong keberhasilan organisasi. Oleh
sebab itu pengurus organisasi harus berhati-hati dalam rekrutmen anggota
baru. Perlu dipertimbangkan apakah calon anggota sudah pernah ikut
organisasi sebelumnya dan apa motivasi sesungguhnya dalam ikut
organisasi. Dengan demikian organisasi kemahasiswaan baik divtingkat

7
8

program studi, jurusan, fakultas, dan universitas akan berjalan dengan


efektif.
َ
ُ ‫حِِ دّثَنِي عَبّاد‬ َ ٍ‫سهِر‬ْ ‫م‬ ُ ‫حدّثَنَا أبُو‬ َ ٍ‫ن خَالِد‬ ُ ْ ‫مود ُ ب‬ ُ ‫ح‬ ْ ‫م‬ َ ‫َحدّثَنَا‬
‫ي‬ َ ‫بن عَباد الْخَواص عَن يحيى ب‬
ّ ِ ‫سيْبَان‬
ّ ‫مرٍو ال‬ْ َ‫ن أبِي ع‬ ِ ْ َ ْ َ ْ ُ ّ ٍ ّ ُ ْ
‫ن‬ ِ ْ‫ف ب‬ِ ْ‫َن عَِِو‬
ْ ‫يع‬ ّ ِ ‫السِِيْبَان‬
ّ ِ‫ن عَب ِِْدِِ اللّه‬ ِ ْ ‫ِِرِو ب‬ ‫م‬
ْ َ‫َن ع‬ْ ‫ع‬
َ
‫ه‬ ُ ّ ‫ص ِل ّْى الل‬
َ ِ‫ل اللّه‬َ ‫سو‬ ُ ‫ت َر‬ ُ ْ ‫مع‬ ِ ‫س‬َ ‫ل‬ َ ‫ي قَا‬ ّ ِ ‫جع‬ َ ْ‫الش‬ ْ ‫ك‬ ٍ ِ ‫م ال‬
َ
َ‫ل َل ي ُقص إ ّل أَمِِير أَو مِِأمور أو‬ ُ ‫م يَقُِِو‬ ّ َ
ْ ٌ ُ َ ْ ٌ ِ ِ ّ َ َ ‫سِِل‬ َ َ‫عَلي ِِْهِ و‬
ٌ ‫مخْتَا‬
‫ل‬ ُ
Rasulullah saw bersabda: tidak ada yang berhak untuk memberikan
ceramah (nasehat/cerita hikmah) kecuali seorang pemimpin, atau orang
yang mendapatkan izin untuk itu (ma’mur), atau memang orang yang
sombong dan haus kedudukan. (hr. Muslim)

Penjelasan:
Hadis ini bukan berarti hanya pemimpin yang berhak memberi
nasehat kepada umat, melainkan hadis ini mengandung pesan bahwa
seorang pemimpin seharusnya bisa memberikan suri tauladan yang baik
kepada umatnya. Karena yang dimaksud ceramah disini bukan dalam arti
ceramah lantas memberi wejangan kepada umat, akan tetapi yang
dimaksud ceramah itu adalah sebuah sikap yang perlu dicontohkan kepada
umatnya. Seorang penceramah yang baik dan betul-betul penceramah
tentunya bukan dari orang sembarangan, melainkan dari orang-orang
terpilih yang baik akhlaqnya. Begitu pula dalam hadis ini, pemimpin yang
berhak memberikan ceramah itu pemimpin yang memiliki akhlaq terpuji
sehingga akhlaqnya bisa menjadi tauladan bagi rakyatnya.
Jadi kriteria-kriteria yang harus dipenuhi oleh seorang penceramah,
maka itu juga harus dipenuhi oleh seorang pemimpin. Karena pada zaman
rasul dulu, seorang penceramah atau yang memberikan hikmah kepada
umat adalah para penceramah ini, sehingga rasul mengharuskan seorang
pemimpin harus memiliki akhlaq yang sama dengan penceramah ini.
3. Organisasi

8
9

Suatu pekerjaan apabila dilakukan dengan teratur dan terarah,


maka hasilnya juga akan baik. Maka dalam suatu organisasi yang baik,
proses juga dilakukan secara terarah dan teratur atau itqan.
Dalam menerima delegasi wewenang dan tanggung jawab
hendaknya dilakukan dengan optimal dan sungguh-sungguh. Janganlah
anggota suatu organisasi melakukan tugas dan wewenangnya dengan asal-
asalan. Dalam sebuah hadits diterangkan bahwa apabila seseorang hanya
mementingkan kepentingan sepihak dan melakukan tugas serta tanggung
jawabnya dengan asal-asalan.

‫إن الله عز وجل يححب إذا عمل أحدكم عمل أن يتقنه‬


Artinya: Sesungguhnya Allah mencintai orang yang jika melakukan suatu
pekerjaan dilakukan dengan "tepat, terarah dan tuntas".

Hadits yang menerangkan tentang kekalahan umat Islam dalam


perang Uhud menunjukkan bahwa apabila seseorang tidak melaksanakan
anggotanya sebagai bagian dari organisasi perang, maka akibatnya adalah
organisasi tersebut mengalami kekalahan. Jadi dalam sebuah organisasi
harus terjadi koordinasi yang baik dan tidak boleh terjadi penyalahgunaan
wewenang. (Ashieddieqy, 2003:29)
4. Keluarga
Menjadi suami dan bapak ideal dalam rumah tangga? Tentu ini
dambaan setiap lelaki, khususnya yang beriman kepada Allah Ta’ala dan
hari akhir. Dan tentu saja ini tidak mudah kecuali bagi orang-orang yang
dimudahkan oleh Allah Ta’ala.
Sosok kepala rumah tangga ideal yang sejati,
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam pernah bersabda:

‫م لَهْلِى‬ َ َ
ْ ُ ‫م لهْلِهِ َوأنَا خَي ْ ُرك‬
ْ ُ ‫م خَي ْ ُرك‬
ْ ُ ‫خَي ْ ُرك‬
“Sebaik-baik kalian adalah orang yang paling baik (dalam bergaul)
dengan keluarganya dan aku adalah orang yang paling baik (dalam
bergaul) dengan keluargaku”. (Tirmidzi, no 3895)

Karena kalau bukan kepada anggota keluarganya seseorang berbuat


baik, maka kepada siapa lagi dia akan berbuat baik? Bukankah mereka

9
10

yang paling berhak mendapatkan kebaikan dan kasih sayang dari suami
dan bapak mereka karena kelemahan dan ketergantungan mereka
kepadanya?. Kalau bukan kepada orang-orang yang terdekat dan
dicintainya seorang kepala rumah tangga bersabar menghadapi perlakuan
buruk, maka kepada siapa lagi dia bersabar?.
Imam al-Munawi berkata: “Dalam hadits ini terdapat argumentasi
yang menunjukkan (wajibnya) bergaul dengan baik terhadap istri dan
anak-anak, terlebih lagi anak-anak perempuan, (dengan) bersabar
menghadapi perlakuan buruk, akhlak kurang sopan dan kelemahan akal
mereka, serta (berusaha selalu) menyayangi mereka”.
5. Negara
Seorang pemimpin adalah orang yang diberi amanat oleh Allah
untuk memimpin rakyat dan kelak akan dimintai pertanggung jawaban di
akhirat, maka ia harus bisa menjaga dan melaksanakan amanat tersebut,
jika tidak ia tidak akan merasakan harumnya surga, apalagi merasakan
kenikmatan menjadi penghuni surga.

‫ن عبيد الله‬ ّ ‫حِديث معقِل بن يسِار عن الحسِن أ‬


‫بن زيِاد عِاد معقِِل بن يسِِتار في مِِِرضه ال ِِّذي‬
‫ اني محِدّثك حِديثِِِا‬: ‫ فقِال له معقل‬, ‫مِات فيه‬
‫سِِِمعته من رسِِِِول اللِِِه صِِِِلي اللِِِه عليِِِه‬
‫ سِِمعت رسِِِول اللِِه صِِِلي اللِِه عليِِه‬. ‫وسِِِلّم‬
‫ مِِِامن عب ِدِ استرعِِِاه اللِِه رعِِِيّة‬: ‫وسِلّم يقول‬
‫فِِِِِلم يحِطّهِِِِِا بنصِِِِيحة ال ّ لم يجِِِِِد رائحِِِِة‬
‫ بِاب‬,‫الجِنّة ) أخرجه البِخِاري في كتحب الحِكِام‬
) ‫من استرعي رعِيّة فِلم ينصِح‬
Artinya: Al-hasan berkata, Ubaidillah bin Ziyad menjenguk Ma'qal ibn
Yasar R.A ketika ia sakit yang menyebabkan kematianya, maka
Ma'qal berkata kepada Ubaidilah Ibn Ziyad "aku akan
menyampaikan kepadamu sebuah hadith yang telah aku dengar
dari Rasulullah SAW, aku mendengar nabi bersabda: tiada
seorang hamba yang diberi amanat rakyat oleh Allah lalu ia
tidak memeliharanya dengan baik maka Allah tidak akan
merasakan kepadanya harumnya surga. (dikeluarkan oleh

10
11

imam Bukhori dalam kitab Hukum bab orang yang diberi


amanat kepemimpinan) (Syafe’I, 2000:138)

Seorang pemimpin bukanlah manusia yang bebas berbuat dan


memaksakan kehendaknya dan kemauannya terhadap masyarakat, tetapi
seorang pemimpin adalah orang yang bisa mengayomi masyarakat, bisa
memposisikan dirinya sebagai pelayan masyarakat sebagaimana Firman
Allah SWT:

‫واحِفض جنِاحك لمن اتبعِك من المؤمنين‬


Artinya : Rendahkanlah sikapmu terhadap pengikutmu dan kaum
mukminin (Al-Syuara' : 215).

Seorang pemimpin wajib memiliki hati yang melayani atau


akuntabilitas (accountable). Istilah akuntabilitas adalah berarti penuh
tanggung jawab dan dapat diandalkan. Artinya seluruh perkataan, pikiran
dan tindakannya dapat dipertanggungjawabkan kepada publik dan kepada
Allah kelak di akhirat nanti. Pemimpin yang melayani adalah pemimpin
yang mau mendengar. Mau mendengar setiap kebutuhan, impian, dan
harapan dari mereka yang dipimpin. Oleh karena itu pemimpin mempunyi
tanggung jawab yang sangat besar bagi bangsa ataupun organisasi yang
dipimpin, baik itu di dunia ataupun di akhirat nanti.

11
12

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemimpin adalah pelaku atau seseorang yang melakukan kegiatan
kepemimpinan, yaitu seseorang yang melakukan proses yang berisi rangkaian
kegiatan saling pengaruh-mempengaruhi, berkesinambungan dan terarah pada
suatu tujuan. Dalam agama Islam, seorang pemimpin adalah orang yang
dipercaya untuk mengemban tugas kepemimpinan, dan akan mempertanggung
jawabkannya dihadapan tuhannya kelak.
Menjadi seorang pemimpin bukan berarti menjadi penguasa yang
bebas melakukan apapun sesuai dengan keinginannya, pemimpin mempunyai
tanggungjawab untuk memenuhi tugas sebagai wakil rakyat. Oleh karena itu,
menjadi pelayan atas apa yang menjadi kebutuhan rakyat dalam pelayanan
publik merupakan tugas yang harus dapat dipenuhi oleh pemimpin.
B. Saran
Penulis menyarankan, setelah mempelajari materi tentang pemimpin
dan bagaimana tanggungjawab seorang pemimpin, maka sudah sepatutnya kita
mengetahuinya. Agar tidak terjadi salah pengartian terhadap apa itu
pemimpin, bagi para pemimpin, hendaknya melaksanakan tugas sesuai dengan
yang ada dalam Al-hadist.

12
12
13

DAFTAR PUSTAKA

Ash-Shiddieqy, Tengku Muhammad. 2003. Mutiara Hadis 6. Semarang: Pustaka


Rizki Putra.

Baqi, Muhamad Fuad Abdul. 2003. Al-Lu’lu Wal Marjan. Semarang: Al-Ridha.

Mahmud Yunus, Kamus Arab- Indonesia. (Jakarta: Mahmud Yunus wadzuriyyah.


1998), h. 120

Syafe’I, Rachmat, Al-Hadis: Aqidah, Akhlaq, Sosial, dan Hukum, Bandung:


Pustaka Setia, 2000.hlm. 135.

H.R at-Tirmidzi (no. 3895) dan Ibnu Hibban (no. 4177), dinyatakan shahih oleh
Imam at-Tirmidzi, Ibnu Hibban dan Syaikh al-Albani.

13

Anda mungkin juga menyukai